Anda di halaman 1dari 7

Pemetaan Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri

dan Pemenuhan Bahan Baku IVO (Industrial Vegetable


Oil) sebagai Bahan baku Industri Greenfuel

Direktur Jenderal Industri Agro

Jakarta, Juli 2019


I. Pendahuluan
a. Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO & CPKO) terbesar di dunia, dengan
produksi CPO/CPKO tahun 2018 sekitar 42 juta ton dan produksi CPKO sekitar 4,7 Juta Ton. Sebanyak
7,2 Juta ton CPO diekspor dalam, bentuk mentah (unprocessed) dan sekitar 29 Juta Ton diekspor
dalam bentuk hasil olahan (minyak goreng, lemak padatan, oleokimia, dan biodiesel. Pada Tahun
2018, Total nilai ekspor CPO dan produk turunannya asal Indonesia mencapai 31,5 Juta Ton dengan
nilai ekspor USD 25,65 miliar.
b. Namun demikian, fakta bahwa harga CPO Internaisonal masih di level rendah, menjadi hal yang perlu
mendapatkan perhatian serius. Rentang Harga CPO pernah mencapai diatas USD 1200-an/Ton pada
tahun 2012 – 2013. Saat ini rentang harga CPO hanya mencapai USD 450 – 550 /MT. Salah satu
langkah untuk mendongkrak harga CPO Internasional adalah memperbesar serapan CPO nasional ke
dalam negeri sehingga dapat meningkatkan harga beli Tandan Buah Segar petani rakyat, khususnya
petani swadaya.
c. Penyerapan CPO sebagai Biodiesel FAME di dalam negeri telah diberlakukan secara nasional dengan
kebijakan kewajiban mandatory 20% untuk keperluan PSO dan Non PSO) sejak 31 Agustus 2018.
Serapan Biodiesel FAME untuk program B20 (PSO dan Non PSO) Tahun 2018 ±3,9 juta KL, dengan
jumlah produksi Biodiesel FAME nasional mencapai 5,9 Juta ton. Pada tahun 2018 telah dilakukan
ekspor biodiesel FAME sebesar 1,62 Juta Ton, dan hal ini perlu ditingkatkan karena kapasitas produksi
nasional mencapai 12,75 Juta Ton/tahun terdapat (idle capacity)
d. Upaya meningkatkan serapan minyak sawit dalam negeri melalui Kebijakan B20 akan ditingkatkan
menjadi B30 pada tahun 2020; Pada tahun 2019 ini sedang diuji coba (Road Test) penggunaan B30
untuk mesin kendaraan. Apabila kebijakan mandatory B30 ini berhasil, maka akan meningkatkan
serapan Minyak Sawit hingga 6,2 Juta kL pada tahun 2020. 2
I. Pendahuluan ... (Lanjutan)

e. Saat ini, Indonesia sedang mengalami permasalahan defisit neraca perdagangan, defisit neraca
pembayaran, dan tekanan nilai tukar rupiah; yang disebabkan oleh masih tingginya impor BBM,
khususnya Gasoline (Bahan Bakar Mesin Bensin) yang pertumbuhannya semakin meningkat, di
tengah keterbatasan produksi gasoline Kilang Minyak di dalam negeri.
f. Di sisi lain, terdapat berita positif pihak ITB telah berhasil mengembangkan teknologi katalis merah
putih yang mampu mengubah minyak nabati, khususnya minyak sawit menjadi greenfuel (Green
Diesel, Green Gasoline, dan Green Avtur/berbasis kernel oil). Skema produksi Greenfuel yang
digunakan berupa co-processing (bersamaan dengan pengolahan petroleum crude oil di kilang) atau
Stand Alone Refinery/ Biorefinery.
g. Sejalan dengan point e. dan f. diatas, maka Produk greenfuel yang paling niscaya untuk dibangun
secara cepat dan urgent adalah Green Gasoline dengan keunggulan (i). Tidak membutuhkan gas
Hidrogen, (ii). Dapat dibangun secara berdiri sendiri, (iii). Tidak berkompetisi dengan Biodiesel FAME
Existing, (iv). Ceruk pasar gasoline yang sangat besar dan merata di seluruh wilayah Indonesia, dan
(v). Menghasilkan produk samping LPG Nabati yang juga dibutuhkan oleh Masyarakat.
g. Tantangan besar yang perlu dijawab adalah bagaimana mengamankan aspek teknoekonomi
produksi greenfuel, yang saat ini menjadi kekhawatiran berbagai pihak, a.l. (i). Keekonomian
industrei greenfuel/greengasoline, (ii). Potensi kompetisi alokasi dengan sektor pangan, dsb,
h. Bahan baku produksi green gasoline yang cocok secara teknoekonomi adalah IPO (Industrial Palm
Oil) yang merupakan salah satu jenis dari produk IVO (Industrial Vetegable Oil) dengan keunggulan:
kandungan asam lemak bisa lebih tinggi daripada processed palm oil (PPO) lainnya, rute produksi
lebih sederhana (hanya penghilangan getah/gum dan logam), serta yield pemrosesan dari buah
sawit lebih tinggi daripada konvensional (23-28% vs 20-21%).
3
II. Rencana Aksi Biohidrokarbon Nasional

Dokumen Roadmap Terlampir


4
Rute Produksi IVO (Industrial Vetegable Oil) bahan baku industri greenfuel
Oil Palm Plantation and Palm Oil Processing for Food, Non Food, and
Fresh Conventional Biofuel
Fruit • Steaming RBD Food Palm
CPO*) • Refining Oil
Bunch • Pressing PO *) • Fractionation
• Bleaching RBD P Olein
• Milling • Polishing *)
• Deodorizing
• Clarifying RBD PS *)
Palm
Fruits Food/
• Pressing CPKO • Refining RBD PKO Non
*) • Bleaching *)
• Filtering Food
Palm • Deodorizing
Palm Oil
Kernel
Biodiesel
Existing Industry FAME *)
(refinery, fractination, biodiesel) *) SNI Available

Biohydrocarbon Dedicated Plantation Oil Palm and Palm Oil Processing Industry
Loose High Bio Hydrocarbon
Palm FFA Oil Green Avtur **),
Fruits • Fermentation **)
• Degumming
Green Diesel **)
• Pressing • Polishing
Green Gasoline **)
Fresh
Fruit IVO (Industrial
Bunch Vegetable Oil)
**)
Other
Palm • Co Processing • Distillation
Vegetable Oil
Kernel • Oil Refinery • Fractionation
**) Need SNI • Catalyst • Finalizing
5
III. Pemetaan Business Process Industri Greenfuel
Mapping Ranah pembinaan industri greenfuel dari hulu s.d. Hilir

1. SNI IVO (bahan 1. Roadmap industri engine


baku greenfuel Kemenperin adaptif thd greenfuel.
yang cocok dan cq. DJ Industri Agro 2. Kompromi dengan
lebih murah) Enginemaker tentang
2. Peralatan produksi IVO spesifikasi teknis dsb
(Pilot Plant dan sistem 3. Koordinasi dengan industri
industrialisasi 4.0) pengguna engine (otomotif)
3. Sinkronisasi teknoekonomi
dengan gugus process
Kemenperin
cq. DJ ILMATE

Gugus Gugus Gugus


kebun proses engine
Industrial 1.Fasilitasi Pendirian Pabrik Katalis Greenfuel
2.Insentif Investasi bagi Industri Katalis Greenfuel Kemenperin
Support 3.Insentif bagi Industri Penyedia Bahan baku dan Industri cq. DJ IKFT
System Engine/otomotif yang adaptif terhadap Greenfuel

6
IV. Dukungan Kebijakan dalam ranah pembinaan
industri bahan baku greenfuel (IVO/ILO)
1) Kementerian Perindustrian berencana menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia/RSNI
Minyak Nabati Industri, dengan pertimbangan untuk menjamin spesifikasi bahan baku yang
mempengaruhi: (i). engineering design demo plant green gasoline, (ii). desain/prototyping peralatan
produksi bahan baku/IVO, (iii). model agribisnis perkebunan kelapa sawit terintegrasi dengan industri
IVO, (iv). spesifikasi teknis dasar untuk perdagangan IVO, (v). analisis teknoekonomi dan kelayakan
investasi industri greenfuel berbahan baku IVO, dsb.
2) Jenis RSNI produk minyak nabati industri yang akan disusun adalah (i). IVO (Industrial Vegetable Oil)
yang berasal dari berbagai tanaman a.l. kelapa sawit, dsb; (ii). ILO (Industrial Lauric Oil) yang berasal
dari daging buah kelapa dan inti sawit.
3) Mekanisme penyusunan RSNI Minyak Nabati Industri melalui Working Group di bawah Kementerian
Perindustrian, yang ruang lingkupnya menjadi bagian dari ruang lingkup Komite Teknis SNI 27-04
Bioenergi, dimana sekretariat Komite Teknis SNI dimaksud berada dibawah koordinasi Ditjen EBTKE
Kementerian ESDM. Dalam hal ini Ditjen Industri Agro telah mengusulkan agar Penyusunan SNI IVO
dan ILO menjadi SNI Kebutuhan Mendesak tahun 2019.
4) Tantangan pengembangan Industri IVO yang harus ditangani pemerintah (cq. Kemenperin): a).
bagaimana Rekayasa dan rancang Bangun Peralatan produksi IVO yang local based dan murah, b).
koordinasi dengan Kementan untuk membangun sistem agribisnis yang menghasilkan IVO, dengan
menghindari kompetisi dengan pangan dan FAME, c). membuat pilot project pabrik IVO yang bermitra
dengan pertamina untuk pengamanan supply bahan baku, d). korporatisasi petani rakyat mitra
pertamina/BUMN dengan bantuan IT (implementasi Industry 4.0).
Terima kasih 7

Anda mungkin juga menyukai