Anda di halaman 1dari 6

NAMA : HERMANTO

NPM : 191016174201026
MATA KULIAH: HUKUM TATA NEGARA
KELAS : REGULER MANDIRI

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

1. A. Sejarah Perkembangan HAM

Sejarah hak asasi manusia berawal dari Magna Charta di Inggris pada tahun 1215. Magna
Charta merupakan cikal bakal kebebasan warga negara Inggris yang berupa kompromi
pembagian kekuasaan antara Raja John dan bangsawannya (Davidson, 1994). Langkah penting
selanjutnya adalah keputusan Raja Charles I Inggris dalam “Petition of Rights” pada tahun 1628
sebagai garansi terhadap hak habeas corpus, yaitu hak seseorang untuk dibawa sebelum
pengadilan untuk menentukan apakah dia bisa dibebaskan.
Teori tentang hak-hak alami manusia muncul seiring dengan terjadinya revolusi di
berbagai negara dalam waktu yang berbeda, yaitu Revolusi Inggris (1688) yang memunculkan
“Bill of Rights”, Revolusi Amerika (1776) dengan “Rights of Man” sebagai awal deklarasi
kemerdekaan Amerika, dan Revolusi Prancis (1789) dengan Deklarasi Hak Manusia dan
Warganegara. Revolusi-revolusi tersebut menekankan bahwa kebebasan individu adalah natural
dan pemerintah tidak bisa membatasinya.
Hak asasi manusia mengalami perkembangan dalam bidang hukum internasional berawal
ketika abad ke-18 dan 19 di Eropa, terutama dari Traktat Perdamaian Paris (1814) antara Inggris
dan Prancis. Kemudian pembentukan International Committee of the Red Cross atau ICRC (1863)
diikuti dengan Konvensi Genewa I (1864) untuk melindungi tawanan perang, mengatur cara-cara
perang dan perlindungan terhadap masyarakat sipil yang tidak terlibat dalam perang
(noncombatan). Pada abad ke-20, melalui Traktat Versailles (1919) dibentuklah International
Labor Organization atau ILO yang fokus kepada upaya keadilan sosial dan kepedulian atas
standar perlakuan terhadap kaum buruh. Lebih lanjut, Liga Bangsa-Bangsa menggencarkan
upaya untuk menghapuskan perbudakan melalui Konvensi untuk Melenyapkan Perbudakan dan
Perdagangan Budak (1926). Globalisasi isu hak asasi manusia ditandai dengan adanya Universal
Declaration on Human Rights (UDHR) pada tahun 1948, kemudian International Covenant on
Civil and Political Rights (hak-hak sipil dan politik) dan International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights (hak-hak ekonomi, sosial dan budaya) pada tahun 1966, serta
beberapa konvensi seperti CEDAW, CAT, CRC, CERD, dan CMW.

B. Pengaturan HAM Di Indonesia


Hak asasi manusia tersebut diatur dalam pasal 27 UUD 1945.

Pasal 27
Hak asasi manusia untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan layak, di mana ayat ini
berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak atas
kemanusiaan”. Setiap warga negara berhak mendapatkannya dengan cara yang sah menurut
hukum dengan tidak melanggar hak asasi orang lain. Ayat 3. Hak asasi manusia terhadap
kewarganegaraan dan kebangsaannya, di mana “ setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam pembelaan negara”. Sejak terakhir amandemen UUD 1945, pada tahun 2004, pasal
28 dijabarkan dengan lebih terperinci. Dengan bagian utama tetap pada “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”
Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR dan Undang-Undang

Ketetapan MPR adalah peraturan perundang-undangan yang langsung berada di bawah


konstitusi, UUD 1945. Pengaturan HAM diatur dalam TAP MPR nomor XVII tahun 1998. Tap
MPR ini berisikan tentang pengaturan pelaksanaan undang-undang yang mengatur tentang
HAM dan sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM Internasional.

Hak asasi manusia dalam undang-undang diatur secara rinci tentang setiap jenis hak asasi. Oleh
karena itu, ada banyak UU yang mengatur HAM di Indonesia. Dari banyaknya pengaturan HAM
dalam UU di antaranya adalah sebagai berikut ;

 UU Nomor 5 Tahun 1998 yang berisi tentang ratifikasi terhadap aturan anti kekejaman,
penyiksaan, perlakuan, atau penghukuman yang kejam, tidak berperikemanusiaan, dan
merendahkan martabat.
 UU Nomor 9 TAhun 1998 yang berisi tentang kebebasan menyatakan pendapat
 UU Nomor 11 Tahun 1998 yang mengatur tentang hak dan kewajiban buruh di Indonesia
 UU Nomor 8 Tahun 1999, berisikan tentang hak dan perlindungan konsumen.
 UU Nomor 19, 20, dan 21 Tahun 1999, berisi tentang perburuhan. Dalam hal ini UU mengatur
tentang penghapusan ekrja paksa, upah minimum pekerja, dan diskriminsai dalam pekerjaan.
 UU Nomor 26 Tahun 1999, berisikan tentang pencabutan hukum subsversi yang dianggap
membatasi hak berpendapat.
 UU Nomor 39 Tahun 1999 , berisikan tentang HAM.
 UU Nomor 40 Tahun 1999, berisikan tentang pers, hak dan kewajibannya.
 UU Nomor 26 TAhun 2006, berisikan tentang pengadilan terhadap pelanggar HAM.

2. A. Kewenangan Masing-masing Kekuasaan Kehakiman


1. Kewenangan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung memiliki wewenang:
1. Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat
banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
2. Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-undang
3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman

2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi


Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat
(1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah
menguji undang-undang terhadap UUD 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai
politik; dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu,
berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang
ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi
adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945.
b. Tidak, Komisi Yudisial Bukan Pelaksana/Pelaku Kehakiman akan tetapi fungsinya
berkaitan dengan dengan kekuasaan kehakiman.
Adapun wewenang Komisi Yudisial, Sbb :
1. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan hakim ad hoc di Mahkamah
Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim bersama sama
dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku
Hakim
(Pasal 13 UUNo.18 Tahun 2011 tentang PerubahanUU No.22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial)

3. A. Beda Warga Negara dengan Penduduk


perbedaan penduduk dengan warga negara:
1) waktu tinggal
warga negara adalah orang-orang yang tinggal di suatu negara dalam jangka waktu panjang dan
tidak memiliki rencana menetap di negara tersebut.
penduduk adalah orang-orang yang menetap di suatu negara dalam jangka waktu yang panjang.

2) status
status warga negara tidak tercatat secara resmi, sedangkan penduduk tercatat secara resmi.
seperti memiliki Kartu Keluarga dan KTP.
3) Kewarganegaraan
pada warga negara, kewarganegaraannya berbeda dengan tempat tinggalnya. sedangkan pada
penduduk, kewarganegaraannya sama seperti tempat tinggalnya sekarang.
4) tingkat kebebasan
pada warga negara yang menetap di suatu negara tidak bebas melakukan hal-hal tertentu di
negara tersebut. Seperti, bergabung dalam partai politik, menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan
mengikuti pemilu. sedangkan penduduk, memiliki kebebasan yang lebih dalam melakukan hal-
hal yang berhubungan dengan negaranya.

B. menyebab hilangnya kewarganegaraan seseorang


Setiap Warga Negara dapat dengan sendirinya mengalami kehilangan status kewarganegaraannya
karena :

1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;


2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu;
3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin Presiden;
4. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh
Warga Negara Indonesia;
5. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut;
6. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan
untuk suatu negara asing;
7. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya,
atau;
8. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus
menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu
5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan
Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;

9. Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas


permohonannya sendiri apabila yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun
atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
(Penyebab hilangnya kewarganegaraan Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 2007 tentang Tata cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan,dan
Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia)

4. Pengertian Badan Eksekutif dan kewenangannya


Badan Eksekutif merupakan Presiden, Wakil Presiden dan Kabinetnya yang dapat diartikan
sebagai lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengimplementasikan kebijakan,
peraturan, dan undang-undang yang dibuat oleh legislator.
dalam Pasal 4 (1) UUD 1945, yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
otoritas pemerintahan berdasarkan UUD 1945.

 Membuat pengaturan dengan negara lain sebagaimana disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DVR)
 Untuk menunjuk duta besar dan konsul
 Terima duta besar dari negara lain
 Membawa gelar, penghargaan, dan penghargaan lainnya untuk warga negara yang telah
berkontribusi di Indonesia.

5. Lembaga Negara yang sesudah dan sebelum amandemen UUD 1945

Lembaga-Lembaga Negara susudah amandemen:

a.MPR

MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara lainnya
seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK. Yang mempunyai fungsi legeslasi. pasca perubahan
UUD 1945 Keberadaan MPR telah sangat jauh berbeda dibanding sebelumnya. Kini MPR tidak lagi
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat dan tidak lagi berkedudukan sebagai Lembaga
Tertinggi Negara dengan kekuasaan yang sangat besar, termasuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden.

b. PRESIDEN

Berbeda dengan sistem pemilihan Presiden dan Wapres sebelum adanya amandemen dipilih oleh
MPR , sedangkan setelah adanya amandemen UUD 1945 sekarang menentukan bahwa mereka
dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wapres diusulkan oleh parpol
atau gabungan parpol peserta pemilu. Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR
melainkan bertanggung jawab langsung kepada Rakyat Indonesia.  Konsekuensinya karena
pasangan Presiden dan Wapres dipilih oleh rakyat, mereka mempunyai legitimasi yang sangat
kuat.  Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama hanya
untuk  satu kali masa jabatannya.

c. DPR

Melalui perubahan UUD 1945, kekuasaan DPR diperkuat dan dikukuhkan keberadaannya
terutama diberikannya kekuasaan membentuk UU yang memang merupakan karakteristik
sebuah lembaga legislatif. Hal ini membalik rumusan sebelum perubahan yang menempatan
Presiden sebagai pemegang kekuasaan membentuk UU. Dalam pengaturan ini memperkuat
kedudukan DPR terutama ketika berhubungan dengan Presiden

 d.  DPD

DPD adalah Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan
daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan
utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR. Keberadaanya dimaksudkan untuk
memperkuat kesatuan Negara Republik Indonesia.DPD dipilih secara langsung oleh masyarakat di
daerah melalui pemilu.

 e.      DPA (Dewan Pertimbangan Agung) telah dihapus pasca amandemen keempat

 f.      MAHKAMAH AGUNG

Mahkamah Agung adalah lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan. di bawah
MA terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan
Agama, lingkungan Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN).

g. MAHKAMAH KONSTITUSI

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia 
yang merupakan pemegang kekuasaan Kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung
Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi (the guardian of the
constitution).

 i. KOMISI YUDISIAL

berdasarkan UU no 22 tahun 2004 Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang bersifat mandiri
dan berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon Hakim Agung.

KEANGGOTAAN

1.      Komposisi keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas dua mantan hakim, dua orang praktisi
hukum, dua orang akademisi hukum, dan satu anggota masyarakat.

2.      Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat negara, terdiri dari 7 orang (termasuk Ketua dan
Wakil Ketua yang merangkap Anggota).

3.      Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan selama masa 5 (lima) tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Lembaga-Lembaga Negara sebelum amandemen:

a. MPR:

MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas (super power)
karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD, GBHN,
mengangkat presiden dan wakil presiden. Dengan kata lain MPR merupakan penjelmaan
pendapat dari seluruh warga Indonesia.

 b.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil
pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR yang anggota-anggotanya
dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun
demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di
kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.

c. PRESIDEN

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya, presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan
sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden diangkat dan diberhentikan oleh MPR dan
bertanggung jawab kepada MPR.

d. Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.


Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara
kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).

e. BPK dan DPA

Disamping lembaga-lembaga tinggi Negara diatas terdapat lembaga tinggi Negara yang lain yang
wewenangnya cukup minim, yaitu BPK dan DPA. tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang.

Anda mungkin juga menyukai