Oleh :
ROSYID KHOLILUR ROHMAN, ST, MT
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI ii
5. EVALUASI ALTERNATIF 7
9. LEMBAR KONSULTASI 77
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya
pelatihan PEKERTI APPLIED APPROACH III Tahun 2014 yang dilaksanakan di Universitas
Merdeka Madiun. Penyusunan laporan ini ditujukan sebagai bukti peserta pelatihan mampu dan
memahami materi yang telah diberikan oleh instruktur atau nara sumber serta sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memperbaiki sistem pembelajaran di
Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, khususnya Prodi S1 Teknik Sipil sehingga
tercapainya tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para instruktur atau
nara sumber :
1. Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur
2. Prof. Dr. Agustinus Ngadiman, M.Pd
3. Prof. Dr. Ir. H. Achmadi Susilo, MS
4. Dr. Ir. Francisca Hariyanti, MT
5. Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE, MM
6. LPM Universitas Merdeka Madiun selaku Panitia Pelatihan
Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran di Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, khususnya Program Studi S1
Teknik Sipil.
ii
Tugas 1
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH BERBENTUK PRAKTIKUM
Minggu Melatih Melakukan Analisis Struktur Praktek melakukan Melakukan analisis Input program dan 40 %
ke-9 analisis struktur portal sederhana analisis struktur portal struktur portal output analisis benar
portal sederhana dengan SAP2000 sederhana dengan sederhana dengan
dengan SAP2000 SAP2000 SAP2000
Minggu Melatih Melakukan Analisis Struktur Praktek melakukan Melakukan analisis Input program dan 60 %
ke-12 analisis struktur portal 3D dengan analisis struktur portal struktur dengan output analisis benar
portal 3D dengan SAP2000 3D dengan SAP2000 SAP2000
SAP2000
1
FORMAT RANCANGAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mampu melakukan analisis struktur gedung dengan program SAP2000
.
2. Uraian Tugas Praktikum
I. Objek Praktikum
i. Bangunan di area kampus Universitas Merdeka Madiun
ii. Program komputer SAP2000
II. Tempat
Laboratorium Komputer Universitas Merdeka Madiun
2
3. Kriteria Penilaian
Petunjuk penilaian
1. Ketepatan identifikasi obyek 10%
2. Ketepatan perhitungan beban 10%
3. Ketepatan model struktur 10 %
4. Ketepatan input dimensi 10%
5. Ketepatan input beban 15%
6. Ketepatan output analisis struktur 15%
7. Kehadiran 10 %
8. Kerjasama 10%
9. Ketepatan waktu mengumpulkan tugas 10%
3
Tugas 2
EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR
I. Tujuan Evaluasi
1) Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
2) Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas mengajar dosen.
II. Desain Evaluasi
Merupakan tahapan menentukan pendekatan dalam melakukan evaluasi agar tujuan evaluasi dapat dicapai.
4
2 Kualitas Mengajar Dosen 1. Kehadiran dosen dalam Kuisioner Lembar Mahasiswa Selesai UTS
perkuliahan Kuisioner
2. Kejelasan kontrak kuliah
3. Penguasaan dosen terhadap
materi kuliah.
4. Kemampuan dosen
menjelaskan
5. Kemampuan dosen berdialog
dengan mahasiswa
6. Kesempatan bertanya yang
diberikan dosen
7. Kemutakhiran literature yang
digunakan.
8. Kualitas tugas
9. Kualitas Soal Ujian
5
III. Pengembangan Instrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi Proses Belajar Mengajar adalah:
Angket ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud untuk mengetahui persepsi anda terhadap perkuliahan yang
anda ikuti. Angket ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki perkuliahan yang akan datang.
Petunjuk : Lingkari pada angka yang sesuai dengan pendapat anda untuk semua pertanyaan di bawah ini
Keterangan : (1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = sangat baik)
6
Tugas 3:
PERENCANAAN PENILAIAN ALTERNATIF
No Kompetensi Dasar/ Materi Pokok Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen
Indikator
1 Mampu melakukan analisis
struktur dengan program
komputer SAP2000
Mahasiswa mengetahui langkah Langkah analisis Tes Test tulis Lembar Penilaian
analisis struktur struktur
Mahasiswa mengetahui blok Blok Data Masukan Tes Test tulis Lembar Penilaian
data masukan
Mahasiswa dapat membuat grid Grid struktur Non Tes Asisten Kinerja Lembar Penilaian
struktur Psikomotorik
Mahasiswa dapat membuat Model struktur Non Tes Asisten Kinerja Lembar Penilaian
model struktur Psikomotorik
Mahasiswa dapat menginput Penempatan dimensi Non Tes Asisten Kinerja Lembar Penilaian
dimensi dan beban penampang dan Psikomotorik
pembebanan
Mahasiswa dapat menganalisis Output analisis Non Tes Asisten Kinerja Lembar Penilaian
output SAP2000 Psikomotorik
7
RUBRIK PENILAIAN
8
TUGAS 4 :
REKONSTRUKSI SILABUS DAN RPP
1. TAHAP EVALUASI
Berdasarkan hasil evaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan selama proses perkuliahan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Mahasiswa tidak mempersiapkan diri sebelum menghadapi perkuliahan.
2. Mahasiswa tidak mengerjakan tugas kuliah di rumah.
3. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami cara perencanaan struktur bangunan gedung
4. Mahasiswa kurang akif bertanya apabila mengalami kesulitan materi perkuliahan.
2. TAHAP REKONSTRUKSI
1. Langkah 1 : Memeriksa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Langkah 2 : Mengubah strategi perkuliahan yang mengarah pada metode Student Center Learning
3. Langkah 3 : Penilaian hasil belajar tidak hanya pada hasil test tulis tapi juga menilai keaktifan mahasiswa
9
SILABUS MATA KULIAH
NAMA DOSEN : ROSYID KHOLILUR ROHMAN
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS : 2 SKS
SEMESTER : 7
PRASYARAT : STRUKTUR BETON 2, APLIKASI KOMPUTER, STRUKTUR BANGUNAN
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung berdasar SNI 2847 2002
No Kompetensi Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi Sumber/Bahan/ Alat Penilaian
Dasar Waktu
1 Mampu Menjelaskan 1. Pengertian 1. Mendiskusikan definisi 100 Purwono, Rahmat, Pre Test
menjelaskan pengertian struktur struktur struktur Perencanaan Struktur Keaktifan dalam
dasar-dasar Menjelaskan 2. Komponen 2. Mendiskusikan komponen Beton Bertulang Tahan diskusi
perencanaan komponen struktur struktur struktur Gempa, ITS Press,
gedung gedung 3. Data 3. Mendiskusikan data-data 2005
Menjelaskan data Perencanaan perencanaan
perencanaan
Menjelaskan Langkah Mendiskusikan langkah- 100 Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
langkah Perencanaan langkah perencanaan Perencanaan Struktur diskusi
perencanaan struktur gedung Memberikan tugas terstruktur Beton Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
10
2 Merencanakan Merencanakan grid 1. Grid Struktur 1. membuat grid struktur 100 Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
preliminary struktur 2. Preliminary 2. menentukan dimensi awal Perencanaan Struktur konsultasi
design Menentukan Design balok Beton Bertulang Tahan
dimensi awal balok 3. menentukan dimensi awal Gempa, ITS Press,
dan kolom kolom 2005
4. Melakukan evaluasi tugas
3 Merencanakan Menghitung Plat 1. menghitung penulangan 100 Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
komponen penulangan plat plat Perencanaan Struktur konsultasi
sekunder 2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
Menghitung 2005
penulangan tangga Tangga 1. menghitung penulangan 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
tangga Istimawan, Struktur konsultasi
2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
4 Melakukan Melakukan analisis 1. Beban Mati 1. menghitung beban mati 100 Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
analisis beban- beban mati 2. Beban Hidup 2. menghitung beban hidup Perencanaan Struktur konsultasi
beban yang Melakukan analisis 3. Beban Angin 3. menghitung beban angin Beton Bertulang Tahan
bekerja beban hidup 4. Melakukan evaluasi tugas Gempa, ITS Press,
Melakukan analisis 2005
beban gempa Beban Gempa 1. Memdiskusikan langkah 100 Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
menghitung gaya gempa Perencanaan Struktur konsultasi
2. Menghitung beban gempa Beton Bertulang Tahan
3. Melakukan evaluasi tugas Gempa, ITS Press,
2005
11
5 Melakukan Melakukan analisis Analisis Struktur 1. Mendemonstrasikan proses 100 Dewobroto, Wiryanto, Keaktifan dalam
analisis struktur struktur dengan analisis struktur dengan Aplikasi Rekayasa konsultasi
dengan program program SAP2000 SAP2000 Konstruksi dengan
SAP2000 2. Melakukan analisis SAP2000, Elex Media
struktur dengan SAP2000 Computindo, 2005
3. Melakukan evaluasi tugas
6 Menghitung Menghitung Tulangan lentur 1. menghitung tulangan 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan penulangan lentur lentur balok Istimawan, Struktur konsultasi
balok beton balok 2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
bertulang Erlangga, 1994
Menghitung Tulangan Geser 1. Menghitung tulangan geser 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan geser balok Istimawan, Struktur konsultasi
balok 2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
7 Menghitung Menghitung Tulangan lentur 1. Menghitung tulangan 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan penulangan lentur lentur kolom Istimawan, Struktur konsultasi
kolom beton kolom 2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
bertulang Erlangga, 1994
Menghitung Tulangan Geser 1. Menghitung tulangan geser 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan geser kolom Istimawan, Struktur konsultasi
kolom 2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat,
Perencanaan Struktur
Beton Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
12
8 Merencanakan Menghitung Dimensi pondasi 1. Menghitung dimensi 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
pondasi beton dimensi pondasi pondasi Istimawan, Struktur konsultasi
2. Melakukan evaluasi tugas Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Menghitung Penulangan lentur 1. Menghitung tulangan 100 Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan lentur Kontrol geser lentur pondasi telapak Istimawan, Struktur konsultasi
pondasi telapak pondasi 2. Menghitung kontrol geser Beton Bertulang, Ketepatan waktu
Menghitung kontrol pondasi Erlangga, 1994 mengumpulkan
geser pondasi 3. Melakukan evaluasi tugas tugas
13
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU I
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
INDIKATOR : Menjelaskan pengertian struktur
Menjelaskan komponen struktur gedung
Menjelaskan data-data perencanaan
14
2 Inti Menjelaskan pengertian struktur Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
Menjelaskan komponen struktur Diskusi White board Perencanaan diskusi
gedung Struktur Beton
Menjelaskan data-data perencanaan Bertulang Tahan
Menjelaskan gambaran umum tugas Gempa, ITS Press,
terstruktur 2005
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar
Mengingatkan materi minggu depan
tentang langkah-langkah perencanaan
Mengucap salam dan penutup
15
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU II
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
INDIKATOR : Menjelaskan langkah perencanaan struktur gedung
16
2 Inti Menjelaskan langkah perencanaan Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan
struktur gedung Diskusi White board Perencanaan dalam diskusi
Memberikan tugas terstruktur kepada Struktur Beton
masing-masing mahasiswa Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang preliminary design
Mengingatkan urgensi tugas
Mengucap salam dan penutup
17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU III
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan preliminary design
INDIKATOR : Merencanakan grid struktur
Menentukan dimensi awal balok dan kolom
18
2 Inti Menjelaskan langkah merencanakan Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
grid struktur Diskusi White board Perencanaan konsultasi
Menjelaskan cara penentuan dimensi /Konsultasi Tugas Struktur Beton
awal balok Bertulang Tahan
Menjelaskan cara penentuan dimensi Gempa, ITS Press,
awal kolom 2005
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan plat
Mengucap salam dan penutup
19
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU IV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Merencanakan komponen sekunder
INDIKATOR : Menghitung penulangan plat
20
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
penulangan plat Diskusi/ White board Perencanaan Struktur konsultasi
Memberi contoh perhitungan Konsultasi Beton Bertulang Tahan
penulangan plat Tugas Gempa, ITS Press,
Mahasiswa menghitung penulangan 2005
plat
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan tangga
Mengucap salam dan penutup
21
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU V
22
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Keaktifan dalam
penulangan tangga Diskusi/ White board Istimawan, Struktur konsultasi
Memberi contoh perhitungan penulangan Konsultasi Beton Bertulang,
tangga Tugas Erlangga, 1994
Mahasiswa menghitung penulangan tangga
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar Ceramah 30 menit White board
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang analisis beban yang bekerja
Mengucap salam dan penutup
23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU VI
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
INDIKATOR : Melakukan analisis beban mati
Melakukan analisis beban hidup
Melakukan analisis beban angin
24
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung beban Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
mati Diskusi/ White board Perencanaan konsultasi
Menjelaskan langkah menghitung beban Konsultasi Tugas Struktur Beton
hidup Bertulang Tahan
Memberi contoh perhitungan beban mati Gempa, ITS Press,
dan hidup 2005
Mahasiswa menghitung beban mati,
hidup dan angin yang bekerja
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar Ceramah 30 menit White board
Mengevaluasi tugas mahasiswa Diskusi
Mengingatkan materi minggu depan
tentang analisis beban gempa
Mengucap salam dan penutup
25
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU VII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
INDIKATOR : Melakukan analisis beban gempa
26
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Purwono, Rahmat, Keaktifan dalam
beban gempa Diskusi/ White board Perencanaan Struktur konsultasi
Memberi contoh perhitungan beban Konsultasi Tugas Beton Bertulang
gempa Tahan Gempa, ITS
Mahasiswa menghitung beban gempa Press, 2005
27
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU IX
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
INDIKATOR : Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
28
2 Inti Mendemonstrasikan proses analisis Ceramah 60 menit LCD Dewobroto, Wiryanto, Keaktifan dalam
struktur dengan SAP2000 Diskusi/ White board Aplikasi Rekayasa konsultasi
Menjelaskan analisis gaya-gaya yang Konsultasi Tugas Konstruksi dengan
bekerja SAP2000, Elex Media
Mahasiswa melakukan analisis Computindo, 2005
struktur dengan SAP2000
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar Diskusi
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan lentur balok
Mengucap salam dan penutup
29
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU X
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Menghitung penulangan balok beton bertulang
INDIKATOR : Menghitung penulangan lentur balok
30
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Istimawan, Keaktifan dalam
tulangan lentur Diskusi/ White board Struktur Beton Bertulang, konsultasi
Memberi contoh perhitungan tulangan Konsultasi Erlangga, 1994
lentur balok Tugas
Mahasiswa menghitung tulangan
lentur balok
31
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XI
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE : MKB 59
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
32
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Istimawan, Keaktifan dalam
tulangan geser Diskusi/ White board Struktur Beton konsultasi
Memberi contoh perhitungan Konsultasi Bertulang, Erlangga,
tulangan geser balok Tugas 1994
Mahasiswa menghitung tulangan
geser balok
33
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE : MKB 59
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
34
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Istimawan, Keaktifan dalam
tulangan lentur Diskusi/ White board Struktur Beton konsultasi
Memberi contoh perhitungan tulangan Konsultasi Bertulang, Erlangga,
lentur kolom Tugas 1994
Mahasiswa menghitung tulangan
lentur kolom
35
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XIII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE : MKB 59
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
36
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Keaktifan dalam
tulangan geser kolom Diskusi/ Konsultasi White board Istimawan, Struktur konsultasi
Memberi contoh perhitungan tulangan Tugas Beton Bertulang,
geser kolom Erlangga, 1994
Mahasiswa menghitung tulangan geser
kolom
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis Ceramah 30 menit White board
besar Diskusi
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang perhitungan dimensi pondasi
Mengucap salam dan penutup
37
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XIV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
38
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Istimawan, Keaktifan dalam
dimensi pondasi Diskusi/ White board Struktur Beton Bertulang, konsultasi
Memberi contoh perhitungan dimensi Konsultasi Erlangga, 1994
pondasi Tugas
Mahasiswa menghitung dimensi
pondasi
39
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
KODE : MKB 59
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
40
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung Ceramah 60 menit LCD Dipohusodo, Keaktifan dalam
tulangan lentur pondasi telapak Diskusi/ White board Istimawan, Struktur konsultasi
Menjelaskan langkah kontrol geser Konsultasi Beton Bertulang, Ketepatan waktu
pondasi Tugas Erlangga, 1994 mengumpulkan
Mahasiswa menghitung tulangan lentur tugas
pondasi telapak
Mahasiswa menghitung kontrol geser
pondasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar Ceramah 30 menit LCD
Mengevaluasi tugas mahasiswa White board
Mengingatkan batas waktu pengumpulan
tugas
Mengucap salam dan penutup
41
PENULISAN BUKU AJAR
Program Studi : Teknik Sipil
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Gedung
Kode Mata Kuliah : MKB 59
Semester : VII
Prasyarat : Struktur Beton 2, Aplikasi Komputer, Struktur Bangunan
Bobot SKS :2
Alokasi Waktu : 2 x 50 menit
A. Deskripsi
Materi mata kuliah ini Perancangan Struktur Gedung meliputi :
dasar-dasar perencanaan gedung, preliminary design, komponen struktur sekunder, analisis beban,
analisis struktur, penulangan balok, kolom dan pondasi.
C. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan maka kuliah ini, mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung beton
bertulang berdasar SNI 2847 2002.
D. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
2. Mampu merencanakan preliminary design
3. Merencanakan komponen sekunder
4. Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
5. Melakukan analisis struktur dengan program bantu SAP2000
6. Menghitung penulangan balok beton bertulang
7. Menghitung penulangan kolom beton bertulang
8. Merencanakan pondasi
42
E. Organisasi Materi
preliminary design
(C3)
43
DASAR DASAR PERENCANAAN GEDUNG
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab I meliputi pengertian struktur, komponen struktur gedung, dan data-data
perencanaan
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab I mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian struktur,
mengetahui komponen-komponen struktur dan mengetahui data apa saja yang dibutuhkan dalam
meencana gedung serta mengetahui langkah-langkah perencanaan gedung
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian struktur
2. Menjelaskan komponen struktur gedung
3. Menjelaskan data-data perencanaan
4. Menjelaskan langkah-langkah merencanakan gedung
B. PENYAJIAN
1.1. Pengertian Struktur
Struktur adalah sarana untuk menerima beban-beban yang bekerja yaitu beban
mati, hidup, angin, gempa) dan menyalurkannya ke tanah. Setelah mendapatkan semua
gaya-gaya luar, selanjutnya gaya-gaya tersebut didistribusikan ke elemen elemen sebuah
struktur.
Elemen-elemen sebuah struktur harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya
dalam yang bekerja sehingga struktur aman. Sebuah struktur dibentuk dari elemen-
elemen bahan, dimana perilaku struktur selaras dengan model yang ditetapkan untuk
perhitungan. Kemungkinan-kemungkinan deformasi (lendutan, perpindahan) dari
sambungan sambungan harus digambarkan dengan benar dalam analisa model. Metode
umum untuk mengklasifikasikan elemen struktur dan sistem menurut bentuk dan sifat
44
fisiknya sebagai berikut :
- Berdasarkan geometri dasar, yaitu bentuk struktur diklasifikasikan sebagai bentuk
elemen garis atau gabungan beberapa elemen garis yang terbagi dalam garis lurus
dan garis lengkung.
- Berdasarkan kekakuan elemen struktur, yaitu struktur diklasifikasikan apakah
elemennya kaku atai fleksibel. Elemen kaku umumnya sebagai batang yang tidak
mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang cukup besar bila dibebani. Elemen
fleksibel seperti kabel yang cenderung berubah bila mengalami pembebanan, namun
elemen struktur fleksibel ini tetap mempertahankan fisiknya meskipun bentuknya
berubah-ubah. Kekakuan atau fleksibilitas elemen struktur tetrgantung juga pada
bahan konstruksi yang digunakan pada elemen tersebut.
- Berdasarkan material struktur, yaitu pengklasifikasian struktur berdasarkan bahannya
seperti kayu, baja, dan struktur beton.
1.2.2. Balok
Balok merupakan elemen lentur yang berfungsi mentransfer beban vertical
secara horisontal. Pada sistem struktural bangunan gedung, elemen balok merupakan
paling banyak digunakan dengan pola berulang dalam susunan hirarki balok. Susunan
hirarki ini terdiri atas ; susunan satu tingkat, dua tingkat, dan susunan tiga tingkat
sebagai batas maksimum. Tegangan aktual yang timbul pada elemen struktur balok
45
tergantung pada besar dan distribusi material pada penampang melintang balok tersebut.
Semakin besar ukuran balok, semakin kecil tegangan yang terjadi.
Variabel dasar penting dalam mendesaian elemen balok adalah besarnya beban
yang ada, jarak antara beban-beban, dan perilaku kondisi tumpuan balok. Contoh,
elemen struktur balok yang ujung-ujungnya dijepit lebih kaku daripada balok yang
ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Begitu pula dengan balok yang menerus
(continues beam) di atas banyak tumpuan lebih menguntungkan dibanding dengan balok
di atas tumpuan sederhana (simple beam).
1.2.2. Kolom
Kolom merupakan suatu komponen struktur bangunan yan g fungsi utamanya
menahan beban aksial tekan vertikal. Kolom menempati posisi penting dalam sistem
struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya
komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan batas runtuh
merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Oleh karena itu, dalam
merencanakan struktur kolom harus dihitung dengan cadangan kekuatan lebih tinggi dari
komponen struktur lainnya.
Secara garis besar terdapat tiga jenis kolom beton bertulang, yaitu :
1. Kolom dengan pengikat sengkang lateral
2. Kolom dengan pengikat spiral
3. Struktur kolom komposit
1.2.3. Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur yang berfungsi untuk
menyalurkan beban struktur atas ke tanah pendukungnya. Beban struktur atas yang
bekerja pada pondasi dapat berupa beban vertikal, horisontal, momen, atau kombinasi
dari ketiga-tiganya.
Secara umum, menurut kedalamannya pondasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pondasi dangkal : pondasi yang dasarnya terletak dekat dengan permukaan tanah,
misalnya pondasi telapak, mat, dan sebagainya
2. Pondasi dalam : pondasi yang dasarnya terletak jauh di bawah muka tanah, misalnya
pondasi tiang pancang, sumuran, dan sebagainya.
46
1.3. Data-data perencanaan
Data perencanaan meliputi :
a. denah bangunan,
Denah tidak hanya menggambarkan ruang-ruang berserta fungsi dan ukurannya
saja, namun juga sangat berarti untuk menempatkan posisi-posisi struktur utama (kolom
dan dinding struktur), mewadahi bentangan bangunan dan jarak antar kolom, dan juga
untuk menentukan posisi-posisi rangka atap. Merancang denah adalah bagian yang
paling kompleks dalam pentahapan perancangan bangunan. Di bangunan bertingkat,
denah bahkan memegang peran penting karena denah satu lantai akan terikat dengan
denah lantai lainnya, yaitu pada sistem struktur utama, pelat-pelat lantai beserta
baloknya sampai pada sistem pondasi yang akan digunakan.
a. data lokasi,
Site atau lokasi juga akan berpengaruh terhadap aspek lain karena memberikan
informasi mengenai kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait semacam iklim mikro
lingkungan, keadaan tanah termasuk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan
bangunan, ketetanggaan dengan bangunan lain dan sebagainya. Informasi pada site ini
juga sangat menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil dalam perancangan
struktur. Bentuk bangunan seperti apa, sistem struktur yang mana yang sesuai,
pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikap dengan
bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan
lingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
Data lokasi juga digunakan untuk mengetahui zona gempa bangunan yang
direncanakan. Pembagian zona gempa wilayah Indonesia dapat ditentukan berdasar Peta
Wilayah Gempa SNI 1726 2002. Berdasar SNI 1726 2002 wilayah Indonesia dibagi
dalam 6 wilayah gempa.
b. data tanah,
Dalam merencanakan bangunan bertingkat data tanah mutlak diperlukan. Data
tanah digunakan untuk menentukan daya dukung tanah. Data tanah dapat diperoleh dari
hasil uji tanah berupa sondir test, SPT, boring dan Uji Geser Tanah. Dari data tanah
yang tersedia selanjutnya dijadikan dasar untuk menentukan jenis dan dimensi pondasi.
47
c. Mutu beton dan mutu baja
Dalam merencanakan sebuah bangunan, perencana harus menentukan mutu
beton dan mutu baja yang direncanakan. Mutu beton dan mutu baja dinyatakan dalam
satuan MPa ( N/mm2).
d. Fungsi bangunan
Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwadahi dalam struktur, sehingga
pembahasannya wajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi oleh ruang. Karena menentukan ruang maka struktur dan
konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus memperhatikan persyaratan ruang.
Bangunan tidak akan berhasil mewadahi fungsi jika kegiatan di dalamnya tidak
difasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada
bangunan yang sangat tergantung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut di atas.
Fungsi bangunan akan menentukan besarnya beban yang bekerja. Peraturan
Pembebebanan Indonesia Untuk Gedung 1989 mengatur besarnya beban yang bekerja
berdasarkan fungsi bangunan.
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan komponen struktur gedung?
2. Jelaskan data-data yang diperlukan untuk merencana gedung
II. Tugas
Mengidentifikasi dimensi struktur bangunan di kampus Unmer Madiun.
REFERENSI :
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
49
PRELIMINARY DESIGN
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab II meliputi pengertian grid struktur, dan cara menentukan dimensi awal
balok kolom.
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab II mahasiswa diharapkan mampu merencanakan grid struktur, dapat
menentukan dimensi awal balok dan kolom
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan preliminary desain
Indikator :
1. Merencanakan grid struktur
2. Menentukan dimensi awal balok dan kolom
B. PENYAJIAN
2.1. Pengertian Grid Struktur
rid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan titik-titik atau
garis-garis sistem struktur bangunan dalam denahnya. Titik-titik itu akan menunjukkan
letak kolom sedangkan garis-garis akan menunjukkan letak dinding struktural dalam
bangunan. Grid struktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu
pembuatan gambar denah namun lebih berarti sangat penting karena bentuk-bentuk dan
ukuran grid ini akan berkaitan langsung dengan sistem struktur dan aspek-aspek penting
lain dalam bangunan termasuk fungsi ruang. Grid struktur ini baik bentuk dan
ukurannya harus diikuti oleh atau menyesuaikan dengan ukuran ruang-ruang yang
terdapat dalam denah bangunan. Karena sistem struktur tidak hanya meliputi kolom atau
dinding saja, maka pengaturan grid struktur ini juga harus mempertimbangkan posisi-
posisi elemen sistem struktur lain seperti rangka atap di atas bangunan dan juga pondasi
di bawah bangunan sebab sistem struktur, seperti telah dibahas di atas, idealnya harus
menerus dalam menyalurkan beban dari atas ke bawah.
50
Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garis-garis
dinding struktural ini sudah dapat menentukan kaitan dengan sistem struktur yang lain
tersebut. Pola grid struktur ini harus dapat ditentukan pada tahap “pre-design” yaitu
pada akhir dari tahap ide gagasan atau konsep bangunan karena penggunaan pola grid
ini akan berpengaruh pada aspek-aspek lain dalam bangunan baik secara langsung atau
tidak, seperti pada bentuk dan bentangan ruang, ukuran ruang, kemungkinan akses
bukaan dan sebagainya. Pada tahap denah jadi, grid struktur ini sangat penting artinya
karena akan berfungsi:
menggambarkan sistem struktur yang dipakai
menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur lain
memfasilitasi ruang fungsi di dalamnya
menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkat
menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur
51
hasil dari perhitungan teknis struktural pada nantinya tidak akan jauh berbeda atau
dengan kata lain dimensi yang diajukan arsitek masih dapat dipakai. Sekali lagi yang
harus diperhatikan adalah bahwa arsitek membuat prakiraan ini tidak hanya berdasarkan
pertimbangan aspek struktur saja namun didasarkan pula pada aspek lain dalam
bangunan, sehingga bagi konstruktor struktur sipil, ukuran atau dimensi yang diberikan
oleh arsitek idealnya tidak dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses
penyesuaian atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan
dimensi yang optimal.
Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran
atau dimensi kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek
bahan struktur terhadap kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu, yang
selengkapnya dapat dilihat pada tabel.
52
P
A
0,33 f ' c
dimana A = luas penampang kolom (cm2)
P = beban aksial maksimum yang diperkirakan bekerja
fc = mutu beton (kg/cm2)
Sebagai gambaran kasar, bangunan satu lantai tidak bertingkat menggunakan
kolom praktis ~(10 x 10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap
luasan 9 ~ 12 meter persegi atau untuk dinding setinggi ~3 meter dipasang setiap 3 - 4
meter. Untuk bentangan yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat
diprakirakan dengan ukuran dua kali lipat dari sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan
berlantai dua dapat menggunakan kolom ~(20 x 20) cm bangunan berlantai tiga dapat
menggunakan ~ (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk area
pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk dan dimensi ini.
L/H ~ 1/10-1/12
Pada balok tinggi memang diutamakan ketimbang lebar secara struktural, namun
karena alaan lain, dapat saja balok dibuat dengan bentuk lain. Untuk memprakirakan
ketinggian balok pada konstruksi beton bertulang dapat mengambil angka 1/10 hingga
53
1/12 dari bentangan kolom penumpunya, walaupun juga angka ini masih sangat
tergantung pada jenis beban dan kekuatan material betonnya. Pada beton non-
konvensional seperti beton pre-stress atau beton post-tention, rasionya dapat lebih kecil
hingga 1/20 bentangannya.
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan cara menentukan dimensi awal balok!
2. Jelaskan cara menentukan dimensi awal kolom!
II. Tugas
Tentukan dimensi awal balok dan kolom bangunan yang Saudara rencanakan!
REFERENSI :
Badan Standarisasi Nasional, SNI 2847 03 2002
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
54
BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA PADA STRUKTUR
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab III meliputi beban mati, beban hidup dan beban gempa.
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab III mahasiswa diharapkan mampu menghitung beban mati, beban hidup
dan beban gempa yang bekerja pada struktur gedung.
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menghitung beban-beban yang bekerja.
Indikator :
Menghitung beban mati
Menghitung beban hidup
Menghirung beban angin
Menghitung beban gempa
B. PENYAJIAN
3.1. Beban Mati
Untuk keperluan analisis dan desain struktur bangunan, besarnya beban mati harus
ditaksir atau ditentukan terlebih dahulu. Beban mati adalah beban-beban yang bekerja
vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya
penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat
diitentukan dengan mudah dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung
besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut
berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan
pembebanan. Volume suatu material biasanya dapat dihitung dengan mudah, tetapi kadang
kala akan merupakan pekerjaan yang berulang dan membosankan.
55
Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan komponen
bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau peraturan tahun 1987. Informasi mengenai
berat satuan dari berbagai material konstruksi yang sering digunakan perhitungan beban
mati dicantumkan berikut ini.
Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai contoh
seseorang dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat berpindah-pindah, dapat
berdiri dalam satu kelompok. Perabot atau barang dapat berpindah-pindah dan diletakkan
dimana saja di dalam ruangan. Dari penjelasan ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau
secara terpisah semua kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu dipakai
suatu pendekatan secara statistik untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban
statik terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat dari pemakaian terpusat
maksimum yang diharapkan untuk suatu pemakaian tertentu.
Beban hidup aktual sebenarnya yang bekerja pada struktur pada umumnya lebih kecil
dari pada beban hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan tetapi, ada
kemungkinan beban hidup yang bekerja sama besarnya dengan beban rencana pada struktur.
Jelaslah bahwa struktur bangunan yang sudah direncanakan untuk penggunaan, tertentu
harus diperiksa kembali kekuatannya apabila akan dipakai untuk penggunaan lain. Sebagai
contoh, bangunan gedung yang semula direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup
kuat apabila digunakan untuk gudang atau kantor.
Besarnya beban hidup terbagi merata ekuivalen yang harus diperhitungkan pada
struktur bangunan gedung, pada umumnya dapat ditentukan berdasarkan standar yang
berlaku. Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada atap = 100 kg/m2
Lantai rumah tinggal = 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, = 200 kg/m2
rumah sakit
Panggung penonton = 500 kg/m2
Lantai ruang olah raga, lantai pabrik, bengkel, gudang,
tempat orang berkumpul, perpustakaan, toko buku,
masjid, gereja, bioskop, ruang alat atau mesin = 400 kg/m2
Balkon, tangga = 300 kg/m2
57
Lantai gedung parkir : Lantai bawah = 800 kg/m2
Lantai atas = 400 kg/m2
58
Hisapan
Tekanan
Bangunan
Kecepatan angin
Denah Bangunan
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan isapan pada
bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin
berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan
untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan
ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu
perlu juga diperhatikan apakah bangunan itu terletak di perkotaan atau di pedesaan.
Seandainya kecepatan angin telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan
dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.
Pola pergerakan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi
konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan,
angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien khusus untuk tekanan
dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi pada bangunan.
59
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin
mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan
berdasarkan rumus empris :
p = V2/16 (kg/m2)
0,9 0,4
Gambar 3.2. Koefisien angin untuk tekanan dan hisapan pada bangunan
60
terjadi jika gedung berada di daerah perkotaan. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2, pola
aliran udara di sekitar gedung tidak teratur. Jika gedung-gedung terletak pada lokasi yang
berdekatan, pola angin menjadi semakin kompleks karena dapat terjadi suatu aliran yang
turbulen di antara gedung-gedung tersebut.. Aksi angin tersebut dapat menyebabkan terjadinya
goyangan pada gedung ke berbagai arah.
Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin dalam
keadaan mempunyai kecepatan yang konstan.. Hal ini dapat terjadi khususnya pada
struktur-struktur yang relatif fleksibel, seperti struktur atap yang menggunakan kabel.
Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada permukaan atap, yang pada
gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, baik perubahan kecil maupun
perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut dapat menyebabkan distribusi tekanan maupun
tarikan yang berbeda, yang juga dapat menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya,
terjadi gerakan konstan atau flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap
merupakan hal penting dalam mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol
fenomena flutter pada atap mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. dengan
Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat
banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.
61
berupa gelombang kompresi (compressional wave) atau disebut juga sebagai Gelombang
Primer, dan gelombang geser (shear wave) atau disebut sebagai Gelombang Sekunder.
Selain kedua gelombang tersebut ini, terdapat juga gelombang-gelombang yang merambat
di permukaan bumi, gelombang ini disebut gelombang Rayleigh-Love. Gelombang-
gelombang gempa yang diakibatkan oleh energi gempa ini merambat dari pusat gempa
(epicenter) ke segala arah, dan akan menyebabkan permukaan bumi bergetar. Permukaan
bumi digetarkan dengan frekuensi getar antara 0.1 sampai dengan 30 Hertz. Gelombang
Primer akan menyebabkan getaran dengan frekuensi lebih dari 1 Herzt, dan menyebabkan
kerusakan pada bangunan-bangunan rendah. Gelombang Sekunder, karena arah gerakannya
horisontal, maka gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan
yang tinggi. Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love karena frekuensinya getarnya yang
rendah, menyebabkan gelombang ini dapat merambat lebih jauh sehingga dapat
mengakibatkan pengaruh kerusakan pada daerah yang sangat luas. Karena arah gerakannya
yang berputar maupun horisontal, menyebabkan gelombang permukaan ini sangat
berbahaya bagi bangunan-bangunan tinggi. Pada saat bangunan bergetar akibat pengaruh
dari gelombang gempa, maka akan timbul gaya-gaya pada bangunan, karena adanya
kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan posisinya dari pengaruh
gerakan tanah. Beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan merupakan gaya inersia.
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari
beberapa faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh
redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan
tersebut didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting,
karena beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat tergantung dari
besarnya massa dari struktur.
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya
adalah gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada
arah vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima
pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi antara
beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya inersia
pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan struktur, akhir-
akhir ini sedang ditinjau kembali.
62
yang sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-bangunan Teknik Sipil
mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam, sehingga akan mempunyai waktu getar
alami yang berbeda-beda pula. Dengan demikian respon percepatan maksimum dari
struktur tidak selalu sama dengan percepatan getaran gempa.
Sistem struktur bangunan yang tidak terlalu kaku, dapat menyerap sebagian dari
energi gempa yang masuk kedalam struktur, sehingga dengan demikian beban yang terjadi
pada struktur dapat berkurang. Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang
mempunyai waktu getar alami yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang
gempa di permukaan, dapat mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh
dari gerakan gempa yang berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang dapat
terjadi pada struktur bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh percepatan
gempa saja, tetapi juga tergantung dari respons sistem struktur bangunan dengan
pondasinya.
Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh terhadap besarnya beban gempa yang
dapat terjadi pada struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi,
kekakuan dari struktur, mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi
tanah dasar, dan tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang
terakhir ini sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat terjadi
gempa, gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya inersia yang terjadi
pada struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal maupun arah vertikal secara
bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada umumnya hanya
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh gerakan
gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan, karena sampai saat ini perilaku dari respon
struktur terhadap pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban
gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak
dari Newton besarnya adalah : V = m.a = (W/g).a , dimana a adalah percepatan pergerakan
permukaan tanah akibat getaran gempa, dan m adalah massa bangunan yang besarnya
adalah berat bangunan (W) dibagi dengan percepatan gravitasi (g). Gaya gempa horisontal
V = W.(a/g) = W.C, dimana C=a/g disebut sebagai koefisien gempa. Dengan demikian gaya
63
gempa merupakan gaya yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan
suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada
lantai-lantai dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap
lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada
suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), besarnya beban gempa horisontal
V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan sebagai berikut :
C .I
V = Wt
R
Dimana :
C : Koefisien gempa, yang besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar
struktur
Harga C ditentukan dari Diagram Respon Spektrum, setelah terlebih dahulu
dihitung waktu getar dari struktur
I : Faktor keutamaan struktur
R : Faktor reduksi gempa
Wt : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
V3
W3
V2
V
W2
V1
W W1
64
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan sebagai
berikut :
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit = 0,30
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah = 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, = 0,50
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran = 0,50
Gedung perkantoran : kantor, bank = 0,30
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko,
toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir = 0,50
Bangunan industri : pabrik, bengkel = 0,90
Untuk pembebanan pada bangunan gedung bertingkat banyak, tidak mungkin pada
saat yang sama semua lantai memikul beban hidup yang maksimum. Oleh karena itu diijinkan
untuk mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen struktur dengan
memperhatikan pengaruh dari kombinasi pembebanan dan penempatan beban hidup.
65
Untuk kombinasi pembebanan tertentu sering kali diizinkan untuk mereduksi gaya desain
total dengan faktor tertentu. Sebagai contoh, bukan kombinasi 1,0 (beban mati + beban hidup +
beban gempa atau angin) yang digunakan untuk perhitungan, melainkan 0,75 (beban mati +
beban hidup + beban gempa atau angin) sebagaimana yang disyaratkan oleh banyak peraturan.
Yang dimaksudkan dengan ekspresi ini adalah bahwa tidak semua beban akan bekerja pada
struktur pada harga maksimumnya secara simultan, mengingat beban gempa atau beban angin
adalah beban yang bersifat sementara. Sebaliknya struktur harus direncanakan untuk memikul
kombinasi beban mati dan hidup penuh yang bekerja secara simultan, atau diekspresikan
sebagai 1,0 (beban mati + beban hidup). Untuk perencanaan struktur bangunan, pada umumnya
banyak kombinasi pembebanan yang harus ditinjau di dalam analisis. Elemen-elemen struktur
harus direncanakan untuk memikul kombinasi pembebanan terburuk yang mungkin terjadi.
Di Indonesia, pada umumnya umur rencana dari struktur bangunan rata-rata adalah 50
tahun. Oleh karena itu selama umur rencananya, struktur bangunan harus mampu untuk
menerima atau memikul berbagai macam kombinasi pembebanan (load combination) yang
mungkin terjadi. Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan, dapat berupa kombinasi
dari beberapa kasus beban (load case) yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan bahwa
suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada proses
perancangan dari struktur, perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi
pada struktur.
Sebagai contoh, pada buku Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2002), disebutkan bahwa kombinasi pembebanan yang harus
diperhitungkan pada perancangan struktur bangunan gedung adalah :
Pada kombinasi Pembebanan Tetap ini, beban yang harus diperhitungkan bekerja pada
struktur adalah :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Sedangkan pada kombinasi Pembebanan Sementara ini, beban yang harus diperhitungkan
bekerja pada struktur adalah :
U = 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R)
U = 0,9 D 1,6 W
U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E
U = 0,9.D 1,0 W
66
U = 1,4 (D + F)
U = 1,2 (D + T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
dimana D = Beban mati, L = Beban hidup, A = Beban atap, R = Beban hujan, W = Beban
angin, E = Beban gempa, F = tekanan fluida, T = Perbedaan penurunan pondasi, perbedaan
suhu, rangkak dan susut beton. Koefisien 1,0, 1,2, 1,6, 1,4, merupakan faktor pengali dari
beban-beban tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan faktor 0,5 dan 0,9
merupakan faktor reduksi.
Sistem struktur dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua kombinasi
pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Momen lentur (Mu), momen
torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi pada elemen-elemen
struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau, dipilih yang paling besar harganya,
untuk selanjutnya digunakan pada proses desain.
Untuk keperluan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan gedung, perlu dilakukan
perhitungan mekanika rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi pembebanan yaitu
Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Kombinasi pembebanan untuk perencanaan
struktur bangunan gedung yang sering digunakan di Indonesia adalah U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A
atau R) dan U = 1,2 D + 1,0.L 1,0 E. Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau
bekerja pada sistem struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih
besar dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur dapat
berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam perhitungan. Beban mati
dan beban hidup selalu berarah ke bawah karena merupakan beban gravitasi, sedangkan beban
angin atau beban gempa merupakan beban yang berarah horisontal.
Akibat kombinasi pembebanan, pada elemen balok akan bekerja momen lentur yang
berarah bolak-balik. Penampang balok harus dirancang agar kuat menahan momen-momen ini.
Akibat beban gempa atau beban angin yang berarah horisontal, pada elemen-elemen kolom dari
struktur, akan bekerja momen lentur yang berarah bolak-balik. Penampang kolom harus
dirancang agar kuat menahan momen-momen ini. Untuk memikul momen lentur yang berubah
arah ini, pada umumnya untuk elemen kolom dipasang tulangan simetris.
67
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian beban mati!
2. Jelaskan pengertian beban hidup!
3. Jelaskan pengertian beban gempa!
II. Tugas
Hitunglah beban mati, beban hidup dan gempa pada bangunan yang Saudara
rencanakan!
REFERENSI :
Anonim, Peraturan Pembebaban Indonesia Untuk Gedung, 1989
Badan Standarisasi Nasional, SNI 2847 03 2002
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
68
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
Rosyid Kholilur Rohman, ST, MT
69
I. JUDUL
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN PEMBERIAN TUGAS
TERSTRUKTUR PADA MATA KULIAH PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
70
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah utnuk Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana peningkatan prestasi belajar mahasiswa Teknik Sipil Unmer Madiun dengan
pemberian tugas terstruktur pada mata kuliah Perancangan Struktur Gedung ?
V. TUJUAN TINDAKAN
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
mahasiswa setelah program perbaikan melalui pemberian tugas terstruktur dalam menempuh
mata kuliah Perancangan Struktur Gedung.
71
Menurut pengertian secara psikologis belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Gagne dalam Slameto (2003: 13), mengemukakan masalah belajar dalam dua definisi (1).
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan dan tingkah laku. (2).Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang diperoleh dari intruksi.
Metode mengajar ialah cara atau strategi mengajar tertentu yang di gunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa, tujuannya untuk
memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajaran. Metode
pemberian tugas (resitasi) adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan
siswa untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
72
Tugas dalam kehidupan sehari-hari sering disebut pekerjaan rumah, yaitu tugas
khusus pada siswa untuk mengerjakan sesuatu. (Winarno Surakhmad, 1979: 95).
Selanjutnya Winarno Surakhmad menyatakan bahwa tugas merupakan salah satu metode
mengajar, dengan tujuan memberi kesempatan untuk melatih hal–hal yang dipelajari, atau
menyelidiki hal–hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari, disamping itu
tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan cara–cara belajar yang baik
serta sebagai motivasi siswa untuk belajar.
Jadi metode pemberian tugas terstruktur adalah cara mengajar dimana siswa diberi
tugas tertentu yang dapat dikerjakan didalam maupun diluar kelas dan dapat dilakukan
sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, tugas sebelum proses belajar mengajar
dimaksudkan untuk menciptakan keterkaitan yang kuat antara rangsangan yang berupa
materi pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Pemberian tugas setelah
proses belajar mengajar dimaksudkan agar sesudah proses belajar mengajar kemampuan
yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat tertanam dalam diri peserta didik dan
semakin tahan lama teringat dalam memori ingatan siswa. Tugas terstruktur dapat pula
didefinisikan sebagai tugas yang diberikan kepada mahasiswa dengan batasan tertentu
setelah ia menyelesaikan suatu materi pembelajaran. Pengertian lain, tugas terstruktur
merupakan kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang
pendidik untuk mencapai kompetensi..
73
3) Strategi kognitif; yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir
agar terjadi aktivitas yang efektif. Strategi kognitif lebih menekankan pada pada
proses pemikiran.
4) Sikap; yaitu keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur
pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5) Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang
dikontrol oleh otot dan fisik.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Bloom mengungkapkan tiga kawasan
(domain) perilaku individu hasil belajar beserta sub kawasan dari masing-masing
kawasan, yakni: (1) kawasan kognitif/ pengetahuan dan pengertian; (2) kawasan afektif/
sikap dan cita-cita; dan (3) kawasan psikomotor/ keterampilan dan kebiasaan. Pernyataan
ini didukung oleh pendapat Nana Sudjana (2004: 22) yang mengemukakan bahwa hasil
belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan;
(b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan
dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Dari ketiga di atas, dapat disimpulkan mengenai pengertian hasil belajar, yaitu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya yang
membentuk perubahan perilaku individu baik berupa penguasaan informasi verbal,
kecakapan kognitif, afektif atau sikap serta psikomotor atau keterampilan.
74
B. SASARAN PENELITIAN
Sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 tahun akademik 2013/2014
Universitas Merdeka Madiun yang mengambil mata kuliah Perancangan Struktur Gedung.
Jumlah mahasiswa sebanyak 35.
D. RANCANGAN PENELITIAN
Tahap-tahap penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses belajar
mengajar. Pada tahap ini juga disiapkan instrument penelitian serta perangkat pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
2) Pengamatan
Mengamati hasil dan proses kegiatan belajar mengajar mahasiswa
3) Refleksi
Melihat dan mempertimbangkan hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
4) Revisi.
Membuat revisi rancangan yang berupa tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya
perbaikan.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1) Perangkat pembelajaran
a. Silabus
b. RPP
c. Bahan ajar
d. Evaluasi soal
75
2) Instrumen pembelajaran
a. Materi kuliah Perancangan Struktur Gedung
b. Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press,
2005
c. Dewobroto, Wiryanto, Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Elex Media
Computindo, 2005
X. DAFTAR PUSTAKA .
a. Abin Syamsudin Makmum. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
b. Anisatul Mufarokah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras
c. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
d. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
e. Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Menteri pendidikan Program
Bimbingana Konseling. Depdikbud. : PT. Yogyakarta.
f. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
g. Suseno Hary Prasetyo. 2001. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Proses
Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Pemberian Tugas. Kebumen: Action
Research
h. Usman, M.Uzer. 2000. Menjadi Guru Professional. Bandung. PT.Remaja Rosdakaya.
i. Winarno Surakhmad. 1982. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metode Ilmiah. Jakarta:
Aksara Baru
j. Winkel.W.S. 1996. Terjemahan, Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo
76
77