Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

Pityriasis Rosea

Oleh:

Anggrit Fatoni Febrian Marsin

NIM. 1930912310135

Pembimbing:

dr. Sani Widjaja, Sp.KK

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2020
LAPORAN KASUS
PITYRIASIS ROSEA

Anggrit Fatoni Febrian Marsin/1930912310135


SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Pendahuluan
Pityriasis rosea adalah sebuah dermatosis papulo-skuamosa akut yang dapat
sembuh dengan sendirinya. Penyakit ini ditandai dengan adanya Herald patch
diikuti dengan patch oval bersisik di batang tubuh dan ekstremitas proksimal
yang mirip dengan pohon cemara terbalik. Pityriasis rosea juga dikenal dengan
pityriasis circinata, roseola annulata dan herpes tonsurans maculosus. Erupsi
kulit ini biasanya berlangsung selama 6-8 minggu.1,2,3

Penyebab pasti dari penyakit pityriasis rosea tidak diketahui. Infeksi seperti
virus, bakteri, spirochetes dan penyakit tidak menular seperti atopi dan
autoimunitas diketahui dapat sebagai penyebabnya. Baru-baru ini, reaktivasi
Human Herpes Virus-6 dan Human Herpes Virus-7 telah ditemukan sebagai
kemungkinan agen etiologi. Erupsi mirip pityriasis rosea juga dilaporkan terjadi
setelah pemberian vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG), influenza,
H1N1, difteri, cacar, hepatitis B, dan Pneumococcus. Selain itu Erupsi juga
terlihat dengan obat-obatan seperti emas, kaptopril, barbiturat, D-penicillamine,
dan clonidine.4,5,6 Insidensi pityriasis rosea di dunia sekitar 0,5% hingga 2%.
Penyakit ini dapat diderita oleh laki-laki maupun perempun dan biasanya
berumur antara 15 hingga 30 tahun, tetapi juga dapat ditemukan pada orang
dewasa dan anak-anak.7

Pada pityriasis rosea gejala konstitusi pada umumnya tidak terdapat. Pada
sebagian kecil pasien dapat terjadi gejala menyerupai flu termasuk malaise,
nyeri kepala, nausea, hilang nafsu makan, demam, dan athralgia. Sebagian
penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit ini dimulai dengan munculnya lesi
pertama (herald patch) umumnya di batang tubuh, soliter, berbentuk oval dan
anular serta memiliki diameter 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama
halus di pinggir selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi berikutnya
muncuk 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama
dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta
sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut muncul secara
serentak atau dalam beberapa hari. Predileksi dari penyakit ini pada batang
tubuh, lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas.8

Penegakan diagnosis pityriasis rosea dapat dilakukan dari penemuan hasil


pemeriksaan fisik dan klinis pada penderita. Dari kasus pityriasis rosea klasik
yang ditemukan, 50-90% kasus diantaranya selalu diawali dengan munculnya
herald patch di batang tubuh.9 Penyakit pityriasis rosea merupakan penyakit
yang dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3 – 8 minggu sehingga
pengobatan yang diberikan bersifat simptomatik. Pengobatan topikal dapat
diberikan antipruritus seperti bedak asam salisilat 1-2% atau mentol 0,25-0,1%
untuk mengurangi rasa gatal dan kortikosteroid topikal. Pengobatan sistemik
dapat diberikan antihistamin seperti cetrizine 1x10 mg per hari.10 Bila terdapat
gejala menyerupai flu dan/atau kelainan kulit luas dapat diberikan antivirus
yaitu asiklovir 5x800 mg per hari selama satu minggu. Pada kelainan kulit luas
dapat diberikan terapi sinar UVB. UVB dapat mempercepat penyembuhan
karena memperlambat fungsi sel langerhans sebagai penyaji antigen. Pemberian
harus hati-hati karena UVB dapat meningkatkan risiko terjadi hipopigmentasi
pasca inflamasi.8 Prognosis penyakit ini pada umumnya bonam karena penyakit
ini dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.10

KASUS

Tn. M berumur 23 tahun, bangsa Indonesia, suku Banjar, alamat Basirih,


pekerjaan buruh bangunan datang berobat ke poliklinik Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 13 Juli 2020, dengan keluhan
utama bercak merah di badan.

(I) ANAMNESIS

Penderita mengeluhkan munculnya bercak merah tanpa disertai gatal dan


nyeri di badan sejak 1 minggu yang lalu. Pada awalnya muncul satu bercak di
perut kiri berbentuk oval dan berukuran sebesar uang logam 500 rupiah. Bercak
yang awalnya kemerahan berubah menjadi kepucatan hingga bersisik. Bercak
menyebar ke seluruh perut, dada, pundak, punggung, pinggang, lengan atas
kanan dan kiri hingga tungkai atas kanan dan kiri. Riwayat alergi makanan
maupun obat serta riwayat diabetes mellitus disangkal penderita. Penderita
mengakui sering mengalami diare. Belum ada upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan.

(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESEN

Keadaan Umum : Baik RR : 18x/menit


Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 36,5oC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 80x/menit

STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus
Mata : konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), nystagmus (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas
normal, vesicular, ronki (-), wheezing (-).

Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri
tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: hangat edema - -


+ +
- -
+ +
STATUS DERMATO-VENEROLOGIK
Inspeksi dan Palpasi

1) Gambaran Umum :
Warna Kulit : Sawo Matang
Turgor kulit : cepat
kembali
Suhu : 36,5oC

2) Gambaran khusus
Regio abdomen, regio thorax,
regio acromial, regio dorsum,
regio coxae, regio brachii
dextra et sinistra, regio cruris
dextra et sinistra
UKK I : makula eritematosa,
makula hipopigmentasi, plak
hipopigmentasi
UKK II : skuama

(III) DIAGNOSIS BANDING


1. Pityriasis Rosea
2. Tinea Korporis
3. Dermatitis Numularis

(IV) DIAGNOSIS SEMENTARA


Pityriasis Rosea

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan KOH 10%

(VI) DIAGNOSIS KERJ


Pityriasis Rosea

(VII) PENGOBATAN
1. Bedak asam salisilat 2% 2 kali sehari, ditaburkan dan digosok perlahan
pada kulit yang gatal;
2. Salep Momethasone Furoate 0,1% 2 kali sehari, dioles tipis-tipis setiap
habis mandi pagi dan malam, sampai obat habis;
3. Cetrizine 10 mg 14 tablet, 1x1 selama 2 minggu (jika gatal mengganggu)

(VIII) PROGNOSIS
1. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationam : ad bonam
3. Ad Comesticam : ad bonam

(IX) ANJURAN/SARAN
1. Perhatikan aturan pengunaan obat
2. Hindari menggaruk kulit secara berlebihan
3. Kembali untuk kontrol ulang bila obat telah habis

PEMBICARAAN
Diagnosis pityriasis rosea pada penderita ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis penderita ialah pria yang
berumur 23 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pityriasis rosea dapat
terjadi pada remaja dan dewasa muda (15-35 tahun).7

Berdasarkan anamnesis ditemukan bercak merah tanpa disertai gatal dan


nyeri di badan penderita sejak 1 minggu yang lalu. Pada awalnya muncul satu
bercak di perut kiri berbentuk oval dan berukuran sebesar uang logam 500 rupiah.
Bercak yang awalnya kemerahan berubah menjadi kepucatan hingga bersisik.
Bercak menyebar ke seluruh perut, pundak, punggung, pinggang, lengan atas
kanan dan kiri hingga tungkai atas kanan dan kiri. Hasil pemeriksaan ditemukan
makula eritematosa, makula hipopigmentasi, plak hipopigmentasi dan skuama.
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita sesuai dengan kepustakaan yang ada
dimana, penyakit pityriasis rosea ini dimulai dengan munculnya lesi pertama
(herald patch) berupa makula/plak sewarna kulit/merah muda/hiperpigmentasi
yang berbatas tegas, berdiameter 2 – 4 cm dan berbentuk oval atau bulat, umumnya
di batang tubuh. Bagian tengah lesi memiliki karakteristik skuama halus dan pada
bagian tepinya terdapat skuama yang lebih jelas membentuk gambaran skuama
kolaret. Lesi berikutnya muncuk 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambaran
yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan
kosta sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut muncul secara
serentak atau dalam beberapa hari. Predileksi dari penyakit ini pada batang tubuh,
lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas.8

Diagnosis banding tinea korporis dapat disingkirkan secara klinis dan


pemeriksaan penunjang. Perbedaannya pada penderita pityriasis rosea, gatal yang
dirasakan tidak berat bahkan pada beberapa penderita tidak merasakan gatal
sedangkan pada penderita tinea korporis, penderita akan merasakan rasa gatal yang
berat dikarenakan adanya invasi dermatofita ke lapisan korneum kulit. Pada
pemeriksaan KOH, sediaan tinea korporis akan menunjukkan hasil positif dimana
akan ditemukan hifa panjang / atrospora. Selain itu pada penegakan pityriasis rosea
sangat penting untuk dapat menemukan lesi inisial/primer, jika saat pemeriksaan
telah tidak ditemukan, dapat ditanyakan kepada penderita tentang lesi inisial yang
merupakan ciri khas dari pityriasis rosea.8,9,11 Diagnosis banding dermatitis
numularis dapat disingkirkan secara klinis. Pada dermatitis numularis, plak
biasanya berbentuk sirkular bukan oval seperti pityriasis rosea. Lesi lebih banyak
ditemukan di tungkai bawah atau punggung tangan, tempat yang jarang ditemukan
pada pityriasis rosea.8,12

Penyakit pityriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh spontan


dan belum diketahui penyebab pastinya, sehingga pengobatannya hanya bersifat
simptomatis. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi. Bila
terdapat rasa gatal yang mengganggu dapat diberikan anti pruritus topikal (bedak
asam salisilat 2%) dan kortikosteroid topikal (Salep Momethasone Furoate 0,1%).
Untuk pengobatan sistemik, apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan
antihistamin seperti cetrizin tablet 10 mg 1 kali sehari.8,10

Penyakit pityriosis rosea memiliki prognosis yang baik.

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus pityriasis rosea dengan gambaran klinis


makula eritematosa, makula hipopigmentasi, plak hipopigmentasi, pada seorang
pria umur 23 tahun, pekerjaan buruh bangunan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pengobatan pada penderita diberikan 1. Bedak asam salisilat 2% 2 kali sehari,
ditaburkan dan digosok perlahan pada kulit yang gatal. 2. Salep Momethasone
Furoate 0,1% 2 kali sehari, dioles tipis-tipis setiap habis mandi pagi dan malam,
sampai obat habis dan Cetrizine 10 mg 14 tablet, 1x1 selama 2 minggu (bila gatal
sangat mengganggu).
Prognosis pada penderita ini baik.

Dibacakan tanggal : 15 Juli 2020

Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA
1. Drago F, Ciccarese G, Parodi A. Pityriasis rosea and pityriasis rosea-like
eruptions: How to distinguish them? JAAD Case Rep. 2018 Sep;4(8):800-801.
[PubMed]

2. Trayes KP, Savage K, Studdiford JS. Annular Lesions: Diagnosis and


Treatment. Am Fam Physician. 2018 Sep 01;98(5):283-291. [PubMed]

3. Chang HC, Sung CW, Lin MH. The efficacy of oral acyclovir during early
course of pityriasis rosea: a systematic review and meta-analysis. J Dermatolog
Treat. 2019 May;30(3):288-293. [PubMed]

4. Gay JT, Gross GP. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; Treasure Island
(FL): Dec 27, 2019. Herald Patch. [PubMed]

5. Engelmann I, Ogiez J, Ogiez L, Alidjinou EK, Lazrek M, Dewilde A, Hober D.


Relapsing Pityriasis Rosea With HHV-7 Reactivation in an 11-Year-Old Girl.
Pediatrics. 2018 May;141(5) [PubMed]

6. Alame MM, Chamsy DJ, Zaraket H. Pityriasis rosea-like eruption associated


with ondansetron use in pregnancy. Br J Clin Pharmacol. 2018
May;84(5):1077-1080. [PubMed]

7. Van Ravenstein K, Edlund BJ. Diagnosis and management of pityriasis rosea.


Nurse Pract. 2017 Jan 20;42(1):8-11. [PubMed]

8. Djuanda A, Triestianawati W. Pityriasis Rosea. Dalam :Sri Linuwih SW


Menaldi, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2019. h. 225-27.

9. Litchman G, Nair PA, Le JK. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing;


Treasure Island (FL): Jun 10, 2019. Pityriasis Rosea. [PubMed]

10. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.

11. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. Dalam :Sri Linuwih SW Menaldi,


editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2019. h. 109-116.

12. Rahmayunita G. Sularsito SA. Dermatitis Numularis. Dalam :Sri Linuwih SW


Menaldi, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2019. h. 185-7.

Anda mungkin juga menyukai