Anda di halaman 1dari 9

Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Masa Kini

Oleh:
Made Kharisma Pramana
1411031081 (12)
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha

Salah satu faktor majunya sebuah Negara adalah pendidikan yang


berkualitas. Kecenderungan masyarakat memandang pendidikan dan
pembelajaran itu sama namun memiliki beberapa perbedaan. Pendidikan
adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
orang menuju kedewasaan melalui upaya pengajaran dan latihan
(Suwatra,2014). Dalam Undang-Undang RI disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketram- pilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (Sultan & Gorontalo, 2003).
Sedangkan Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
membuat siswa belajar (Riastini,2016). Tujuan pembelajaran didefinisikan
dalam bentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
melalui proses pembelajaran (Subagia, 2012).
Pendidikan dan pembelajaran tidak terlepas dari peran seseorang
yang disebut guru. Berdasarkan karakteristik anak dan dunianya dapat
diketahui bahwa permainan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan anak
serta dalam mengembangkan pemahaman dan kreativitas anak masih
membutuhkan bantuan-bantuan dari guru (Poerwati, Studi, Anak, Dini, &
Pura, 2016). Guru kini telah dianggap sebagai sebuah profesi karena karena
memenuhi definisi dari profesi yang menyatakan bahwa Profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya, artinya
tidak bisa dilakukan olehsembarang orang yang tidak terlatih dan tidak
disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu (Satori,2007). Guru
atau pendidik tidak bisa dipandang sebelah mata karena Salah satu tolok
ukur keberhasilan pendidik adalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil
yang optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
kreatifitas pendidik untuk mengelola proses belajar mengajar. (Agustini,
Wahyuni, Pendidikan, Informatika, & Ganesha, 2013). Kemampuan dan
keterampilan guru dalam mengorganisasikan materi merupakan “kurikulum
nyata” yang menjadi “dokumen dasar guru” dalam melaksanakan
pembelajaran berdasarkan KTSP (Hutama, 2016) disamping pembelajaran
K13. Namun sampai saat ini, program-program pengembangan
profesionalitas guru lebih banyak dalam bentuk pengembangan kualitas
proses saja dimana materi pelatihan hanya berkisar pada metode dan
strategi pembelajaran inovatif (Marhaeni & Artini, 2015).
Berbagai upaya dilakukan untuk mecapai tujuan tersebut, mulai dari
pelatihan untuk meningkatkan kualitis guru, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan dan penyempurnaan kurikulum secara periodik (Widiana, 2016).
Pembelajaran pada kurikulum sekarang (K13) adalah Pembelajaran tematik
yang sifat pembelajarannya dengan mengintegrasikan berbagai mata
pelajaran akan lebih bermakna apabila diajarkan dengan menggunakan
media berbasis mind mapping (Qondias, Anu, & Niftalia, 2016). Pembelajaran
tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. (Diputra, 2016).
Pembelajaran tematik bersifat terpadu. Menurut Hadisubroto pembelajaran
terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau
tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu
yang dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau
terencana, baik alam satu bidang studi atau lebih dan dengan beragam
pengalaman belajar anak, makapembelajaran menjadi lebih bermakna
(dalam Arini, 2014:4). Dalam proses pembelajaran tersebut, siswa diarahkan
untuk mampu menjadi pribadi yang cerdas, bertanggung jawab, toleransi,
terbuka, memiliki rasa ingin tahu dan bertanggung jawab. (Padmadewi &
Ganesha, 2015). Namun demikian, reformasi pendidikan pada skala nasional
sepertinya tidak cukup hanya melakukan program-program khusus dan
perubahan kurikulum (Riastini, Pendidikan, & Ganesha, 2014).
Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi siswa dapat menjadi tempat
pembangunan karakter dan watak. Caranya, sekolah memberikan nuansa
dan atmosfer yang mendukung upaya untuk menginternalisasikan nilai dan
etika yang hendak ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku antikorupsi
(A.R., n.d.). Hal ini juga sejalan dengan Visi bangsa Inonesia yaitu
terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah NKRI yang didukung oleh
manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, kesadaran hukum an lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin (Tap MPR
No.VII/MPR/2001, dalam Sanjaya,2011:32). Apalagi sedang maraknya
penyalahgunaan napza di kalangan siswa dan pelajar adalah masalah yang
menghawatirkan dan mengancam kelangsungan hidup bangsa. Badan
narkotika Nasional atau BNN (2005: 37) menyebutkan bahwa Napza adalah
singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya, meliputi zat
alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik,
serta menimbulkan ketergantungan. Ancaman yang ditimbulkan adalah
rusaknya generasi muda yang diharapkan sebagai sendi-sendi penerus
bangsa. (Narkoba, Dan, & Adiktif, n.d.). hal ini dapat menjadi masalah karena
tidak sesuai dengan keinginan kita bersama terkait definisi Masalah adalah
sesuatu yang timbul akibat adanya rantai yang terputus antara keinginan dan
cara mencapainya (japa,2015).
Berkembangnya perubahan kurikulum pendidikan yang
mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa dan juga
membimbing peserta didik agar bersikap positif terhadap segala hal untuk
kebaikan masa depan mereka sendiri (Khoiron & Sutadji, 2012). Pendidikan
karakter di sekolah merupakan kebutuhan vital agar generasi penerus dapat
dibekali dengan kemampuan- kemampuan dasar yang tidak saja mampu
menjadikannya life-long learners sebagai salah satu karakter penting untuk
hidup di era informasi yang bersifat global, tetapi juga mampu berfungsi
dengan peran serta yang positif (Kimia & Ganesha, 2012). Pendekatan
pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks juga memudahkan
integrasi pendidikan karakter. Teks/genre sastra adalah salah jenis teks yang
dipelajari siswa di SD (Tang, 2013). Pengertian sastra sebagai hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
(Pendidikan, Inggris, & Piscayanti, 2012). Salah satu jenis sastra yaitu sastra
daerah. Sastra daerah adalah buah sastra yang ditulis dalam bahasa daerah
yang terdapat di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik dalam bentuknya
yang tradisional maupun modern (Dibia,2009). Pengajaran bahasa daerah
pada jenjang pendidikan dasar di suatu daerah disesuaikan dengan intensitas
penggunaannya dalam wilayah yang bersangkutan (Nasional, 2003).
Pendidikan yang ideal hakikatnya selalu bersifat antisipatif dan
prepatoristik, yakni selalu mengacu ke masa depan, dan selalu
mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan yang jauh lebih
baik, bermutu, dan bermakna (W. Lasmawan, 2015). Pendidikan memegang
peranan sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas (Sukerni, 2014). Dalam Undang-Undang RI disebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketram- pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara
(Sultan & Gorontalo, 2003).
Salah satu aspek keterampilan yang menuntut siswa untuk lebih
produktif dan kreatif adalah melalui keterampilan berbicara (Herdiansyah,
n.d.). Selain itu ketika kemampuan komunikasi tidak dapat dimiliki individu
maka akan menghambat dirinya untuk survive terlebih untuk melakukan
aktualisasi diri (Fatma & Khoirun, 2013). Salah satu cara mengasah
keterampilan berbicara yaitu dengan berdrama yang saat ini sering diimbuhi
dengan tari. Tari adalah gerak seluruh tubuh, disertai bunyian atau gamelan
diatur menurut irama lagunya (gending), ekspresi muka dan gerakannya
diserasikan engan isi dari makna tarinya (Soeryodiningrat, dalam
Arcana,2010). Disamping itu juga terdapat keterampilan yang tidak kalah
pentingnya yaitu keterampilan menulis. Walaupun keterampilan menulis telah
diajarkan sejak lama dengan berbagai macam pendekatan, hasil pengajaran
yang diharapkan belum dapat dicapai (Wendra, 2012). Keterampilan menulis
merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan
kepada pihak lain melalui bahasa tulis (Ida Bagus Putrayasa, 2015).
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan
filosofi bagi pengembangan dan pelaksanaan pendidikan di Indonesia (Sadia,
2013). Untuk itu Perlu adanya pengembangan model pembelajaran yang
berorientasi pada pengembangan kreativitas berpikir (berpikir tingkat tinggi)
siswa dan karakter bangsa yang berbasis kearifan lokal (Putu & Yasmini,
2013). Kearifan lokal adalah cara-cara dan praktik-praktik yang
dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, yang berasal dari pemahaman
mendalam mereka akan lingkungan setempat, yang terbentuk dari tinggal di
tempat tersebut secara turun-temurun (Parwati, 2015). Terkait Hal tersebut,
pengembangan pendidikan karakter tidak lepas dari budaya yang ada di
suatu tempat di mana pendidikan karakter itu diselenggarakan (Wijana,
2015). Tentu saja pendidikan karakter ini sangat diperlukan di Indonesia
karena Negara Indonesia adalah sebuah komunitas yang unik dan sangat
multi etnis, agama, budaya, dan bahasa (K. W. Lasmawan, 2012).
Permasalahan utama dalam mendidik anak di SD terutama di kelas-
kelas awal adalah banyaknya guru yang kurang menyadari cara-cara
pembelajaran yang cocok (Kristiantari, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka
guru perlu memahami karakteristik anak SD. Karakteristik anak SD yang
masih pada tahap bermain menyebabkan perlunya adanya Program Playing
and Learning yang bertujuan untuk mengembangkan kreasi menggambar
anak-anak yang menyukai bermain sambil belajar (Petunjuk et al., 2013).
DAFTAR PUSTAKA

A.R., E. D. (n.d.). Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn Sebagai


Penguat Karakter Bangsa. Pendidikan Dan Pembelajaran, 157–171.
Agustini, K., Wahyuni, D. S., Pendidikan, J., Informatika, T., & Ganesha, U. P.
(2013). PENGARUH PENGGUNAAN SIMULASI BINARY TREE
BERBASIS CAI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DISKRIT MAHASISWA JURUSAN PTI UNDIKSHA, 2(1).
Diputra, K. S. (2016). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
TEMATIK INTEGRATIF UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR,
5(2), 830–839.
Fatma, O., & Khoirun, L. (2013). Komunikasi bagi anak berkebutuhan khusus,
163–189.
Herdiansyah, D. (n.d.). PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM
PEMBELAJARAN MENCERITAKAN PENGALAMAN YANG
MENGESANKAN Dicky Herdiansyah, 1–8.
Hutama, F. S. (2016). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS BERBASIS
NILAI BUDAYA USING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR, 5(2), 817–
829.
Ida Bagus Putrayasa. (2015). PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF
DESKRIPSI BERBASIS MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VII SMP
LABORATORIUM UNDIKSHA, 4(2), 639–649.
Khoiron, A. M., & Sutadji, E. (2012). Kontribusi Implementasi Pendidikan
Karakter dan Lingkungan Sekolah terhadap Berpikir Kreatif serta
Dampaknya pada Kompetensi Kejuruan, 103–116.
Kimia, J. P., & Ganesha, U. P. (2012). UPAYA PENGEMBANGAN SOFT
SKILLS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA DASAR, 1(2),
91–101.
Kristiantari, M. R. (2014). ANALISIS KESIAPAN GURU SEKOLAH DASAR
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN TEMATIK
INTEGRATIF MENYONGSONG KURIKULUM 2013, 3(2), 460–470.
Lasmawan, K. W. (2012). PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN
MULTIKULTUR YANG BERORIENTASI PADA SPIRITUALISME DALAM
PEMBELAJARAN IPS – SD, 1(1), 28–39.
Lasmawan, W. (2015). PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
E-LEARNING MATA KULIAH WAWASAN PENDIDIKAN DASAR,
TELAAH KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR, PENDIDIKIAN IPS
SEKOLAH DASAR, PERSPEKTIF GLOBAL DAN PROBLEMATIKA
PENDIDIKAN DASAR, 4(1), 556–570.
Marhaeni, A. A. I. N., & Artini, L. P. (2015). ASESMEN AUTENTIK DAN
PENDIDIKAN BERMAKNA : IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013, 4(1),
499–511.
Narkoba, P., Dan, P., & Adiktif, Z. A. T. (n.d.). PENGEMBANGAN MODEL
KONSELING LOGO UNTUK MENCEGAH PENYALAHGUNAAN
NARKOBA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA PAA PARA
SISWA DI BALI, (1), 185–194.
Nasional, U. S. P. (2003). Undang-undang sistem pendidikan nasional.
Padmadewi, N. N., & Ganesha, U. P. (2015). PENGEMBANGAN
PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA
PENDIDIKAN BAHASA JEPANG DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA SINGARAJA, 4(1), 540–555.
Parwati, N. N. (2015). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
PEMECAHAN BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL PADA SISWA SMP
DI KOTA SINGARAJA, 4(2), 612–624.
Pendidikan, J., Inggris, B., & Piscayanti, K. S. (2012). PENGEMBANGAN
MODEL PEMBELAJARAN SASTRA BERBASIS KARAKTER DAN
LOKALITAS DALAM MATA KULIAH DRAMA , UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA, 1(2), 79–90.
Petunjuk, S., Kreatif, M., Anak, U. A.-, Herliyani, E., Rediasa, I. N.,
Pendidikan, J., … Bahasa, F. (2013). ANALISIS SEMIOTIK TERHADAP
VCD PEMBELAJARAN “ MENGGAMBA R KREATIF BERSAMA
EINSTEIN DAN FABER-CASTELL, 2(2), 286–298.
Poerwati, C. E., Studi, P., Anak, P. G., Dini, U., & Pura, U. D. (2016).
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS
PERMAINAN DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA
DINI, 5(2), 921–929.
Putu, L., & Yasmini, B. (2013). MODEL PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK
MENGEMBANGKAN, 2(2), 221–235.
Qondias, D., Anu, E. L., & Niftalia, I. (2016). PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS MIND MAPING SD
KABUPATEN NGADA FLORES, 5(2), 883–889.
Riastini, P. N., Pendidikan, F. I., & Ganesha, U. P. (2014). PEMAHAMAN
KONSEP IPA PADA MAHASISWA PGSD, 3(1), 348–358.
Sadia, I. W. (2013). Model pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran
sains 1, 2(2), 209–220.
Subagia, I. W. (2012). TAKSONOMI PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN
HASIL BELAJAR BERBASIS TRIKAYA, 1(1), 40–64.
Sukerni, P. (2014). PENGEMBANGAN BUKU AJAR PENDIDIKAN IPA
KELAS IV SEMESTER I SD NO . 4 KALIUNTU DENGAN MODEL DICK
AND, 3(1), 386–396.
Sultan, I., & Gorontalo, A. (2003). Pendidikan anak berkebutuhan khusus,
72–78.
Tang, M. R. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Cerita Fiksi Berbasis
Wacana Budaya di Sekolah Dasar, 169–175.
Wendra, I. W. (2012). DI SEKOLAH DASAR KELAS V LABORATORIUM
UNDIKSHA, 1(2), 113–127.
Widiana, I. W. (2016). PENGEMBANGAN ASESMEN PROYEK DALAM
PEMBELAJARAN IPA, 5(2), 854–864.
Wijana, N. (2015). PENGARUH PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN
KARAKTER BERORIENTASI KEARIFAN LOKAL KE DALAM MATERI
AJAR SOFT SKILL MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI,
4(2), 650–662.
Arcana, I nyoman, 2010, seni tari drama, singaraja,Undikshapres
Sanjaya, Dewa Bagus,2011, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi,Singaraja, Undiksa press
Suwatra, I Wayan,2014, Sosiologi Penidikan, Singaraja,Press
Arini, Ni Wayan, 2014, Pembelajaran Terpadu, Singaraja, Undiksha press
Dibia, I Ketut, 2009, Apresisasi Sastra dan Bahasa Indonesia, Singaraja,
Undiksha press
Japa, I Gusti Ngurah, 2015, Penidikan Matematika III, Singaraja, Undiksha
press
Satori, Djaman, 2007, Profesi Keguruan, Jakarta, Universitas Terbuka
Riastini, Putu Nancy, 2016, Pembelajaran IPA SD, Singaraja, Undiksha press

Anda mungkin juga menyukai