Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial

Disusun Oleh :

Jurista Ardi J. NIM 31185847


Achmad Yasir Arrafat NIM 31144853
Mohammad Rifqi NIM 31186023
Ika Sriwahyuni NIM 31165431
Dwi Pangesti NIM 31175746

KELAS F NON REG MANAJEMEN

Fakultas Ekonomi Manajemen


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2020
Penggunaan Masker Kain Dalam Pencegahan Covid-19

Masyarakat mungkin kesulitan untuk mendapatkan masker yang digunakan sebagai salah
satu upaya pencegahan COVID – 19. Jenis masker yang terjual di pasaran ada berbagai jenis,
seperti masker kain, masker bedah, masker N95 hingga facepiece respirator atau masker seluruh
muka.
Masker kain adalah pilihan terakhir yang harus digunakan timmedis ketika merawat
pasien. Hal ini lebih baik daripada merawat pasien tanpa menggunakan masker sama sekali.
Namun masker bedah tiga kali lebih efektif daripada masker kain untuk mencegah penyebaran
virus. Karena masker kain lebih longgar, tidak seperti masker N95 yang dirancang ketat untuk
menyaring partikel virus yang sangat kecil. Maka dari itu kita juga harus melakukan hal berikut
untuk memaksimalkan cegah virus corona Berikut ini beberapa di antaranya :
1. Pastikan terhindar dari kontak dekat dengan orang yang kelihatan tidak sehat atau yang sedang
sakit demam dan batuk.
2. Jika batuk dan bersin usahakan untuk menutupi hidung dengan tangan atau tisu, jangan lupa
tisu bekas bersin segera dibuang.
3. Jangan lupa untuk mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air untuk mengurangi
penyebaran virus dari tangan ke tangan.
4. Bersihkan permukaan benda keras seperti gagang pintu dengan pembersih.
5. Apabila sedang merawat seorang penderita flu, gunakan masker untuk menutupi hidung dan
mulut untuk mengurangi risiko penularan.
Di antara jenis masker tadi, masker jenis kain yang dapat diperoleh relatif mudah oleh
masyarakat. Namun, kita perlu mengetahui karakter penggunaan master kain ini. Dokter
Spesialis Paru RS Umum Pusat Persahabatan Erlina Burhan menyampaikan bahwa masker kain
dapat digunakan oleh masyarakat yang sehat, di tempat umm maupun fasilitas lain. Namun, ia
mengingatkan bahwa mereka yang memakai masker ini tetap disarankan untuk menjaga jarak.
“Tapi tetap menjaga jarak 1 sampai 2 meter. Kenapa? Karena masker kain ini tidak bisa
memproteksi masuknya partikel dan ini tidak disarankan bagi tenaga medis,” kata Erlina di
Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4). Ia mengatakan bahwa tenaga medis tidak disarankan
penggunaan masker kain karena 40 – 90% partikel dapat menembus masker.  Di samping itu,
masyarakt perlu mengetahui bahwa masker kain tidak mampu untuk melindungi aerosol (partikel
padat) atau partikel yang ada di udara (airborne). “Jadi pencegahan keluarnya droplet dari batuk
atau bersin itu pada pemakai, kalau droplet-nya yang beratnya besar, iya bisa, tapi kalau droplet-
nya kecil, nggak bisa, tidak bisa,” tambah Erlina. Menurutnya, masker kain efektif untuk
memfilter partikel yang ukurannya 3 mikron atau 10 sampai 60% partikel dapat dicegah.
Keuntungan masker kain yaitu penggunaan yang dapat berulang. Tapi pengguna perlu mencuci
untuk pemakaian berikutnya. “Dicuci dengan deterjen dan bila perlu memakai air panas, karena
deterjen dan air yang hangat itu bisa mematikan virus,” pesan Erlina. Menyikapi situasi saat ini,
Erlina mengatakan bahwa masker, khususnya jenis bedah, sangat dibutuhkan oleh tenaga
kesehatan dan orang-orang yang sakit. Kelangkaan yang dihadapi dapat disikapi masyarakat
dengan memanfaatkan masker kain sebagai alternatif terakhir. Dokter Erlina juga mengingatkan
cara penggunaan masker yang tepat, yaitu menutupi hidung dan mulut hingga dagu. Kemudian
saat melepaskan, pengguna menghindari untuk memegang maskernya, dan tetap harus mencuci
tangan. 

Dampak Ekonomi di Indonesia Setelah Pemerintah Melakukan Social Distancing

Awal Maret seperti yang kita tahu bahwa Jokowi mengimbau masyarakat untuk social
distancing. Imbauan itu dikenal dengan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di
rumah. Meskipun negara-negara di luar sana telah menerapkan lockdown, keputusan pembatasan
sosial yang dipilih oleh Pemerintah Indonesia dalam menanggapi adanya Covid-19.
Pilihan sikap Pemerintah Indonesia tidak berarti tanpa alasan. Seperti yang diberitakan
Liputan6.com, Wiku Adisasmito menyampaikan alasan mengapa pemerintah Indonesia tidak
menerapkan lockdown adalah berkaitan dengan aktivitas perekonomian masyarakat. Selain itu
seperti yang dilansir oleh tirto.id, Presiden Jokowi menyampaikan alasannya mengapa tidak
memilih lockdown adalah setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisiplinan yang berbeda-
beda.
Presiden Jokowi mungkin bisa dikatakan belum jelas dalam menyampaikan alasanya,
tetapi pernyataan Wiku Adisasmito sebagai Anggota Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-
19 dirasa cukup. Ketika lockdown diterapkan, aktivitas perekonomian masyarakat memang
terganggu. Jika perekonomian masyarakat tergangu, hal itu akan berdampak kepada
perekonomian negara itu sendiri. Dalam UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan, pasal 55 Ayat 1 menerangkan “Selama dalam karantina wilayah, kebutuhan hidup
dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi
tanggungjawab pemerintah pusat”. Sedangkan kondisi perekonomian Indonesia hari ini,
pertumbuhan ekonomi belum sesuai target dan akan terancam defisit parah akibat Covid-19.
Kebijakan pembatasan sosial yang dipilih dengan pertimbangan ekonomi masyarakat
bukan berarti tidak ada masalah. Baik lockdown atau social distancing ternyata tetap berdampak
pada perekonomian masyarakat. Salah satu kalangan masyarakat yang terdampak adalah pekerja
di sektor informal. Pekerja ini yang begitu melekat dengan slogan “hari ini untuk hari besok”.
Maksudnya, kebutuhan mereka besok terpenuhi jika kerja hari ini. Ketika mereka tidak bekerja
hari ini, maka mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan untuk besok. Tak kerja berarti tak
dapat uang. Work From Home akan sangat susah dilakukan mereka. Badan Pusat Statistik
mencatat pada Agustus 2019 bahwa pekerja di sektor informal berjumlah 70,49 juta atau
55,72%. Sedangkan di Provinsi DIY sendiri, menurut data Badan Pusat Statistik DIY pada
Februari 2019, jumlahnya sebanyak 1,084 juta orang atau sebesar 50,7%. Data tersebut
menunjukkan betapa banyaknya pekerja sektor informal di negara ini. Berarti bisa diperkirakan
sendiri berapa yang mendapat ancaman perekonomian saat ini.
Serta ada banyak pula karyawan yang terancam pemberhentian hak kerja (PHK) karena
banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan dirumah, seperti halnya kegiatan
produksi yang bergantung pada mesin yang berada di tempat produksi.
PHK ini juga dilakukan karena kurangnya pembelian dari konsumen dan dibatasinya ekspor ke
negara tertentu sehingga akan menghambat ekspor dan mengurangi pendapatan perusahaan,
bahkan perusahaaan bisa mengalami kerugian. Ada pun penyebab lain dari di PHK nya para
karyawan yaitu karena kelangkaan bahan baku untuk diproduksi yang di impor dari negara luar
seperti dari negara Thiongkok sehingga akan menghambat kegiatan industri.
Perusahaan yang berhenti beroperasi dan peningkatan jumlah angka pengangguran dapat
menghambat dan mengurangi produk domestik bruto (PDB) serta menghambat pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Sektor pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada
perekonomian Indonesia. Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara langsung, sedangkan
dampak jangka Panjang dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan nasional, namun dengan
adanya Covid-19 semuanya tak lagi sama. Sektor pariwisata yang sekarang mengalami kelesuan
sehingga daya beli menurun secara drastis karena berkurangnya pengunjung baik turis lokal
maupun turis mancanegara, yang secara otomatis pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari
sektor pariwisata semakin menurun.
Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga
pengangguran semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun masyarakat dari
luar. Contohnya, Aston Bogor Hotel & Resort melakukan penutupan yang di mulai pada tanggal
22 Maret 2020 serta 120 karyawan dipulangkan karena adanya penurunan bisnis yang di
akibatkan oleh pandemi dari virus corona ini. Bukan hanya sektor pariwisata yang mengalami
kelumpuhan sementara, tetapi para karyawan dari jenis perusahaan lainnya ikut merasakan
dampak dari pandemi Covid-19. Yang dimana pekerjaan atau kegiatan yang biasanya dilakukan
diluar rumah secara langsung sekaran terpaksa harus dilakukan di dalam rumah.
Jika presiden mengeluarkan kebijakan lockdown maka akan berdampak besar pada
pertumbuhan perekonomian Indonesia, hal ini di sebabkan oleh kegiatan perekonomian yang
akan berhenti secara besar-besaran. Sebagai gantinya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
lainnya seperti belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah untuk menekan penyebaran Covid-19.
Meskipun kebijakan tersebut di berlakukan, namun masih ada saja masyarakat yang
menyalahgunakan kebijakan ini, seperti kegiatan belajar dan bekerja di rumah di gunakan untuk
berlibur di luar kota. Sehingga penyelewengan kebijakan ini dapat memperluas dan mempercepat
penyebaran virus Corona, baik dari yang disebarkan oleh para pengunjung kepada masyarakat
setempat, maupun yang disebarkan oleh masyarkat setempat kepada para pengunjung. Sebagai
warga negara yang baik dan patuh pada pemerintah dan aturan kita hanya perlu disiplin terhadap
kebijakan social distancing dan physical distancing (jaga jarak aman)

Karantina Wilayah

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang


Kekarantinaan Kesehatan. Aturan ini dterbitkan dengan beberapa pertimbangan, utamanya
adalah pelindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Undang-undang ini dalam
pokok pertimbangannya juga mengakui dengan adanya kemajuan teknologi transportasi dan
perdagangan bebas saat ini dapat berisiko menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit
baru atau lama dengan penyebaran lebih cepat dan berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan masyarakat.
Pasal 1 Ketentuan Umum undang-undang ini mencantumkan apa yang dimaksud
dengan karantina wilayah. "Karantina Wilayah adalah pembatasan penduduk dalam suatu
wilayah termasuk wilayah Pintu Masuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit
dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
penyakit atau kontaminasi." Tak cuma karantina wilayah, istilah social distancing yang
dalam sebulan terakhir digaungkan pemerintah sebenarnya juga diatur dalam undang-
undang ini, dengan istilah pembatasan sosial. "Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi
penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi."
Pasal 3 undang-undang ini mengatur, tujuan dari penerapan karantina kesehatan
adalah untuk melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Penerapan
karantina terhadap suatu daerah atau wilayah tertentu bertujuan dalam rangka mencegah
perpindahan orang, baik masuk maupun keluar wilayah tersebut, untuk tujuan tertentu yang
mendesak. Sementara dilansir dari Hukum Online, karantina wilayah merupakan pembatasan
penduduk yang dilakukan guna mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi. Apabila suatu wilayah menerapkan aturan lockdown, maka pintu perbatasan
akan dijaga ketat oleh anggota kepolisian untuk memastikan tak ada yang masuk ataupun
keluar. Dilansir dari Hukum Online, apabila terjadi karantina atau lockdown, rakyat
memiliki 4 hak yang harus terpenuhi:
1. Rakyat berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan medis,
kebutuhan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya selama karantina.
2. Yang dimaksud dengan "kebutuhan kehidupan sehari-hari lainnya" antara lain kebutuhan
pakaian dan perlengkapan mandi, cuci, dan buang air.
3. Pemerintah pusat bertanggungjawab atas kebutuhan hidup dasar orang dan makanan
hewan ternak yang berada di wilayah karantina dengan melibatkan pemerintah daerah dan
pihak terkait.
4. Rakyat berhak memperoleh perlakuan yang sama dalam penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan.
Karantina Wilayah diatur dalam pasal 53, diputuskan sebagai respons pemerintah
dari kondisi kesehatan masyarakat yang dinilai darurat. Saat diputuskan, karantina wilayah
ini akan berlaku bagi seluruh anggota masyarakat di suatu wilayah yang sudah terkonfirmasi
terjadi penyebaran penyakit antar anggota masyarakat di wilayah tersebut. Dalam undang-
undang juga diatur, wilayah yang dikarantina harus diberi garis karantina dan dijaga terus
menerus oleh pejabat karantina kesehatan dan kepolisian yang berada di luar wilayah
karantina.
Saat karantina berlaku, warga masyarakat tak bisa lagi keluar masuk wilayah
karantina. Misal Jakarta jadi diterapkan karantina wilayah, artinya sudah tidak boleh ada
lagi yang keluar masuk ibu kota selama masa karantina berlangsung. Jika di wilayah
karantina tersebut terdapat anggota masyarakat yang menderita penyakit kedaruratan
kesehatan yang sedang terjadi, misal positif terkena covid-19, maka wajib melakukan isolasi
dan segera dirujuk ke rumah sakit.
Selama karantina wilayah, sesuai Pasal 55 Undang-Undang, kebutuhan hidup dasar
orang dan makanan hewan ternak yang berada di wilayah karantina menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat. Tanggung jawab Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan Karantina
Wilayah tersebut dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Daerah dan pihak yang terkait.
Sumber

https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/66831-Dampak-Pandemi-Covid-19-Pada-
Pertumbuhan-Ekonomi-Indonesia
https://bandung.bisnis.com/read/20200401/549/1220883/atasi-wabah-covid-19-dengan-
karantina-ini-pengertian-karantina-di-indonesia
https://lbhyogyakarta.org/2020/03/31/social-distancing-atau-lockdown-dampak-tetap-menimpa-
buruh/
https://www.wartaekonomi.co.id/read278726/apa-itu-karantina-wilayah/0
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200330130833-4-148452/apa-itu-karantina-wilayah-
bagaimana-mekanismenya

Anda mungkin juga menyukai