Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan iklim


Wilayah Indonesia yang berada pada daerah tropis lembab memiliki
karakteristik, antara lain :
▪ Memiliki suhu udara yang relatif tinggi, dan perbedaan suhu antara siang
dan malam yang relatif kecil
▪ Angin umumnya berhembus kuat pada siang hari, sedangkan pada pagi
dan malam hari relatif rendah
▪ Memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi (berkisar antara 60-95%)
▪ Radiasi matahari relatif tinggi (>900W/m2)
Dengan adanya tingkat kelembaban dan temperatur yang cukup tinggi akibat
radiasi matahari, maka pada bangunan sebaiknya memiliki cukup bukaan
untuk menjamin adanya sirkulasi udara. Pada ruang-ruang yang memiliki
bukan ataupun yang berada di sekitar bangunan hendaknya memiliki peneduh.
Hal ini dapat digunakan untuk menghindari pemanasan bangunan akibat
radiasi langsung dari sinar matahari.
Panas tertinggi tercapai sekitar dua jam dari tengah hari, hal ini disebabkan
radiasi matahari bergabung langsung dengan temperatur udara yang sudah
tinggi, sehingga fasad daerah barat bangunan akan memiliki pertambahan
panas yang cukup besar. Dengan adanya radiasi matahari yang cukup besar,
maka pemilihan material untuk bahan bangunan perlu mempertimbangkan
faktor-faktor penyerapan dan pemantulan untuk membantu mengurangi radiasi
matahari yang dapat memanaskan bangunan.

Bahan Penyerapan Pemantulan


(%) (%)
Aluminium Foil 35-40 65-60

Dipoles 10-30 90-70

Cat Putih 20-30 80-70


berkilat
50 50
Kuning

8
85-95 15-5
Hitam
Kayu (pinus atau baru) 40-60 60-40
Genteng merah 60-75 40-35
Bata merah 60-75 40-25
Tabel. 2.1 jenis bahan serta persentase penyerapan
dan pemantulan yang dimiliki
Sumber .Lipsmeier, 1980

2.1.1 Radiasi matahari


Intensitas radiasi sinar matahari berbeda-beda pada setiap tempat, walaupun
berada di daerah lintang dan ketinggian yang sama. Lipsmeier (1980) mengatakan
besarnya intensitas radiasi matahari ini dipengaruhi :
- hilangnya energi pada atmosfer
- sudut jatuh bidang yang disinari
- penyebaran radiasi
Adanya faktor radiasi matahari menyebabkan diperlukannya pelindung pada
setiap bukaan/ lubang yang ada pada bangunan terhadap sinar matahari langsung, bagi
wilayah tropis lembab.

2.1.2 Temperatur
Bradshaw (2006) mengatakan temperatur merupakan ukuran terhadap derajat
intensitas panas. Perbedaan temperatur antara dua titik memberikan potensi yang
memungkinkan adanya perpindahan panas dari titik yang lebih hangat ke titik yang
lebih dingin.

2.1.3 Kelembaban udara


Kelembaban udara menurut Bradshaw (2006) merupakan jumlah uap air pada
suatu ruang tertentu, sedangkan kelembaban absolut merupakan kerapatan uap air
pada tiap satu volumenya. Kelembaban yang tinggi dapat memperlambat penguapan
melalui keringat dan pernafasan. Semakin kering dan panas udara, maka semakin
cepat tingkat aliran pelepasan panas dari kulit ke udara. Kelembaban relatif/ relative
humidity(RH) merupakan perbandingan antara kandungan uap air pada suatu saat
dengan kandungan uap air pada titik jenuh dalam suhu saat itu (Satwiko,2004). Rasa
nyaman biasanya berada pada RH sekitar 50-60%.

9
2.1.4 Angin
Angin memiliki pengaruh dalam pelepasan panas dari badan baik secara
konveksi ataupun penguapan, semakin besar angin maka semakin besar pula
pelepasan panas yang terjadi. Setiap kenaikan 15 fpm untuk kecepatan angin yang ada
di atas 30 fpm, maka akan menurunkan suhu sebesar 10C, (Bradshaw, 2006).

2.1.5 Iklim mikro


Iklim mikro merupakan iklim lokal dimana suatu kawasan berada. Beberapa
hal yang dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro (Lechner, 2007), antara lain:
- ketinggian di atas permukaan laut
- bentuk tanah
- jenis tanah
- tanaman
- struktur bangunan buatan manusia
Berdasarkan Nugroho (2007), bahwa angin merupakan kunci desain dalam
arsitektur. Kecepatan angin pada daerah perkotaan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran
permukaan tanah. Sehingga kecepatan angin di ketinggian tertentu dapat dihitung
berdasar persamaan:
Vh = Vbl (h/hbl)φ m/s
Dimana Vh : kecepatan angin di ketinggian h
Vbl : kecepatan angin di puncak boundary layer
h : ketinggian ukur
hbl : ketinggian boundary layer
φ : eksponen kecepatan angin rata-rata
Kategori Deskripsi permukaan tanah Ketinggian boundary Eksponen
permukaan layer (m) kecepatan angin
tanah rata-rata (φ)
1 Laut terbuka, padang es, padang 250 0.11
pasir
2 Daerah terbuka dengan perdu 300 0.15
pendek dan pepohonan jarang
3 Daerah pinggiran kota, kota 400 0.25
kecil, hutan
4 Pusat kota dengan bangunan 500 0.36
tinggi, daerah perindustrian

Tabel. 2.2 kategori permukaan tanah, ketinggian


boundari layer dan eksponen kecepatan angin rata-
rata
Sumber .Satwiko,2004

10
2.2 Penghawaan Alami
2.2.1 Pengertian penghawaan alami
Penghawaan merupakan salah satu faktor dalam menghadirkan sebuah
kediaman yang nyaman digunakan karena dengan penghawaan, panas tubuh kita
dapat diserap dan dibuang ke luar ruangan. (Bona Y.P, 2006). Sedangkan menurut
Satwiko,2004, dalam bukunya, fisika bangunan 1, ventilasi alami adalah pergantian
udara secara alami (tidak melibatkan peralatan mekanis, seperti penyejuk udara yang
dikenal dengan air conditioner).
Adanya penghawaan alami dengan memanfaatkan aliran udara, akan
membantu tercapainya kondisi kenyamanan suhu yang diperlukan manusia di dalam
bangunan. Dengan adanya aliran udara yang melewati suatu area/benda yang hangat,
maka akan terjadi perpindahan panas dari area/ benda tersebut ke udara. Hal ini dapat
lebih dipahami, misalnya yang terjadi saat manusia berkeringat kemudian saat itu ada
angin berhembus mengenai permukaan kulit manusia, maka proses penguapan akan
lebih cepat terjadi sehingga suhu permukaan kulit menjadi turun dan terasa sejuk.

2.2.2 Prinsip Dasar Penghawaan Alami


Penghawaan alami memanfaatkan pergerakan udara untuk memberikan
kenyamanan suhu bagi penghuni di dalam ruang tersebut. Udara mengalir dari daerah
yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Untuk membuat adanya
suatu perbedaan tekanan maka dapat membuat suatu tempat memiliki tekanan yang
lebih tinggi dan tempat lainnya lebih dingin, misalnya di dalam site ada wilayah yang
banyak pohon dan tanaman sedangkan di sisi lain tidak menggunakan tanaman dan
hanya menggunakan paving, sehingga akan terjadi pergerakan udara dari wilayah
yang sejuk yang membawa udara dingin melewati bangunan ke wilayah yang panas.
Selain itu, dapat juga dengan memanfaatkan lokasi dan ukuran bukaan. Agar
kecepatan udara yang mengalir dalam ruang cukup besar, maka lubang outlet harus
dibuat lebih besar dibanding inlet.
Penggunaan bukaan untuk memasukkan udara ke dalam ruang harus
terlindung dari sinar langsung matahari, karena radiasi panas matahari akan
memanaskan udara yang akan masuk ke dalam ruang melalui bukaan tersebut. Selain
bukaan, dinding eksterior bangunan pun perlu dilindungi dari sinar matahari langsung,
penggunaan tritisan atap dapat membantu mengurangi radiasi panas matahari terhadap
dinding bangunan.

11
Selain pintu dan jendela penggunaan lubang-lubang ventilasi pada area
dinding atas (di bawah plafon) dan area dinding bawah, dapat membantu melepaskan
udara panas dalam ruang (lubang di bawah plafon) dan melepaskan kelembaban udara
lembab (lubang di area dinding bawah).
Gerakan udara dapat terjadi akibat adanya perbedaan pemanasan pada lapisan
udara yang berbeda-beda. Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas dari
permukaan kulit oleh penguapan. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar
panas yang hilang namun hal ini terjadi pada kondisi temperatur udara yang lebih
rendah dibanding temperatur kulit. Pada wilayah dengan iklim tropis lembab
diperlukan sirkulasi udara terus-menerus, dan dinding-dinding luar sebuah bangunan
cenderung terbuka lebih besar untuk sirkulasi udara.
Pedoman kecepatan angin (Satwiko, 2004):
▪ 0.25 m/ det : nyaman, tanpa dirasakan pergerakan udara
▪ 0.25-0.5 m/ det : nyaman, tanpa terasa adanya gerakan udara
▪ 1-1.5m/ det : aliran udara ringan-tidak menyenangkan
▪ > 1.5 m/ det : tidak menyenangkan, diperlukan suatu pengkondisian
namun pedoman ini tidak berlaku pada daerah tropis, karena kecepatan udara
yang tinggi pada temperatur dan kelembaban yang tinggi akan menimbulkan
pendinginan. Gerakan udara baru dirasakan mengganggu jika sampai membuat udara
terlalu dingin.

2.2.3 Penyebab Terjadinya Gerakan Udara


Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan udara, yang
dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami yaitu perbedaan temperatur dan
perbedaan tekanan.
2.2.3.1 Perbedaan temperatur/ suhu (buoyancy driven flow/ stack effect)
Perbedaan temperatur terjadi saat ada dua volume udara yang memiliki
temperatur atau suhu yang berbeda, udara yang lebih hangat akan memiliki kerapatan
yang kecil dan menjadi lebih ringan sehingga akan berusaha berada di atas udara yang
memiliki suhu lebih dingin. Bangunan yang menggunakan ventilasi dengan sistem ini
harus memiliki perbedaan antara suhu luar dan dalam ruangan, sehingga udara hangat
yang ringan dapat mengalir lepas ke luar ruang melalui bagian atas, dan udara yang
lebih dingin serta memiliki kerapatan udara yang lebih besar akan mengalir masuk
melalui dinding eksterior bagian bawah.

12
Gerakan udara dengan sistem ini dapat diperbesar dengan memperbesar
perbedaan suhu, dan jarak antara lubang bagian bawah dan atas sebagai tempat masuk
dan keluarnya udara. Sekecil apapun angin yang ada, akan mempengaruhi distribusi
tekanan udara pada selubung bangunan, dan mempengaruhi aliran udara.

Gambar. 2.1 Penghawaan alami dengan perbedaan


temperatur udara (buoyancy driven flow)
Sumber. Emmerich, dkk, 2001

Beberapa keuntungan penggunaan buoyancy driven flow, antara lain:


▪ tidak tergantung pada angin
▪ muncul gaya alami, dengan adanya udara panas yang mengalir ke atas
▪ aliran udara yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan penggunaan
wind driven flow
kelemahan dari penggunaan buoyancy driven flow, antara lain:
▪ tergantung pada perbedaan temperatur antara bagian luar dan dalam
bangunan
▪ adanya batasan desain, terkait dengan ketinggian plafon dan lokasi lubang-
lubang ventilasi, serta dapat memunculkan biaya-biaya tambahan dengan
adanya ventilator stack (saluran udara untuk pembuangan udara panas)

2.2.3.2 Perbedaan tekanan udara (wind driven flow)


Perbedaan tekanan dapat disebabkan oleh angin. Perbedaan tekanan statis
yang muncul akibat fenomena iklim global (makro) dan mikro akan menghasilkan
aliran pergerakan udara yang biasa disebut angin. Sedangkan perbedaan tekanan
dinamis akan muncul ketika angin melakukan kontak dengan suatu objek, misalnya

13
bangunan, serta terkait dengan kerapatan udara, dan besarnya kecepatan angin.
Walaupun ringan angin tetap memiliki massa tertentu (sekitar 1,2 kg/m3) dan saat
bergerak memiliki momentum (yang merupakan hasil dari massa itu sendiri dan
kerapatannya).
Jika aliran udara bergantung pada angin, maka udara akan masuk ke dalam
bangunan melalui sisi yang berhadapan dengan arah angin dan ke luar melalui sisi
bangunan yang lain.
Beberapa kelebihan dalam penggunaan perbedaan tekanan udara untuk
menimbulkan gerakan udara, antara lain:
▪ efektifitas yang cukup besar
▪ adanya gaya alami yang muncul
Sedangkan beberapa kelemahan yang muncul akibat penggunaan perbedaan
tekanan udara ini, antara lain :
▪ adanya kesulitan yang sulit diprediksi terkait dengan variasi kecepatan dan
arah angin

Gambar. 2.2 Penghawaan alami dengan perbedaan


tekanan udara (wind driven flow)
Sumber. arch.hku.hk, 2001

Timbul dan berubahnya tekanan angin pada permukaan bangunan tergantung


pada kecepatan dan arah angin, lokasi dan keadaan lingkungan di sekitar bangunan,

14
serta bentuk bangunan itu sendiri. Akibat dari angin yang mengenai bangunan yaitu
akan timbul area-area yang bertekanan positif dan negatif.

2.2.4 Jenis Penghawaan Alami


2.2.4.1 Cross ventilation
Cross ventilation atau penghawaan silang merupakan penghawaan yang
berdasar pada angin untuk memasukkan udara dingin melalui lubang inlet pada
dinding eksterior bangunan dan mengeluarkan udara hangat melalui lubang outlet
pada dinding eksterior bangunan pula. Cross ventilation terjadi dengan adanya arus
aliran udara masuk dan keluar yang tidak terhalang, dan dapat melewati daerah
hunian/ zone of occupancy, (Nugroho, 2007).

Gambar. 2.3 sistem cross ventilation


Sumber. .uoregon.edu

Menurut Awbi, 1994, (Nugroho,2007), bentang ruang yang efektif untuk


penggunaan sistem ventilasi silang yaitu tidak lebih dari 12m. Dulu batasan bentang
diperoleh dari hasil kali 2-2,5 kali ketinggian plafon. Peletakan bukaan harus
diletakkan pada sisi yang berhadapan dengan arah angin/ windward, dan bukaan
lainnya diletakkan pada sisi lainnya/ leeward, sehingga akan ada perbedaan tekanan
yang akan menyebabkan terjadinya pergerakan udara dari inlet ke outlet.
Beberapa hal yang mempengaruhi penggunaan ventilasi silang, (Nugroho,
2007) antara lain :
- ukuran bukaan
- peletakan/ posisi bukaan
- porositas
- denah/ layout bangunan
- bentang ruang

15
2.2.4.2 Single sided ventilation
Sistem ventilasi single-sided merupakan suatu sistem dimana hanya ada
bukaan pada satu sisi bangunan yang dapat dioperasikan. Penggunaan sistem ini bisa
dimungkinkan namun kurang efektif kecepatan aliran udaranya jika dibandingkan
dengan sistem cross ventilation. Pada sistem single-sided ventilation, udara mengalir
masuk ke bagian bawah, lalu dipanaskan pada ruangan, dan kemudian udara panas
mengalir ke luar melalui bukaan pada sisi yang sama dengan udara masuknya. Dalam
menggunakan sistem single-sided ventilation ini jika ruangan dibuat lebih tinggi
(jarak antara lantai dan plafon) dan ada perbedaan temperatur yang cukup besar
sehingga aliran udara yang terjadi juga akan semakin besar.

Gambar. 2.4 sistem single-sided ventilation


Sumber. Santa Monica Green Building Program,-

Untuk sistem ventilasi ini meliputi dua jenis yaitu single-sided single opening
dan single-sided double openings. Single-sided single opening ini merupakan sistem
ventilasi dimana hanya terdapat satu bukaan pada satu sisi bangunan, sehingga udara
masuk dan keluar akan melalui bukaan yang sama. Penggunaan sistem jenis ini biasa
digunakan, namun hanya bermanfaat sampai bentang tertentu saja yaitu sekitar dua
kali dari ketinggian plafon, misalnya ketinggian plafon 5m maka bentang efektif
dalam penggunaan jenis single opening ini hanya mencapai 9-10m.
Single-sided double openings merupakan sistem ventilasi dimana terdapat dua
bukaan/ bukaan ganda pada satu sisi bangunan. Penggunaan jenis ventilasi single-
sided ini lebih efektif dibandingkan dengan single-sided single opening, karena udara
masuk dan keluar melalui lubang bukaan yang berbeda. Untuk penggunaan double
openings ini bentang efektif ruang dapat mencapai 2,5 kali dari ketinggian plafon,

16
misalnya ketinggian plafon 5m maka bentang ruang yang efektif adalah 23-25m. (St.
Monica Green Building Program).

Gambar. 2.5 single sided single opening


Sumber..dyer environmental control

Gambar. 2.6 single sided double opening


Sumber. dyer environmental control

Pergerakan aliran udara pada jenis penghawaan alami ini, merupakan


penyederhanaan dari akibat perbedaan suhu dan kerapatan udara antara lingkungan
luar dan dalam.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola dan Kecepatan Aliran Udara


Dalam Ruang
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi pola aliran udara dan kecepatan aliran
udara dalam ruang antara lain (Lipsmeier, 1980) : orientasi, elemen eksternal,
ventilasi silang, posisi bukaan, ukuran bukaan dan kontrol terhadap bukaan.
▪ Orientasi bangunan
Tekanan udara pada sisi yang berhadapan dengan arah angin akan menjadi
besar jika permukaan bangunan berada pada sudut yang tepat dari arah
angin datang. Jika sudut angin datang adalah 450, maka akan menambah
kecepatan udara rata-rata di dalam bangunan dan akan memberikan
distribusi aliran udara yang baik pada bangunan.

17
Besar luasan dinding yang menerima radiasi panas matahari juga akan
mempengaruhi kondisi suhu dalam ruang sehingga ikut mempengaruhi
aliran udara dalam ruang.

Gambar. 2.7 luasan dinding yang menerima radiasi


matahari
Sumber. Krishan, Arvin, 2001

▪ Elemen eksternal
Beberapa hal yang termasuk ke dalam elemen eksternal antara lain,
vegetasi di lingkungan serta bagian bangunan itu sendiri, misalnya teritisan
ataupun sirip di dekat jendela bangunan.
Pada daerah tropis, pelindung terhadap matahari menjadi suatu hal yang
penting. Perlindungan terhadap matahari dapat dicapai melalui
penggunaan vegetasi, elemen horisontal ataupun vertikal yang tidak
tembus cahaya. Elemen horisontal yang menonjol pada sisi bangunan,
sangat efektif digunakan pada sisi utara dan selatan untuk menahan sudut
jatuh sinar matahari tinggi. Sedangkan elemen vertikal lebih efektif
digunakan pada sisi barat dan timur, untuk menahan matahari rendah.
Untuk elemen horisontal, bentuk yang paling sederhana yang dapat
ditemui adalah tritisan. Selain itu juga terdapat krey dan awning, variasi
lain yaitu penggunaan lamela. Untuk penggunaan lamela, jarak yang
efektif adalah 10-20cm.
Sedangkan elemen vertikal, yaitu kolom yang menonjol. Susunan kolom
yang rapat dapat juga membentuk lamela. Jarak antar elemen disesuaikan
dengan lama peneduhan. Selain itu penggunaan elemen vertikal dan
horisontal ini pun dapat dipadukan sehingga membentuk kisi-kisi yang
biasa disebut eggcrate.

18
Tabel. 2.3 jenis-jenis peneduh
Sumber Lechner, N.2007

▪ Ventilasi silang
Udara yang bergerak memberikan penyegaran yang baik bagi penghuni
bangunan. Dengan adanya penyegaran yang baik, maka akan terjadi proses
penguapan sehingga temperatur pada kulit akan menurun. Gerakan udara
dalam rumah dapat dihasilkan melalui pemanfaatan perbedaan tekanan
antara dua sisi bangunan. Dalam pengarahan udara faktor yang terpenting
yaitu lubang masuk dan kondisi tekanan udara pada dinding luar.

19
Adanya elemen pada dinding luar misalnya pelindung matahari ataupun
tonjolan-tonjolan pada dinding eksterior, akan mengganggu aliran udara,
karena akan terbentuk tekanan udara pada daerah tersebut.
Kecepatan aliran udara pada suatu ruang akan diperoleh bila lubang keluar
lebih besar dibanding bidang masuk.
▪ Posisi bukaan
Peletakkan bukaan pada dinding akan memberikan pengaruh terhadap alur
aliran udara di dalam ruang. Jika lubang inlet diletakkan lebih tinggi
daripada lubang outlet, udara akan bergerak sepanjang ruang dan dekat
dengan plafon sehingga daerah manusia (living zone) tidak akan terkena
aliran udara.

Gambar. 2.8 penggunaan lubang outlet yang sejajar


posisinya dengan lubang inlet dan berada di bagian
atas, tidak akanmengalirkan udara ke daerah living
zone
Sumber. Bona,2006

Gambar. 2.9 penggunaan lubang outlet Gambar. 2.10 penggunaan lubang outlet
di bagian atas dan lubang inlet di bagian dan inlet di bagian tengah akan
tengah akan mengalirkan udara melewati mengalirkan udara melewati living zone
living zone
Sumber. Bona,2006

▪ Ukuran bukaan
Kecepatan udara yang terdapat dalam suatu ruang akan tercapai dengan
ukuran lubang inlet yang lebih kecil dibandingkan outlet.

20
Gambar. 2.11 penggunaan lubang outlet yang lebih
besar akan memberikan kecepatan aliran udara yang
lebih besar
Sumber. Bona,2006

▪ Kontrol terhadap bukaan


Sashes, kanopi dan louvre merupakan beberapa elemen kontrol terhadap
bukaan yang juga dapat mempengaruhi pola aliran udara. Sashes dapat
mengalihkan aliran udara ke atas. Hanya jendela dorong atau jendela putar
yang dapat menyalurkan aliran udara tersebut turun ke area manusia/ living
zone.

Gambar. 2.12 pola aliran udara akibat penggunaan


sashes (gambar kiri), dan penggunaan jendela putar
(gambar kanan)
Sumber. Koegnisberger, 1973

Kanopi dapat mengurangi efek yang timbul akbat tekanan udara yang ada
di atas jendela, sedangkan tekanan udara yang ada di bagian bawah jendela
akan langsung naik ke bagian atas ruangan. Adanya jarak antara kanopi
dan dinding akan mengarahkan tekanan udara ke bawah sehingga aliran
udara melewati living zone.

Gambar. 2.13 pola aliran udara akibat penggunaan


kanopi (gambar kiri), dan adanya jarak antara
kanopi dan dinding (gambar kanan)
Sumber. Koegnisberg, 1973

Louvre atau shading device, posisi louvre dengan sudut naik maksimal 200
masih mampu mengarahkan aliran udara ke area living zone. Jika sudut

21
kemiringan louvre lebih dari 20, maka aliran udara dalam ruang tidak akan
melewati living zone.

Gambar. 2.14 pola aliran udara akibat penggunaan


louver dengan sudut naik tertentu
Sumber. Koegnisberg, 1973

2.3 Elemen Bangunan yang Mempengaruhi Kenyamanan Udara


2.3.1 Atap
Ada beberapa jenis atap menurut bentuknya, atap datar, atap miring dan atap
lengkung. Penggunaan jenis atap tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi
iklim dimana bangunan berada. Wilayah Indonesia yang berada di daerah tropis
lembab, dengan kondisi curah hujan yang cukup tinggi, memerlukan penggunaan atap
yang mampu mengalirkan dengan cepat air hujan yang jatuh ke atap sehingga pada
umumnya bangunan-bangunan di Indonesia menggunakan atap miring.
Selain untuk membuang air hujan dengan cepat agar tidak menggenang di
bagian atap, penggunaan atap miring ini memberikan keuntungan lain yaitu
memberikan efek pendinginan akibat adanya ruang yang cukup besar antara plafon
dan atap karena radiasi panas matahari tidak langsung masuk ke ruangan di bawah
atap namun melewati ruang di bawah atap itu sendiri.

Gambar. 2.15 Ruangan antara plafond an atap yang


mampu memberikan efek pendinginan bagi ruang di
bawahnya
Sumber. Astudio, 2007

22

Anda mungkin juga menyukai