Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KANKER SERVIKS

KELOMPOK 2:
Goretti Taruk C051171026
Ayu Artika Asdar C051171031
Rasnita C051171328
Almaidah C051171505
Lisa Ayu Lestari C051171508
Sri Rezki Nursuci C051171512

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan


selesai dan tuntas tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dan telah mendukung
kami. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
seluruh pihak yang membantu kami. Penulisan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan oleh berbagai hal dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadikan
perbaikan di masa mendatang.

Makassar, 06 Oktober 2019

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker menjadi salah satu kesehatan serius di Indonesia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi kanker di
Indonesia mencapai 1,79 per 1000 penduduk, meningkat menjadi 1,4 per
1000 penduduk dari tahun 2013. Riset ini juga menemukan bahwa
prevalensi tertinggi ada di Yogyakarta, yaitu sebanyak 4,86 per 1000
penduduk, disusul Sumatera Barat 2, 47, dan Gorontalo 2,44. Dari data ini
pula, Indonesia menduduki peringkat kedelapan dengan kasus terbanyak di
Asia Tenggara.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentukk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum[CITATION kem14 \l 1033 ]. Penyakit ini disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV), faktor obesitas, merokok, berhubungan seksual
multipartner, dan gangguan imun. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan
sangat mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh
sebab itu, peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam
bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak
yang terlibat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?
2. Apa yang menyebabkan kanker serviks terjadi?
3. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya kanker serviks?
5. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap kanker serviks?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker serviks.
2. Mengetahui apa yang menyebabkan kanker serviks terjadi.
3. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala yang muncul.
4. Mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya kanker serviks.
5. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan terhadap kanker serviks.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.
Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentukk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum
(Kemenkes, 2014).
Kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering
pada perempuan. Kanker serviks ini sebagian besar (90%) adalah
karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Tipe
lain yang jarang adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel
terang, melanoma maligna, sarcoma, dan limfoma maligna (Price &
Wilson, 2014).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks belum diketahui
secara pasti, namun ada faktor utama yang menyebabkan terjadinya kanker
serviks ini, yaitu Human Papilloma Virus (HPV) yang meninfeksi leher
Rahim. Selain itu, HPV juga dapat menginfeksi kulit, membrane mukosa
di anus, mulut, serta kerongkongan.

C. Faktor Predisposis
1. Herediter
2. Merokok
3. Radiasi
4. Hubungan seksual usia dini
5. Berganti-ganti pasangan seksual
6. Pemakaian pil KB
7. Pemakaian DES (Dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran
8. Gangguan sistem imun
9. Infeksi Herpes Genetalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan ekonomi rendah (tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin)

D. Manifestasi klinis
Menurut Kemenkes (2018), tanda-tanda dini kanker serviks
kebanyakan tidak menimbulkan gejala.akan tetapi dalam perjalanannya
akan menimbulkan gejala seperti:
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan yang terjadi di luar senggama
3. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama
4. Perdarahan spontan saat defekasi
5. Perdarahan spontan pervaginam
Pada stadium lanjut, gejala dapat terus berkembang hingga
menimbulkan gejala yang lebih berta, seperti:
1. Nyeri panggul
2. Nyeri pinggang dan pinggul
3. Sering berkemih
4. Cairan pervaginam berbau busuk
5. Nyeri saat berkemih
6. Edema kaki
7. Anemia akibat perdarahan berulang
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

E. Staging
Stadium kanker serviks menurut FIGO (The Internasional
Federation of Gynecology and Obstetrics), 2000:

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasi)


Stadium I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus
dapat diabaikan)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua
lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya
superfisial, dimasukkan ke dalam staduim IB
IA1 Invasi stoma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm
atau kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan
penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara
mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih
dari 4,0 cm
Stadium II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding
panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0
cm atau kurang
IIA2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih
dari 4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
Stadium III Tumor meluas ke dinding panggul/ mencapai 1/3 bawah vagina
dan/ menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/ menimbulkan
hidronefrosis atau afungsi ginjal
Stadium IV Tumor meluar sampai keluar organ reproduksi
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/
meluas keluar panggul kecil (true pelvis)
IVB Metastasis jauh ( termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan
dari kelenjar getah bening, supraklavikula, mediastinal, atau para
aorta, paru, hati, atau tulang)
F. Penyimpangan KDM

HPV Berganti-ganti Jumlah kehamilan


(Human Papilloma Pasangan dan Partus Personal Hygine Radiasi Merokok Nutrisi
Virus)

Infeksi HPV

Perubahan rangkaian nukleotida DNA sel epitel skuamosa

Terjadi Mutasi Sel

Merusak sel-sel tubuh yang Menginaktifkan gen supresor


Menginaktifkan gen onkogen yang
mengatur mekanisme apoptosis tubuh terhadap kanker
meningkatkan poliferasi sel

Terbentuknya Neoplasma

Berkembang menjadi Dysplasia ringan


Berkembang menjadi
Dysplasia berat

Karsinoma

KANKER SERVIKS

Manifestasi Terapi

Kemoterapi Pembedahan Radiasi


Iritasi mukosa Menyebar melalui Nekrosis jaringan
serviks aliran limfatik akibat kanker serviks
Menimbulkan efek samping

Menghasilkan warna Kearah parametrium


Penurunan jumlah
gelap dan berbau menuju kelenjar Infiltrasi agen kimia
Infeksi leukosit sel darah
dan sel-sel SCJ tubuh di area serviks
Masuk ke trunkus yang telah mati yang mengalami
Keputihan yang
limfatikus di serviks nekrosis
berbau Penurunan leukosit Penurunan eritrosit

Pengeluaran zat Hb & O2 menurun


Gangguan Risiko infeksi
pirogen
Rasa Nyaman Keletihan
Termoregulasi Peningkatan tekanan Perubahan keseimbangan asam
meningkat local di daerah serviks basa local di daerah tersebut

Hipertermi
Pengeluaran mediator nyeri

Nyeri berlangsung lama

Nyeri kronis
G. Deteksi Dini
Kanker serviks dapat diantisipasi dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa deteksi dini yang bisa digunakan untuk mengetahui keberadaan
kanker serviks adalah Pap Smear, Pap net, servikografi, tes inspeksi visual
asam asetat (IVA), tes high-risk type (HPV), kolposkopi, dan sitologi
berbasis cairan. Dari beberapa macam metode dalam deteksi dini kanker
serviks, tes IVA menjadi metode yang saat ini menjadi program
pemerintah di seluruh puskesmas di Indonesia, yaitu dengan gerakan
pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia. Kegiatan
ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan
berkualitas, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemeriksaan IVA merupakan
program yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis
pengendalian kanker serviks dan payudara (Aprianti & Azrimaidalisa,
2019).
Melihat perjalanan penyakit ini, sebenarnya bisa dikenal sejak awal
maka akan mempunyai prognosa yang baik, yaitu dapat disembuhkan.
Pendeteksian secara dini dilakukan melalui pemeriksaan IVAtest maupun
pemeriksaan lanjutan melalui PAP SMEAR. Metode pemeriksaan IVA
test merupakan suatu metode pemeriksaan inspeksi social yang dilakukan
pada vagina dengan cairan asam asetat melalui usap serviks dengan asam
cuka 3-5%. Prosedur pemeriksaan test IVA tidak menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksaan ini menghasilkan akurasi sensifitas dan spesifisitas yang
tinggi dengan dengan biaya yang sangat murah. Selain murah, metode
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), merupakan metode screening
yang lebih praktis, murah, dan memungkinkan melakukan diindonesia.

H. Diferensial Diagnosa
1. Adenokarsinoma Endometrial
2. Polip Endoservikal
3. Chlamydia trachomatis atau infeksi menular seksual lainnya pada
wanita dengan:
a. Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri
pelvis
b. Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama
setelah berhubungan seksual).

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pap smear/sitology
2. Schillentest
3. Koloskopi
4. Kolpomikroskopi
5. Biopsy
6. Konisasi
7. Radiologi

J. Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan
secara histologi dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (Tim
Onkologi). Pemilihan pengobatan kanker serviks tergantung pada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsy. Pengobatan
pada lesi prekanker bias berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi
(pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk
menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat
di sekitarnya dan LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure) atau
konisasi (Kemenkes, 2014).
K. Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul
1. Nyeri kronik
2. Gangguan rasa nyaman
3. Hipertermia
4. Risiko infeksi
5. Keletihan

L. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA OUTCOME INTERVENSI


Nyeri kronis (00133) Kontrol nyeri Menajemen nyeri
Batasan Karakteristik: - Observasi adanya petunjuk
- Laporan tentang Kriteria hasil : non verbal mengenai
perilaku nyeri/ - Mengenali kapan ketidaknyamanan terutama
perubahan aktivitas nyeri terjadi pada mereka yang tidak
- Keluhan tentang - Menggambarkan dapat berkomunikasi secara
karakteristik nyeri faktor penyebab efektif
dengan menggunakan nyeri - Gunakan strategi
standar instrumen - Menggunakan komunikasi terapeutik untuk
nyeri tindakan pencegahan mengetahui pengalaman
- Menggunakan nyeri dan sampaikan
tindakan penerimaan pasien terhadap
pengurangan rasa nyeri
nyeri dengan - Ajarkan prinsip-prinsip
analgesik manajemen nyeri
- Melaporkan nyeri - Ajarkan metode farmakologi
yang terkontrol untuk menurunkan nyeri
- Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
penurunan nyeri
Gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman Management kenyamanan
(00214) pada pasien hilang atau - Lakukan pengompresan
Batasan Karakteristik: berkurang dengan pada dahi klien
- Perubahan pola tidur kriteria hasil - Lakukan teknik relaksasi
- Gejala distress pada klien dengan
- Ketidakmampuan Kriteria hasil : melakukan nafas dalam
untuk rileks - Klien dapat tidur - Ciptakan kenyamanan dan
- Merintih dengan nyenyak lingkungan yang
Kondisi Terkait - Klien tidak mendukung
- Gejala terkait penyakit menangis pada - Posisikan pasien pada rasa
malam hari yang nyaman
- Klien tidak
mengeluh lagi
Hipertermia (00007) Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Karakteristik: - Pantau suhu dan tanda-tanda
- Kulit kemerahan Kriteria hasil : vital lainnya.
- Gelisah - Tingkatkan - Monitor warna suhu kulit
- Kulit terasa hangat pernapasan yang - Dorong konsumsi cairan
- Vasodilatasi baik - Fasilitasi istirahat
- Menunjukkan - Tingkatkan sirkulasi udara
kenyamanan - Pantau komplikasi
terhadap suhu
- Tidak ada
- peningkatan suhu
kulit
Risiko infeksi (00004) Kontrol risiko : proses Kontrol infeksi
Domain: 11 infeksi - Alokasikan kesesuaian luas
Kelas : 1 ruang per pasien, seperti
Faktor Risiko: Kriteria hasil : yang diindikasikan oleh
- Gangguan integritas - Mencari informasi pedoman
kulit terkait kontrol - Gunakan sabun antimikroba
infeksi untuk cuci tangan yang
- Mengenali faktor sesuai
risiko individu - Cuci tangan sebelum dan
terkait infeksi sesudah kegiatan perawatan
- Mengidentifikasi pasien
tanda dan gejala - Anjurkan pasien mengenai
infeksi teknik mencuci tangan
- Mengidentifikasi dengan tepat
risiko infeksi dalam - Anjurkan pengunjung untuk
aktifitas sehari-hari mencuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
- Kolaborasi dengan keluarga
bagaimana menghindari
infeksi

Keletihan Kelelahan efek yang Manajemen energy(0590)


Domain 4. mengganggu (0008) - Kaji status fisiologis yang
Aktivitas/istrahat Indicator: menyebabkan kelelahan
Kelas 3. Keseimbangan - Penurunan energy sesuai konteks usia dan
energi - Gangguan terhadap perkembangannya.
aturan pengobatan - Gunakan instrument yang
- Gangguan aktivitas valid untuk mengukur
fisik kelelahan.
- Pilih intervensi untuk
Tingkat kelelahan mengurangi kelelahan baik
(0007) secara farmakologis
Indicator: maupun non farmakologis
- Kelelahan berkurang secara tepat.
- Saturasi oksigen - Ajarkan pasien mengenai
meningkat pengelolaan kegiatan untuk
mencegah kelelahan.

Manajemen kemoterapi(2240)
- Anjurkan aktivitas untuk
memodifikasi faktor risiko
yang mungkin terjadi.
- Berikan informasi kepada
pasien dan keluarga tentang
efek obat-obatan
kemoterapi pada sel
kanker/tumor.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
HPV (Human Papilloma Virus). Selai itu, penyakit ini juga disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor obesitas, merokok, berhubungan seksual
multipartner, dan gangguan imun. Siapa pun dapat berisiko terhadap
panyakit yang mematikan ini. Oleh karena itu, penting adanya deteksi dini
dan perbaikan nutrisi serta pola hidup sehat agar terhindar dari risiko
penyakit.

B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat dapat menjaga dan mendeteksi dini
adanya kanker serviks untuk mengurangi tingkat keparahan dan kematian.
Menjaga tubuh tetap sehat adalah kunci utama dalam mempertahankan
system imun tubuh tetap stabil agar terhindar dari segala penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti & Azrimaidalisa. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Deteksi Dini
Kanker Serviks Metode IVA di Puskesmas Kota Padang . Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia , 68-80.

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6 ed.). Singapore.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2018-2019 (11 ed.). Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Panduan Penatalaksanaan


Kanker Serviks . pp. 1-30.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5 ed.). Singapore.

Nasution & Adela. (2018). Deteksi Dini Kanker Servik pada Wanita Usia Subur
Dengan Inspeksi Visual Asam Asetat. JURNAL USU, 414-421.

Price & Wilson, l. M. (2014). PATOFISIOLOGI Konsep Klinis,Proses-Proses


Penyakit. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai