Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM “S” DENGAN NYERI AKUT DI

RUANG CEMPAKA PANTI SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING


SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan
Keperawatan Gerontik
Dosen Pembimbing: Ns Elis Hartati.,M.Kep

oleh:
Wening Putri Susanti 22020116120006
Reva Nofia Oceany 22020116140105
Desak Made Ayu A.S. 22020116140118

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh setiap manusia
yang ditandai dengan penurunan kapasitas dan fungsi jaringan. Proses
penuaan adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki atau mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi [ CITATION Nug00 \l 1033 ] . Proses
menjadi tua menimbulkan perubahan perubahan struktur dan fungsi, baik
fisik maupun mental yang akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
tetap berfungsi, usia lanjut dengan proses menua berpengaruh terhadap
penampilan penyakit, penyembuhan dan selalu memerlukan
rehabilitasi.Begitu pula dengan lansia yang berada di rumah pelayanan social
lanjut usia Pucang Gading Semarang, yang mengalami penurunan fungsi
tubuh dan beberapa masalah kesehatan.
Salah satu penerima manfaat (PM) yang menerima pelayanan di Rumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading adalah PM S. PM S berusia 87
tahun. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa, PM S mengalami nyeri pada
bagian kaki yang mengganggu aktivitas berjalan pada PM S. Selain itu terjadi
juga masalah penurunan kognisi pada PM S. hal ini dapat ditujukkan dari
hasil skor (Short Portable Mental Status Questionnaire) SPMSQ PM S adalah
5 yang berarti terjadi kerusakan intelektual sedang. Terlihat juga luka yang
sudah mongering pada bagian kaki PM S, klien mengeluhkan bahwa luka itu
sering kali masih terasa gatal.
Data pengkajian tersebut menunjukan terdapat beberapa masalah yang
memerlukan intervensi, agar masalah tidak bertambah parah dan dapat
meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut. Karenanya
diperlukan serangkaian asuhan keperawatan yang tepat agar masalah tersebut
dapat tertangani.
Peran perawat dalam mengatasi masalah keperawatan adalah dengan
memberikan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang terjadi. Pada
diagnose nyeri akut peran perawat memberikan intervensi manajemen nyeri
yang meliputi memberikan terapi non farmakologi dan senam orthitis.
Diagnose kedua yaitu hambatan memori dengan peran perawat melakukan
inervensi senam otak untuk melatih fungsi kognitif. Diagnose ketiga adalah
kerusakan integritas kulit dengan peran perawat memberikan intervensi terapi
nonfarmakologi yaitu pemberian VCO untuk melembabkan kulit dan
mencegah rasa gatal yang timbul akibat kulit kering.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada PM S 2x24 jam diharapkan
masalah terkait dengan nyeri, hambatan memori dan juga kerusakan
integritas kulit dapat teratasi dan PM S dapat menerapkan setiap terapi
yang dapat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada
PM S di rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading”
Semarang.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan PM S di
rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan memprioritaskan
diagnosa keperawatan pada Ny. A di rumah pelayanan sosial lanjut
usia “Pucang Gading” Semarang.
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi yang akan dilakukan
untuk mengurangi masalah kesehatan pada pada Ny. A di rumah
pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
e. Mahasiswa mampu melakukan intervensi sesuai dengan rencana yang
telah di tentukan
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
g. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindak lanjut pada Ny. A di
rumah pelayanan sosial lanjut usia “Pucang Gading” Semarang.
BAB II

TINJAUAN TEORI

NYERI AKUT

A. Definisi
Nyeri akut adalah suatu respon normal fisiologis yang berlangsung secara
tiba-tiba, umumnya berhubungan dengan adanya suatu trauma atau cedera
spesifik. Nyeri akut dapat mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau
cedera yang baru saja terjadi pada satu individu. Meskipun nyeri akut masih
tergolong dalam respon normal, namun akan menimbulkan gangguan fisik,
psikologis maupun emosional pada penderitanya. Apabila nyeri akut tidak
mendapatkan manajemen yang adekuat maka dapat berkembang menjadi
nyeri kronis. Nyeri akut biasanya terjadi selama kurang lebih 6 bulan
[ CITATION Mut08 \l 1033 ].
B. Klasifikasi
Secara umum level nyeri dibagi atas 3 bagian yakni [ CITATION Ste09 \l 1033 ]:
1. Nyeri Ringan
2. Nyeri Sedang
3. Nyeri Berat
C. Etiologi
Etiologi dari nyeri akut antara lain [ CITATION Pur10 \l 1033 ]:
1. Kerusakan saraf atau disfungsi saraf sensorik perifer maupun saraf pusat.
2. Iskemia jaringan, dimana jaringan tubuh tidak mendapat cukup oksigen
akibat peredaran darah yang terhambat
3. Spasme otot, yaitu suatu kontraksi otot yang terjadi di luar kesadaran
4. Inflamasi, yakni terjadinya pembengkakan pada jaringan tubuh yang
mengakibatkan adanya peningkatan lokal dan pengeluaran zat bioaktif
nyeri sebagai responnya
D. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang dapat terjadi pada penderita nyeri akut antara
lain [ CITATION Pur10 \l 1033 ]:
1. Sensasi terbakar
2. Kesemutan
3. Seperti terkontak listrik
E. Pemeriksaan
Sebelum melakukan manajemen nyeri, perlu dilakukan penilaian atau
asesmen intesitasnya. Banyak cara untuk menentukan intensitas nyeri, namun
yang paling sederhana ada 3 macam yakni; Visual Analog Scale (VAS),
Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Scale dari Wong-Backer [ CITATION
Pur10 \l 1033 ].
1. Visual Analog Scale (VAS) / Skala analog visual
Skala ini bersifat satu dimensi yang banyak dilakukan pada orang dewasa
untuk mengukur intensitas nyeri pascabedah. Berbentuk penggaris yang
panjangnya 10 cm atau 100 mm. Titik 0 adalah tidak nyeri dan titik 100
jika nyerinya tidak tertahankan. Disebut tidak nyeri jika pasien menunjuk
pada skala 0-4 mm, nyeri ringan 5-44mm, nyeri sedang 45-74mm, nyeri
berat 75- 100 mm. Sisi yang berangka pada pemeriksa sedang yang tidak
berangka pada sisi penderita.
2. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0
berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan
pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap
terapi yang diberikan. Jika pasien mengalami disleksia , autism, atau
geriatri yang demensia maka ini bukan metode yang cocok
3. Faces Scale (Skala Wajah)
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.
Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif.
F. Penatalaksanaan
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteritis, durasi, frekuensi, kualitas dan factor ketidaknyamanan
dengan PQRST.
- Memberikan terapi non farmakologi teknik napas dalam
- Memberikan terapi senam orthitis pada PM dengan melakukan secara
terstruktur serta memberikan informasi mengenai manfaat kesehatan
senam. [ CITATION Bul13 \l 1033 ]

HAMBATAN MEMORI

A. Definisi
Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan sikap
[ CITATION Her18 \l 1033 ]
B. Etiologi
a. Gangguan volume cairan
b. Anemia
c. Cedera otak
d. Penurunan curah jantung
e. Ketidakseimbangan elektrolit
f. Hipoksia
g. Gangguan kognitif ringan
h. Gangguan neurologis
i. Penyakit Parkinson [ CITATION Her18 \l 1033 ]
C. Batasan Karakteristik
a. Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan
b. Mudah lupa
c. Ketidakmampuan mempelajari keterampilan baru
d. Ketidakmampuan mempelajari informasi baru
e. Ketidakmampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari
sebelumnya
f. Ketidakmampuan mengingat informasi atau kejadian factual
g. Ketidakmampuan mengingat nama, kata, atau benda yang familiar
h. Ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan
i. Ketidalmampuan menguasai keterampilan baru
j. Ketidakmampuan menyimpan informasi baru
k. Mempertahankan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri [ CITATION Her18 \l 1033 ]
D. Pemeriksaan
Pengkajian dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen Mini Mental
Status Examination (MMSE), yang merupakan suatu instrument untuk
mengukur tingkat fungsi kognitif dan mental lansia yang terdiri dari beberapa
aspek, yaitu orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat, dan
bahasa. Interpretasi dari penjumlahan nilai yaitu memiliki kategori sebagai
berikut: (1) > 23 = aspek kognitif dari fungsi mental baik; (2) 18-22 =
kerusakan fungsi mental ringan; dan (3) <17 = kerusakan aspek fungsi mental
berat. [ CITATION Mil12 \l 1033 ]
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) juga merupakan salah
satu instrument yang digunakan untuk mengetahui fungsi intelektual pada
lansia. Terdiri dari 10 pertanyaan tentang orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan matematis. Interpretasi dari
kuesioner ini dihitung dari kesalahan jawaban yang diberikan, dengan
kategori sebagai berikut: (1) kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh, (2)
kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan, (3) kesalahan 5-7 = kerusakan
intelektual sedang, (4) kesalahan 8-10 = kerusakan intelektual berat.
E. Penatalaksanan
Peningkatan kemampuan memori dapat dilakukan dengan melakukan
memory training, yang bertujuan untuk melatih daya ingat lansia. Contoh dari
kegiatan memory training, yaitu pengenalan nama dan wajah untuk latihan
mengingat nama orang beserta wajahnya, latihan angka atau penomoran
seperti pengisian tanggalan yang bertujuan untuk mengingatkan lansia
terhadap hari, tanggal, dan waktu, serta juga dapat dilakukan dengan meminta
lansia untuk menceritakan kembali pengalamannya ataupun film yang telah
ditonton atau buku yang dibaca [ CITATION Gro07 \l 1033 ]
Selain memory training, senam otak juga bisa menjadi pilhan intervensi untuk
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Senam otak atau lebih dikenal
dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui
olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.
Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat membantu
meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini dalam arti menunda
pikun atau perasaan kesepian yang biasanya menghantui para manula
[ CITATION Yul17 \l 1033 ]

KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

A. DEFINISI
Kerusakan pada epidermis dan atau dermis [ CITATION Her18 \l 1033 ]
B. ETIOLOGI
Eksternal
- Agens cedera kimiawi
- Ekresi
- Kelembaban
- Hipotermia
- Hipertermi
- Lembab
- Tekanan pada tonjolan tulang
- Sekresi [ CITATION Her18 \l 1033 ]
Internal
- Gangguan volume cairan
- Nutrisi tidak adekuat
- Faktor psikogenik [ CITATION Her18 \l 1033 ]
C. BATASAN KARAKTERISTIK
- Gangguan integritas kulit
- Nyeri akut
- Perdarahan
- Benda asing menusuk permukaan kulit
- Hematoma
- Area panas lokal
- Kemerahan[ CITATION Her18 \l 1033 ]
D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik, luas dan lebar penampang kulit kering
E. PENATALAKSANAAN
Manajemen Pruritus
- Berikan pelembab berupa minyak kelapa di daerah yang terdapat rasa
gatal, pemberian minyak kelapa pada daerah gatal dan kering ini dapat
melembabkan kulit dan mencegah rasa gatal yang timbul akibat kuit
kering, hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul “Pengaruh Minyak
Kelapa Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Mellitus
Di RSUD Kota Salatiga” oleh Adiliani Dewi, Sri Puguh Kristyawati, dan
S. Eko Ch. Purnomo yang dimuat pada Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan tahun 2016
- Intruksikan PM unutk tidak menyabuni dan memberi wewangian di
bagian yang terdapat luka
- Memotong kuku PM
- Intruksikan PM untuk mandi dengan air biasa dan menepuk-nepuk pelan
area kulit yang kering dan luka
- Mengintruksikan PM untuk menggunakan telapak tangan untuk
menggosok area kulit dan hindari menggaruk jika terasa gatal tapi
mencubit kecil dengan ibu jari dan telunjuk. [ CITATION Bul13 \l 1033 ]
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

a. DATA UMUM
1. Nama Lansia : PM S
2. Usia : 87 tahun
3. Agama : Khatolik
4. Suku : Jawa
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Nama Wisma : Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang
7. Pendidikan : Sekolah Dasar
8. Riwayat Pekerjaan : ART
9. Status Perkawinan: Kawin
10. Pengasuh Wisma : Ibu Carik Eko

b. ALASAN BERADA DI PANTI


PM S mengatakan, “Soale anakku ki wes podo duwe keluarga dewe-dewe, aku ki omahe
mung ngarep panti iki lho ora adoh, nanging aku ki wegah ngerepotke sedulur, dadi pas
digowo rene yo aku gelem gelem wae, kadang aku ki yo bali omah pisan pindo mung
nginguk opo anakku sek mrene, tapi iki anakku wes ra rene suwe aku dadi kepikiran opo
podo kenopo kenopo, nek aku nang kene apik-apik wae, sehat.”

c. DIMENSI BIOFISIK
1. Riwayat Penyakit :
Nyeri dibagian sendi kurang lebih dari sebulan yang lalu
2. Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi
: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Laki-laki : meninggal

: klien hipertensi

3. Riwayat Pencegahan Penyakit :


PM S hanya tidur saat merasakan nyeri sendi
- Riwayat Monitoring Tekanan Darah : 150/100 mmHg
- Skrining kesehatan yang dilakukan : pemeriksaan vital sign dari poliklinik panti.
4. Status Gizi :

TB : 8,44 – (0,24x87) + (1,83x46)

8,44 – 20,88 + 84,18

148,18 cm

IMT : 48 kg / (1,4818 m)2

48 / 2,195

20,501

Intepretasi : Normal
5. Masalah kesehatan terkait status gizi :
- Masalah pada mulut : PM S mengatakan, “Mboten ngilu niku, ya mung kuwi
ompong gigi e simbah, tapi isih isoh dingo maem.”
- Perubahan berat badan :
- Masalah nutrisi : PM S mengatakan, “Makannya teng mriki 3 kali. Pagi, siang
sama sore jam enaman. Wau maeme telas, tapi nak enten ijo-ijone biasane tak
tinggal. Dadi mau sayure sing ijo yo ngga dimaem. Kadang-kadang nak lauke
seneng yo habis. Nak lauke mboten patek seneng nggih kadang-kadang ngga
habis Mboten enten kesulitan maem kulo niku.”
6. Masalah kesehatan yang di alami saat ini :
PM S mengalami masalah pada kognitifnya karena sering lupa dilihat dari hasil
pengkajian fungsi kognitif menggunakan SPMSQ, pada bagian lutut nyeri sendi saat
berdiri terlalu lama, dan terdapat kulit kering bekas luka pada bagian kaki kiri.
7. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
Tidak ada obat – obatan yang dikonsumsi saat ini
8. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini :
PM S membaca Al-Kitab dan buku rohani saat waktu senggang, dapat makan dan
mandi sendiri
9. Status Fungsional ( Indeks KATZ)
Nilai status fungsional PM S adalah A, dimana semua aktivitas kehidupan sehari-hari
dapat dilakukan secara mandiri
10. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
- Mobilisasi : PM S saat mobilisasi berjalan ditemani temannya saat hendak
mengambil pakaian untuk mandi
- Berpakaian : PM S dapat memakai dan melepas pakaiannya sendiri
- Makan dan minum : PM S dapat makan tanpa disuap dan minum mengambil
sendiri
- Toileting : PM S dapat ke kamar mandi sendiri saat ada keinginan untuk BAK
maupun BAB
- Personal Hygiene : PM S dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene namun
tidak maksimal karena gemetaran
- Mandi : PM S dapat mandi sendiri

d. DIMENSI PSIKOLOGI
1. Status kognitif (SPMSQ)
Hasil pengukuran fungsi kognitif PM S menggunakan instrumen kuisioner SPMSQ
menunjukan hasil gangguan sedang dengan score 5.
2. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
PM Ssedikit lambat dalam merespon orang lain, sering terlupa menaruh benda jika tidak
ditaruh di dekat atau di tempat tidurnya, dan merasa belum memiliki teman
3. Dampak yang timbul terkait status kognitif
PM Smengalami kesulitan untuk mengingat nama-nama mahasiswa.
4. Status depresi (Geriatric Depresion Scale)
Hasil pengukuran status depresi PM S menggunakan instrumen kuisioner GDS
menunjukan hasil tidak ada depresi dengan score 4.
5. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Tidak ada perubahan berarti yang dikeluhkan PM S dalam hidupnya.
6. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dampak yang timbul trekait status depresi.
7. Keadaan emosi
a. Anxietas
Hasil pengukuran tingkat kecemasan PM S menggunakan instrumen kuisioner GAS
menunjukan hasil ansietas minimal dengan score 3.
b. Perubahan perilaku
PM S mengeluhkan perubahan yang terjadi mengenai kebiasaan hidupnya yang
gemar memasak, jadi tidak dapat menyalurkan kegemaran tersebut karena berada di
panti, untuk itu setiap kali PM S izin untuk pulang ke rumah yang ekat dengan panti
(berada di depan panti), PM S memasak di rumah
c. Mood
PM S tidak mengeluhkan perubahan mood yang berarti, lasia merasa senang karena
ditemani mahasiswa sehingga ada teman mengobrol dikarenkan masih belum
mendapat teman
e. DIMENSI FISIK
1. Luas wisma
Luas wisma lebih dari 600 m² dengan luas ruangan untuk bangsal cempaka sendiri kurang
lebih 125 m², dengan fasilitas yang didapat untuk masing-masing PM Sdi ruangan
tersebut adalah ranjang, kasur, bantal, tidak ada almari.
2. Keadaan lingkungan di dalam wisma
a. Penerangan
Pada bangsal cempaka, penerangan ruangan menggunakan lampu yang berjumlah 1
buah di cempaka 1, terdapat 3 lampu di ruangan cempaka, dan 1 lampu di cempaka
2. Ruangan juga terdapat banyak jendela untuk masuknya cahaya matahari, terpasang
jendela pada asisi kanan dan kiri ruangan, dengan salah satu sisi jendela menghadap
tempat mencuci pakaian yang tertutup dengan atap fiber namun masih
memungkinkan cahaya masuk.
b. Kebersihan dan kerapian
Penataan barang dalam bangsal cempaka masih berantakan karena masing-masing
PM Stidak diberi almari atau nakas di samping tempat tidur untuk menaruh barang-
barang, jadi masih terlihat pakaian yang menumpuk pada tas yang diletakan PM
Spada kepala tempat tidur, makanan ringan yang terdapat di kepala ranjang dan
benda-benda lainnya. Untuk kebersihan, setiap harinya terdapat petugas kebersihan
yang memberihkan lantai kamar dan kamar mandi, lantai kamar sedikit kotor walau
sudah di pel dikarenakan masih ada PM Syang terkadang membuang riak, makanan,
atau ludah sembarangan.
c. Pemisahan ruang antara pria dan wanita
Untuk pemisahan ruangan pada rang cempaka sudah lumayan baik, PM Sdengan
jenis kelamin wanita dengan ketergantungan ditempatkan pada bangsal cempaka, dan
untuk laki-laki di bangsal gardenia, namun untuk kamar mandi bagi pasien bangsal
cempaka masih digunakan secara bersamaan baik untuk wanita maupun pria, padahal
terdapat PM Slaki-laki yang berada di bangsal cempaka 1, dan menggunakan kamar
mandi yang sama untuk PM Sbangsal cempaka.
d. Sirkulasi udara
Jendela yang terdapat pada ruang cempaka berjumlah kurang lebih 15 buah dengan
pintu 4 buah, ventilasi ruangan tertutup jaring terbuat dari besi yang masih berfungsi
baik, udara dapat berpindah dengan baik untuk sirkulasi ruangan, tidak pengap
e. Keamanan
Kondisi lantai sering kali lengket walau sudah di pel, masih ada PM Syang tanpa
sengaja membuang bekas makanan ke lantai yang menyebabkan lantai menjadi
lengket dan sedikit licin, di ruangan bangsal pada tepian tembok tidak ada pegangan
untuk lansia, di luar bangsal terdapat pagar besi yang digunakan PM Suntuk
pegangan saat berjalan, di kamar mandi terdapat pegangan yang menempel pada
tembok dan kondisi lantai kamar mandi licin serta berlumut, bak mandi yang
digunakan berupa ember yang ditaruh di lantai jadi untuk mandi atau mengambil air
PM Sperlu sedikit membungkuk
f. Sumber air minum
Air untuk minum PM Sberasal dari galon air minum kemasan yang tersedia di
bangsal yang dapat diambil secara mandiri oleh PM Sdengan gelas yang sudah
tersedia di amping dispenser namun belum terjamin kebersihannya dikarenakan gelas
bekas minum dikembalikan PM Spada rak tersebut, kualitas air minum yang
digunakan baik, air minum tidak menggunakan air sumur, jarak sumber air dengan
septic tank lebih dari 10 meter
g. Ruang berkumpul bersama
PM Sjarang keluar bangsal, untuk kegiatan makan PM Smakan di ruangan, fasilitas
yang ada di ruangan adalah televisi, radio, kipas angin, dan dispenser. Yang sering
digunakan adalah radio untuk menyetel lagu-lagu di ruangan tersebut.
3. Keadaan lingkungan di luar wisma
a. Pemanfaatan halaman
Halaman ruang bangsal cempaka terhitung tidak terlalu luas yang digunakan sebagai
taman, dan juga tempat bersantai PM Skarena dilengkapi dengan tempat duduk untuk
bersantai lansia, untuk halaman tengah wisma terdapat taman yang cukup besar, lalu
untuk halaman depan wisma digunakan untuk lapangan untuk dilakukan upacara,
senam dan lainnya.

b. Pembuangan air limbah


Kondisi pembuangan limbah tertutup
c. Pembuangan sampah
Tersedia tempat sampah untuk masing masing bangsal yang dapat diakses dengan
mudah oleh lansia, sampah tersebut dibersihkan atau diangkut oleh petugas
kebersihan setiap pagi hari
d. Sanitasi
Untuk sanitasi air pada wisma sudah bagus
e. Sumber pencemaran

Tidak ada

f. DIMENSI SOSIAL
1. Hubungan PM Sdengan PM Sdi dalam wisma
PM S mengatakan “Kula niku disini kalo ngomong-ngomong ya sama mbah ini aja.”
(sambil menunjuk pada PM di samping tempat tidurnya. “Nak sama yang lain ki yo tahu
namane tapi jarang ngomong-ngomong. Ngomonge kalo lagi dijemur bareng-bareng
diluar itu. Niku mawon jarang, mboten semua kula ajak ngomong.”
2. Hubungan antar PM Sdi luar wisma
PM S mengatakan “Malah mboten pernah ngomong-ngomong sama sekali. Sama yang
kakung juga mboten pernah.”
3. Hubungan PM Sdengan anggota keluarga
PM S mengatakan “Semingu sekali kula wangsul griyo. Griyo kula niki caket, mburi
panti iki. Nak misal ajeng wangsul nggih ijin rumiyen ke ibu itu. Dadose komunikasine
yo lumayan. Tapi nak misal kula mboten wangsul yo jarang tilik mereka.
4. Hubungan PM Sdengan pengasuh wisma
PM S mengatakan “kula sering ngomong kalih ibuke niku to ‘Bu saya pengen main-main
juga sama ibunya.’ Tapi ibunya jawab ‘Maaf mbah saya lagi sibuk, jadi belum punya
waktu. Besok-besok saja mainnya.’ ngoten ngomonge.”
5. Kegiatan organisasi sosial
PM S mengatakan “Kula biasane tumut senam dinten senin, niki wau. Kalian
penyuluhan kadang-kadang melu, kadang-kadang nggih mboten.”

g. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. Pola makan

Frekuensi makan “Makannya teng mriki 3 kali. Pagi, siang sama sore jam
enaman.”
Porsi makan “Wau maeme telas, tapi nak enten ijo-ijone biasane tak tinggal.
Dadi mau sayure sing ijo yo ngga dimaem. Kadang-kadang nak
lauke seneng yo habis. Nak lauke mboten patek seneng nggih
kadang-kadang ngga habis.”
Kesulitan ketika “mboten enten kesulitan”
makan
Kualitas makan “Kadang niku rasane anyep, mboten enten asin manise”
Kuantitas makan “Nggih cukup mboten kurang mboten lebih.”
2. Pola tidur
Pada pengkajian menggunakan PSQI didapatkan hasil nilai 2, yaitu tidak ada gangguan
pada pola tidur PM S
3. Pola eliminasi
PM S mengatakan “Pipis peng papat sithik-sithik, nak pipis peng telu radha akeh.”
“Eek mboten tentu setiap hari, 2 hari sekali biasane.”
4. Kebiasaan buruk lansia
PM S mengatakan “Mboten, kula mboten ngrokok.”
5. Pelaksanaan pengobatan
PM S mengatakan “Teng mriki enten pemeriksaan rutin kaleh dokter niku dinten setu.
Nak kula mboten diparingi obat saking mriki. Kadang nak gek watuk pilek, masuk
angina ngono dikei.”
6. Kegiatan organisasi
PM S mengatakan “Nggih Cuma ikut kumpul kalau di aula nek enten penyuluhan
mawon.”
7. Kegiatan olahraga
PM S mengatakan “Senam niku wau dinten senin. Kadang nak diparani kalian ibuke yo
mangkat, nak mboten nggih mboten.”
8. Rekreasi
PM S mengatakan “Kula niku riyen enten hobi pas ting griyo, tapi teng mriki mboten
saget dilakokne. Kula niku seneng masak jane. Nak teng mriki nggeh mboten enten hobi.
Nak bosen yo mbotem enten hiburan.”
9. Pengambilan keputusan
PM S mengatakan “Biasane nek ajeng wangsul ijin ibuke dulu”

h. DIMENSI SISTEM KESEHATAN


1. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
PM S mengtakan “biasane kalau dinten setu niku enten pengobatan, nak enten
pengobatan utawa cek ngoten nggih rutin”
2. Sistem pelayanan kesehatan
a. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Pada wisma tersedia layanan berupa cek kesehatan dan ambulance
b. Jumlah tenaga kesehatan
Terdapat dokter yang bertugas 2 orang yang ditugaskan datang setiap Selasa
seminggu sekali
c. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Senam di pagi setiap seminggu sekali pada hari Rabu, bersih-besrsih lingkungan dan
ruangan setiap hari sabtu
d. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Pemeriksaan kesehatan seminggu sekali
e. Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dilakukan setiap hari dengan monitor tensi dan untuk cek
kesehatan dengan dokter dilakukan seminggu sekali di hari Selasa
PEMERIKSAAN FISIK

No. Bagian Hasil pemeriksan Masalah


keperawatan
yang muncul
1 Kepala Rambut putih, persebaran tidak merata,
terdapat benjolan dengan ukuran 3x2, di
belakang kepala bawah bagian kiri, tidak ada
kemerahan pada benjolan, benjolan padat,
yang rambutnya jarang, tidak nyeri ketika
benjolan ditekan, terdapat lesi kering pada
benjolan
2 Hidung Hidung simetris, tidak ada lesi dan benjolan,
dan tidak mengeluarkan cairan
3 Mata Mata simetris, tidak ada nyeri tekan dan
benjolan, sklera berwarna putih dan bersih,
konjungtiva merah muda, kondisi bersih
4 Telingan Telinga simetris, tidak ada nyeri tekan dan
benjolan dan tidak mengeluarkan serumen
5 Mulut dan gigi Mukosa bibir sedikit kering, kondisi gigi
sudah tidak utuh, tersisa 25 gigi, 2 gigi seri
bagian bawah dan 3 gigi seri bagian atas, gigi
taring kanan atas bawah, banyak terdapat
karang gigi dan kehitaman pada seluruh gigi,
tidak ada perdarahan gusi, kemerahan
maupun sariawan
6 Leher Trakhea berada di tengah
7 Dada I: dada sismetris, pengembangan dada
simetris
P: Fremitus teraba simetris kanan dan kiri,
tidak ada nyeri tekan
P: sonor diseluruh lapang paru
A: Vesikuler diseluruh lapang paru
8 Jantung I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba
P: Pekak
A: Bunyi S1 dan S2 reguler
9 Abdomen I: Bergelambir, tidak ada asites atau lesi
A: bising usus 15x/menit
P: timpani
P: tidak ada nyeri tekan
10 Ekstrimitas atas Kuku tangan PM Spanjang, tidak ada lesi dan
nyeri tekan, kekuatan otot
4444 4444

11 Ekstrimitas bawah Kuku jari kaki PM Spanjang, terdapat luka Gangguan


kering pada kaki sebelah kiri, sepanjang 20 integritas kulit
cm dengan lebar 5-7 cm, kemerahan sedikit
tapi kering dan cenderung sedikit menghitam,
tidak ada nyeri tekan dan benjolan, kekuatan
otot

4444 4444
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah Diagnosa Keperawatan


Senin,14 DS: Gangguan Hambatan memori Hambatan memori
Oktober - PM sering mengeluhkan lupa kognitif ringan (00131) berhubungan dengan
2019 pukul terhadap sesuatu hal gangguan kognitif ringan
11.00 DO:
- Skor salah SPMSQ = 5 yang
menandakan bahwa kerusakan
intelektual sedang
Senin, 14 DS : Faktor psikogenik Kerusakan integritas Kerusakan integritas kulit
Oktober - PM S mengeluhkan kaki sebelah kiri (respon terhadap kulit berhubungan dengan faktor
2019 pukul terdapat luka yang rasanya gatal rasa gatal yang psikogenik (respon
11.00 tetapi tidak panas berlebihan) terhadap rasa gatal yang
- PM S mengatakan luka sudah berlebihan)
mengering, adanya luka sudah sejak
3 bulan yang lalu
- PM S mengatakan bahwa luka
terjadi dikarenakan rasa gatal yang
terlalu sering yang dirasakan lalu
terus menerus digaruk
- PM S mengatakan kebiasaan mandi
1x sehari karena jika mandi pada
pagi hari terlalu dingin
DO :
- Terdapat luka kering pada kaki
sebelah kiri, sepanjang 20 cm
dengan lebar 5-7 cm, kemerahan
sedikit tapi kering dan cenderung
sedikit menghitam
- Kuku jari tangan PM Sterlihat
Panjang
Senin, 14 Do : Agens cedera Nyeri akut Nyeri akut berhubungan
Oktober - PM S terlihat tidak kuat dan meringis biologis dengan agens cedera
2019 pukul saat berdiri lama (penurunan fungsi biologis (penurunan fungsi
11.00 Ds : musculoskeletal) musculoskeletal)
- Ny.S berkata “sikil kulo loro nduk
nek ngadek suwi gemeteran teros.”
Pengkajian nyeri:
P : Agen cedera biologis( penurunan
fungui musculoskeletal), nyeri
muncul ketika berdiri lama
Q : Seperti ngilu
R : Area lutut
S : Skala 3
T : Hilang timbul
Prioritas Masalah

Diagnosa Keperawatan Prioritas Pembenaran


masalah
Nyeri akut berhubungan HIGH Masalah nyeri menjadi prioritas pertama karena masalah nyeri harus diselesaikan
dengan agens cedera biologis terlebih dahulu. Masalah nyeri yang timbul dapat mengakibatkan PM S terhambat
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Hambatan memori MEDIU Hambatan memori yang terjadi pada PM S dapat mengakibatkan dimensia jika tidak
berhubungan dengan gangguan M ditangani. Penanganan dengan stimulus-stimulus agar tidak terlanjur menjadi lebih
kognitif ringan parah.
Kerusakan integritas kulit LOW Kerusakan integritas kulit yang terjadi pada PM S adalah dikarenakan respon yang
berhubungan dengan faktor salah pada PM S dengan menggaruk terlalu kencang pada daerah yang gatal, masalah
psikogenik (respon terhadap ini dapat diatasi jika PM S kukunya terpotong dengan baik dan mampu memberi
rasa gatal yang berlebihan) respon yang tepat pada rasa gatal yang dirasakan.
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kode Intervensi


. keperawatan Umum Khusus NIC
1. Nyeri akut Penurunan skala nyeri 3 Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen nyeri
berhubungan menjadi 1 dalam 2x24 keperawatan 2x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agens jam diharapkan masalah klien komprehensif termasuk lokasi,
cedera dapat teratasi dengan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
biologis kriteria hasil: dan faktor ketidaknyamanan.
Level nyeri (2102) 2. Kurangi faktor penyebab atau yang
1. Klien mengatakan tidak menyebabkan nyeri timbul.
ada keluhan nyeri. 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi (ex:
2. Ekspresi wajah tidak teknik nafas dalam) bermanfaat untuk
meringis. mengurangi rasa nyeri klien.
3. Nyeri berkurang 4. Pemeriksaan Vital Sign (TTV).
dengan menggunakan 0200 Peningkatan Latihan
manajemen nyeri dan 1. Instruksikan PM terkait aktivitas
peningkatan latihan. senam Orthritis.
4. Penurunan skala nyeri 3 2. Lakukan latian bersama PM.
menjadi 1. 3. Informasikan PM mengenai manfaat
Mengontrol nyeri (1605) kesehatan senam.
1. Klien mampu
mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Hambatan Hambatan memori Setelah dilakukan tindakan 4720 Stimulasi Kognisi
memori berkurang dari total keperawatan selama 2x24 -Rangsang memori dengan mengulang
berhubungan salah 5 menjadi 2 dalam jam, diharapkan hambatan pemikiran terakhir PM
dengan 2x24 jam memori PM dapat teratasi -Orientasikan PM terhadap waktu, tempat
gangguan dengan kriteria hasil : dan orang
kognitif Kognisi (0900) -Bicara pada PM
ringan 1. Ingatan jangka pendek -Tingkatkan atau ulangi informasi
tidak terganggu -Minta klien mengulang informasi
2. Ingatan jangka panjang Latihan memori
tidak terganggu - Berikan intervensi senam otak untuk
Orientasi kognitif (0901) 4760
merangsang dan mestimulus otak
3. Mengidentifikasi hari,
(berdasarkan jurnal yang berjudul:
bulan, tahun dengan
“pengaruh senam otak terhadap
benar
peningkatan fungsi kognitif”)
4. Mengidentifikasi
peristiwa saat ini yg
signifikan
3. Kerusakan Keluhan gatal yang Setelah dilakukan tindakan 3550 Manajemen Pruritus
integritas dirasakan PM berkurang keperawatan selama 2x24 - Berikan pelembab berupa minyak
kulit dalam 2x24 jam jam, diharapkan masalah kelapa di daerah yang terdapat rasa
berhubungan kerusakan integritas kulit gatal, pemberian minyak kelapa pada
dengan faktor PM dapat teratasi dengan daerah gatal dan kering ini dapat
psikogenik kriteria hasil : melembabkan kulit dan mencegah rasa
(respon Integritas Jaringan : Kulit gatal yang timbul akibat kuit kering, hal
terhadap rasa dan Membran Mukosa ini sejalan dengan penelitian dengan
gatal yang (1101) judul “Pengaruh Minyak Kelapa
berlebihan) - Integritas kulit PM Terhadap Penurunan Rasa Gatal Pada
membaik dengan tidak Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD
ada lagi kemerahan Kota Salatiga” oleh Adiliani Dewi, Sri
pada luka Puguh Kristyawati, dan S. Eko Ch.
- Lesi pada kulit panjang Purnomo yang dimuat pada Jurnal Ilmu
dan lebarnya berkurang Keperawatan dan Kebidanan tahun
- Keluhan gatal pada 2016
kulit berkurang - Intruksikan PM untukk tidak
Perawatan Diri : menyabuni dan memberi wewangian di
Kebersihan (0305) bagian yang terdapat luka
- PM S memperhatikan - Memotong kuku PM
kuku jari tangan - Intruksikan PM untuk mandi dengan air
dengan tidak ada lagi biasa dan menepuk-nepuk pelan area
kuku panjang kulit yang kering dan luka
- Mengintruksikan PM untuk
menggunakan telapak tangan untuk
menggosok area kulit dan hindari
menggaruk jika terasa gatal tapi
mencubit kecil dengan ibu jari dan
telunjuk

Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnose Tujuan Implementasi Evaluasi Formatif
Umum Khusus
Keperawatan
Selasa, 15 Kerusakan Keluhan gatal yang 1. Tidak ada kuku - Memotong kuku jari PM S:
oktober integritas kulit dirasakan PM di Panjang - respon PM baik
2019 berhubungan kaki kiri berkurang 2. Keluhan gatal pada - Mengedukasi secara lisan - tidak menolak saat ingin
08.00 WIB dengan faktor dalam 2x24 jam kulit berkurang mengenai cara mengurangi dipotong kuku
psikogenik (respon gatal dengan tidak digaruk, - ingin mempraktikan saran
terhadap rasa gatal dan ditepuk serta dicubit yang diberikan mahasiswa
yang berlebihan) kecil jika terasa gatal - PM merasa nyaman
3. Keluhan gatal pada - Mengoleskan VCO pada setelah diberi VCO
kulit berkurang bagian yang kering dan luka O :
- kuku PM pendek dan tidak
hitam
- PM memperhatikan saat
mahasiswa menjelaskan
- PM terlihat nyaman
setelah diberi VCO
A : masalah kuku Panjang
teratasi, dan masalah
keluhan gatal teratasi
sebagian
P : mengevaluasi kembali
pengetahuan PM mengenai
09.00 WIB Hambatan memori Hambatan memori 1. Mengidentifikasi hari, - Menanyakan kembali point cara menguranagi gatal dan
berhubungan berkurang dari total bulan, tahun, dengan dalam lembar SPMSQ kulit kering serta luka PM
dengan gangguan salah 5 menjadi 2 benar
kognitif ringan (dengan SPMSQ) 2. Ingatan jangka S: PM S mengatakan masih
pendek tidak ingat dengan jawaban yang
terganggu kemarin diberikan
O: skor pada SPMSQ 2,
poin kesalahan pada tanggal
hari ini dan kapan PM S
dilahirkan.
A : masalah ingatan jangka
10.00 WIB Nyeri akut Keluhan nyeri - Memberikan edukasi pendek PM S teratasi
berhubungan berkurang saat 1. PM dapat manajemen nyeri sebagian
dengan agens berdiri menerapkan terapi  Terapi nonfarmakologi P : melakukan senam otak
cedera biologis nonfarmakologi.  Senam orthitis untuk besok
(penurunan fungsi 2. Wajah PM terkihat
musculoskeletal) tidak meringis. S:
3. Nyeri berkurang dari - Respon PM baik
skala 3 menjadi 1 - PM mendengarkan
- PM mengikuti intruksi
- PM mlaporkan nyeri
berkurang setelah
dilakukan terapi dan
senam pada skala 2
O:
- PM terlihat
mendengarkan dengan
baik
- PM mengikuti intruksi
nafas dalam dengan baik
- PM mengikuti intruksi
senam orthitis dengan
baik
- PM terlihat tenang
setelah diberi senam dan
terapi dengan tidak
meringis
A : masalah menerapkan
terapi non-farmakologis
teratasi sebagian
P : mengevaluasi edukasi
besok
Rabu, 16 Nyeri akut Keluhan nyeri 1. Wajah PM terkihat - Monitoring terapi S :
oktober berhubungan berkurang saat tidak meringis.
2019 dengan agens berdiri 2. Nyeri berkurang dari nonfarmakologi - Respon PM baik
08.00 WIB cedera biologis skala 3 menjadi 1 - PM mengikuti instruksi
(penurunan fungsi 3. PM dapat - PM melaporkan nyeri
musculoskeletal) menerapkan terapi - Melakukan senam orthitis berkurang pada skala 1
nonfarmakologi. - PM mengatakan mampu
melakukan terapi sendiri
O:
- PM mampu mengulang
terapi dan senam yang
sudah diajarkan secara
mandiri
- PM terlihat tenang
- PM melakukan senam
Bersama mahasiswa
A : masalah wajah meringis
pertanda nyeri sudah
teratasi, masalah penurunan
keluhan skala nyeri teratasi,
dan masalah praktik
Kerusakan 1. Integritas kulit PM
melakukan terapi
09.00 WIB integritas kulit Keluhan gatal yang membaik dengan tidak
nonfarmakologis secara
berhubungan dirasakan PM di ada lagi kemerahan - Memonitor kondisi kulit mandiri teratasi
dengan faktor kaki kiri berkurang pada luka P:-
psikogenik (respon dalam 2x24 jam 2. Lesi pada kulit
terhadap rasa gatal ukurannya berkurang S:
yang berlebihan) 3. Keluhan gatal pada - respon PM baik
kulit berkurang - PM mengatakan bahwa
- Mengevaluasi edukasi hari gatal sudah berkurang
sebelumnya mengenai setelah diberi VCO
praktik mengurangi gatal - PM mengatakan sudah
dengan tidak digaruk mempraktikan cara
- Mengoleskan VCO kaki mengurangi gatal tanpa
bagian kiri yang bermasalah digaruk
O:
- Kulit kaki kiri PM
terlihat membaik dengan
tidak kering
- Lesi pada kulit PM
mengering dan
ukurannya berkurang
- Area kulit lesi dan kering
berkurang panjangnya
menjadi 19 cm, dan lebar
menjadi 4-6 cm
A : masalah cara mengatasi
gatal PM teratasi, masalah
kulit kering dan lesi PM
Hambatan memori 1. Ingatan jangka pendek teratasi sebagian
09.45 WIB berhubungan Hambatan memori dan pendek tidak P : menyusun RTL unutk
dengan gangguan berkurang dari total terganggu - Menanyakan pada PM S diberitahukan kepada
kognitif ringan salah 5 menjadi 1 2. Ingatan jangka panjang nama mahasiswa pengasuh pengasuh panti untuk
tidak terganggu - Menanyakan kembali point memberikan VCO sehari
3. Meningkatkan status pada SPMSQ sekali secara rutin
kognitif
- Melakukan senam otak S:
- Respon PM baik
- PM mengatakan
mengerti dan ingin
mempraktikan mandiri
senam otak
O:
- PM terihat antusias dan
paham intruksi
mahasiswa
- PM menjawab dengan
benar hal yang
ditanyakan mahasiswa
(SPMSQ benar 2)
A : masalah ingatan jangka
Panjang dan pendek teratasi
sebagian, masalah
meningkatkan status
kognitif teratasi dengan
melakukan senam otak
P : membuat RTL untuk
monitor ingatan dan praktik
senam otak oleh pengasuh
panti

Evaluasi Sumatif

Waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif


Selasa, 15 oktober 2019 Nyeri akut berhubungan dengan S:
Pukul 13.00 WIB agens cedera biologis (penurunan - Respon PM baik
fungsi musculoskeletal) - PM mendengarkan
- PM mengikuti intruksi
- PM mlaporkan nyeri berkurang setelah dilakukan terapi dan
senam pada skala 2
O:
- PM terlihat mendengarkan dengan baik
- PM mengikuti intruksi nafas dalam dengan baik
- PM mengikuti intruksi senam orthitis dengan baik
- PM terlihat tenang setelah diberi senam dan terapi dengan tidak
meringis
A : masalah menerapkan terapi non-farmakologis teratasi sebagian
P : mengevaluasi edukasi besok
Rabu, 16 oktober 2019 S:
Pukul 13.00 WIB - Respon PM baik
- PM mengikuti instruksi
- PM melaporkan nyeri berkurang pada skala 1
- PM mengatakan mampu melakukan terapi sendiri
O:
- PM mampu mengulang terapi dan senam yang sudah diajarkan
secara mandiri
- PM terlihat tenang
- PM melakukan senam Bersama mahasiswa
A : masalah wajah meringis pertanda nyeri sudah teratasi, masalah
penurunan keluhan skala nyeri teratasi, dan masalah praktik
melakukan terapi nonfarmakologis secara mandiri teratasi
P:-
Selasa, 15 oktober 2019 Hambatan memori berhubungan S: PM S mengatakan masih ingat dengan jawaban yang kemarin
Pukul 14.00 WIB dengan gangguan kognitif ringan diberikan
O: skor pada SPMSQ 2, poin kesalahan pada tanggal hari ini dan
kapan PM S dilahirkan.
A : masalah ingatan jangka pendek PM S teratasi sebagian
P : melakukan senam otak untuk besok
Rabu, 16 oktober 2019 S:
Pukul 09.45 WIB - Respon PM baik
- PM mengatakan mengerti dan ingin mempraktikan mandiri
senam otak
O:
- PM terihat antusias dan paham intruksi mahasiswa
- PM menjawab dengan benar hal yang ditanyakan mahasiswa
(SPMSQ benar 2)
A : masalah ingatan jangka Panjang dan pendek teratasi sebagian,
masalah meningkatkan status kognitif teratasi dengan melakukan
senam otak
P : membuat RTL untuk monitor ingatan dan praktik senam otak
oleh pengasuh panti
Selasa, 15 oktober 2019 Kerusakan integritas kulit S:
Pukul 14.00 WIB berhubungan dengan faktor - respon PM baik
psikogenik (respon terhadap rasa - tidak menolak saat ingin dipotong kuku
gatal yang berlebihan) - ingin mempraktikan saran yang diberikan mahasiswa
- PM merasa nyaman setelah diberi VCO
O:
- kuku PM pendek dan tidak hitam
- PM memperhatikan saat mahasiswa menjelaskan
- PM terlihat nyaman setelah diberi VCO
A : masalah kuku Panjang teratasi, dan masalah keluhan gatal
teratasi sebagian
P : mengevaluasi kembali
pengetahuan PM mengenai cara menguranagi gatal dan kulit kering
serta luka PM
Rabu, 16 oktober 2019 S:
Pukul 09.45 WIB - respon PM baik
- PM mengatakan bahwa gatal sudah berkurang setelah diberi
VCO
- PM mengatakan sudah mempraktikan cara mengurangi gatal
tanpa digaruk
O:
- Kulit kaki kiri PM terlihat membaik dengan tidak kering
- Lesi pada kulit PM mengering dan ukurannya berkurang
- Area kulit lesi dan kering berkurang panjangnya menjadi 19 cm,
dan lebar menjadi 4-6 cm
A : masalah cara mengatasi gatal PM teratasi, masalah kulit kering
dan lesi PM teratasi sebagian
P : menyusun RTL unutk diberitahukan kepada pengasuh
Rencana Tindak Lanjut

Nama lansia/wisma : PM S/Ruang Cempaka

Anggota Masalah kesehatan Intervensi yang telah dilakukan RTL Paraf


Wisma
PM S Nyeri akut berhubungan - Memberikan edukasi mengenai Mengadvokasi pengasuh panti untuk
dengan agens cedera manajemen nyeri. melakukan :
biologis (penurunan fungsi - Mengajarkan teknik - Monitoring nyeri dengan PQRST
musculoskeletal) nonfarmakologi untuk mengurangi - Mendampingi PM melakukan
nyeri. senam
- Mengajarkan senam orthitis untuk - Monitoring melakukan terapi
mengurangi nyeri. nonfarmakologi
PM S Penurunan status kognitif - Menanyakan kembali hal-hal Mengadvokasi pengasuh panti untuk
(Dx kep: Hambatan memori yang sudah dilakukan atau melakukan :
berhubungan dengan informasi yang sudah diberikan - Tanyakan hal-hal yang sudah
gangguan kognitif ringan) - Mengajarkan senam otak dilakukan dan informasi yang
didapat
- Mengajarkan senam otak setiap
hari
- Menginstruksikan PM S untuk
memperagakan senam otak secara
mandiri
PM S Kerusakan integritas kulit - Memotong kuku PM Mengadvokasi pengasuh panti untuk
berhubungan dengan faktor - Pemberian minyak VCO saat pagi melakukan :
psikogenik (respon terhadap hari - Memotong kuku PM secara rutin
rasa gatal yang berlebihan) seminggu sekali
- Memberikan minyak VCO secara
rutin 1x sehari setelah mandi
- Memerhatikan kondisi tempat tidur
dan kebiasaan mandi
BAB 4

PEMBAHASAN

Diagnosa utama pada masalah keperawatan PM S adalah nyeri akut yang berhubungan
dengan agens cedera biologis (penurunan fungsi musculoskeletal). Diganosa ini ditegakkan
berdasarkan assessment awal serta pengkajian PQRST. Pengukuran nyeri dengan menggunakan
Wong Baker Pain Rating Scale dengan skala nyeri pada PM S adalah 3. Dengan demikian perlu
adanya tindakan intervensi untuk mengurangi nyeri tersebut. Karena nyeri pada bagian lutut PM
S dapat mengakibatkan terhambatnya aktivitas sehari-hari yang akan dilakukan. Intervensi yang
dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah memberikan edukasi mengenai manajemen nyeri serta
serta senam rematik. Senam rematik pada lansia mengajarkan gerakan sederhana untuk melatih
otot-otot pada sendi untuk menurunkan nyeri. Gerakan ringan yang disajikan dapat membantu
meregangkan otot-otot dalam mengurangi nyeri.

Prioritas diagnosa kedua adalah hambatan memori berhubungan dengan gangguan


kognitif ringan. Diagnose ini ditegakkan berdasarkan pengkajian menggunakan skor SPMSQ
yang didapat yaitu 5 kerusakan intelektual sedang. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan
fungsi kognitif atau pencegahan agar skor SPMSQ menjadi lebih buruk. Salah satu, intervensi
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebuat adalah mengajarkan senam otak pada
lansia. Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap
bagian otak yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Gerakan ringan dengan permainan
olah tangan dan kaki dapat memberikan ransangan atau stimulus pada otak. Sehingga dapat
menyelaraskan meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kntrol emosi dan logika,
mengoptimalkan fungsi kinerja panca indra, serta menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh.

Diagnosa ketiga adalah Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor


psikogenik (respon terhadap rasa gatal yang berlebihan). Diagnosa ini ditegakkan karena
adanya respon PM terhadap rasa gatal yang berlebihan sehingga menyebabkan luka pada daerah
yang gatal yaitu kaki kiri bawah hingga ke tumit dan punggung kaki. Sebelumnya kaki tersebut
terdapat riwayat luka yang sudah mengering dan terdapat rasa gatal. Oleh PM rasa gatal tersebut
digaruk ditambah dengan kondisi kuku tangan PM yang panjang sehingga menyebabkan sedikit
luka kemerahan dan kulit kering. Oleh karena itu untuk meningkatkan kelembaban kulit PM dan
mengatasi gatal yang dirasakan PM, mahasiswa memberikan intervensi berupa manajemen
pruritus. Implementasi dari rencana intervensi yang sudah dilakukan mahasiswa antara lain
adalah memotong kuku tangan dan kaki PM, memberikan edukasi bahwa jika PM merasa gatal
pada bagian tersebut maka tidak dianjurkan untuk digaruk namun ditepuk pelan atau dicubit
kecil, memberikan edukasi untuk PM agar saat mandi PM dapat menepuk-nepuk kecil daerah
kulit kering dan gatal tersebut dengan air, dan memberikan pelembab berupa minyak VCO
(Virgin Coconut Oil) untuk mengurangi rasa gatal dan membantu melembabkan kulit PM yang
kering. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul “Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap
Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Kota Salatiga” oleh Adiliani
Dewi, Sri Puguh Kristyawati, dan S. Eko Ch. Purnomo yang dimuat pada Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan tahun 2016 dimana menunjukan efek penurunan rasa gatal pada
sampel yang diberikan baluran minyak kelapa. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan adalah
pada hari pertama pemberian VCO, edukasi dan potong kuku didapati luas daerah yang masih
kering dan kemerahan kulitnya panjang 20 cm dan lebarnya 5-7 cm. Pada hari kedua dievaluasi
terlebih dahulu sebelum diberi VCO, penampang kulit kering dan kemerahan berkurang 1 cm,
panjang 19 cm dan lebar 4-6 cm, dan kualitas kulit lembab dan tidak sekering hari kemarin,
kemerahan berkurang, dan PM juga mengatakan bahwa sudah mempraktikan edukasi yang
diberikan mahasiswa.
BAB 5

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Pada PM S, diagnose yang ditegakan oleh kelompok adalah nyeri akut sebagai
diagnosa prioritas tinggi, hambatan memori sebagai diagnose dengan prioritas
medium, dan kerusakan integritas kulit sebagai diagnose prioritas rendah. Tujuan
dilakukan intervensi untuk nyeri akut adalah mengurangi level nyeri dan mengontrol
nyeri dengan intervensi manajemen nyeri dan peningkatan latihan berupa senam
orthitis. Implementasi yang diterapkan sudah sesuai dengan rencana keperawatan
yang disusun. Dan hasil pengukuran nyeri setelah dilkaukan intervensi selama 2 x 24
jam nyeri menjadi skala 1. Diagnose yang kedua adalah hambatan memori dengan
tujuan intervensi adalah untuk meningkatkan fungsi kognisi PM dengan intervensi
berupa pemberian senam otak. Implementasi yang sudah dilakukan sudah sesuai
dengan rencana keperawatan. Diagnose yang ketiga adalah kerusakan integritas
jaringan dengan tujuan intervensi berupa kuu jari PM pendek dan kelembaban serta
area kulit kering berkurang. Intervensi yang akan dilakukan adalah berupa
manajemen pruritus dengan pemberian minyak VCO di area kulit kering, pemotongan
kuku dan edukasi mengenai manajemen rasa gatal. Implementasi yang sudah
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.
B. SARAN
Untuk selanjutnya penerapan prinsip aspetik untuk selalu mencuci tangan
sebelum berkontak dengan lingkungan maupun pasien secara langsung perlu
ditingkatkan. Pemberian VCO pada PM di panti juga dapat diterapkan secara teratur
untuk mengurangi rasa gatal atau menjaga kelembaban kulit. Senam otak juga dapat
diajarkan secara rutin untuk dapat menjaga fungsi kognisi PM di panti menjadi
terjaga dan tidak mengalami keparahan. Kontrol nyeri dan manajemen nyeri bagi PM
dengan keluhan nyeri sendiri dapat diatasi dengan senam orthitis untuk dapat
mengurangi nyeri dan menjaga agar nyeri tidak semakin parah.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Butcher, H., Docherman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing Interventions
Classification Edisi Keenam. Elsevier.
Coniam, S., & Mendham , J. (2006). Principle of Pain Management. New York: Oxford
University Press.
Gross, J. (2007). Handbook of Emotion Regulation. New York: Guilford.
Herdman, T. H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta : EGC.
Miller, C. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia: Lippincott Wiliams &
Wilkins.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho. (2000). Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Purba, J. S. (2010). Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta.
Sitinjak, V. M., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap
Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Jurnal publikasi
American College, 139-150.
Steeds, C. E. (2009). The Anatomy and Physiology of Pain. Elsevier.
Trescot, A. M., Datta , S., Lee, M., & Hansen, H. (2008). Opioid Pharmacology. Pain Physician.
Yuliati, & Hidaayah, N. (2017). Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) terhadap Fungsi Kognitif
pada Lansia di RT 03 RW 01 Kelurahan Tandes Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 88-
95.

Anda mungkin juga menyukai