KELOMPOK 2:
Goretti Taruk C051171026
Ayu Artika Asdar C051171031
Rasnita C051171328
Almaidah C051171505
Lisa Ayu Lestari C051171508
Sri Rezki Nursuci C051171512
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks ini dengan baik.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker menjadi salah satu kesehatan serius di Indonesia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi kanker di
Indonesia mencapai 1,79 per 1000 penduduk, meningkat menjadi 1,4 per
1000 penduduk dari tahun 2013. Riset ini juga menemukan bahwa
prevalensi tertinggi ada di Yogyakarta, yaitu sebanyak 4,86 per 1000
penduduk, disusul Sumatera Barat 2, 47, dan Gorontalo 2,44. Dari data ini
pula, Indonesia menduduki peringkat kedelapan dengan kasus terbanyak di
Asia Tenggara.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentukk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum[CITATION kem14 \l 1033 ]. Penyakit ini disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV), faktor obesitas, merokok, berhubungan seksual
multipartner, dan gangguan imun. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan
sangat mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh
sebab itu, peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam
bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak
yang terlibat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?
2. Apa yang menyebabkan kanker serviks terjadi?
3. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya kanker serviks?
5. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap kanker serviks?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker serviks.
2. Mengetahui apa yang menyebabkan kanker serviks terjadi.
3. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala yang muncul.
4. Mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya kanker serviks.
5. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan terhadap kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentukk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum
(Kemenkes, 2014).
Kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering
pada perempuan. Kanker serviks ini sebagian besar (90%) adalah
karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Tipe
lain yang jarang adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel
terang, melanoma maligna, sarcoma, dan limfoma maligna (Price &
Wilson, 2014).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks belum diketahui
secara pasti, namun ada faktor utama yang menyebabkan terjadinya kanker
serviks ini, yaitu Human Papilloma Virus (HPV) yang meninfeksi leher
Rahim. Selain itu, HPV juga dapat menginfeksi kulit, membrane mukosa
di anus, mulut, serta kerongkongan.
C. Faktor Predisposis
1. Herediter
2. Merokok
3. Radiasi
4. Hubungan seksual usia dini
5. Berganti-ganti pasangan seksual
6. Pemakaian pil KB
7. Pemakaian DES (Dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran
8. Gangguan sistem imun
9. Infeksi Herpes Genetalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan ekonomi rendah (tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin)
D. Manifestasi klinis
Menurut Kemenkes (2018), tanda-tanda dini kanker serviks
kebanyakan tidak menimbulkan gejala.akan tetapi dalam perjalanannya
akan menimbulkan gejala seperti:
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan yang terjadi di luar senggama
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam
Pada stadium lanjut, gejala dapat terus berkembang hingga
menimbulkan gejala yang lebih berta, seperti:
1. Nyeri panggul
2. Nyeri pinggang dan pinggul
3. Sering berkemih
4. Cairan pervaginam berbau busuk
5. Nyeri saat berkemih
6. Edema kaki
7. Anemia akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf
E. Staging
Stadium kanker serviks menurut FIGO (The Internasional
Federation of Gynecology and Obstetrics), 2000:
Infeksi HPV
Terbentuknya Neoplasma
Karsinoma
KANKER SERVIKS
Manifestasi Terapi
Hipertermi
Pengeluaran mediator nyeri
Nyeri kronis
G. Deteksi Dini
Kanker serviks dapat diantisipasi dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa deteksi dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan
kanker serviks adalah Pap Smear, Pap net, servikografi, tes inspeksi visual
asam asetat (IVA), tes high-risk type (HPV), kolposkopi, dan sitologi
berbasis cairan. Dari beberapa macam metode dalam deteksi dini kanker
serviks, tes IVA menjadi metode yang saat ini menjadi program
pemerintah di seluruh puskesmas di Indonesia, yaitu dengan gerakan
pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia. Kegiatan
ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan
berkualitas, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemeriksaan IVA merupakan
program yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis
pengendalian kanker serviks dan payudara (Aprianti & Azrimaidalisa,
2019).
Melihat perjalanan penyakit ini, sebenarnya bisa dikenal sejak awal
maka akan mempunyai prognosa yang baik, yaitu dapat disembuhkan.
Pendeteksian secara dini dilakukan melalui pemeriksaan IVAtest maupun
pemeriksaan lanjutan melalui PAP SMEAR. Metode pemeriksaan IVA
test merupakan suatu metode pemeriksaan inspeksi social yang dilakukan
pada vagina dengan cairan asam asetat melalui usap serviks dengan asam
cuka 3-5%. Prosedur pemeriksaan test IVA tidak menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksaan ini menghasilkan akurasi sensifitas dan spesifisitas yang
tinggi dengan dengan biaya yang sangat murah. Selain murah, metode
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), merupakan metode screening
yang lebih praktis, murah, dan memungkinkan melakukan diindonesia.
H. Diferensial Diagnosa
1. Adenokarsinoma Endometrial
2. Polip Endoservikal
3. Chlamydia trachomatis atau infeksi menular seksual lainnya pada
wanita dengan:
a. Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri
pelvis
b. Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama
setelah berhubungan seksual).
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pap smear/sitology
2. Schillentest
3. Koloskopi
4. Kolpomikroskopi
5. Biopsy
6. Konisasi
7. Radiologi
J. Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan
secara histologi dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (Tim
Onkologi). Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsy. Pengobatan
pada lesi prekanker bias berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat
di sekitarnya dan LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi (Kemenkes, 2014).
K. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul
1. Nyeri kronik
2. Gangguan rasa nyaman
3. Hipertermia
4. Risiko infeksi
5. Keletihan
L. Rencana Keperawatan
Manajemen kemoterapi(2240)
- Anjurkan aktivitas untuk
memodifikasi faktor risiko
yang mungkin terjadi.
- Berikan informasi kepada
pasien dan keluarga tentang
efek obat-obatan
kemoterapi pada sel
kanker/tumor.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
HPV (Human Papilloma Virus). Selai itu, penyakit ini juga disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor obesitas, merokok, berhubungan seksual
multipartner, dan gangguan imun. Siapa pun dapat berisiko terhadap
panyakit yang mematikan ini. Oleh karena itu, penting adanya deteksi dini
dan perbaikan nutrisi serta pola hidup sehat agar terhindar dari risiko
penyakit.
B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat dapat menjaga dan mendeteksi dini
adanya kanker serviks untuk mengurangi tingkat keparahan dan kematian.
Menjaga tubuh tetap sehat adalah kunci utama dalam mempertahankan
system imun tubuh tetap stabil agar terhindar dari segala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti & Azrimaidalisa. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini
Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang . Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia , 68-80.
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6 ed.). Singapore.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5 ed.). Singapore.
Nasution & Adela. (2018). Deteksi Dini Kanker Servik pada Wanita Usia Subur
Dengan Inspeksi Visual Asam Asetat. JURNAL USU, 414-421.