oleh:
Wening Putri Susanti 22020116120006
Reva Nofia Oceany 22020116140105
Desak Made Ayu A.S. 22020116140118
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh setiap manusia
yang ditandai dengan penurunan kapasitas dan fungsi jaringan. Proses
penuaan adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki atau mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi [ CITATION Nug00 \l 1033 ] . Proses
menjadi tua menimbulkan perubahan perubahan struktur dan fungsi, baik
fisik maupun mental yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
tetap berfungsi, usia lanjut dengan proses menua berpengaruh terhadap
penampilan penyakit, penyembuhan dan selalu memerlukan
rehabilitasi.Begitu pula dengan lansia yang berada di rumah pelayanan social
lanjut usia Pucang Gading Semarang, yang mengalami penurunan fungsi
tubuh dan beberapa masalah kesehatan.
Salah satu penerima manfaat (PM) yang menerima pelayanan di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading adalah PM S. PM S berusia 87
tahun. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa, PM S mengalami nyeri pada
bagian kaki yang mengganggu aktivitas berjalan pada PM S. Selain itu terjadi
juga masalah penurunan kognisi pada PM S. hal ini dapat ditujukkan dari
hasil skor (Short Portable Mental Status Questionnaire) SPMSQ PM S adalah
5 yang berarti terjadi kerusakan intelektual sedang. Terlihat juga luka yang
sudah mongering pada bagian kaki PM S, klien mengeluhkan bahwa luka itu
sering kali masih terasa gatal.
Data pengkajian tersebut menunjukan terdapat beberapa masalah yang
memerlukan intervensi, agar masalah tidak bertambah parah dan dapat
meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut. Karenanya
diperlukan serangkaian asuhan keperawatan yang tepat agar masalah tersebut
dapat tertangani.
Peran perawat dalam mengatasi masalah keperawatan adalah dengan
memberikan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang terjadi. Pada
diagnose nyeri akut peran perawat memberikan intervensi manajemen nyeri
yang meliputi memberikan terapi non farmakologi dan senam orthitis.
Diagnose kedua yaitu hambatan memori dengan peran perawat melakukan
inervensi senam otak untuk melatih fungsi kognitif. Diagnose ketiga adalah
kerusakan integritas kulit dengan peran perawat memberikan intervensi terapi
nonfarmakologi yaitu pemberian VCO untuk melembabkan kulit dan
mencegah rasa gatal yang timbul akibat kulit kering.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada PM S 2x24 jam diharapkan
masalah terkait dengan nyeri, hambatan memori dan juga kerusakan
integritas kulit dapat teratasi dan PM S dapat menerapkan setiap terapi
yang dapat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada
PM S di rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading”
Semarang.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan PM S di
rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan memprioritaskan
diagnosa keperawatan pada Ny. A di rumah pelayanan sosial lanjut
usia “Pucang Gading” Semarang.
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi yang akan dilakukan
untuk mengurangi masalah kesehatan pada pada Ny. A di rumah
pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
e. Mahasiswa mampu melakukan intervensi sesuai dengan rencana yang
telah di tentukan
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
g. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindak lanjut pada Ny. A di
rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
NYERI AKUT
A. Definisi
Nyeri akut adalah suatu respon normal fisiologis yang berlangsung secara
tiba-tiba, umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera
spesifik. Nyeri akut dapat mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau
cedera yang baru saja terjadi pada satu individu. Meskipun nyeri akut masih
tergolong dalam respon normal, namun akan menimbulkan gangguan fisik,
psikologis maupun emosional pada penderitanya. Apabila nyeri akut tidak
mendapatkan manajemen yang adekuat maka dapat berkembang menjadi
nyeri kronis. Nyeri akut biasanya terjadi selama kurang lebih 6 bulan
[ CITATION Mut08 \l 1033 ].
B. Klasifikasi
Secara umum level nyeri dibagi atas 3 bagian yakni [ CITATION Ste09 \l 1033 ]:
1. Nyeri Ringan
2. Nyeri Sedang
3. Nyeri Berat
C. Etiologi
Etiologi dari nyeri akut antara lain [ CITATION Pur10 \l 1033 ]:
1. Kerusakan saraf atau disfungsi saraf sensorik perifer maupun saraf pusat.
2. Iskemia jaringan, dimana jaringan tubuh tidak mendapat cukup oksigen
akibat peredaran darah yang terhambat
3. Spasme otot, yaitu suatu kontraksi otot yang terjadi di luar kesadaran
4. Inflamasi, yakni terjadinya pembengkakan pada jaringan tubuh yang
mengakibatkan adanya peningkatan lokal dan pengeluaran zat bioaktif
nyeri sebagai responnya
D. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang dapat terjadi pada penderita nyeri akut antara
lain [ CITATION Pur10 \l 1033 ]:
1. Sensasi terbakar
2. Kesemutan
3. Seperti terkontak listrik
E. Pemeriksaan
Sebelum melakukan manajemen nyeri, perlu dilakukan penilaian atau
asesmen intesitasnya. Banyak cara untuk menentukan intensitas nyeri, namun
yang paling sederhana ada 3 macam yakni; Visual Analog Scale (VAS),
Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Scale dari Wong-Backer [ CITATION
Pur10 \l 1033 ].
1. Visual Analog Scale (VAS) / Skala analog visual
Skala ini bersifat satu dimensi yang banyak dilakukan pada orang dewasa
untuk mengukur intensitas nyeri pascabedah. Berbentuk penggaris yang
panjangnya 10 cm atau 100 mm. Titik 0 adalah tidak nyeri dan titik 100
jika nyerinya tidak tertahankan. Disebut tidak nyeri jika pasien menunjuk
pada skala 0-4 mm, nyeri ringan 5-44mm, nyeri sedang 45-74mm, nyeri
berat 75- 100 mm. Sisi yang berangka pada pemeriksa sedang yang tidak
berangka pada sisi penderita.
2. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0
berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan
pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap
terapi yang diberikan. Jika pasien mengalami disleksia , autism, atau
geriatri yang demensia maka ini bukan metode yang cocok
3. Faces Scale (Skala Wajah)
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.
Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif.
F. Penatalaksanaan
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteritis, durasi, frekuensi, kualitas dan factor ketidaknyamanan
dengan PQRST.
- Memberikan terapi non farmakologi teknik napas dalam
- Memberikan terapi senam orthitis pada PM dengan melakukan secara
terstruktur serta memberikan informasi mengenai manfaat kesehatan
senam. [ CITATION Bul13 \l 1033 ]
HAMBATAN MEMORI
A. Definisi
Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap
[ CITATION Her18 \l 1033 ]
B. Etiologi
a. Gangguan volume cairan
b. Anemia
c. Cedera otak
d. Penurunan curah jantung
e. Ketidakseimbangan elektrolit
f. Hipoksia
g. Gangguan kognitif ringan
h. Gangguan neurologis
i. Penyakit Parkinson [ CITATION Her18 \l 1033 ]
C. Batasan Karakteristik
a. Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan
b. Mudah lupa
c. Ketidakmampuan mempelajari keterampilan baru
d. Ketidakmampuan mempelajari informasi baru
e. Ketidakmampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari
sebelumnya
f. Ketidakmampuan mengingat informasi atau kejadian factual
g. Ketidakmampuan mengingat nama, kata, atau benda yang familiar
h. Ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan
i. Ketidalmampuan menguasai keterampilan baru
j. Ketidakmampuan menyimpan informasi baru
k. Mempertahankan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri [ CITATION Her18 \l 1033 ]
D. Pemeriksaan
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen Mini Mental
Status Examination (MMSE), yang merupakan suatu instrument untuk
mengukur tingkat fungsi kognitif dan mental lansia yang terdiri dari beberapa
aspek, yaitu orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat, dan
bahasa. Interpretasi dari penjumlahan nilai yaitu memiliki kategori sebagai
berikut: (1) > 23 = aspek kognitif dari fungsi mental baik; (2) 18-22 =
kerusakan fungsi mental ringan; dan (3) <17 = kerusakan aspek fungsi mental
berat. [ CITATION Mil12 \l 1033 ]
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) juga merupakan salah
satu instrument yang digunakan untuk mengetahui fungsi intelektual pada
lansia. Terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan matematis. Interpretasi dari
kuesioner ini dihitung dari kesalahan jawaban yang diberikan, dengan
kategori sebagai berikut: (1) kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh, (2)
kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan, (3) kesalahan 5-7 = kerusakan
intelektual sedang, (4) kesalahan 8-10 = kerusakan intelektual berat.
E. Penatalaksanan
Peningkatan kemampuan memori dapat dilakukan dengan melakukan
memory training, yang bertujuan untuk melatih daya ingat lansia. Contoh dari
kegiatan memory training, yaitu pengenalan nama dan wajah untuk latihan
mengingat nama orang beserta wajahnya, latihan angka atau penomoran
seperti pengisian tanggalan yang bertujuan untuk mengingatkan lansia
terhadap hari, tanggal, dan waktu, serta juga dapat dilakukan dengan meminta
lansia untuk menceritakan kembali pengalamannya ataupun film yang telah
ditonton atau buku yang dibaca [ CITATION Gro07 \l 1033 ]
Selain memory training, senam otak juga bisa menjadi pilhan intervensi untuk
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Senam otak atau lebih dikenal
dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui
olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.
Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat membantu
meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini dalam arti menunda
pikun atau perasaan kesepian yang biasanya menghantui para manula
[ CITATION Yul17 \l 1033 ]
A. DEFINISI
Kerusakan pada epidermis dan atau dermis [ CITATION Her18 \l 1033 ]
B. ETIOLOGI
Eksternal
- Agens cedera kimiawi
- Ekresi
- Kelembaban
- Hipotermia
- Hipertermi
- Lembab
- Tekanan pada tonjolan tulang
- Sekresi [ CITATION Her18 \l 1033 ]
Internal
- Gangguan volume cairan
- Nutrisi tidak adekuat
- Faktor psikogenik [ CITATION Her18 \l 1033 ]
C. BATASAN KARAKTERISTIK
- Gangguan integritas kulit
- Nyeri akut
- Perdarahan
- Benda asing menusuk permukaan kulit
- Hematoma
- Area panas lokal
- Kemerahan[ CITATION Her18 \l 1033 ]
D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik, luas dan lebar penampang kulit kering
E. PENATALAKSANAAN
Manajemen Pruritus
- Berikan pelembab berupa minyak kelapa di daerah yang terdapat rasa
gatal, pemberian minyak kelapa pada daerah gatal dan kering ini dapat
melembabkan kulit dan mencegah rasa gatal yang timbul akibat kuit
kering, hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul “Pengaruh Minyak
Kelapa Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Mellitus
Di RSUD Kota Salatiga” oleh Adiliani Dewi, Sri Puguh Kristyawati, dan
S. Eko Ch. Purnomo yang dimuat pada Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan tahun 2016
- Intruksikan PM unutk tidak menyabuni dan memberi wewangian di
bagian yang terdapat luka
- Memotong kuku PM
- Intruksikan PM untuk mandi dengan air biasa dan menepuk-nepuk pelan
area kulit yang kering dan luka
- Mengintruksikan PM untuk menggunakan telapak tangan untuk
menggosok area kulit dan hindari menggaruk jika terasa gatal tapi
mencubit kecil dengan ibu jari dan telunjuk. [ CITATION Bul13 \l 1033 ]
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. DATA UMUM
1. Nama Lansia : PM S
2. Usia : 87 tahun
3. Agama : Khatolik
4. Suku : Jawa
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Nama Wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang
7. Pendidikan : Sekolah Dasar
8. Riwayat Pekerjaan : ART
9. Status Perkawinan: Kawin
10. Pengasuh Wisma : Ibu Carik Eko
c. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat Penyakit :
Nyeri dibagian sendi kurang lebih dari sebulan yang lalu
2. Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi
: Perempuan : Tinggal satu rumah
: Laki-laki : meninggal
: klien hipertensi
148,18 cm
48 / 2,195
20,501
Intepretasi : Normal
5. Masalah kesehatan terkait status gizi :
- Masalah pada mulut : PM S mengatakan, “Mboten ngilu niku, ya mung kuwi
ompong gigi e simbah, tapi isih isoh dingo maem.”
- Perubahan berat badan :
- Masalah nutrisi : PM S mengatakan, “Makannya teng mriki 3 kali. Pagi, siang
sama sore jam enaman. Wau maeme telas, tapi nak enten ijo-ijone biasane tak
tinggal. Dadi mau sayure sing ijo yo ngga dimaem. Kadang-kadang nak lauke
seneng yo habis. Nak lauke mboten patek seneng nggih kadang-kadang ngga
habis Mboten enten kesulitan maem kulo niku.”
6. Masalah kesehatan yang di alami saat ini :
PM S mengalami masalah pada kognitifnya karena sering lupa dilihat dari hasil
pengkajian fungsi kognitif menggunakan SPMSQ, pada bagian lutut nyeri sendi saat
berdiri terlalu lama, dan terdapat kulit kering bekas luka pada bagian kaki kiri.
7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
Tidak ada obat – obatan yang dikonsumsi saat ini
8. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini :
PM S membaca Al-Kitab dan buku rohani saat waktu senggang, dapat makan dan
mandi sendiri
9. Status Fungsional ( Indeks KATZ)
Nilai status fungsional PM S adalah A, dimana semua aktivitas kehidupan sehari-hari
dapat dilakukan secara mandiri
10. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
- Mobilisasi : PM S saat mobilisasi berjalan ditemani temannya saat hendak
mengambil pakaian untuk mandi
- Berpakaian : PM S dapat memakai dan melepas pakaiannya sendiri
- Makan dan minum : PM S dapat makan tanpa disuap dan minum mengambil
sendiri
- Toileting : PM S dapat ke kamar mandi sendiri saat ada keinginan untuk BAK
maupun BAB
- Personal Hygiene : PM S dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene namun
tidak maksimal karena gemetaran
- Mandi : PM S dapat mandi sendiri
d. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif (SPMSQ)
Hasil pengukuran fungsi kognitif PM S menggunakan instrumen kuisioner SPMSQ
menunjukan hasil gangguan sedang dengan score 5.
2. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
PM Ssedikit lambat dalam merespon orang lain, sering terlupa menaruh benda jika tidak
ditaruh di dekat atau di tempat tidurnya, dan merasa belum memiliki teman
3. Dampak yang timbul terkait status kognitif
PM Smengalami kesulitan untuk mengingat nama-nama mahasiswa.
4. Status depresi (Geriatric Depresion Scale)
Hasil pengukuran status depresi PM S menggunakan instrumen kuisioner GDS
menunjukan hasil tidak ada depresi dengan score 4.
5. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Tidak ada perubahan berarti yang dikeluhkan PM S dalam hidupnya.
6. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dampak yang timbul trekait status depresi.
7. Keadaan emosi
a. Anxietas
Hasil pengukuran tingkat kecemasan PM S menggunakan instrumen kuisioner GAS
menunjukan hasil ansietas minimal dengan score 3.
b. Perubahan perilaku
PM S mengeluhkan perubahan yang terjadi mengenai kebiasaan hidupnya yang
gemar memasak, jadi tidak dapat menyalurkan kegemaran tersebut karena berada di
panti, untuk itu setiap kali PM S izin untuk pulang ke rumah yang ekat dengan panti
(berada di depan panti), PM S memasak di rumah
c. Mood
PM S tidak mengeluhkan perubahan mood yang berarti, lasia merasa senang karena
ditemani mahasiswa sehingga ada teman mengobrol dikarenkan masih belum
mendapat teman
e. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma
Luas wisma lebih dari 600 m² dengan luas ruangan untuk bangsal cempaka sendiri kurang
lebih 125 m², dengan fasilitas yang didapat untuk masing-masing PM Sdi ruangan
tersebut adalah ranjang, kasur, bantal, tidak ada almari.
2. Keadaan lingkungan di dalam wisma
a. Penerangan
Pada bangsal cempaka, penerangan ruangan menggunakan lampu yang berjumlah 1
buah di cempaka 1, terdapat 3 lampu di ruangan cempaka, dan 1 lampu di cempaka
2. Ruangan juga terdapat banyak jendela untuk masuknya cahaya matahari, terpasang
jendela pada asisi kanan dan kiri ruangan, dengan salah satu sisi jendela menghadap
tempat mencuci pakaian yang tertutup dengan atap fiber namun masih
memungkinkan cahaya masuk.
b. Kebersihan dan kerapian
Penataan barang dalam bangsal cempaka masih berantakan karena masing-masing
PM Stidak diberi almari atau nakas di samping tempat tidur untuk menaruh barang-
barang, jadi masih terlihat pakaian yang menumpuk pada tas yang diletakan PM
Spada kepala tempat tidur, makanan ringan yang terdapat di kepala ranjang dan
benda-benda lainnya. Untuk kebersihan, setiap harinya terdapat petugas kebersihan
yang memberihkan lantai kamar dan kamar mandi, lantai kamar sedikit kotor walau
sudah di pel dikarenakan masih ada PM Syang terkadang membuang riak, makanan,
atau ludah sembarangan.
c. Pemisahan ruang antara pria dan wanita
Untuk pemisahan ruangan pada rang cempaka sudah lumayan baik, PM Sdengan
jenis kelamin wanita dengan ketergantungan ditempatkan pada bangsal cempaka, dan
untuk laki-laki di bangsal gardenia, namun untuk kamar mandi bagi pasien bangsal
cempaka masih digunakan secara bersamaan baik untuk wanita maupun pria, padahal
terdapat PM Slaki-laki yang berada di bangsal cempaka 1, dan menggunakan kamar
mandi yang sama untuk PM Sbangsal cempaka.
d. Sirkulasi udara
Jendela yang terdapat pada ruang cempaka berjumlah kurang lebih 15 buah dengan
pintu 4 buah, ventilasi ruangan tertutup jaring terbuat dari besi yang masih berfungsi
baik, udara dapat berpindah dengan baik untuk sirkulasi ruangan, tidak pengap
e. Keamanan
Kondisi lantai sering kali lengket walau sudah di pel, masih ada PM Syang tanpa
sengaja membuang bekas makanan ke lantai yang menyebabkan lantai menjadi
lengket dan sedikit licin, di ruangan bangsal pada tepian tembok tidak ada pegangan
untuk lansia, di luar bangsal terdapat pagar besi yang digunakan PM Suntuk
pegangan saat berjalan, di kamar mandi terdapat pegangan yang menempel pada
tembok dan kondisi lantai kamar mandi licin serta berlumut, bak mandi yang
digunakan berupa ember yang ditaruh di lantai jadi untuk mandi atau mengambil air
PM Sperlu sedikit membungkuk
f. Sumber air minum
Air untuk minum PM Sberasal dari galon air minum kemasan yang tersedia di
bangsal yang dapat diambil secara mandiri oleh PM Sdengan gelas yang sudah
tersedia di amping dispenser namun belum terjamin kebersihannya dikarenakan gelas
bekas minum dikembalikan PM Spada rak tersebut, kualitas air minum yang
digunakan baik, air minum tidak menggunakan air sumur, jarak sumber air dengan
septic tank lebih dari 10 meter
g. Ruang berkumpul bersama
PM Sjarang keluar bangsal, untuk kegiatan makan PM Smakan di ruangan, fasilitas
yang ada di ruangan adalah televisi, radio, kipas angin, dan dispenser. Yang sering
digunakan adalah radio untuk menyetel lagu-lagu di ruangan tersebut.
3. Keadaan lingkungan di luar wisma
a. Pemanfaatan halaman
Halaman ruang bangsal cempaka terhitung tidak terlalu luas yang digunakan sebagai
taman, dan juga tempat bersantai PM Skarena dilengkapi dengan tempat duduk untuk
bersantai lansia, untuk halaman tengah wisma terdapat taman yang cukup besar, lalu
untuk halaman depan wisma digunakan untuk lapangan untuk dilakukan upacara,
senam dan lainnya.
Tidak ada
f. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan PM Sdengan PM Sdi dalam wisma
PM S mengatakan “Kula niku disini kalo ngomong-ngomong ya sama mbah ini aja.”
(sambil menunjuk pada PM di samping tempat tidurnya. “Nak sama yang lain ki yo tahu
namane tapi jarang ngomong-ngomong. Ngomonge kalo lagi dijemur bareng-bareng
diluar itu. Niku mawon jarang, mboten semua kula ajak ngomong.”
2. Hubungan antar PM Sdi luar wisma
PM S mengatakan “Malah mboten pernah ngomong-ngomong sama sekali. Sama yang
kakung juga mboten pernah.”
3. Hubungan PM Sdengan anggota keluarga
PM S mengatakan “Semingu sekali kula wangsul griyo. Griyo kula niki caket, mburi
panti iki. Nak misal ajeng wangsul nggih ijin rumiyen ke ibu itu. Dadose komunikasine
yo lumayan. Tapi nak misal kula mboten wangsul yo jarang tilik mereka.
4. Hubungan PM Sdengan pengasuh wisma
PM S mengatakan “kula sering ngomong kalih ibuke niku to ‘Bu saya pengen main-main
juga sama ibunya.’ Tapi ibunya jawab ‘Maaf mbah saya lagi sibuk, jadi belum punya
waktu. Besok-besok saja mainnya.’ ngoten ngomonge.”
5. Kegiatan organisasi sosial
PM S mengatakan “Kula biasane tumut senam dinten senin, niki wau. Kalian
penyuluhan kadang-kadang melu, kadang-kadang nggih mboten.”
Frekuensi makan “Makannya teng mriki 3 kali. Pagi, siang sama sore jam
enaman.”
Porsi makan “Wau maeme telas, tapi nak enten ijo-ijone biasane tak tinggal.
Dadi mau sayure sing ijo yo ngga dimaem. Kadang-kadang nak
lauke seneng yo habis. Nak lauke mboten patek seneng nggih
kadang-kadang ngga habis.”
Kesulitan ketika “mboten enten kesulitan”
makan
Kualitas makan “Kadang niku rasane anyep, mboten enten asin manise”
Kuantitas makan “Nggih cukup mboten kurang mboten lebih.”
2. Pola tidur
Pada pengkajian menggunakan PSQI didapatkan hasil nilai 2, yaitu tidak ada gangguan
pada pola tidur PM S
3. Pola eliminasi
PM S mengatakan “Pipis peng papat sithik-sithik, nak pipis peng telu radha akeh.”
“Eek mboten tentu setiap hari, 2 hari sekali biasane.”
4. Kebiasaan buruk lansia
PM S mengatakan “Mboten, kula mboten ngrokok.”
5. Pelaksanaan pengobatan
PM S mengatakan “Teng mriki enten pemeriksaan rutin kaleh dokter niku dinten setu.
Nak kula mboten diparingi obat saking mriki. Kadang nak gek watuk pilek, masuk
angina ngono dikei.”
6. Kegiatan organisasi
PM S mengatakan “Nggih Cuma ikut kumpul kalau di aula nek enten penyuluhan
mawon.”
7. Kegiatan olahraga
PM S mengatakan “Senam niku wau dinten senin. Kadang nak diparani kalian ibuke yo
mangkat, nak mboten nggih mboten.”
8. Rekreasi
PM S mengatakan “Kula niku riyen enten hobi pas ting griyo, tapi teng mriki mboten
saget dilakokne. Kula niku seneng masak jane. Nak teng mriki nggeh mboten enten hobi.
Nak bosen yo mbotem enten hiburan.”
9. Pengambilan keputusan
PM S mengatakan “Biasane nek ajeng wangsul ijin ibuke dulu”
4444 4444
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnose Tujuan Implementasi Evaluasi Formatif
Umum Khusus
Keperawatan
Selasa, 15 Kerusakan Keluhan gatal yang 1. Tidak ada kuku - Memotong kuku jari PM S:
oktober integritas kulit dirasakan PM di Panjang - respon PM baik
2019 berhubungan kaki kiri berkurang 2. Keluhan gatal pada - Mengedukasi secara lisan - tidak menolak saat ingin
08.00 WIB dengan faktor dalam 2x24 jam kulit berkurang mengenai cara mengurangi dipotong kuku
psikogenik (respon gatal dengan tidak digaruk, - ingin mempraktikan saran
terhadap rasa gatal dan ditepuk serta dicubit yang diberikan mahasiswa
yang berlebihan) kecil jika terasa gatal - PM merasa nyaman
3. Keluhan gatal pada - Mengoleskan VCO pada setelah diberi VCO
kulit berkurang bagian yang kering dan luka O :
- kuku PM pendek dan tidak
hitam
- PM memperhatikan saat
mahasiswa menjelaskan
- PM terlihat nyaman
setelah diberi VCO
A : masalah kuku Panjang
teratasi, dan masalah
keluhan gatal teratasi
sebagian
P : mengevaluasi kembali
pengetahuan PM mengenai
09.00 WIB Hambatan memori Hambatan memori 1. Mengidentifikasi hari, - Menanyakan kembali point cara menguranagi gatal dan
berhubungan berkurang dari total bulan, tahun, dengan dalam lembar SPMSQ kulit kering serta luka PM
dengan gangguan salah 5 menjadi 2 benar
kognitif ringan (dengan SPMSQ) 2. Ingatan jangka S: PM S mengatakan masih
pendek tidak ingat dengan jawaban yang
terganggu kemarin diberikan
O: skor pada SPMSQ 2,
poin kesalahan pada tanggal
hari ini dan kapan PM S
dilahirkan.
A : masalah ingatan jangka
10.00 WIB Nyeri akut Keluhan nyeri - Memberikan edukasi pendek PM S teratasi
berhubungan berkurang saat 1. PM dapat manajemen nyeri sebagian
dengan agens berdiri menerapkan terapi Terapi nonfarmakologi P : melakukan senam otak
cedera biologis nonfarmakologi. Senam orthitis untuk besok
(penurunan fungsi 2. Wajah PM terkihat
musculoskeletal) tidak meringis. S:
3. Nyeri berkurang dari - Respon PM baik
skala 3 menjadi 1 - PM mendengarkan
- PM mengikuti intruksi
- PM mlaporkan nyeri
berkurang setelah
dilakukan terapi dan
senam pada skala 2
O:
- PM terlihat
mendengarkan dengan
baik
- PM mengikuti intruksi
nafas dalam dengan baik
- PM mengikuti intruksi
senam orthitis dengan
baik
- PM terlihat tenang
setelah diberi senam dan
terapi dengan tidak
meringis
A : masalah menerapkan
terapi non-farmakologis
teratasi sebagian
P : mengevaluasi edukasi
besok
Rabu, 16 Nyeri akut Keluhan nyeri 1. Wajah PM terkihat - Monitoring terapi S :
oktober berhubungan berkurang saat tidak meringis.
2019 dengan agens berdiri 2. Nyeri berkurang dari nonfarmakologi - Respon PM baik
08.00 WIB cedera biologis skala 3 menjadi 1 - PM mengikuti instruksi
(penurunan fungsi 3. PM dapat - PM melaporkan nyeri
musculoskeletal) menerapkan terapi - Melakukan senam orthitis berkurang pada skala 1
nonfarmakologi. - PM mengatakan mampu
melakukan terapi sendiri
O:
- PM mampu mengulang
terapi dan senam yang
sudah diajarkan secara
mandiri
- PM terlihat tenang
- PM melakukan senam
Bersama mahasiswa
A : masalah wajah meringis
pertanda nyeri sudah
teratasi, masalah penurunan
keluhan skala nyeri teratasi,
dan masalah praktik
Kerusakan 1. Integritas kulit PM
melakukan terapi
09.00 WIB integritas kulit Keluhan gatal yang membaik dengan tidak
nonfarmakologis secara
berhubungan dirasakan PM di ada lagi kemerahan - Memonitor kondisi kulit mandiri teratasi
dengan faktor kaki kiri berkurang pada luka P:-
psikogenik (respon dalam 2x24 jam 2. Lesi pada kulit
terhadap rasa gatal ukurannya berkurang S:
yang berlebihan) 3. Keluhan gatal pada - respon PM baik
kulit berkurang - PM mengatakan bahwa
- Mengevaluasi edukasi hari gatal sudah berkurang
sebelumnya mengenai setelah diberi VCO
praktik mengurangi gatal - PM mengatakan sudah
dengan tidak digaruk mempraktikan cara
- Mengoleskan VCO kaki mengurangi gatal tanpa
bagian kiri yang bermasalah digaruk
O:
- Kulit kaki kiri PM
terlihat membaik dengan
tidak kering
- Lesi pada kulit PM
mengering dan
ukurannya berkurang
- Area kulit lesi dan kering
berkurang panjangnya
menjadi 19 cm, dan lebar
menjadi 4-6 cm
A : masalah cara mengatasi
gatal PM teratasi, masalah
kulit kering dan lesi PM
Hambatan memori 1. Ingatan jangka pendek teratasi sebagian
09.45 WIB berhubungan Hambatan memori dan pendek tidak P : menyusun RTL unutk
dengan gangguan berkurang dari total terganggu - Menanyakan pada PM S diberitahukan kepada
kognitif ringan salah 5 menjadi 1 2. Ingatan jangka panjang nama mahasiswa pengasuh pengasuh panti untuk
tidak terganggu - Menanyakan kembali point memberikan VCO sehari
3. Meningkatkan status pada SPMSQ sekali secara rutin
kognitif
- Melakukan senam otak S:
- Respon PM baik
- PM mengatakan
mengerti dan ingin
mempraktikan mandiri
senam otak
O:
- PM terihat antusias dan
paham intruksi
mahasiswa
- PM menjawab dengan
benar hal yang
ditanyakan mahasiswa
(SPMSQ benar 2)
A : masalah ingatan jangka
Panjang dan pendek teratasi
sebagian, masalah
meningkatkan status
kognitif teratasi dengan
melakukan senam otak
P : membuat RTL untuk
monitor ingatan dan praktik
senam otak oleh pengasuh
panti
Evaluasi Sumatif
PEMBAHASAN
Diagnosa utama pada masalah keperawatan PM S adalah nyeri akut yang berhubungan
dengan agens cedera biologis (penurunan fungsi musculoskeletal). Diganosa ini ditegakkan
berdasarkan assessment awal serta pengkajian PQRST. Pengukuran nyeri dengan menggunakan
Wong Baker Pain Rating Scale dengan skala nyeri pada PM S adalah 3. Dengan demikian perlu
adanya tindakan intervensi untuk mengurangi nyeri tersebut. Karena nyeri pada bagian lutut PM
S dapat mengakibatkan terhambatnya aktivitas sehari-hari yang akan dilakukan. Intervensi yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah memberikan edukasi mengenai manajemen nyeri serta
serta senam rematik. Senam rematik pada lansia mengajarkan gerakan sederhana untuk melatih
otot-otot pada sendi untuk menurunkan nyeri. Gerakan ringan yang disajikan dapat membantu
meregangkan otot-otot dalam mengurangi nyeri.
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Pada PM S, diagnose yang ditegakan oleh kelompok adalah nyeri akut sebagai
diagnosa prioritas tinggi, hambatan memori sebagai diagnose dengan prioritas
medium, dan kerusakan integritas kulit sebagai diagnose prioritas rendah. Tujuan
dilakukan intervensi untuk nyeri akut adalah mengurangi level nyeri dan mengontrol
nyeri dengan intervensi manajemen nyeri dan peningkatan latihan berupa senam
orthitis. Implementasi yang diterapkan sudah sesuai dengan rencana keperawatan
yang disusun. Dan hasil pengukuran nyeri setelah dilkaukan intervensi selama 2 x 24
jam nyeri menjadi skala 1. Diagnose yang kedua adalah hambatan memori dengan
tujuan intervensi adalah untuk meningkatkan fungsi kognisi PM dengan intervensi
berupa pemberian senam otak. Implementasi yang sudah dilakukan sudah sesuai
dengan rencana keperawatan. Diagnose yang ketiga adalah kerusakan integritas
jaringan dengan tujuan intervensi berupa kuu jari PM pendek dan kelembaban serta
area kulit kering berkurang. Intervensi yang akan dilakukan adalah berupa
manajemen pruritus dengan pemberian minyak VCO di area kulit kering, pemotongan
kuku dan edukasi mengenai manajemen rasa gatal. Implementasi yang sudah
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.
B. SARAN
Untuk selanjutnya penerapan prinsip aspetik untuk selalu mencuci tangan
sebelum berkontak dengan lingkungan maupun pasien secara langsung perlu
ditingkatkan. Pemberian VCO pada PM di panti juga dapat diterapkan secara teratur
untuk mengurangi rasa gatal atau menjaga kelembaban kulit. Senam otak juga dapat
diajarkan secara rutin untuk dapat menjaga fungsi kognisi PM di panti menjadi
terjaga dan tidak mengalami keparahan. Kontrol nyeri dan manajemen nyeri bagi PM
dengan keluhan nyeri sendiri dapat diatasi dengan senam orthitis untuk dapat
mengurangi nyeri dan menjaga agar nyeri tidak semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G., Butcher, H., Docherman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing Interventions
Classification Edisi Keenam. Elsevier.
Coniam, S., & Mendham , J. (2006). Principle of Pain Management. New York: Oxford
University Press.
Gross, J. (2007). Handbook of Emotion Regulation. New York: Guilford.
Herdman, T. H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta : EGC.
Miller, C. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia: Lippincott Wiliams &
Wilkins.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho. (2000). Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Purba, J. S. (2010). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta.
Sitinjak, V. M., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap
Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Jurnal publikasi
American College, 139-150.
Steeds, C. E. (2009). The Anatomy and Physiology of Pain. Elsevier.
Trescot, A. M., Datta , S., Lee, M., & Hansen, H. (2008). Opioid Pharmacology. Pain Physician.
Yuliati, & Hidaayah, N. (2017). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Fungsi Kognitif
pada Lansia di RT 03 RW 01 Kelurahan Tandes Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 88-
95.