Anda di halaman 1dari 4

8 Keutamaan Bulan Safar Menurut Islam yang Istimewa

written by Khanza Safitra October 6, 2017

Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender islam. Orang-orang mendefinisikan bulan
Safar sebagai kekosongan. Hal ini didasarkan pada sejarah islam di Arab Saudi yang menjelaskan
kebiasaan masyarakat Arab jaman dahulu yang kerap mengosongkan rumahnya untuk pergi berperang
pada bulan Safar. Selain itu, orang Arab jahiliyah juga meyakini bahwa bulan Safar merupakan bulan
yang penuh malapetaka. Dan sayangnya, keyakinan ini masih terbawa hingga saat ini di beberapa
kalangan umat islam di dunia, termasuk Indonesia.

Beberapa khurafat pada bulan Safar, diantaranya:


1. Hari rabu terakhir adalah hari turunnya 320.00 bala
Ulama Indonesia terdahulu meyakini bahwa pada hari rabu terakhir di bulan Safar akan datang
320.000 musibah yang menimpa manusia. Maka itu, hari tersebut diperingati sebagai Yaumi Nahsin
Musta’mir.
Untuk menghindari bala tersebut, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan:
 Tidak boleh berdangang
 Tidak boleh melakukan perjalanan jauh
 Tidak boleh menyelenggarakan acara khusus, seperti pernikahan, khitanan dan sebagainya
 Disunnahkan untuk berdoa memohon perlindungan kepada Allah, dengan didahului membaca
surat Yaasin sebanyak 313 kali
 Melakukan sholat sunnah 4 rakaat. Dimana dalam sholat tersebut diharuskan membaca surat
pendek diantaranya Al-kautsar sebanyak 17 kali, Al-ikhlas sebanyak 5 kali, Ma’udzatain
sebanyak 1 kali.
2. Pada 13 hari pertama adalah waktu datangnya bala
Di India keyakinan khurafat bulan Safar sedikit berbeda dari Indonesia. Masyarakat disana percaya
bahwa pada 13 hari pertama adalah waktu diturunkanya bala secara besar-besaran.
3. Diharamkan melakukan umrah
Masyarakat Arab jahiliyah terdahulu berkeyakinan bahwa melakukan umrah pada bulan Muharam
atau Safar awal adalah kejahatan terburuk di dunia
4. Safar dianggap sebagai cacing dalam perut
Orang-orang jahiliyah juga mempercayai bahwa ada cacing dalam perut yang disebut Safar. Cacing ini
dianggap dapat menular dan membunuh orang yang dijangkiti.
Dalil-Dalil yang Menegaskan Bahwa Bulan Safar Bukanlah Bulan Kesialan

Islam tidak pernah mengajarkan tentang khurafat ataupun tahayul. Kepercayaan terhadap hari-hari sial
tentu dilarang dalam islam. Sebab apa-apa yang menimpa manusia, entah itu buruk ataupun baik
datangnya hanya dari Allah Ta’ala.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam juga telah membantah tentang kesialan pada hari Safar.
Dalam suatu hadist dijelaskan:

“Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah
(jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR.
Bukhari).

“Tiada kejangkitan, dan juga tiada mati penasaran, dan tiada juga Safhar”, kemudian seorang badui Arab
berkata: “Wahai Rasulullah SAW, onta-onta yang ada di padang pasir yang bagaikan sekelompok kijang,
kemudian dicampuri oleh Seekor onta betina berkudis, kenapa menjadi tertular oleh seekor onta betina
yang berkudis tersebut ?”. Kemudian Rasulullah SAW menjawab: “Lalu siapakah yang membuat onta
yang pertama berkudis (siapa yang menjangkitinya)?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda: “.Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk
sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Ibnu Mas’ud RA pernah berkata: “Jika kesialan terdapat pada sesuatu maka ada di lidah, karena lidah
adalah salah satu indera manusia yang sering dibuat maksiat.”

Allah Ta’ala juga telah menjelaskan dalam firmanNya di Al-Quran:

“Katakanlah (wahai Muhammad), tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun melainkan apa yang
telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung yang menyelamatkan kami dan kepada Allah jualah
hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.” (QS. At-Taubah 51).
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghabun: 11)
“Allah-lah yang menciptakan, mengatur, menguasai, mengizinkan segala sesuatu terjadi sesuai dengan
takdir-Nya”. (QS. Yunus: 31-33).
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya
kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 107).
“Jika kamu ditimpa musibah, maka katakanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kita ini milik Allah, dan
kepada-Nya kita kembali)” (QS. Al Baqarah : 156).
“Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang
menentukan.” (Al-Mursalaat: 22-23).
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan
di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”” (QS. Al
An’am:59).
Keutamaan Bulan Safar Menurut Islam

Sebenarnya bulan Safar adalah bulan yang baik seperti halnya bulan-bulan lainnya. Selain itu, untuk
amalan sunnah di bulan Safar juga tidak ada hadist shahihnya. Nabi dan para sahabat tidak pernah
mencontohkan amal-amal tertentu di bulan tersebut.

Adapun keutamaan bulan safar yang bisa kita ambil, diantaranya:

1. Berupaya menjadi pribadi yang ta’at dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan dan
menolak khurafat
2. Bulan Safar menjadi bulan yang menguji keimanan kita. Terutama bagi yang tinggal di lingkungan
yang masih menerapkan amal-amal khurafat, kita tidak boleh ikut-ikutan.
3. Apabila terjadi musibah di bulan Safar, kita harus mempercayai bahwa itu ujian dari Allah Ta’ala.
Bukan ujian yang datang karena bulan tertentu. Ini menjadi tantangan bagi diri sendiri untuk
meyakini ketetapan Allah Ta’ala.
4. Melatih diri untuk menjadi seseorang yang berpendirian dengan berpegang teguh pada Al-Quran
dan As-sunnah.
5. Menjalani aktivitas seperti biasa di bulan Safar menjadi bukti bahwa kita tidak mempercayai
khurafat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang
keperluannya tidak dilaksanakan disebabkan berbuat thiyarah, sungguh ia telah berbuat
kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan anggapan (thiyarah)
seperti itu?’ Beliau bersabda; ’Hendaklah engkau mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak ada
kebaikan kecuali itu datang dari Engkau, tidak ada kejelekan kecuali itu adalah ketetapan dari
Engkau, dan tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau’.” (HR. Ahmad dan Ath-
Thabrani).
6. Meningkatkan ketaqwaan, menjalani apa-apa yang diperintahkan Allah Ta’ala dan menjauhi
larangannya, termasuk percaya pada hari sial tentu harus dihindari.
7. Melakukan amal ibadah harian yang dilakukan secara rutin di waktu yang sama, seperti sholat
dhuha, witir, qobliyah, ba’diyah, puasa senin-kamis tanpa memandang hari. Dengan tujuan
semata-mata mengharap ridho Allah Ta’ala.
8. Kita bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat untuk menjadi umat islam yang lurus
dan tidak melakukan ritual-ritual penolakan bala.

Dalam Al-Quran dijelaskan:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat,
sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 36)

“Apabila Allah menetapkan suatu perkara, Dia akan mengatakan, ‘Jadilah.’ Maka terjadilah.” (QS. Ali
Imran: 47).

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu..” (QS. Al Hadiid:22-23)

Pada intinya, tidak ada keutamaan tertentu pada bulan Safar menurut islam. Apabila kita melakukan
amalan ibadah sebagaimana yang dicontohkan Rasul dan para sahabatnya, serta memenuhi rukun islam,
rukun iman, fungsi agama islam, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia maka insyaAllah kita
mendapatkan pahala. Sedangkan untuk hal-hal yang mengacu pada kesialan, hendaknya kita
mempercayai qadha dan qadar Allah. Apapun itu harus diyakini sebagai takdir Allah. Kita hanya perlu
berupaya sebaik mungkin. Sedangkan hasilnya kita pasrahkan pada Allah Ta’ala. Dan yang terpenting
kita jadikan Al-Quran sebagai pedoman untuk memahami Tujuan Penciptaan Manusia, Proses
Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , dan Konsep Manusia dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai