Anda di halaman 1dari 6

FFEJ 3 (1) (2014)

Fashion and Fashion Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe

PENGARUH KONSTRUKSI KAIN TERHADAP KUALITAS BATIK


DENGAN TEKNIK WET ON WET (WOW)

Silviana Silvan Apriliana*, Rodia Syamwil 

Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Teknik Wet On Wet (WOW) merupakan terapan pada lukisan cat air diatas kertas ataua kanfas
Diterima April 2014 yang basah. Pembuatan batik WOW ini pada dasarnya menggunakan bahan yang sama ketika
Disetujui Mei 2014 membuat batik pada umumnya. Kain merupakan salah satu bahan dasar yang dibutuhkan untuk
Dipublikasikan Juni 2014 membatik. Kain umumnya menggunakan kain mori, kain mori merupakan jenis kain katun, yaitu
________________ kain yang bahan bakunya dari serat kapas. Kain katun mempunyai konstruksi yang berbeda.
Keywords: Penelitian ini mengungkapkan bagaimana konstruksi kain katun yang dipilih, dan bagaimana
fabric construction, batik menentukan kualitas batik WOW pada kain katun ini. Kemudian apakah ada pengaruh konstruksi
quality, Wet on Wet kain terhadap kualitas batik WOW. Penelitian ini bersifat Deskriptif Kuantitatif. Sampelnya adalah
(WOW) technique jenis kain katun. Metode analisis data menggunakan analisis Deskripstif Presentase. Hasil penelitian
____________________ menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh konstruksi jenis kain terhadap ketuaan warna dan ada
pengaruh konstruksi jenis kain dengan efek WOW.

Abstract
___________________________________________________________________
Wet on Wet (WOW) technique is an application in water colored painting on a wet paper or fabric. The
making of WOW is basically use the same material when make batik as a general rule. Fabric is a kind of
basic material which is needed to make batik. Generally, fabric uses mori fabric, mori fabric is a kind of cotton
fabric, this is a fabric that is made from cotton fiber. Cotton fabric has a different construction. This research
reveals how is cotton fabric construction is chose, and how does determine the quality of WOW batik in this
cotton fabric. Then, is there any fabric construction effect toward to WOW batik quality. This research is
quantitative descriptive research. The sample is cotton fabric. Data analysis method uses percentage descriptive
analysis. The result of the research shows that there is no fabric construction effect toward to colour darkness
and there is fabric construction effect with WOW effect.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6803
Gedung E10 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: silvanayankwiwik@gmail.com

1
Silviana Silvan Apriliana / FFEJ 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN hasil akhirnya akan tampak warna-warna


merah bendera, hijau muda, biru laut, kuning,
Batik salah satu budaya Indonesia dan lain sebagainya.
sekarang sudah banyak ragam dan jenisnya. Teknik Wet on Wet (WOW) adalah teknik
Pemerintah dan masyarakat Indonesia yang biasanya diterapkan pada lukisan cat air di
sekarang, sedikit banyak telah menampakan atas ketas atau cat minyak di atas kanvas.
bahwa batik sebagai salah satu kain khas Teknik ini belum diterapakan dalam proses
Indonesia. Pemerintah mencipatakan undang- pewarnaan batik, dan pewarnaan batik
undang tentang perlindungan hak cipta dan biasanaya menggunakan teknik celup atau colet
masyarakat mempertahankan dalam proses (Rodia Syamwil: 2012) disamping itu dalam
pembuatan itu merupakan salah satu wujud industri batik perlu adanya sebuah inovasi dan
kepedulian bangsa terhadap batik. Kepedulian kreatifitas yang harus dikembangkan.
terhadap batik tidak semata-mata orang Keunggulan dari batik Wet on Wet (WOW) ini
membuat batik, tetapi orang yang membuat adalah berwawasan lingkungan, hemat, dan
batik harus memikirkan hal-hal yang lainnya. efisien. Wet on Wet (WOW) juga menimbulaan
Efek dari proses membatik misalnya. Efek dari adanya efek yang timbul dalam warna yang
proses pembuatan batik diantaranya limbah diteteskan kekain, apalagi ditambah dengan
pencemaran struktur tanah dan air. Pencemaran konstruksi yang berbeda, maka ada beberapa
struktur tanah dan air yang terjadi akibat dari hal yang mungkin akan terjadi, misalnya
pembuangan sisa-sisa zat kimia sintetis dari semakin tebal kain mungkin penyimpanan zat
proses-proses membatik, misalnya proses warna akan semakin banyak, dan warna akan
pencelupan. Sisa-sisa pewarna yang sudah tidak cenderung lebih gelap atau tua.
digunakan biasanya akan dibuang ke selokan Permasalahan yang didapatkan dalam
dan hal tersebut dapat mencemari lingkuangan penelitian ini adalah bagaimana konstruksi
air dan tanah. kain, kualitas kain tersebut, dan apakah ada
Dampak dari hal tersebut pada dasarnya pengaruh konstruksi kain terhadapa kualitas
bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya batik (WOW).
dengan penyaringan (filter) limbah sebelum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
dibuang, dan penggunaan pewarna alam yang bagaimana jenis konstruksi kain katun yang
ramah lingkungan. Teknik pewarnaan alam teliti, menentukan kualitas batik Wet on Wet
yang dilakukan dapat mengurangi limbah zat- (WOW), dan apakah ada pengaruh konstruksi
zat pewarna kimia sintetis yang dihasilkan, kain dengan kualitas batik Wet on Wet (WOW).
akibatnya pencemaran tanah dan air dapat
sedikit berkuran. Namun, teknik pewarnaan METODE PENELITIAN
menggunakan pewarna alam pada
kenyataannya sudah pernah dilakukan pada Metode yang digunakan adalah metode
orang-orang zaman dahulu dalam memberikan eksperimen. Kain atau sampel yang digunakan
warna pada kain menggunakan zat warna adalah kain katun. Penggunaan kain katun
alami, zat warna alami adalah zat warna yang dalam penelitian disebabkan karena kain katun
diambil dari alam misalnya adalah kulit pohon, merupakan kain yang biasa digunakan dalam
kayu, kulit akar, bunga, dan sebagainya. pembuatan batik. Sebab yang lain bahwa kain
Orang-orang mengalami perubahan cara katun adalah kain yang nyaman digunakan,
fikir dan orang sekarang menginginkan yang bersihat higroskopis, dan mulur dan elastis yang
lebih efektif dan efisien dalam bekerja, jadi bagus (Indah Tri W, 2007:25)
dalam teknik-teknik pewarnaan mengalami Perlakuan yang diberikan kepada masing-
perubahan seiring dengan kemajuan zaman. masing sampel ini adalah sama, jadi eksperimen
Teknik pewarnaan yang menggunakan pewarna dalam penelitian ini adalah murni yaitu setiap
zat-zat warna sintetis maka hasil warna yang kain katun paris, mori, dan belacu diperlakukan
dihasilkan akan lebih bervariatif, misalnya saja sama yaitu dengan meneliti konstruksi kainnya

2
Silviana Silvan Apriliana / FFEJ 3 (1) (2014)

dengan menghitung meliputi berat kain/m², belacu, maka untuk ketuaan warna paris
tetal lusi dan tetal pakan, crimp lusi dan crimp termasuk paling muda diantara kain mori dan
pakan, nomor benang, dan anyaman kain kain belacu. Hal tersebut dapat terjadi karena
kemudian diuji dengan ketahanan luntur, anyaman pada kain yang terlalu renggang
ketuaan warna, dan efek Wet on Wet (WOW). sehingga warna tidak banyak yang tersimpan
Pengumpulan data menggunakan dan warna tidak dapat meresap kedalam
penelaian obyektif dan subyektif. Obyektif helaian benang secara baik. Namun dalam
dalam penelitian ini adalah uji laboratorium. kelunturan kain terhadap pencucian yaitu nilai
Uji laboratorium digunakan untuk menguji perubahan warna (Grey Scale) mempunyai nilai
ketuaan warna dan ketahanan luntur terhadap 4 – 5 yang masuk kategori baik dan Staining
pencucian. Ditambah dengan pengujian nomor scale penodaan warna mempunyai nilai 5 yang
benang unutk hasil yang lebih valid masuk kategori baik sekali, hal tersebut
(menggunakan R & D, Software Development dikarenakan ikatan warna yang terdapat dalam
Cooperate With Keisokki). Pengujian tersebut kain sangat kuat sehingga warna tidak mudah
akan menghasilkan data-data dari hasil terlepas dan menodai kain lain.
eksperimen. Penilaian uji ketuaan warna Efek Wet on Wet (WOW) adalah
menggunakan alat bernama Spectrophometer kualitas batik yang terakhir. Efek Wet on Wet
(UV-PC), dan ketahan luntur menggunakan alat (WOW) dibagi menjadi dua yaitu bauran warna
Grey Schale dan Staining Schale. dan gradasi warna. Hasil data panelis bauran
Penilaian subjektif dilakukan dengan warna kain paris cukup bercampur dan gradasi
menggunakan metode tes. Yaitu dengan kurang gelap karena dalam setiap helaian
meberikan angket ke panelis. benang masih ada cukup ruang yang tersisa
untuk zat warna lain yang masuk sehingga
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebabkan terjadinya percampuran warna-
warna yang menghasilkan warna lain yang
Pemilihan kain menggunakan kain kurang gelap dibandingkan dengan kain mori
katun, yang pada umumnya kain katun adalah dan belacu.
kain yang biasa digunakan dalam proses Kain katun selanjutnya adalah kain katun
membatik. Oleh karena itu penelitian mori. Kain mori adalah kain yang biasa
menggunakan kain katun dengan jenis paris, digunakan dalam membantik pada umumnya.
mori, dan belacu. Jenis tersebut dipilih karena Kain mori dalam penelitian ini termasuk dalam
mempunyai konstruksi ringan, medium, dan konstruksi medium. Konstruksi kain mori
berat. dilihat dari berat kain sebesar 144,6 gram/m²
Berikut disajikan dalam tabel dibawah yang dalam standar konstruksi kain masuk
ini. diantara nilai 141 – 160 gram/m² yang berarti
Tabel 1 Konstruksi Kain kontruksi medium. Konstruksi medium
mempunyai nilai ketuaan warna sebesar R%
61,86. Angka tersebut berada dalam angaka
pertengahan diantara kain paris dan belacu.
Jadi ketuaan warna kain mori termasuk
diantara kain paris dan belacu. Hal tersebut
dapat terjadi karena dalam kain mori
mempunyai kerapatan anyaman yang rapat ±
Kain paris berat kain seberat 116,9 105 sampai 110 helai/inci, itu menjadikan
gr/m², berat tersebut menggolongkan kain paris warna akan terlihat nampak tua yang
pada konstruksi ringan. Konstruksi ringan kain disebabkan benang yang mengikat warna
paris mempunyai nilai ketuaan warna semakin banyak yang berjajaran sehingga
didapatkan hasil R% 43,26. Angka tersebut sedikit celah untuk warna tidak masuk dalam
termasuk paling kecil diantara kain mori dan

3
Silviana Silvan Apriliana / FFEJ 3 (1) (2014)

helaian benang dan menjadikan warna akan Perubahan warna (Gre Scale) mempunyai nilai
nampak tua. 4-5 dengan kriteria baik dan penodaan warna
Selanjutnya adalah ketahanan lutur (Staining Scale) dengan nilai yang berarti baik
terhadap pencucian. Ketahan luntur terhadap sekali hal tersebut dikarenakan ikatan warna
pencucian dibagi menjadi dua yaitu perubahan yang terdapat dalam kain sangat kuat sehingga
warna (Gre Scale) dan penodaan warna (Staining warna tidak mudah terlepas dan menodai kain
Scale). Perubahan warna (Gre Scale) mempunyai lain dan yang terakhir adalah efek Wet on Wet
nilai 4-5 dengan kriteria baik dan penodaan (WOW). Efek tersebut dapat dilihat dari bauran
warna (Staining Scale) dengan nilai yang berarti warna dan gradasi. Bauran warna kain mori
baik sekali, hal tersebut dikarenakan ikatan mendapatkan hasil dengan kriteria sedikit
warna yang terdapat dalam kain sangat kuat bercampur dan gradasi sedikit gelap. Hal
sehingga warna tidak mudah terlepas dan tersebut terjadi karena sedikit sekali ruang
menodai kain lain. Ketiga adalah efek Wet on untuk masuknya zat warna lain sehingga warna
Wet (WOW). Efek tersebut dapat dilihat dari akan terlihat sedikit bercampur dan gradasi
bauran warna dan gradasi. Bauran warna kain sedikit gelap bila dibandingkan dengan kain
mori mendapatkan hasil dengan kriteria kurang paris dan belacu.
bercampur dan gradasi cukup gelap. Hal tesebut
terjadi karena setiap helaian benang kurang SIMPULAN
adanya ruang untuk masuknya warna lain dan
bercampur dalam setiap warnanya, sehingga Berdasarkan hasil penelitian dan
warna akan saling menumpuk dan pembahasan dapat diambil beberapa simpulan,
menghasilkan gradasi yang cukup gelap bila yaitu konstrukis kain paris, mori, dan belacu
dibandingkan dengan kain paris dan belacu. mempunyai kontruksi ringan, medium, dan
Kain terakhir adalah kain belacu. Kain berat.
belacu mempunyai konstruksi berat. Hal Menentukan kualitas batik Wet on Wet
tersebut karena kain belacu mempunyai berat (WOW) dapat dilakukan dengan dengan tiga
sebesar 846 gram/m² yang berada dalam nilai hal, yaitu ketuaan warna, ketahanan luntur
>250 gram/m², dan ketuaan warna kain belacu terhadap pencucian, dan efek Wet on Wet
mempunyai nilai sebesar R% 65,41. Angka ini (WOW). Ketuaan warna paling tua dihasilkan
lebih besar dibandingkan dengan nilai kain paris pada kain belacu, dan warna paling muda pada
dan belacu. Sesuai dengan prinsipnya semakin kain paris. Nilai perubahan warna (Grey Scale)
besar nilai R%, semakin tinggi nilai ketuaan dan penodaan warna (Staining Scale) pada kain
warna maka kain belacu ini mempunyai warna paris, mori, dan belacu semua dengan kriteria
paling gelap diantara kain paris dan kain mori, baik dan sangat baik. Efek Wet on Wet (WOW)
hal itu di sebabkan karena kehalusan benang memperlihatkan bauran warna paling
yang dimiliki kain belacu sangat besar bercampur yaitu pada kain paris, dan kurang
dibandingkan kain paris dan mori. Kehalusan bercampur pada kain mori. Sedangkan untuk
benang atau nomor benang yang besar gradasi gelap pada kain mori, dan gradasi
mempengaruhi dalam penyimpanan warna kurang gelap pada kain paris.
yang tersimpan dalam helaian benang, karena Tidak adanya pengaruh konstruksi kain
banyak yang tersimpan, itu menyebabkan terhadap ketuaan warna dengan teknik Wet on
warna akan nampak semakin tua, disisi lain Wet (WOW). Namun adanya pengaruh
juga warna kain belacu yang cenderung putih kontruksi kain terhadap efek Wet on Wet
alami atau tanpa proses pemutihan. Hal (Bauran dan gradasi warna).
tersebut juga dapat mempengaruhi tingkat nilai
ketuaan warna yang terdapat pada kain belacu. DAFTAR PUSTAKA
Ketahan luntur terhadap pencucian
dibagi menjadi dua yanti perubahan warna (Gre Syamwil, Rodia. 2012. Rekayasa Batik dengan
Scale) dan penodaan warna (Staining Scale). Teknik Wet on Wet. Semarang

4
Silviana Silvan Apriliana / FFEJ 3 (1) (2014)

Wahyuningsih, Indah Tri. 2007. Studi Komparasi Sirih dan Garam Diazonium. Skripsi.
Kualitas Kain Katun yang dicelup Ekstrak Semarang: Fakultas Teknik UNNES
Kayu Secang menggunkan Mordan Kapur

5
Silviana Silvan Apriliana / FFEJ 3 (1) (2014)

Anda mungkin juga menyukai