3 REVISI Seminar Biofuel BPPT 17
3 REVISI Seminar Biofuel BPPT 17
e. Saat ini, Indonesia sedang mengalami permasalahan defisit neraca perdagangan, defisit neraca
pembayaran, dan tekanan nilai tukar rupiah; yang disebabkan oleh masih tingginya impor BBM,
khususnya Gasoline (Bahan Bakar Mesin Bensin) yang pertumbuhannya semakin meningkat, di
tengah keterbatasan produksi gasoline Kilang Minyak di dalam negeri.
f. Di sisi lain, terdapat berita positif pihak ITB telah berhasil mengembangkan teknologi katalis merah
putih yang mampu mengubah minyak nabati, khususnya minyak sawit menjadi greenfuel (Green
Diesel, Green Gasoline, dan Green Avtur/berbasis kernel oil). Skema produksi Greenfuel yang
digunakan berupa co-processing (bersamaan dengan pengolahan petroleum crude oil di kilang) atau
Stand Alone Refinery/ Biorefinery.
g. Sejalan dengan point e. dan f. diatas, maka Produk greenfuel yang paling niscaya untuk dibangun
secara cepat dan urgent adalah Green Gasoline dengan keunggulan (i). Tidak membutuhkan gas
Hidrogen, (ii). Dapat dibangun secara berdiri sendiri, (iii). Tidak berkompetisi dengan Biodiesel FAME
Existing, (iv). Ceruk pasar gasoline yang sangat besar dan merata di seluruh wilayah Indonesia, dan
(v). Menghasilkan produk samping LPG Nabati yang juga dibutuhkan oleh Masyarakat.
g. Tantangan besar yang perlu dijawab adalah bagaimana mengamankan aspek teknoekonomi
produksi greenfuel, yang saat ini menjadi kekhawatiran berbagai pihak, a.l. (i). Keekonomian
industrei greenfuel/greengasoline, (ii). Potensi kompetisi alokasi dengan sektor pangan, dsb,
h. Bahan baku produksi green gasoline yang cocok secara teknoekonomi adalah IPO (Industrial Palm
Oil) yang merupakan salah satu jenis dari produk IVO (Industrial Vetegable Oil) dengan keunggulan:
kandungan asam lemak bisa lebih tinggi daripada processed palm oil (PPO) lainnya, rute produksi
lebih sederhana (hanya penghilangan getah/gum dan logam), serta yield pemrosesan dari buah
sawit lebih tinggi daripada konvensional (23-28% vs 20-21%).
3
II. Rencana Aksi Biohidrokarbon Nasional
Biohydrocarbon Dedicated Plantation Oil Palm and Palm Oil Processing Industry
Loose High Bio Hydrocarbon
Palm FFA Oil Green Avtur **),
Fruits • Fermentation **)
• Degumming
Green Diesel **)
• Pressing • Polishing
Green Gasoline **)
Fresh
Fruit IVO (Industrial
Bunch Vegetable Oil)
**)
Other
Palm • Co Processing • Distillation
Vegetable Oil
Kernel • Oil Refinery • Fractionation
**) Need SNI • Catalyst • Finalizing
5
III. Pemetaan Business Process Industri Greenfuel
Mapping Ranah pembinaan industri greenfuel dari hulu s.d. Hilir
6
IV. Dukungan Kebijakan dalam ranah pembinaan
industri bahan baku greenfuel (IVO/ILO)
1) Kementerian Perindustrian berencana menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia/RSNI
Minyak Nabati Industri, dengan pertimbangan untuk menjamin spesifikasi bahan baku yang
mempengaruhi: (i). engineering design demo plant green gasoline, (ii). desain/prototyping peralatan
produksi bahan baku/IVO, (iii). model agribisnis perkebunan kelapa sawit terintegrasi dengan industri
IVO, (iv). spesifikasi teknis dasar untuk perdagangan IVO, (v). analisis teknoekonomi dan kelayakan
investasi industri greenfuel berbahan baku IVO, dsb.
2) Jenis RSNI produk minyak nabati industri yang akan disusun adalah (i). IVO (Industrial Vegetable Oil)
yang berasal dari berbagai tanaman a.l. kelapa sawit, dsb; (ii). ILO (Industrial Lauric Oil) yang berasal
dari daging buah kelapa dan inti sawit.
3) Mekanisme penyusunan RSNI Minyak Nabati Industri melalui Working Group di bawah Kementerian
Perindustrian, yang ruang lingkupnya menjadi bagian dari ruang lingkup Komite Teknis SNI 27-04
Bioenergi, dimana sekretariat Komite Teknis SNI dimaksud berada dibawah koordinasi Ditjen EBTKE
Kementerian ESDM. Dalam hal ini Ditjen Industri Agro telah mengusulkan agar Penyusunan SNI IVO
dan ILO menjadi SNI Kebutuhan Mendesak tahun 2019.
4) Tantangan pengembangan Industri IVO yang harus ditangani pemerintah (cq. Kemenperin): a).
bagaimana Rekayasa dan rancang Bangun Peralatan produksi IVO yang local based dan murah, b).
koordinasi dengan Kementan untuk membangun sistem agribisnis yang menghasilkan IVO, dengan
menghindari kompetisi dengan pangan dan FAME, c). membuat pilot project pabrik IVO yang bermitra
dengan pertamina untuk pengamanan supply bahan baku, d). korporatisasi petani rakyat mitra
pertamina/BUMN dengan bantuan IT (implementasi Industry 4.0).
Terima kasih 7