2b9d1 Surat Edaran Nomor Se KBPN 1 - Se 100 - 1 - 2013 Tahun 2013 PDF
2b9d1 Surat Edaran Nomor Se KBPN 1 - Se 100 - 1 - 2013 Tahun 2013 PDF
2
3
4
Lampiran : Surat Edaran tentang Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara
Bukan Pajak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
Nomor : 1/SE-100/I/2013
Tanggal : 3 Januari 2013
I. KETENTUAN UMUM
Selain Lampiran dan Penjelasan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2010, dalam Petunjuk Pelaksanaan ini dijelaskan secara khusus hal-hal
sebagai berikut :
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 adalah Peraturan
Pemerintah yang mengatur tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia.
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau
Kepala Kantor Wilayah Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).
4. Harga Satuan Biaya Khusus (HSBK) adalah harga satuan biaya khusus
suatu kegiatan yang berlaku untuk tahun berkenaan, untuk komponen
belanja bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) sebuah
kegiatan. HSBK berupa indeks dalam rangka penghitungan penetapan
tarif pelayanan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan
Pertanahan Nasional, yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia.
5. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetor, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga.
6. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayar, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam
5
rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada
Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga.
7. Surat Perintah Setor (SPS) adalah dasar yang dipergunakan oleh
Bendahara Penerimaan dalam rangka penerimaan biaya pelayanan di
bidang pertanahan yang dibuat oleh Kepala Satuan Kerja atau Petugas
yang ditunjuk. Untuk Satuan Kerja di Pusat, SPS dibuat oleh Direktur
Teknis yang menangani pelayanan terkait.
8. Surat Bukti Setor (SBS) adalah tanda bukti penerimaan yang dibuat oleh
Bendahara Penerimaan, dan diberikan oleh Bendahara Penerimaan atau
Kasir kepada Penyetor.
9. Bank Persepsi adalah Bank Umum yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN
untuk menerima setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bukan
dalam rangka ekspor dan impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai
dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak.
10. Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) adalah bukti penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) ke Rekening Kas Negara.
11. Penerapan Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi
Kawasan Skala 1:10.000 maupun skala 1:25.000 adalah pelayanan
pembuatan peta dimana lokasi yang dimohon belum tersedia atau sudah
berakhir masa berlakunya Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai
Ekonomi Kawasan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan.
Apabila pada lokasi yang dimohon sudah tersedia Peta Zona Nilai Tanah
dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan yang masih berlaku, maka
pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan Informasi Nilai Tanah atau
Kawasan.
12. Pelayanan Pemetaan Tematik dilaksanakan dalam rangka Pemecahan
Sertipikat, Pemberian Hak Atas Tanah, Pengadaan Tanah, dan kerjasama
dengan pihak ketiga berdasarkan permohonan Perseorangan, Badan
Hukum atau Instansi Pemerintah yang menjadi satu kesatuan dengan
permohonan Survei Pengukuran dan Pemetaan.
Pelayanan Pemetaan Tematik yang diajukan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat, kewenangan pelaksanaannya diatur sebagai
berikut:
a. Untuk luasan sampai dengan 10 (sepuluh) hektar, proses pelayanan
dilakukan di Kantor Pertanahan setempat dan pengerjaannya masuk
ke dalam Pemetaan Tematik Bidang skala 1:2.500 atau Pemetaan
Tematik Bidang Tanah Untuk Pemecahan Sertipikat skala 1:1.000;
6
b. Untuk luasan lebih dari 10 (sepuluh) hektar sampai dengan 1.000
(seribu) hektar, Kepala Kantor Pertanahan meneruskan permohonan
tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah dan proses pelayanannya
masuk ke dalam Pemetaan Tematik Kawasan skala 1:10.000;
c. Untuk luasan lebih dari 1.000 (seribu) hektar, Kepala Kantor
Pertanahan selanjutnya meneruskan permohonan tersebut kepada
Kepala Badan Pertanahan Nasional dengan tembusan kepada Kepala
Kantor Wilayah dan proses pelayanannya masuk ke dalam Pemetaan
Tematik Kawasan skala 1:10.000 atau Pemetaan Tematik Kawasan
skala 1:25.000.
Untuk daerah yang mempunyai kewenangan pelaksanaan tertentu yang
telah ditetapkan oleh Peraturan tersendiri, maka pembagian kewenangan
pelaksanaannya mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan tersebut.
(Contoh : DKI Jakarta, yang mengacu pada Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 369 Tahun 1977 tentang
Pengukuran dan Pemetaan Tanah yang luasnya lebih dari 5.000 m2
dalam wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta).
13. Yang dimaksud “Secara Massal” adalah permohonan yang diajukan paling
sedikit 10 (sepuluh) bidang dalam 1 (satu) Kelurahan, Desa, atau nama
lainnya (penjelasan Pasal 2 huruf b angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2010), ditetapkan lokasinya oleh Kepala Kantor Pertanahan.
14. “Nilai Tanah” adalah nilai pasar (market value) yang ditetapkan oleh
Badan Pertanahan Nasional dalam Peta Zona Nilai Tanah yang disahkan
oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk tahun berkenaan dan untuk
wilayah yang belum tersedia Peta Zona Nilai Tanah digunakan Nilai Jual
Objek Pajak atas tanah pada tahun berkenaan.
Yang dimaksud “ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional” dalam Peta
Zona Nilai Tanah yang disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk
tahun berkenaan dan untuk wilayah yang belum tersedia Peta Zona Nilai
Tanah digunakan Nilai Jual Objek Pajak atas tanah pada tahun
berkenaan, adalah sebagai berikut :
a. Untuk pembuatan Peta Zona Nilai Tanah yang dilakukan oleh :
1) Direktorat Survei Potensi Tanah, maka penetapannya dilaksanakan
oleh Direktur Survei Potensi Tanah yang secara berjenjang
mendapatkan delegasi kewenangan dari Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia dan Deputi Bidang Survei, Pengukuran
dan Pemetaan;
7
2) Kantor Wilayah BPN Provinsi, maka penetapannya dilaksanakan oleh
Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi;
3) Kantor Pertanahan, maka penetapannya dilaksanakan oleh Kepala
Kantor Pertanahan.
Penetapan pembuatan dimaksud dilaksanakan pada setiap akhir tahun
berkenaan.
(Contoh format di lampiran SPT 01, SPT 02, SPT 03, dan SPT 04);
b. Untuk penggunaan Peta Zona Nilai Tanah di Kantor Pertanahan, maka
Kepala Kantor Pertanahan melakukan pengesahan penggunaan Peta
Zona Nilai Tanah pada setiap awal tahun berkenaan yang sudah
terlebih dahulu dilakukan penetapan pembuatannya sesuai point 1).
(Contoh format di lampiran SPT 01, SPT 02, SPT 03, dan SPT 04);
c. Penetapan dan Pengesahan Penggunaan pada point 1) dan 2) di atas
secara mutatis mutandis berlaku pada Peta Zona Nilai Ekonomi
Kawasan.
(Contoh format di lampiran SPT 05, SPT 06, SPT 07, dan SPT 08).
d. Dalam keadaan tertentu sebagaimana diatur dalam Standar
Operasional Prosedur Internal (SOPI) Direktorat Survei Potensi Tanah,
Pengesahan untuk pembuatan dan penggunaan Peta Zona Nilai Tanah
dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam tahun berkenaan dengan mekanisme sebagaimana diatur
pada point 1) sampai dengan 3) di atas.
15. “L” dalam rumus pada Pasal 4, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 12
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 adalah luas tanah yang
dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2).
Apabila hasil pengukuran berbeda terhadap luas awal permohonan, maka
dikenakan tarif sesuai dengan luas hasil ukur.
Apabila hasil ukur lebih dari satu bidang, maka pengenaan tarif dihitung
per bidang.
16. “L” dalam rumus pada Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun
2010 adalah Luas tanah yang dimohon dalam satuan meter persegi (m2),
sesuai dengan luas tanah rencana kegiatan pembangunan, peruntukan
penggunaan tanah atau perubahan penggunaan tanah. Luas sebagaimana
dimaksud berdasarkan luas yang dimohon dengan memperhatikan peta
lokasi yang dimohon.
8
17. Konsolidasi Tanah Secara Swadaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 ditetapkan minimal 50
(lima puluh) bidang.
9
1) Pembuatan dan Pemasangan Tugu (Titik Dasar Teknik Orde 3)
koridor batas kawasan atau batas wilayah administrasi;
2) Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik (TDT);
3) Pengukuran dan Pemetaan Pilar Batas, tetapi tidak termasuk
pembuatan dan pemasangan Pilar Batasnya;
4) Pengukuran dan Pemetaan Detil Situasi Utama, bidang-bidang
tanah, fasilitas umum di sepanjang koridor batas kawasan atau
batas wilayah administrasi;
5) Pengukuran dan Pemetaan titik-titik geodesi dan titik-titik dari
instansi lain seperti dari PBB, TNI AU dan Kementerian atau Dinas
Pekerjaan Umum.
Produk yang diberikan dari kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Batas
Kawasan atau Batas Wilayah adalah sebagai berikut :
1) Data Spasial dan Atribut Titik Dasar Teknik serta Atribut Pilar
Batas di sepanjang koridor batas kawasan atau batas wilayah
administrasi;
2) Peta Batas Kawasan atau Peta Batas Wilayah Administrasi;
3) Peta Indeks Batas Wilayah di sepanjang Batas Wilayah
Administrasi.
c. Pelayanan Pemetaan.
1) Tarif Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan
skala 1:10.000.
Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Pelayanan Pemetaan
Zona Nilai Ekonomi Kawasan masing-masing sebesar Rp.25.000,-
(dua puluh lima ribu rupiah) per hektar untuk tahun berkenaan
sesuai Lampiran I, huruf C, angka 1, dengan output berupa Peta
Zona Nilai Tanah skala 1:10.000 dan atau Peta Zona Nilai Ekonomi
Kawasan skala 1:10.000, dalam bentuk data digital (softcopy) dan
cetakan (hardcopy).
10
1:25.000, dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan
(hardcopy).
11
dengan luas areal minimal 1.000 (seribu) hektar, sesuai Lampiran
I, huruf D, angka 1, dengan output berupa Peta Dasar skala
1:1.000 dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan
(hardcopy).
12
Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi
Kawasan dilakukan sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2010 yakni melalui Kerjasama dengan Pihak Lain,
maka Hak Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Peta-peta yang
dihasilkan ada pada BPN RI dan Pihak Lain dimaksud.
Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi
Kawasan skala 1:10.000 dilaksanakan untuk Wilayah Kota, sedangkan
Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi
Kawasan skala 1:25.000 dilaksanakan untuk Wilayah Kabupaten.
Untuk Pelayanan Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona
Nilai Ekonomi Kawasan skala yang lebih besar dilakukan melalui
Kerjasama sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2010.
13
b. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Secara
Massal.
Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah
Secara Massal (T.um) adalah sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen)
dari tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.um = 75 % x T.u.
Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 4
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
Output kegiatan pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang
tanah secara massal berupa Peta Bidang Tanah atau Surat Ukur yang
disahkan oleh Kepala Sub Direktorat Batas Bidang Tanah untuk
Satuan Kerja Kantor Pusat BPN; atau Kepala Bidang Survei,
Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Wilayah BPN
Provinsi; atau Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk
Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
14
1) Output dari pelayanan legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi
adalah verifikasi dan Graphical Index Mapping (GIM) Gambar Ukur
bidang tanah yang diukur oleh Surveyor Berlisensi.
15
B. PELAYANAN PEMERIKSAAN TANAH.
17
D. PELAYANAN PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN.
18
tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006
tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum.
- Apabila dalam pengadaan tanah telah menggunakan Undang-Undang
No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengadaan Tanah, Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka
Penetapan Lokasi akan diatur lebih lanjut.
19
Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah
untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu, sesuai Pasal 16 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 dihitung berdasarkan
rumus : T = ( 2 %o x Nilai Tanah) + Rp.100.000,-.
Seluruh besaran tarif di atas merupakan Tarif Pelayanan Pendaftaran
Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP
Berjangka Waktu, dan tidak dikenakan lagi biaya Pendaftaran yang
ada dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 16
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
Penghitungan besarnya tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan
Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka
Waktu dihitung pada saat pendaftaran, dengan menggunakan nilai
tanah pada Peta Zona Nilai Tanah yang sudah disahkan sesuai dengan
Ketentuan Umum Nomor 14 Point 1) dan 2).
20
d. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah untuk :
1) Perorangan.
Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah untuk Perseorangan sesuai Lampiran II, huruf A, angka 2.a,
sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang.
2) Badan Hukum.
Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah untuk Badan Hukum sesuai Lampiran II, huruf A, angka
2.b, sebesar Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) per bidang.
2) Non Subsidi.
Tarif Pelayanan Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
Nonsubsidi sesuai Lampiran II, huruf A, angka 5.b, sebesar
Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) per unit.
21
Tarif Pelayanan Pendaftaran Hak Guna Ruang Atas Tanah, Ruang
Bawah Tanah, dan Ruang Perairan sesuai Lampiran II, huruf A, angka
6, sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang.
22
Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemindahan/Peralihan Hak Atas Tanah
untuk Instansi Pemerintah dan Badan Hukum Keagamaan dan Sosial
yang Penggunaan Tanahnya untuk Peribadatan, Panti Asuhan, dan
Panti Jompo sesuai Lampiran II, huruf B, angka 1, sebesar
Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang.
23
- Apabila Nilai Hak Tanggungan untuk lebih dari satu sertipikat dan
nilainya tidak diurai untuk setiap sertipikat, maka pengenaan tarif
sesuai Nilai Hak Tanggungan untuk setiap bidang/sertipikat;
Contoh :
APHT dengan Nilai Hak Tanggungan sebesar Rp.500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) untuk 3 (tiga) sertipikat tanpa uraian Nilai
Hak Tanggungan dalam setiap sertipikat, maka tarif sebagai
berikut :
Sertipikat I ……… dikenakan tarif sebesar Rp.200.000,-;
Sertipikat II …….. dikenakan tarif sebesar Rp.200.000,-;
Sertipikat III ……. dikenakan tarif sebesar Rp.200.000,-;
Total …............... dikenakan tarif sebesar Rp.600.000,-.
- Apabila Nilai Hak Tanggungan untuk lebih dari satu sertipikat dan
nilainya diurai untuk setiap sertipikat, maka pengenaan tarif
sesuai Nilai Hak Tanggungan masing-masing sertipikat;
Contoh :
APHT dengan Nilai Hak Tanggungan sebesar Rp.500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) untuk 3 (tiga) sertipikat dengan uraian
sebagai berikut :
Sertipikat I dengan nilai hak tanggungan sebesar
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah), maka tarifnya sebesar
Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
Sertipikat II dengan nilai hak tanggungan sebesar
Rp.125.000.000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah), maka
tarifnya sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah);
Sertipikat III dengan nilai hak tanggungan sebesar
Rp.275.000.000,- (dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah),
maka tarifnya sebesar Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah);
Dari ketiga sertipikat tersebut (I, II, dan III) dengan total nilai
hak tanggungan sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah), tarifnya sebesar Rp.300.000,-(tiga ratus ribu rupiah).
- Tarif Pendaftarn Hak Tanggungan tersebut untuk biaya penerbitan
sertipikat Hak Tanggungan dan biaya pencatatan pada sertipikat
yang dijadikan agunan, untuk itu pencatatan pada sertipikat tidak
diperlukan biaya lagi.
24
g. Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Tanggungan (Cessie, Subrogasi,
Merger).
Tarif sesuai Lampiran II, huruf B, angka 6 sebesar Rp.50.000,- (lima
puluh ribu rupiah) per bidang.
25
sesuai Lampiran II, huruf B, angka 11, sebesar Rp.50.000,- (lima
puluh ribu rupiah) per bidang.
26
2. Pelayanan Data Global Navigation Satellite System (GNSS)/Continuously
Operating Reference Stations (CORS) berupa :
a. Paket Data Harian.
Tarif Pelayanan Data GNSS/CORS berupa Paket Data Harian sesuai
Lampiran III, huruf B, angka 1, sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu
rupiah) per pengguna/hari.
27
4. Pelayanan Informasi Nilai Tanah atau Kawasan berupa :
a. Pelayanan Nilai Tanah atau Nilai Aset Properti.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf D, angka 1, sebesar Rp.50.000,- (lima
puluh ribu rupiah) per bidang.
Output berupa Surat Keterangan Informasi Nilai Tanah atau Nilai Aset
Properti. (Contoh format di lampiran SPT 10).
1) Format A4.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.a, sebesar Rp.25.000,-
(dua puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
2) Format A3.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.b, sebesar Rp.40.000,-
(empat puluh ribu rupiah) per lembar/wilayah.
3) Format A2.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.c, sebesar Rp.55.000,-
(lima puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
28
4) Format A1.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.d, sebesar Rp.75.000,-
(tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
5) Format A0.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.e, sebesar Rp.100.000,-
(seratus ribu rupiah) per lembar/wilayah.
b. Kertas Berwarna.
1) Format A4.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.a, sebesar Rp.75.000,-
(tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
2) Format A3.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.b, sebesar Rp.90.000,-
(sembilan puluh ribu rupiah) per lembar/wilayah.
3) Format A2.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.c, sebesar Rp.110.000,-
(seratus sepuluh ribu rupiah) per lembar/wilayah.
4) Format A1.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.d, sebesar Rp.135.000,-
(seratus tiga puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
5) Format A0.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.e, sebesar Rp.175.000,-
(seratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
29
4) Skala lebih kecil dari 1 : 100.000.
Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 3.d, sebesar Rp.250.000,-
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) per tema/wilayah.
G. PELAYANAN LISENSI.
1. Penilai Tanah.
Lisensi Penilai Tanah adalah lisensi yang diberikan kepada orang
perseorangan untuk menghitung nilai/harga obyek pengadaan tanah dan
telah memperoleh ijin praktek penilaian dari Menteri Keuangan.
Tarif Penilai Tanah sesuai Lampiran IV, huruf A, sebesar Rp.250.000,-
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) per orang/usaha jasa penilaian.
Lisensi Penilai Tanah diberikan dalam bentuk Surat Keputusan yang
ditetapkan oleh Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan untuk
dan atas nama Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
dan dapat didelegasikan kepada Direktur Survei Potensi Tanah.
(Contoh format di lampiran SPT 13).
Lisensi tersebut diberikan untuk wilayah kerja mencakup seluruh
Indonesia dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan dan dapat
diperpanjang sesuai ketentuan yang berlaku.
30
2. Surveyor Berlisensi.
Tarif Surveyor berlisensi sesuai Lampiran IV, huruf B, sebesar
Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per orang/usaha jasa
perorangan.
Ruang lingkup pelayanan Surveyor Berlisensi adalah :
a. Ujian Pengangkatan Surveyor Berlisensi, tarif per orang/usaha jasa
perorangan sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah);
b. Pembuatan Surat Keputusan Pengangkatan Surveyor Berlisensi, tarif
pembuatan per SK sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
Output kegiatan pelayanan Surveyor Berlisensi berupa SK Pengangkatan
Surveyor Berlisensi.
H. PELAYANAN PENDIDIKAN.
Tarif Pelayanan Pendidikan sesuai Lampiran V Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2010.
Jasa Sewa Ruangan dan Sewa Asrama (bagi Mahasiswa Non PNS) belum
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
31
J. PELAYANAN DI BIDANG PERTANAHAN YANG BERASAL DARI KERJA SAMA
DENGAN PIHAK LAIN.
Tarif Pelayanan di Bidang Pertanahan yang berasal dari Kerjasama dengan
Pihak Lain sesuai Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
adalah sebesar Nilai Nominal yang tercantum dalam Dokumen Kerjasama.
Kerjasama dengan Pihak Lain adalah Kerja sama yang dilakukan secara
tertulis yang dilakukan antara Badan Pertanahan Nasional dengan Instansi
Pemerintah dan Badan Hukum yang berkaitan dengan pelayanan di bidang
pertanahan selain yang tercantum dalam Pasal 1 huruf a s/d i Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
1. Pasal 21, Pasal 23, dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun
2010 belum dapat dilaksanakan karena belum ada Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional yang mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan RI sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 21 ayat (3), Pasal 23
ayat (7) dan Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2010.
32
33
LAMPIRAN SPT 01
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Tanah oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
34
LAMPIRAN SPT 02
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Tanah oleh Direktur Survei Potensi Tanah *)
35
LAMPIRAN SPT 03
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Tanah oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
36
LAMPIRAN SPT 04
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
37
LAMPIRAN SPT 05
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
38
LAMPIRAN SPT 06
Format Pengesahan Pembuatan dan Penggunaan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan oleh Direktur Survei Potensi Tanah BPN RI *)
39
LAMPIRAN SPT 07
Format Pengesahan Pembuatan dan Pengesahan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
40
LAMPIRAN SPT 08
Format Pengesahan Pembuatan dan Pengunaan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
41
LAMPIRAN SPT 09
Sistematika Laporan Hasil Penilaian
G. Metodologi Penilaian
BAB II. ANALISIS DATA
A. Analisis Highest and Best Use
B. Dasar Penilaian
C. Penilaian
1. Tanah
2. Bangunan
LAMPIRAN
42
LAMPIRAN SPT 10
SURAT KETERANGAN INFORMASI NILAI TANAH ATAU NILAI ASET PROPERTI
43
LAMPIRAN 11
KUTIPAN PETA ZONA NILAI TANAH
44
LAMPIRAN 12
KUTIPAN PETA ZONA NILAI EKONOMIS KAWASAN
45
LAMPIRAN SPT 13
SURAT KEPUTUSAN LISENSI PENILAI TANAH
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PEMBERIAN LISENSI PENILAI
PERTANAHAN.
KESATU : Memberikan Lisensi Penilai Pertanahan untuk melaksanakan penilaian harga tanah dalam rangka
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum kepada :
1. Nama :
2. Alamat :
3. No.Telp/Fax :
FOTO
4. Pimpinan :
Nama :
Jabatan :
Alamat :
5. Nomor NPWP :
6. Cabang :
7. Bidang Kegiatan :
KEDUA : Lisensi ini berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Keputusan ini dengan ketentuan-ketentuan
sebagaimana tertuang pada halaman belakang Keputusan ini.
KETIGA :
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
( ......................................... )
46
KETENTUAN
(Lampiran Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tentang Pemberian
Lisensi Penilai Pertanahan)
2) Tugas Penilai :
a) Melakukan tugas penilaian tanah secara jujur, profesional dan independen;
b) Melakukan verifikasi atas dokumen obyek penilaian;
c) Melakukan survei, pemeriksaan dan pemetaan obyek fisik penilaian secara optimal sehingga data yang
diperoleh mencukupi/ memenuhi syarat untuk dilakukannya penilaiannya;
d) Melakukan survei dan pemeriksaan obyek non-fisik/non-market penilaian secara optimal sehingga data
yang diperoleh mencukupi untuk dilakukannya penilaiannya secara komprehensif;
e) Melengkapi data/informasi mengenai obyek penilaian demi kelancaran tugas penilaian;
f) Melaksanakan penilaian tanah secara jujur, profesional dan independen berdasarkan standar operasional
prosedur, yaitu :
Melakukan survei, pemeriksaan, dan pemetaan fisik atas obyek penilaian secara teliti;
Melakukan survei dan pemeriksaan aspek nonfisik atas obyek penilaian secara teliti;
Mengumpulkan semua data dan informasi yang diperlukan;
Melakukan verifikasi atas data dan informasi yang diterima;
Melakukan analisis terhadap data dan perhitungan nilai;
Menelaah kembali semua hasil perhitungan;
Menyusun laporan penilaian tanah;
Menyiapkan kelengkapan laporan penilaian tanah;
Memeriksa kelengkapan laporan penilaian tanah;
Menandatangani laporan penilaian tanah;
Mempertanggungjawabkan hasil penilaian tanah;
Merahasiakan hasil laporan penilaian tanah kepada pihak-pihak selain yang ditentukan dalam
kewenangan, hak-hak, tugas dan kewajiban penerima Lisensi.
3) Kewajiban Penilai :
a) Melaporkan hasil penilaian yang tertuang dalam laporan penilaian, atau data dan peta zona nilai tanah, dan
atau nilai pasar tanah, hanya kepada Panitia Pengadaan Tanah, pemberi kerja dan Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia;
b) Melaporkan hasil kegiatan secara periodik, 2 (dua) kali dalam setahun setiap tanggal 30 Juni dan 31
Desember.
47