Anda di halaman 1dari 3

UTS Civilisation of Pluralism

resistensi. Pada tahun 1984, meletus peristiwa Tanjung Priok, yang merupakan
perlawanan warga penganut Islam terhadap politik azas tunggal. Juga perlawanan di
beberapa ormas Islam.Nah, praktek misrekognisi di masa Orde Baru itu dijalankan secara
represif. Setiap kelompok yang me nuntut pengakuan identitas ditindas secara militeristik.
Jadi, karena dipukul, politik identitas menjadi laten. Kelompok yang memperjuangkannya
pun ada, tetapi sembunyi-sembunyi. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan
Penghormatan kepada beragam asas, cirri, aspirasi dan program parpol yang memiliki
partai.

Secara garis besar: pada masa penjajahan belanda, belanda membagi masyarakat indonesia
menjadi 3 lapisan sosial. lapisan paling atas adalah eropa sebagai penguasa dan penjajah, lapisan
kedua adalah pedagang yang merupakan masyarakat asing (cina, india, arab) dan yang terakhir
adalah pribumi yang bekerja sebagai buruh dalam konteks ini adalah etnis jawa karena merupakan
mayoritas pada saat itu. pada masa kolonial, belanda membedakan "orang cina" dan "pribumi" dan
menempatkan para pedagang cina di posisi yang lebih tinggi dibandingkan para pribumi. hal ini
membuat jumlah imigran cina meningkat karena adanya kesempatan ekonomi. hal ini pula yang
membuat masyarakat pribumi merasa terdiskriminasi. pelapisan yang dibuat belanda membekas
hingga orde lama dan baru dimana pribumi menempatkan para etnis cina bukan sebagai bagian
dari negara indonesia. terlebih pada saat memperoleh kemerdekaan, dulu semua bangsa bersatu
karena memiliki satu musuh, ketika musuh itu pergi mereka harus hidup berdampingan dan
akhirnya menimbulkan konflik, posisi yang dulunya dikuasai belanda semua diambil alih oleh orang
orang indonesia. kelompok cina menjadi kelompok yang terpisah. namun pada masa ini pula
pemerintah mengeluarkan istilah SARA sebagai bentuk usaha mengurangi hukum adat dan
menyatikan komponen bangsa. penguasa pasca kolonial saat itu mengatakan bahwa tidak boleh
ada unsur etnik. penduduk asli tionghoa, walaupun telah menjadi penduduk indonesia tetap
dibedakan menjadi bagsa lain. bangsa cina tidak diperbolehkan untuk bermain di bidang politik,
tinggal diperdesaan, menggunakan nama cina dan atau bahasa/aksen cina, dan presentasi WNA
cina harus lebih sedikit dibandingkan WNI di bangku sekolah. uniknya, masyarakat asing pada saat
itu bukan hanya cina, namun ada arab dan india yang tidak pernah di sorot. pada titik ini pula,
pemerintah pada prakteknya berfokus pada etnis jawa sebagai identitas bangsa sebagai kelompok
dominan. oleh karna itu hubungan antar etnik secara historis tergolong pada tipologi
etnonationalism.

pada era reformasi, moderenisasi dan pembangunan tidak menyurutkan identitas etnis. banyak
sekali konflik yang terjadi pada masa ini. hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan pembangunan
pada etnis tertentu juga perubahan konstelasi politik pada masa reformasi. ada 4 faktor yang
menyebabkan konflik etnik. setiap kelompok etnik berusaha untuk mengamankan kelompoknya
yang membuat kelompok lain merasa tidak aman. ini disebut dilema keamanan kelompok etnik.
konflik akhirnya bermunculan sebagai konsekuensi dari ketakutan dominansi kelompok lain.
lambat laun muncul yang dinamakan ambisi hegemoni dimana satu kaum etnis tidak cukup puas
hanya dengan mempertahankan nilai budaya dan institusi mereka saja namun mereka ingin
menjadi dominan dari yang lain. yang terakhir adalah aspirasi kaum elit dimana ambisi aum elit
untuk mempertahankan kekuasaannya meluas dengan menggunakan isu, ketakutan, kebencian,
dan ambisi kelompok etnik. pada pemerintahannya, Gus Dur menghapuskan diskrimasi mengenai

Property of business 2E
1
diskrimasi adat istiadat dan kebudayaan Cina. Tahun Baru Cina pun dijadikan hari libur nasional
untuk menghormati warga keturunan Cina. Sikap pemerintah RRC yang dengan tegas menyatakan
orang Tionghoa adalah warga Indonesia harus loyal kepada Indonesia, mengartikan bahwa mereka
sangat senang dan merasa diskrimasi yang terjadi sudah hilang.

Orde lama dan baru Orde reformasi

- SARA sebagai hal tabu - Banyaknya konflik antar etnis pribumi


- Pengelompokan WNA sebagai bangsa maupun non-pribumi
sendiri - Etnosentrisme tinggi
- Terjadi transmigrasi yang berlebihan - Adanya kesenjangan pembangunan
- Pengupayaan penghapusan kelompok - Penghapusan diskriminasi
etnis Contoh: pasar diambil oleh bangsa cina 53%
contoh : WNA dilarang menjabat politik, dan arab 47%, adanya libur nasional pada tahun
dilarang menggunakan bahasa/aksen tionghua, baru cina.
masyarakat jawa yang dipindahkan ke lampung
melebihi masyarakat aslinya.

Ethnic Diversity and National Integration

Etnisitas menggambarkan bagaimana interaksi antara kelompok etnik dengan bangsa sehingga
etnisitas pada dasarnya memiliki dua wajah yang mengacu kepada emansipasi dan dominasi.

1. Jelaskanlah dengan baik apa makna pernyataan di atas!

Berdasarkan dari akar kata, etnisitas berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethnos yang
berarti “bangsa” dan ethnikos yang berarti “lainnya”. Dalam pengertian ini maka etnisitas
menitikberatkan pada adanya perbedaan antara apa yang dipandang sebagai bangsa dengan
kelompok-kelompok lainnya yang dipandang sebagai bukan bangsa. Dengan demikian, pernyataan di
atas berarti memiliki dua makna. Pertama, etnisitas memiliki daya dorong bagi kelompok-kelompok
etnik untuk melakukan protes dan gugatan terhadap ketidakadilan, eksklusi (penyingkiran) yang
dilakukan oleh bangsa. Kedua, etnisitas juga dapat mengacu pada politik kultural dari kelompok etnik
yang dominan. Makna tersebut lebih mengungkapkan makna etnisitas dalam konteks atau perspektif
politik.

2. Dalam konteks Indonesia, bagaimana Anda menerapkan konsep tersebut? Jelaskanlah


dengan baik!

Emansipasi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk
mendapatkan hak maupun persamaan derajat (kesetaraan) baik dalam politik, ekonomi, maupun
sosial budaya, umumnya bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik. Dominasi adalah suatu
proses dimana satu kelompok menguasai kelompok lainnya.

Pada dasarnya, kelompok etnik mengacu pada kelompok dengan kesamaan keturunan,
sejarah, dan identitas budaya, seperti kesamaan tradisi, nilai, bahasa, pola perilaku secara nyata atau
dibayangkan. Etnisitas dapat berkembang menjadi negara ketika suatu kelompok terbentuk atas dasar
Property of business 2E
2
keanggotaan etnis dan tetap bertahan dalam kurun waktu yang lama dan mereka percaya pada
kesamaan asal-usul.

Property of business 2E
3

Anda mungkin juga menyukai