Tipe Jendela PDF
Tipe Jendela PDF
TINJAUAN PUSTAKA
8
85-95 15-5
Hitam
Kayu (pinus atau baru) 40-60 60-40
Genteng merah 60-75 40-35
Bata merah 60-75 40-25
Tabel. 2.1 jenis bahan serta persentase penyerapan
dan pemantulan yang dimiliki
Sumber .Lipsmeier, 1980
2.1.2 Temperatur
Bradshaw (2006) mengatakan temperatur merupakan ukuran terhadap derajat
intensitas panas. Perbedaan temperatur antara dua titik memberikan potensi yang
memungkinkan adanya perpindahan panas dari titik yang lebih hangat ke titik yang
lebih dingin.
9
2.1.4 Angin
Angin memiliki pengaruh dalam pelepasan panas dari badan baik secara
konveksi ataupun penguapan, semakin besar angin maka semakin besar pula
pelepasan panas yang terjadi. Setiap kenaikan 15 fpm untuk kecepatan angin yang ada
di atas 30 fpm, maka akan menurunkan suhu sebesar 10C, (Bradshaw, 2006).
10
2.2 Penghawaan Alami
2.2.1 Pengertian penghawaan alami
Penghawaan merupakan salah satu faktor dalam menghadirkan sebuah
kediaman yang nyaman digunakan karena dengan penghawaan, panas tubuh kita
dapat diserap dan dibuang ke luar ruangan. (Bona Y.P, 2006). Sedangkan menurut
Satwiko,2004, dalam bukunya, fisika bangunan 1, ventilasi alami adalah pergantian
udara secara alami (tidak melibatkan peralatan mekanis, seperti penyejuk udara yang
dikenal dengan air conditioner).
Adanya penghawaan alami dengan memanfaatkan aliran udara, akan
membantu tercapainya kondisi kenyamanan suhu yang diperlukan manusia di dalam
bangunan. Dengan adanya aliran udara yang melewati suatu area/benda yang hangat,
maka akan terjadi perpindahan panas dari area/ benda tersebut ke udara. Hal ini dapat
lebih dipahami, misalnya yang terjadi saat manusia berkeringat kemudian saat itu ada
angin berhembus mengenai permukaan kulit manusia, maka proses penguapan akan
lebih cepat terjadi sehingga suhu permukaan kulit menjadi turun dan terasa sejuk.
11
Selain pintu dan jendela penggunaan lubang-lubang ventilasi pada area
dinding atas (di bawah plafon) dan area dinding bawah, dapat membantu melepaskan
udara panas dalam ruang (lubang di bawah plafon) dan melepaskan kelembaban udara
lembab (lubang di area dinding bawah).
Gerakan udara dapat terjadi akibat adanya perbedaan pemanasan pada lapisan
udara yang berbeda-beda. Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas dari
permukaan kulit oleh penguapan. Semakin besar kecepatan udara, semakin besar
panas yang hilang namun hal ini terjadi pada kondisi temperatur udara yang lebih
rendah dibanding temperatur kulit. Pada wilayah dengan iklim tropis lembab
diperlukan sirkulasi udara terus-menerus, dan dinding-dinding luar sebuah bangunan
cenderung terbuka lebih besar untuk sirkulasi udara.
Pedoman kecepatan angin (Satwiko, 2004):
▪ 0.25 m/ det : nyaman, tanpa dirasakan pergerakan udara
▪ 0.25-0.5 m/ det : nyaman, tanpa terasa adanya gerakan udara
▪ 1-1.5m/ det : aliran udara ringan-tidak menyenangkan
▪ > 1.5 m/ det : tidak menyenangkan, diperlukan suatu pengkondisian
namun pedoman ini tidak berlaku pada daerah tropis, karena kecepatan udara
yang tinggi pada temperatur dan kelembaban yang tinggi akan menimbulkan
pendinginan. Gerakan udara baru dirasakan mengganggu jika sampai membuat udara
terlalu dingin.
12
Gerakan udara dengan sistem ini dapat diperbesar dengan memperbesar
perbedaan suhu, dan jarak antara lubang bagian bawah dan atas sebagai tempat masuk
dan keluarnya udara. Sekecil apapun angin yang ada, akan mempengaruhi distribusi
tekanan udara pada selubung bangunan, dan mempengaruhi aliran udara.
13
bangunan, serta terkait dengan kerapatan udara, dan besarnya kecepatan angin.
Walaupun ringan angin tetap memiliki massa tertentu (sekitar 1,2 kg/m3) dan saat
bergerak memiliki momentum (yang merupakan hasil dari massa itu sendiri dan
kerapatannya).
Jika aliran udara bergantung pada angin, maka udara akan masuk ke dalam
bangunan melalui sisi yang berhadapan dengan arah angin dan ke luar melalui sisi
bangunan yang lain.
Beberapa kelebihan dalam penggunaan perbedaan tekanan udara untuk
menimbulkan gerakan udara, antara lain:
▪ efektifitas yang cukup besar
▪ adanya gaya alami yang muncul
Sedangkan beberapa kelemahan yang muncul akibat penggunaan perbedaan
tekanan udara ini, antara lain :
▪ adanya kesulitan yang sulit diprediksi terkait dengan variasi kecepatan dan
arah angin
14
serta bentuk bangunan itu sendiri. Akibat dari angin yang mengenai bangunan yaitu
akan timbul area-area yang bertekanan positif dan negatif.
15
2.2.4.2 Single sided ventilation
Sistem ventilasi single-sided merupakan suatu sistem dimana hanya ada
bukaan pada satu sisi bangunan yang dapat dioperasikan. Penggunaan sistem ini bisa
dimungkinkan namun kurang efektif kecepatan aliran udaranya jika dibandingkan
dengan sistem cross ventilation. Pada sistem single-sided ventilation, udara mengalir
masuk ke bagian bawah, lalu dipanaskan pada ruangan, dan kemudian udara panas
mengalir ke luar melalui bukaan pada sisi yang sama dengan udara masuknya. Dalam
menggunakan sistem single-sided ventilation ini jika ruangan dibuat lebih tinggi
(jarak antara lantai dan plafon) dan ada perbedaan temperatur yang cukup besar
sehingga aliran udara yang terjadi juga akan semakin besar.
Untuk sistem ventilasi ini meliputi dua jenis yaitu single-sided single opening
dan single-sided double openings. Single-sided single opening ini merupakan sistem
ventilasi dimana hanya terdapat satu bukaan pada satu sisi bangunan, sehingga udara
masuk dan keluar akan melalui bukaan yang sama. Penggunaan sistem jenis ini biasa
digunakan, namun hanya bermanfaat sampai bentang tertentu saja yaitu sekitar dua
kali dari ketinggian plafon, misalnya ketinggian plafon 5m maka bentang efektif
dalam penggunaan jenis single opening ini hanya mencapai 9-10m.
Single-sided double openings merupakan sistem ventilasi dimana terdapat dua
bukaan/ bukaan ganda pada satu sisi bangunan. Penggunaan jenis ventilasi single-
sided ini lebih efektif dibandingkan dengan single-sided single opening, karena udara
masuk dan keluar melalui lubang bukaan yang berbeda. Untuk penggunaan double
openings ini bentang efektif ruang dapat mencapai 2,5 kali dari ketinggian plafon,
16
misalnya ketinggian plafon 5m maka bentang ruang yang efektif adalah 23-25m. (St.
Monica Green Building Program).
17
Besar luasan dinding yang menerima radiasi panas matahari juga akan
mempengaruhi kondisi suhu dalam ruang sehingga ikut mempengaruhi
aliran udara dalam ruang.
▪ Elemen eksternal
Beberapa hal yang termasuk ke dalam elemen eksternal antara lain,
vegetasi di lingkungan serta bagian bangunan itu sendiri, misalnya teritisan
ataupun sirip di dekat jendela bangunan.
Pada daerah tropis, pelindung terhadap matahari menjadi suatu hal yang
penting. Perlindungan terhadap matahari dapat dicapai melalui
penggunaan vegetasi, elemen horisontal ataupun vertikal yang tidak
tembus cahaya. Elemen horisontal yang menonjol pada sisi bangunan,
sangat efektif digunakan pada sisi utara dan selatan untuk menahan sudut
jatuh sinar matahari tinggi. Sedangkan elemen vertikal lebih efektif
digunakan pada sisi barat dan timur, untuk menahan matahari rendah.
Untuk elemen horisontal, bentuk yang paling sederhana yang dapat
ditemui adalah tritisan. Selain itu juga terdapat krey dan awning, variasi
lain yaitu penggunaan lamela. Untuk penggunaan lamela, jarak yang
efektif adalah 10-20cm.
Sedangkan elemen vertikal, yaitu kolom yang menonjol. Susunan kolom
yang rapat dapat juga membentuk lamela. Jarak antar elemen disesuaikan
dengan lama peneduhan. Selain itu penggunaan elemen vertikal dan
horisontal ini pun dapat dipadukan sehingga membentuk kisi-kisi yang
biasa disebut eggcrate.
18
Tabel. 2.3 jenis-jenis peneduh
Sumber Lechner, N.2007
▪ Ventilasi silang
Udara yang bergerak memberikan penyegaran yang baik bagi penghuni
bangunan. Dengan adanya penyegaran yang baik, maka akan terjadi proses
penguapan sehingga temperatur pada kulit akan menurun. Gerakan udara
dalam rumah dapat dihasilkan melalui pemanfaatan perbedaan tekanan
antara dua sisi bangunan. Dalam pengarahan udara faktor yang terpenting
yaitu lubang masuk dan kondisi tekanan udara pada dinding luar.
19
Adanya elemen pada dinding luar misalnya pelindung matahari ataupun
tonjolan-tonjolan pada dinding eksterior, akan mengganggu aliran udara,
karena akan terbentuk tekanan udara pada daerah tersebut.
Kecepatan aliran udara pada suatu ruang akan diperoleh bila lubang keluar
lebih besar dibanding bidang masuk.
▪ Posisi bukaan
Peletakkan bukaan pada dinding akan memberikan pengaruh terhadap alur
aliran udara di dalam ruang. Jika lubang inlet diletakkan lebih tinggi
daripada lubang outlet, udara akan bergerak sepanjang ruang dan dekat
dengan plafon sehingga daerah manusia (living zone) tidak akan terkena
aliran udara.
Gambar. 2.9 penggunaan lubang outlet Gambar. 2.10 penggunaan lubang outlet
di bagian atas dan lubang inlet di bagian dan inlet di bagian tengah akan
tengah akan mengalirkan udara melewati mengalirkan udara melewati living zone
living zone
Sumber. Bona,2006
▪ Ukuran bukaan
Kecepatan udara yang terdapat dalam suatu ruang akan tercapai dengan
ukuran lubang inlet yang lebih kecil dibandingkan outlet.
20
Gambar. 2.11 penggunaan lubang outlet yang lebih
besar akan memberikan kecepatan aliran udara yang
lebih besar
Sumber. Bona,2006
Kanopi dapat mengurangi efek yang timbul akbat tekanan udara yang ada
di atas jendela, sedangkan tekanan udara yang ada di bagian bawah jendela
akan langsung naik ke bagian atas ruangan. Adanya jarak antara kanopi
dan dinding akan mengarahkan tekanan udara ke bawah sehingga aliran
udara melewati living zone.
Louvre atau shading device, posisi louvre dengan sudut naik maksimal 200
masih mampu mengarahkan aliran udara ke area living zone. Jika sudut
21
kemiringan louvre lebih dari 20, maka aliran udara dalam ruang tidak akan
melewati living zone.
22