Anda di halaman 1dari 37

Resume Materi “Komplikasi Flebotomi”

NAMA Dinar Surya Utami


HARI / TANGGAL Selasa, 17 Maret 2020
KEGIATAN Rangkuman Materi Komplikasi Venipuncture
TUJUAN 1) Untuk memahami komplikasi pada flebotomi
2) Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada flebotomi

HASIL KEGIATAN Memahami berbagai macam komplikasi flebotomi, factor-faktor


yang dapat mempengaruhinya serta cara penganannya secara
benar dan tepat.
DASAR TEORI Flebotomi (bahasa inggris:phlebotomy) berasal dari kata Yunani
phlebdantomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia
berarti mengiris/memotong(“cutting”). Dulu dikenal istilah vena
sectie (Bld), venesectionatau veni section(Ing). Sedangkan
Flebotomist adalah seorang tenaga medic yangtelah mendapat
latihan untuk mengeluarkan dan menampung specimen darah dari
pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Ada beberapa
kompetensi minimal yangharus dimiliki seorang flebotomist, dan
perilaku professional yang harus dipatuhiseorang flebotomist.
Darah dapat diperoleh melalui pengambilan darah vena,darah
kapiler dan darah arteri. Komplikasi yang berkenaan dengan
tindakanFlebotomi yaitu syncope, rasa nyeri, hematoma,
pendarahan, allergi, thrombosis,radang tulang, amnesia, dan
komplikasi neulogis. Faktor Kegagalan yang dapatterjadi pada saat
pengambilan darah yaitu hemokosentrasi, hemodilusi,
hemolisis,kontaminasi. Dan berikut beberapa komplikasi
flebotomi , diantaranya:

Komplikasi berkaitan dengan prosedur

1. Tourniquet interference
jika kita lupa melepas torniquet maka akan terjadi hal-hal
berikut ini:
1. Pasien kesakitan dan dapat menyebabkan hematoma
2. Menyebabkan hasil laboratorium yang salah atau tidak
valid
3. Beberapa analit bocor dari darah ke jaringan yang dapat
menyebabkan peningkatan palsu dalam: kolesterol plasma,
zat besi, lipid, protein, dan kalium.
4. Enzim tertentu dapat meningkat atau menurun secara
keliru.

2. Posisi Tabung Tidak Tepat Atau Miring


Pada saat posisi tabung tidak tepat maka harus dikembalikan
ke posisi yang benar. Biasanya karena posisi tabung miring
maka kita harus tegakkan kembali. Atau jika tabung tidak
masuk kedalam holdernya maka kita tekan kembali. Namun,
jika tabung hilang vakumnya, langkah yang dilakukan adalah
mengganti tabung.

3. Pendarahan berlebih
Yang harus dilakukan jika terjadi pendarahan obati dengan
terapi antikoagulan dan minum obat radang sendi atau obat
yang mengandung aspirin, atau obat-obatan yang mengurangi
jumlah trombosit.
Jangan biarkan pasien rawat jalan meninggalkan kursi malas
atau meninggalkan pasien rawat inap sampai pendarahan di
lokasi tusukan terhenti. Pasien tidak boleh dibiarkan sendiri
sampai pendarahan berhenti, jika sudah reda baru dapat
ditempeli plester.

4. Posisi jarum yang tidak tepat


Jika posisi jarum terlalu dalam atau penusukan terlalu dalam
maka kita harus menggunakan feeling dengan sangat hati-hati
untuk mengembalikan ke vena yang sebenarnya. Begitu pula
jika penusukan kurang dalam maka kita harus mereposisikan
jarum kembali dengan hati-hati. Biasanya hal ini ditandai
dengan tidak adanya darah pada indikator spuit.
5. Hemolisis
Terjadi dikarenakan sel darah merah yang pecah. Hemolisis
dapat menyebabkan peningkatan palsu pada: kalium,
magnesium, zat besi, LDH, fosfor, amonia, protein total.
Biasanya terjadi karena:
 Jarum terlalu kecil, menarik plugger terlalu keras.
 Mengocok atau mencampur spesimen terlalu keras.
 Alkohol belum kering sebelum mengambil darah.

6. Hemokonsentrasi
Merupakan peningkatan konsentrasi molekul besar dan
membentuk elemen dalam darah dengan penurunan volume
plasma. Menyebabkan peningkatan palsu pada : kalium, fosfor,
amonia, protein total, magnesium, LDH.
Biasanya terjadi karena: Tourniquet dipasang lebih dari 1
menit, Terapi IV jangka panjang, Venus sklerosis, Dehidrasi,
Penyakit tertentu

7. Hematoma
Merupakan darah bocor ke jaringan sehingga kulit terlihat
memar. Biasanya terjadi karena: Jarum dilepas sebelum
tourniquet dilepaskan, Penyisipan jarum melalui Vena, Pasien
memiliki Vena Yang rapuh.
Jika pembengkakan atau perubahan warna di lokasi tusukan
maka segera lepaskan torniquet dan jarum.

8. Neurologis
Pasien merasa kesemutan atau seperti tersengat listrik. Jika hal
ini terjadi, maka yang harus dilakukan oleh flebotomis:
 Segera hentikan Venepuncture.
 Setelah pendarahan berhenti, kompres es untuk
mengurangi radang.
 Pasien mungkin perlu terapi fisik.
 Isi laporan insiden sesingkat mungkin.

9. Kerusakan saraf
Gejala atau tanda yang dialami pasien, sebagai berikut:
 Nyeri dan parestesia
 Kehilangan motorik dan sensorik
Untuk pemulihan biasanya spontan dan cenderung cepat atau
jika keterusan, rujuk pasien ke dokter untuk menjelaskan dan
meyakinkan pasien, juga rujuk ke ahli saraf jika parah.

10. Vena yang bergerak atau memutar


Langkah yang pertama dilakukan yaitu lepaskan terlebih
dahulu tabungnya, kemudian kembali ditusuk (tetapi tidak
melepas jarum dari Vena tersebut). Kita juga boleh me-reinsert
tabung yang sama pada holder yang sudah terpasang. Namun,
jika Vena terlalu tegang lepas tourniquet dan biarkan pasien
menjadi rileks terlebih dahulu. Jika Vena bergerak ke arah kiri
berarti kita mengambil dari sebelah kanan Vena begitu pula
sebaliknya.

11. Tusukan arteri


Jika yang tertusuk arteri bukan Vena, hal yang dilakukan:
 Hentikan Venepuncture.
 Berikan tekanan kuat setidaknya selama 15 menit.
 Beritahu dan yakinkan pasien dan jelaskan juga bahwa
tusukan itu tidak mungkin memiliki konsekuensi serius.
Komplikasi lanjut dapat terjadi seperti fistula
arteriovenosa. Kesalahan ini karena arteri brachialis
terkadang terletak secara dekat dengan Vena.

Komplikasi Berkaitan Dengan Pasien


1. Alergi
Banyak pasien yang alergi terhadap yodium atau pembersih
lainnya yang digunakan untuk membersihkan situs. Sebelum
menggunakan iodium atau betadin, tanyakan pada pasien
apakah mereka memiliki alergi. Jika jawabannya "ya" gunakan
metode alternatif seperti yang diarahkan yaitu Chloroprep atau
Chloroscrub.
Selain itu, banyak pasien yang alergi lateks. Oleh karena itu,
flebotomis harus mengganti APD nya tersebut dengan sarung
tangan nitrile jika mereka alergi terhadap sarung tangan bahan
lateks.

2. Petechiae
Petechiae dapat terjadi setelah Venepuncture. Ini mungkin
karena masalah koagulasi atau kelainan. Atau hal ini memang
bawaan dari pasien. Bintik-bintik merah kecil pada kulit pasien
dapat mengindikasikan pecahnya vena-vena kecil di bawah
kulit. Flebotomi harus menyadari dalam kondisi ini pasien
dapat mengalami pendarahan berlebihan setelah pengambilan
darah.

3. Muntah atau mual


Hal ini karena kondisi pasien dapat disebabkan karena melihat
darah ketika prosedur dilaksanakan. Maka yang harus
dilakukan siapkan wadah limbah dan tawarkan waslap atau
tisu untuk membersihkannya. Minta pasien untuk
memposisikan ke tempat yang lebih rileks, seperti duduk yang
rileks atau membaringkan tubuh ke tempat tidur.

4. Pingsan (sinkop)
Jika selama prosedur pasien menyatakan pingsan atau tampak
pingsan segera cabut jarum, minta pasien mendudukkan
kepala dan bernapas perlahan dengan dalam.
Tanda-tanda pasien yang akan pingsan: Wajah menjadi pucat,
Pernapasan cepat, Gerakan gelisah, Pasien yang cerewet
menjadi tenang atau diam, Denyut nadi melambat, Wajah
penuh keringat dingin

5. Stress
Pasien dapat stres karena gelisah dan merasa sangat ketakutan
serta cemas sebelum prosedur flebotomi berlangsung.
Kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sementara sel
darah putih, albumin, fibrinogen, glukosa, kolesterol, dan
insulin atau penurunan sementara dalam serum besi dan nilai-
nilai hormon adrenal abnormal.

6. Rasa sakit berlebihan


Ada beberapa pasien yang merasakan rasa sakit berlebihan
dan menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada pasien saat
prosedur flebotomi berlangsung. Jika seperti itu maka jarum
harus segera dilepas dan prosedur Venepuncture harus segera
dihentikan. Prosedur jangan dilanjutkan karena ada efek stres
pada pasien yang dapat mengganggu pasien.

7. Ketakutan dan fobia


Ketakutan dan fobia dapat terjadi pada beberapa pasien saat
melihat jarum. Hal ini dapat menyebabkan pasien bergerak,
sehingga jarum menuju ke arteri daripada Vena yang sedang
dituju oleh flebotomis. Maka, flebotomis harus memberikan
ketenangan pada pasien, buat pasien nyaman,sehingga mereka
dapat mempercayai flebotomis untuk mengambil darahnya.

8. Trombosis
Trombus adalah massa padat yang berasal dari konstituen
bekuan darah di pembuluh yang merupakan bekuan atau
gumpalan. Trombus dapat menyumbat sebagian atau seluruh
pembuluh darah atau arteri sehingga sulit dilakukan prosedur
flebotomi.

9. Obesitas
Pasien yang obesitas (kelebihan berat badan) umumnya
memiliki Vena yang sangat dalam, maka harus dipalpasi
dengan lebih dalam lagi. Jika Vena terlewatkan, berhati-hatilah
untuk tidak menyelidiki secara berlebihan karena ini akan
menyebabkan pecahnya sel darah merah (RBC), meningkatkan
konsentrasi intraseluler dan melepaskan faktor pembekuan
jaringan. Oleh karena itu, dapat melakukan pertimbangan
dengan melakukan tusukan kapiler.

10. Area luka bakar atau bekas luka lainnya


Darah yang terdapat luka bakar atau luka luka lainnya sangat
sensitif dan rentan terhadap infeksi. Vena yang berada di
bawah area bekas luka sulit untuk diraba dan sulit untuk
memasukkan jarum. Maka, alangkah lebih baik dengan
mengganti letak Vena yang akan dituju dan carilah Vena yang
tidak terdapat luka di areanya.

11. Edema
Edema adalah akumulasi cairan yang tidak normal dalam ruang
antar sel tubuh yang dapat mempengaruhi hasil tes
laboratorium dan dapat dilokalisasi atau difusi. Pengumpulan
spesimen di area ini harus dihindari karena akan mencemari
spesimen dengan cairan jaringan atau akan menghasilkan
pengenceran pada spesimen yang tidak seharusnya terjadi.

12. Ekstravasasi
Ekstravasasi terjadi ketika kanula menarik keluar dari Vena dan
menjadi tersumbat sebagian oleh konstruksi Vena yang
menyebabkan aliran balik infus melalui situs tunjukkan ke
jaringan sekitarnya. Dalam ekstravasasi kanula memasuki
jaringan daripada Vena. Pada kondisi ini akan sulit dilakukan
prosedur Venepuncture dan pembengkakan atau nyeri dicatat
kanula pun harus segera diangkat.

13. Pasien yang sedang diinfus


Jika tangan pasien sedang diinfus maka flebotomis harus
memilih tangan yang lain yang tidak diinfus. Jika tangan
sebelahnya dipasang gips, maka kita dapat meminta tolong
perawat yang bertanggung jawab dengan pasien tersebut agar
mematikan infus sementara, kemudian tunggu selama kurang
lebih 10-15 menit setelah itu baru mengambil darah di tempat
yang terpasang infus tersebut. Jika tetap sulit Cari tempat lain
selain tangan.

14. Masektomi
Untuk mengetahui hal ini flebotomis dapat menanyakan
tentang preferensi lengan atau masalah lain karena ini akan
menjadi kesempatan bagi pasien untuk memberitahu
masektomi yang dialaminya. Hal-hal yang terjadi jika
masektomi: Ini akan sangat mengurangi aliran getah bening ke
lengan sisi masektomi. Dapat meningkatkan kemungkinan
infeksi atau dapat mengakibatkan limfedema.
Limfedema adalah akumulasi cairan limfatik yang
menyebabkan pembengkakan jaringan lengan atau kaki. Jika
pasien telah masektomi ganda dan berunding dengan dokter,
mungkin perlu melakukan tusukan kapiler atau Venepuncture
pada tungkai/kaki.

15. Vena yang rusak, sklerosis atau sumbing


Venous sklerosis atau mengeras karena peradangan atau suatu
penyakit. Vena yang tersumbat karena terapi IV yang
diperpanjang, kemoterapi atau penyakit. Pasien yang
fenomenanya telah berulang kali tertusuk sering menjadi
bekas luka dan terasa keras saat dipalpasi maka hindari vena-
vena tersebut.

Terdapat berbagai macam komplikasi pada flebotomi baik


HASIL berdasarkan prosedur maupun pasiennya. Hal-hal tersebut harus
dapat diantisipasi oleh flebotomis dalam waktu cepat. Antisipasi
dapat dilakukan dengan pemilihan area yang minim resiko. Namun,
jika sudah terlanjur sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
flebotomi, flebotomis harus memohon maaf dan mengulanginya
kembali dengan hati-hati atau ganti orang.

KESIMPULAN Seorang flebotomis harus memiliki beberapa kompetensi yang


dimiliki. Ada beberapa kompetensi minimal yang harus dimiliki
seorang flebotomist, dan perilaku professional yang harus dipatuhi
seorang flebotomist. Darah dapat diperoleh melalui pengambilan
darah vena, darah kapiler dan darah arteri. Terdapat berbagai
macam komplikasi pada flebotomi baik berdasarkan prosedur
maupun pasiennya Faktor Kegagalan yang dapat terjadi pada saat
pengambilan darah yaitu hemokosentrasi, hemodilusi, hemolisis,
kontaminasi.Agar tidak terjadi kesalahan pada saat pengambilan
darah maka seorang flebotomist harus memiliki kompetensi dan
perilaku professional sehingga dapat bekerja dengan baik dan
benar agar memperoleh hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Modul 8 Komplikasi Flebotomi.
Anonim. (n.d). Unit 8 Complications in Spesimen Collection. Hal 1-
12
Arfan A. N.d. Makalah Flebotomi. Internet :
https://www.academia.edu/35649352/MAKALAH_FLEBOTOMI .
Diakses 16 Juni 2020.
Buowori Y. O.2013.Complications of venepuncture. Advances in
Bioscience and Biotechnology, 2013, 4, 126-128
Patklin. 2012. Modul 8 Komplikasi Flebotomi.

Pembimbing Mahasiswa

( ) (Dinar Surya Utami)


LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA Dinar Surya Utami


HARI / Selasa, 21 April 2020
TANGGAL
KEGIATAN Pengambilan Spesimen Darah Untuk Pemeriksaan Toksikologi
TUJUAN 1). Untuk memahami teknik pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan
toksikologi.
2). Untuk mengetahui pengelolaan spesimen darah untuk pemeriksaan toksikologi.
Mengetahui teknik dan pengelolaan spesimen darah untuk pemeriksaan toksikologi.
HASIL
KEGIATAN
DASAR Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-
TEORI gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban
yang meninggal. Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai
disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik
Medicine dan lain-lain. Disamping itu ilmu ini terus berkembang sejalan dengan
perkembangan ilmu-ilmu lainnya, dan ini semua pada gilirannya akan menyulitkan kita
dalam membuat definisi yang singkat dan tepat mengenai Toksikologi.
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan
universal precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit dari pasien ke paramedic maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi:
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun atau disinfektan sebelum dan sesudah
tindakan.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang harus dugunakan adalah:
a. Jas Laboratorium
b. Sarung tangan karet
c. Masker disposable
3. Alat dan bahan pengambilan spesimen
4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi kesalahan).
Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga
laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai dengan
kondisi dan situasi setempat. Spesimen harus tiba di laboratorium segera setelah
pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat saat pengiriman adalah hal yang
teramat penting. Sangat disarankan agar pada saat pengiriman spesimen tersebut
ditempatkan di dalam cool box dengan kondisi suhu 0-40°C atau bila diperkirakan lama
pengiriman lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es kering (dry ice).
Tabel 1 memuat daftar spesimen yang dapat diambil berikut persyaratan penyimpanan
dan pengirimannya.

Pengirima Kategori Spesimen yang


Jenis Media n bahaya catatan harus diambil
Spesimen pengirima ke pengirim
n laboratori an
um
Dahak yang Tidak ada Dengan es. Zat Pastikan WAJIB
dihasilkan Bila biologis, materi
secara alami penundaa Kategori diambil dari
n B saluran
pengujian pernafasan
>24 jam, bawah.
disarankan
dibekukan
dengan es
kering.

Bilasan Tidak ada Dengan es. Idem Mungkin BILA


bronkoalveola Bila terjadi MEMUNGKINK
r penundaa pengenceran AN
(Bronchoalveo n (dilusi) virus,
lar lavage) pengujian namun
>24 jam, spesimen
disarankan masih dapat
dibekukan digunakan.
dengan es
kering.
Aspirat trakea Tidak ada Dengan es. Idem BILA
Bila MEMUNGKINK
penundaa AN
n
pengujian
>24 jam,
disarankan
dibekukan
dengan es
kering.

Aspirat Tidak ada Dengan es. Idem BILA


nasofaring Bila MEMUNGKINK
penundaa AN
n
pengujian
>24 jam,
disarankan
dibekukan
dengan es
kering.

Kombinasi Media Dengan es Idem Virus telah WAJIB


usap hidung/ transport terdeteksi
tenggorokan virus pada jenis
spesimen ini.
Swab Media Dengan es Idem WAJIB
nasofaring transport
virus
Jaringan yang Media Dengan es. Idem BILA
diambil dari transport Bila MEMUNGKINK
biopsy atau virus atau penundaa AN
otopsi, garam n
termasuk dari fisiologis pengujian
paru-paru >24 jam,
disarankan
dibekukan
dengan es
kering.

Serum untuk Tidak ada Dengan es Idem Selalu ambil WAJIB


serologi atau atau sampel
deteksi virus dalam berpasangan
keadaan bila
beku. memungkink
an. Akut-
minggu
pertama sakit
Konvalensen
idealnya 3-4
minggu
kemudian.
Spesimen EDTA Dengan es Idem Untuk deteksi BILA
darah (whole antikoagul virus, MEMUNGKINK
blood) an sebaiknya AN
pada minggu
pertama
sakit.

Jenis-jenis sampel:
1) Darah dan cairan terkait
1. Darah
Darah utuh (whole blood) adalah cairan yang bersirkulasi melalui arteri,
kapiler dan vena. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 5-6 liter darah.
Ini terdiri dari plasma dan sel darah. Jika seluruh darah dianalisis, sampel harus
dikumpulkan ke dalam antikoagulan yang tepat, dicampur, dan kemudian
dibekukan untuk melisiskan sel sebelum analisis (Catatan: darah tersembunyi
adalah darah yang ditemukan hanya dalam jumlah jejak terutama pada faeces.
Ini tidak digunakan sebagai sampel analitis).
a. Darah arteri
Darah arteri biasanya dilakukan untuk pengukuran gas darah
dan biasanya tidak diajukan untuk analisis toksikologi. Darah kapiler,
yang mendekati darah arterial, dapat diperoleh dengan menusuk tumit,
lobang jari atau telinga, prosedur ini paling sering dilakukan pada anak
kecil.
b. Darah vena
Darah vena diperoleh dengan venepuncture (biasanya) vena
median cubital lengan yang jauh dari lokasi infus. Dapat menggunakan
spuit dan jarum suntik (1-50 mL) atau sistem sampling vakum komersial
seperti Vacutainer dapat digunakan. Sebuah turniket dapat digunakan
untuk membendung vena sebelum venepuncture, namun harus segera
dilepaskan sebelum pengambilan sampel. Untuk sampling berulang,
kanula kecil dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan atau
tangan, yang memungkinkan akses vena melalui septum karet.
2. Sel darah termasuk sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (limfosit,
leukosit), trombosit) dll. Semua dapat diperoleh dari darah yang baru
dikumpulkan dengan prosedur yang sesuai.
3. Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid = CSF) adalah ultrafiltrasi plasma
(komposisinya adalah plasma kecuali protein MR tinggi yang tidak ada) yang
mengelilingi elemen sistem saraf pusat (SSP). Cairan ini diperoleh dengan
tusukan lumbal (aspirasi jarum dari sumsum tulang belakang) dan biasanya
dikumpulkan ke dalam tabung steril.
4. Darah tali pusat diperoleh dari tali pusat saat parturisi. Biasanya darah tali
pusat diperoleh untuk mencerminkan neonatal, berlawanan dengan darah
plasenta.
5. Plasma adalah bagian cairan darah yang diperoleh dengan penambahan
anticoagulant.
6. Serum adalah cairan kuning pucat yang tersisa saat seluruh darah
membeku. Komposisinya umumnya sama dengan plasma kecuali fibrinogen
dan faktor yang terkait dengan proses penggumpalan tidak ada.
2) Cairan tubuh selain darah
a. Cairan amnion adalah cairan yang mengelilingi janin di kantung amnion.
b. Aqueous humor adalah cairan berair yang menempati ruang antara kornea
dan iris mata.
c. ASI adalah cairan kaya protein dan lemak yang diproduksi oleh ibu
menyusui. Ekskresi pertama ASI (kolostrum) sangat kaya akan protein
d. Aspirasi empedu adalah cairan asam yang mengandung enzim pencernaan,
makanan, dan sebagainya, diperoleh dengan aspirasi dari lambung.
e. Getah bening adalah cairan kekuningan yang berasal dari kelenjar getah
bening
f. Cairan peritoneal adalah cairan yang menumpuk di peritoneum
g. Air liur adalah sekresi kelenjar mukosa yang kental dan jernih di mulut.
Cairan ini terkait dalam komposisi plasma, tetapi juga mengandung
beberapa enzim pencernaan.
h. Semen diproduksi oleh testis dan kelenjar prostat, dan terdiri dari cairan
mani (yang bisa didapat dari semen dengan sentrifugasi), dan spermatozoa.
i. Cairan sinovial adalah cairan pelumas yang jernih dan kental yang mengisi
synovium (membran yang mengelilingi sendi dan menciptakan kantung
pelindung)
j. Air mata adalah sekresi air mata yang jernih pada mata
k. Cairan vagina adalah sekresi kental vagina
l. Vitreous humor adalah cairan transparan dan kental yang terkandung di
balik lensa di mata.
3) Cairan / residu ekskresi
a. Empedu adalah cairan kuning-hijau tebal yang disekresikan oleh hati
melalui kandung empedu ke dalam usus.
b. Udara yang dihembuskan (ekspirasi) umumnya mengandung sedikit
oksigen dan lebih banyak karbon dioksida dan uap air daripada udara
sekitar, namun mungkin mengandung produk metabolik volatil lainnya.
c. Faeces adalah residu proses pencernaan yang berwarna coklat dan semi
solid
d. Keringat adalah cairan berair yang diekskresikan oleh pori-pori kulit
e. Urin adalah cairan kuning / kuning-hijau yang dihasilkan oleh ginjal,
terutama terdiri dari air, garam, urea, kreatinin, dan produk metabolik
lainnya.
4) Sampel lainnya
a. Bronchoalveolar lavage (BAL) diperoleh dengan mencuci bronkus / alveoli
dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
b. Calculi ('batu') adalah endapan kristal keras yang terbentuk di berbagai
rongga tubuh seperti ginjal.
c. Cairan dialisis (extracorporeal atau peritoneal) adalah cairan yang tersisa
setelah dialisis telah dilakukan.
d. Gastric lavage adalah spesimen yang diperoleh dengan cara mencuci
lambung dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
e. Rambut (kepala, aksila, atau kemaluan) kadang digunakan untuk menilai
keterpaparan baru-baru ini terhadap racun seperti obat-obatan terlarang
atau logam berat.
f. Potongan kuku atau kuku (jari atau kaki) kadang digunakan untuk menilai
terpapar obat-obatan terlarang atau logam berat.
g. Swab (olesan) hidung adalah cairan yang dikumpulkan ke kapas dari dalam
hidung
h. Cairan oral adalah campuran air liur, cairan gingivial crevicular (cairan
antara gigi / gusi), sisa-sisa seluler, darah, lendir, partikel makanan, dan
bahan lain yang dikumpulkan dari mulut.
i. Isi perut dari (i) aspirasi gastrik, (ii) cuci lambung, (iii) muntahan, atau (iv)
residu di perut saat otopsi.
j. Spesimen jaringan diperoleh dengan pembedahan atau postmortem.
Jaringan yang diperoleh dari janin dan / atau plasenta kadang dapat
digunakan untuk analisis.
k. Sampel biopsi adalah sampel kecil jaringan yang diperoleh dengan teknik
sampling spesialis.
l. Muntahan mencerminkan komposisi aspirasi gastrik
5) Serum
Bila darah utuh dibiarkan (15 menit, suhu kamar) dalam tabung kosong
(tidak ada antikoagulan), bentuk gumpalan yang akan ditarik cukup untuk
memungkinkan serum dikumpulkan. Untuk banyak analisis, serum lebih disukai
daripada plasma karena menghasilkan lebih sedikit presipitat (fibrin) pada
pembekuan dan pencairan.
6) Plasma
Pemisahan plasma dari darah utuh dengan antikoagulan biasanya
memerlukan sentrifugasi. Hubungan antara diameter rotor dari pusat,
kecepatan sentrifugasi dan gaya sentrifugal relatif (G-force) ditetapkan. Pada
sentrifugasi darah utuh dengan antikoagulan (2000 g, 10 menit, 2-8°C jika
perlu), maka akan terpisah menjadi tiga lapisan: lapisan bawah (biasanya sekitar
45% volume) terdiri dari sel darah merah; lapisan tipis antara sel darah putih
dan platelet yang disebut “buffy coat”.
7) Sel darah
Untuk mengumpulkan eritrosit, darah heparinisasi disentrifugasi (2000
g, 10 menit), plasma, buffy coat dan 10% eritrosit teratas (terutama retikulosit)
dikeluarkan, dan sisa eritrosit dicuci dengan larutan garam isotonik, untuk
menghilangkan plasma yang terperangkap.
8) Urin
Spesimen urin yang berbeda, misalnya acak, pagi hari, 24 jam, dapat
dikumpulkan dalam perjalanan studi metabolik atau lainnya. Dalam studi
metabolisme, penting untuk mencatat waktu awal dan akhir periode
pengumpulan sehingga tingkat produksi urin dapat dihitung. Sampel urin acak
adalah spesimen midstream – diberi pengawet, seperti 2 mol asam klorida per
liter ditambahkan setelahnya. Urin segar berwarna kuning / kuning-hijau,
namun pada penyimpanan dalam larutan asam berubah warna menjadi
kuning / coklat dan bahkan sampai coklat tua karena oksidasi urobilinogen
menjadi urobilin. Kristal, terutama asam urat dan kalsium oksalat, dapat
menyebabkan kekeruhan.
9) Isi lambung
Spesimen ini meliputi muntahan, aspirasi lambung dan cairan lambung
serta isi perut pada postmortem. Sifat sampel ini bisa sangat bervariasi dan
prosedur tambahan seperti homogenisasi diikuti dengan penyaringan dan /
atau sentrifugasi mungkin diperlukan untuk menghasilkan cairan yang dapat
diperiksa.
10) Faeces
Analisis feces jarang dilakukan, namun kadang-kadang analisis obat dan
kemungkinan metabolit mungkin diperlukan dalam studi farmakokinetik dan
metabolisme. Analisis mungkin juga diminta jika, misalnya, muncul pertanyaan
tentang kebocoran obat dari paket obat antemortem yang ditelan. Tidak seperti
plasma, urin, dan sampel cairan lainnya, faeces tidak homogen, dan oleh karena
itu seringkali diperlukan untuk menganalisis keseluruhan sampel atau
menghomogenkan seluruh sampel dan membuktikan bahwa fraksi yang diambil
untuk analisis mewakili keseluruhan.
11) Jaringan
Spesimen histologi biasanya dikumpulkan ke dalam bahan pengawet
seperti formalin (larutan formaldehyde dalam air). Perlakuan awal semacam itu
harus diingat jika analisis toksikologi dilanjutkan. Sampel jaringan yang
diperoleh postmortem biasanya disimpan pada suhu 4°C.

Hasil analisis dalam toksikologi analitis bisa di anggap tidak berharga jika pengumpulan
HASIL sampel, pengangkutan, dan penyimpanan tidak dilakukan dengan baik dan benar
meskipun analysisnya telah dilakukan dengan hati-hati. Jadi penting untuk memahami
sifat dan stabilitas analit, sifat matriks sampel, dan keadaan dimana analisis harus
dilakukan. Dokumentasi sejarah sampel yang benar (asal, cara pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, dan data pendukung) sangat penting.
1) Pengambilan sampel
Pengambilan Spesimen Toksikologi Seringkali penyebab keracunan tidak
diketahui, tantangan khusus untuk memilih dan mengumpulkan spesimen untuk
investigasi toksikologi ante-mortem dan post-mortem. Spesimen post-mortem
mungkin banyak dan dapat memberikan beberapa kesulitan khusus dibandingkan
dengan spesimen klinis Pengumpulan spesimen toksikologi terutama pada mayat
dapat dilakukan tanpa pebedahan atau ketika otopsi. Untuk berbagai organ
misalnya jantung, paru paru, otak dan limfa tidak ada perlakuan khusus; yang perlu
diperhatikan adalah jangan sampai terjadi kontaminasi silang. Semua spesimen
yang diperoleh ditempatkan pada wadah inert, tertutup rapat dan steril.
a. PENGAMBILAN SAMPEL DARAH POST MORTEM
A. Vena Femoralis
a. Vena femoralis (tanpa pembedahan)

• Jenazah diposisikan terlentang (posisi anatomis)


• Penusukan dilakukan menggunakan spuit pada lipatan inguinal, pada
titik tengah antara spina iliaca anterior superior (SIAS) dan simfisis pubis
Atau,
• Pemeriksa berdiri menghadap ke kranial jenazah, lalu letakkan jari
telunjuk tangan kiri pada SIAS kiri dan ibu jari kiri pada tuberkel pubis
kiri, maka lokasi vena femoralis berada pada pertemuan antara pangkal
ibu jari dan jari telunjuk
• Aspirasi darah menggunakan tangan kanan sesuai volume yang
dibutuhkan.
b. Vena femoralis Dengan Pembedahan/insisi
• Temukan posisi vena femoralis
• Lakukan penyayatan kulit
• Jepit menggunakan klem
• Aspirasi menggunakan spuit
B. Vena Subclavia
1) Dari arah atas: masukkan jarum di
sepanjang tepi medial
sternocleidomastoid 2 - 3 cm sidik
jari di atas klavikula
2) Dari arah tengah: masukkan jarum
di puncak segitiga yang dibentuk
oleh kepala otot sternokleidomastoid dan klavikula
3) Dari arah bawah: masukkan jarum di tepi posterior (lateral)
sternokleidomastoid antara mastoid dan klavikula
C. Darah jantung
Lapisan perikardium dibuka dan diangkat (a-c) dan
darah diaspirasi menggunakan jarum suntik, dari
kompartemen kanan (d)
b. URIN
• Untuk mendapatkan urin langsung tanpa bedah, jarum dapat dimasukkan
langsung melalui dinding perut bagian bawah, tepat di atas simfisis pubis ,
• Untuk korban yang menjalani otopsi, spesimen urin harus diambil langsung dari
kandung kemih.

c. GASTRIC CONTENTS

• Gambar 1-2
mengikat
ujung

lambung sebelum mengeluarkannya dari blok organ (3).


• Gambar 4 seluruh isi lambung harus dikumpulkan dan dicampur.

Gastric Lavage (Pencucian lambung)
a. Melaui hidung atau mulut
b. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam karena overdosis obat
c. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
d. Untuk mengambil contoh racun dari dalam tubuh, sampai dengan
menguras isi lambung sampai bersih.
e. Anak-anak: Menggunakan air hangat atau Nacl 0,9 %, 10ml/kgBB
f. Dewasa: menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan.
d. AIR LIUR
• Hindari makan dan minum (kecuali air putih),
merokok, mengunyah permen karet,
menggosok gigi, ataupun menggunakan cairan
pembersih mulut setidaknya 10 sampai 15
menit sebelum mengambil spesimen.
• Air liur harus dibiarkan mengumpul di mulut
sampai keinginan untuk menelan terjadi sebelum dikeluarkan ke dalam wadah
pengumpul
• Merangsang aliran air liur dapat memudahkan koleksi volume yang relatif besar
dalam waktu singkat.
• Pada anak anak biasanya digunakan aplikator
e. RAMBUT
• R a m b u t h a r u
vertex kepala.
• M e s k i p u n r a m
(mis pubis, aksila) dapat digunakan, tetapi
interpretasi temuan analisis mungkin lebih
kompleks.
• Rambut biasanya diikat dengan ketebalan pena/pensil, digunting sedekat
mungkin dari kulit kepala.
• Dibungkus dalam aluminium foil dan disimpan dalam kondisi kering dalam gelap
pada suhu kamar.
f. HATI


• Konsentrasi xenobiotik di lobus proksimal ke lambung dapat secara artifisial
meningkat melalui difusi postmortem dalam kasus overdosis oral.
• Penggunaan jaringan dari jauh di dalam lobus hati kanan lebih disukai.
• Empedu harus dikumpulkan sebelum spesimen hati, untuk mencegah
kontaminasi.
• Hati juga memiliki kelebihan bahwa itu adalah organ metabolisme utama,
jumlah yang cukup tersedia untuk analisis, dan cukup homogen dan relatif tidak
terpengaruh oleh redistribusi postmortem atau difusi post-mortem.
• Pada gambar terakhir, pengambilan pada bagian dalam lobus hati kanan.
g. JANTUNG
• Spesimen otot jantung juga bisa menjadi contoh
yang berguna Identifikasi XB.
• Meskipun tidak ada teknik khusus untuk
memperoleh
otot jantung,
• Spesimen dari ventrikel kiri telah dilaporkan oleh
beberapa penulis

h. PARU-PARU
• Tidak ada
teknik khusus pengambilan spesimen
paru-paru
• Bagian kanan dan kiri dipisahkan
• Sebaiknya diambil sampel dari apeks pada
pangkal paru kanan (garis putus-putus).

i. VITREOUS
• Ada dua cara langsung aspirasi (seperti pada gambar) atau bedah
j. CAIRAN EMPEDU
1) Kantung empedu terbuka, diikat untuk mengurangi kontaminasi,
2) empedu diaspirasi menggunakan jarum suntik hipodermik.

k. OTOT:
• Pada tempat suntikan mengandung konsentrasi obat yang tinggi
• Kokain yang tidak stabil dalam darah, telah diidentifikasi dalam banyak
kasus otot rangka kering yang membusuk;
• Diambil spesimen otot iliopsoas (kanan atau kiri bagian lumbar tulang
belakang) dikumpulkan

l. CAIRAN KETUBAN
• Cairan ketuban telah digunakan untuk menyelidiki paparan obat prenatal
🡪Amniosentesis
• Sebuah jarum dimasukkan melalui perut ke dalam rahim 🡪 harus hati
jangan sampai mengenai plasenta plasenta atau janin.
• Pengumpulan cairan ketuban biasanya dilakukan bersamaan dengan USG
visualisasi untuk mengurangi risiko merusak janin yang sedang
berkembang.
• Cairan yang diambil: 5-30mL
2) Penyimpanan Sampel
Spesimen harus disimpan pada suhu yang sesuai, dengan pengawet yang
memadai. Penyimpanan jangka pendek -🡪suhu yang didinginkan (4oC) Penyimpanan
jangka panjang (lebih dari 2 minggu) 🡪 dibekukan (−20◦C atau lebih rendah) Rambut
dan kuku yang dapat disimpan pada suhu ruang. Tujuan penyimpanan supaya
spesimen tidak rusak, maka haruslah diperhatikan hal hal sebagai berikut:
a. Penyimpanan spesimen dijaga agar tidak tercemar atau terjadi kontaminasi
silang
b. Wadah barang bukti diamankan
c. Wadah haruslah cukup besar (minimal 1,3 kali lebih besar dari ukuran
spesimen)
d. Tutup harus betul betul rapat/tidak bocor
e. Tiap jenis spesimen disimpan pada tempat tempat tersendiri dan jangan
dicampur.

3) Pengawet pada spesimen


1. Darah
• Pengawetan spesimen darah dengan natrium fluorida (NaF) (2% b / v)
adalah rutin di sebagian besar laboratorium.
• Banyak digunakan tabung komersial mengandung natrium fluorida sebagai
pengawet dan kalium oksalat sebagai antikoagulan.
• Penghambatan mikroorganisme dan enzim dengan NaF penting untuk analit
yang biasa ditemui seperti etanol, kokain dan lain-lain.
• Fluoride bertindak sebagai inhibitor enzim dan membantu mencegah
glikolisis. Untuk mencegah oksidasi etanol oleh eritrosit dalam sampel
darah, perlu ditambahkan Na Nitrit (0,5%b/v) setelah penambahan NaF.
• Pada volume > 10 ml perlu penambahan 30mg Na-oksalat sebagai
antikoagulan
• Jika diduga keracunan zat organik menguap tidak perlu pengawet, cukup
ditutup rapat dan darah segera diperiksa
• Keracunan CO 🡪 Sampel darah tambahkan parafin cair sampai menutupi 1-2
cm
• Kerugian menggunakan pengawet/antikoagulan: mempercepat degradasi
racun, misalnya pengawet NaF tidak boleh digunakan pada keracunan
pestisida atau senyawa organofosfor.
2. Urin
• Sampel urin untuk pemeriksaan alkohol tambah fenilmerkurinitrat
• Na-azida digunakan ntuk pengawet urin jika diduga mengandung obat
untuk untuk mencegah pembentukan fenol2
• Penyebab keracunan belum diketahui urin dijenuhkan dengan NaCl atau
HCL pekat sampai pH < 2
3. Spesimen lain
• Penyimpanan suhu dingin atau beku tidak perlu pengawet.
• Jaringan atau organ untuk pemeriksaan histopatologi formalin buffer
phosphate
• Kandung kemih diawetkan menggunakan eter

4) Pengadministrasian
a. spesimen yang akan di kirim harus dibungkus: kedap air dan disegel, diberi
label (Jenis spesimen, Nama, Tanggal pengambilan spesimen, Jenis bahan
pengawet, pengirim)
b. Disertai surat pengantar. 1. Surat pengantar kasus biasa 2. Surat pengantar
kasus pengadilan (tgl surat, no surat, maksud permintaan pemeriksaan dengan
jelas, keterangan singkat korban (gejala, kondisi sebelum keracunan, sifat
keracunan (massal atau tidak), terjadinya Kasus, Nama (NIP atau NRP) dan
alamat pengirim
c. Apabila kasus tersebut sampai ke pengadilan, selain surat pengantar perlu:
• ”berita acara penyegelan” (ditanda tangani oleh pembuat, dan disertai
saksi saksi minimum 2 orang.
• Contoh segel dengan kode dan ditambahkan lagi contoh benang segel.
d. Yang membuat/mengirim surat.
• kasus biasa :Puskesmas, dokter, Instansi.
• kasus sampai ke pengadilan dibuat: Polisi (AIP 1, pamong praja (minimal
camat)

KESIMPUL Hasil analisis dalam toksikologi analitis bisa di anggap tidak berharga jika pengumpulan
AN sampel, pengangkutan, dan penyimpanan tidak dilakukan dengan baik dan benar
meskipun analysisnya telah dilakukan dengan hati-hati. Jadi penting untuk memahami
sifat dan stabilitas analit, sifat matriks sampel, dan keadaan dimana analisis harus
dilakukan. Dokumentasi sejarah sampel yang benar (asal, cara pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, dan data pendukung) sangat penting.
DAFTAR Made Agus Gelgel Wirasuta. 2008. Analisis Toksikologi Forensik Dan Interpretasi Temuan
PUSTAKA Analisis. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55
Firman Moch, dkk. 2018. Toksikologi Klinik. Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
Power Point Pengambilan Spesimen Darah Untuk Pemeriksaan Toksikologi

Pembimbing Mahasiswa

( ) (Dinar Surya Utami)

LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA Dinar Surya Utami
HARI / TANGGAL Selasa, 28 April 2020
KEGIATAN Memahami teknik pengumpulan dan management specimen urin
TUJUAN Untuk memahami teknik pengumpulan dan management specimen urin

HASIL KEGIATAN Dapat memahami teknik pengumpulan dan management specimen urin
DASAR TEORI Urine atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasiproses terbentuknya urine ada 3 yaitu filtrasi, reabsorpsi dan
augmentas i,ka ndungan zat dalam urine terdiri dari air, zat warnea
empedu.garam mineraI dan zat racun seperti obat-obatan. urine
memiliki fungsi untuk membuang zat sisa seperti racun dari dalam
tubuh dan sebagai penunjuk dehidasi. Dengan sampel urine kita dapat
mengetahui baba seseorang menderita penyakit diabetes, tes
kehamilan dan sebagainya.
Urine sebagai sebuah sampel haruslah dijaga agar tetap steril dan
tidak ada bakteri lain yang berkembang karna dapat merusak hasil
pemeriksaan. Cara pengambilan urine juga harus diperhatikan agar
urine tidak tercemar bakteri baik yang berasal dari udara maupun
feaces, selain itu pengiriman dan pengawetan urine harus sesuai
dengan prosedur yaitu diletakkan di refrigator tidak lebih dari 2 jam,
keakuratan hasil pemeriksaan sangat bergantung pada penanganan
sampel yang baik. Oleh karena itu penting bagi kita untukmengetahui
bagaiman penanganan dan pemeriksaan sampel yang sesuai prosedur.
Urine, air seni, atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Komposisi Urin Normal
Mencerminkan kemampuan ginjal
untuk menahan dan menyerap
bahan-bahan yang penting untuk
metabolisme dan homeostasis.

Karakteristik Urin:
1. Urin adalah spesimen yang mudah dikumpulkan
2. Urin banyak mengandung substansi yang memberikan banyak
informasi tentang metabolisme tubuh
Integritas Spesimen Urin
1. Edukasi dan persiapan pasien
2. Alat pengumpulan spesimen urin yang berkualitas
3. Teknik pengambilan spesimen
4. Jenis spesimen
5. Waktu pemeriksaan
6. Pengawetan
7. Penyimpanan
8. Pengiriman
Terdapat 3 tahap proses pembentukan urine :

1. Filtrasi
glomerulus
2.Reabsorpsi
tubulus
3. Sekresi
tubulus

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa


metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan
dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urine berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui
urine. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang
tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.
Jenis spesimen urine :
 Urin sewaktu
Disebut urine sewaktu karena diambilnya sewaktu-waktu, kapan saja
saat pasien datang ke rumah sakit, tidak dibatasi oleh waktu. Spesimen
urin yang paling sering diambil karena pengambilannya mudah dan tidak
membutuhkan persiapan. Urin sewaktu digunakan sebagai uji skrining
untuk deteksi kelainan ginjal. Perlu diperhatikan riwayat diit atau
aktivitas fisik sebelumnya.
 Urin pagi
Atau biasa disebut urin pertama, spesimen urin yang paling ideal untuk
uji skrining, karena urinnya yang lebih pekat dapat mendeteksi bahan
kimia dan sedimen yang tidak ditemukan pada urin sewaktu. Spesimen
ini juga banyak digunakan untuk pemeriksaan kehamilan. Spesimen
diambil pada urin pertama setelah bangun tidur, dan segera dikirim ke
laboratorium kurang dari 2 jam.
 Urin 24 jam
Spesimen urin yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, dimulai dan
diakhiri dengan kandung kemih yang kosong. Urin ini merupakan
spesimen yang paling ideal untuk menghitung klirens kreatinin, tapi
memiliki kelemahan dalam pengumpulannya yang merepotkan pasien
terutama pada pasien rawat jalan. Biasanya digunakan untuk
pemeriksaan kuantitatif misalnya kreatinin urium urin.
 Urin puasa
Spesimen yang diambil setelah pasien puasa pada urin yang kedua
setelah urin pagi, sehingga urin tidak mengandung bahan sisa metabolit
makanan terakhir sebelum puasa. Spesimen ini digunakan untuk
skrining dan monitoring diabetes. Biasanya digunakan untuk
pemeriksaan gula darah.
 Urin 2 jam setelah makan
Spesimen diambil 2 jam setelah makan (setelah sebelumnya puasa)
untuk melihat adanya glukosuria pada monitoring pasien diabetes.
Hasilnya dibandingkan dengan urin puasa dan pemeriksaan glukosa
darah.
 Urin dari kateter
Spesimen urin diambil menggunakan kateter. Biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa kencing atau pada pemeriksaan kultur urin. Jika
urinalisis dan kultur urin diperiksa bersama, maka spesimen untuk
kultur harus diambil terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi.
 Urin porsi tengah
Cara pengambilan urin yang lebih aman dan tidak traumatik
dibandingkan dengan kateter. Pengambilan dengan porsi tengah
sebaiknya digunakan untuk setiap pemeriksaan urin rutin dan kultur
bakteri, karena kontaminasi sel epitel dan bakteri lebih sedikit.
Genetalia eksterna dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan, urin
yang pertama kali keluar dibuang, urin bagian tengah ditampung pada
pot urin, dan selanjutnya urin terakhir dibuang.
 Urin suprapubik
Pengambilan spesimen urin menggunakan jarum yang ditusukkan dari
abdomen menembus kandung kemih. Spesimen ini digunakan untuk
kultur urin dan pemeriksaan sitologi. Pengambilan spesimen ini
dilakukan juga pada bayi baru lahir dengan tali pusat yang masih ada,
teknik ini lebih mudah dilakukan pada bayi newborn karena untuk
merangsang terjadinya diuresis pada bayi tersebut. Penampungan ini
termasuk penampungan yang lebih steril dibanding teknik pengumpulan
spesimen urin pada bayi yang lainnya.

 Urin pediatrik
Pengambilan spesimen urin pada anak-anak merupakan pengambilan
urin yang paling sulit. Ada beberapa cara salah satunya menggunakan
kantong plastik khusus dengan perekat hipoalergenik. Spesimen steril
bisa didapatkan menggunakan kateter atau aspirasi suprapubik.
Sebelum melakukan pengambilan sampel untuk tes urine, terlebih
dahulu beri tahu dokter terkait obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Beberapa obat-obatan dan suplemen dapat memengaruhi kondisi urine,
sehingga hasil tes ini menjadi tidak akurat. Untuk tes urine, sebetulnya
tidak diperlukan puasa, namun tes urine terkadang dilakukan bersama
dengan pemeriksaan lain yang memerlukan puasa.
Bagi yang sudah menikah, hindari berhubungan seksual 12 jam sebelum
tes urine, karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil, walaupun
hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Alat pengambilan spesimen urin
 Glove
 Wadah/ kontainer disposibel
 Kasa steril
 Tube dengan pengawet
 Tube sentrifugasi
Persyaratan kontainer urin

1. Kontainer terbuat dari bahan inert yaitu polypropilen (PP)


2. Tutup berulir terbuat dari polyethilen (PE)
3. Terdapat label identitas pasien
4. Anti bocor
5. Lulus kelayakan produk
Teknik pengambilan spesimen urine :
- Midstream clean catch urine sample
1. Cuci tangan sampai bersih. Tujuan Anda adalah untuk
mendapatkan sampel yang hanya mengandung urin "tengah"
dan bebas dari bakteri vagina dan sel-sel lainnya.
2. Dapatkan tiga tisu pembersih
3. buka setiap lap dan letakkan di atas tisu. Anda akan
menggunakan tisu ini untuk membersihkan lubang uretra diatas
lubang vagina pada langkah berikutnya. Selalu membersihkan
kebawah dan gunakan setiap lap hanya sekali. Biarkan labia
menyebar melalui seluruh prosedur pengumpulan urin
4. buka cangkir sampel, jangan menyentuh tepi atau di dalam
‌WIPE 1: sebarkan labia dengan 2 jari. Gunakan tangan lain untuk
menghapus urethra kebawah
WIPE 2: terus memegang labia terbuka dan bersihkan ke bawah dari
uretra
WIPE 3: terus memegang labia terbuka dan bersihkan ke bawah dari
uretra
"Pastikan untuk tahan labia sambil menyeka dan jangan biarkan
sebelum buang air kecil!"
5. Tetap memegang labia terbuka, mulailah buang air kecil,
sederhana, tempat cangkir dalam aliran.
6. Saat gelas sudah setengah penuh, jeda terakhir, dan lepaskan
cangkir
7. Menyelesaikan buang air kecil ke toilet
8. dengan hati-hati tutup kembali pada cangkir sampel
9. menyerahkan sampel Anda ke perawat, atau jika ada pintu
spesimen, sampaikan melalui pintu dan membunyikan bel
10. cuci tangan sampai bersih

Setelah memahami teknik pengambilan dan pengumpulan urin,


HASIL berikutnya adalah pengepakan dan pengiriman spesimen urine. Standar
yang berlaku dalam pengepakan dan pengiriman spesimen yaitu :
A. Terdiri dari 3 lapisan pengemasan,
- Kontainer spesimen urin
- Plastik pengemas kontainer
- Kotak atau dus luar untuk pengiriman
Jadi, ketiga ini harus selalu dipatuhi berkaitan dengan terjaganya
integritas spesimen. Sertakan formulir permintaan pemeriksaan secara
benar.
Mengemas spesimen beserta formulir permintaan
Pengemasan yang tidak bisa diterima

B. Refrigator spesimen
Pertahankan suhu pengiriman seperti suhu refrigerator menggunakan
ice pack. Pastikan spesimen tidak kontak langsung dengan ice pack
sehingga specimen urin tidak membeku.

KESIMPULAN Urine, air seni, atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Cara pengambilan, pengumpulan, pengamanan, dan
pengiriman urine haruslah sesuai prosedur agar tidak terjadi
kontaminasi terhadap sampel sehingga diperoleh hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. N.d . Makalah Flebotomi. Internet :
https://www.slideshare.net/mobile/santoztoz/laporan-urine-edit .
Diakses 16 Juni 2020
Hanggara, Dian Sukma. 2018. Macam Spesimen Urin.
https://patologiklinik.com/2018/10/08/macam-spesimen-urin/.
Diakses pada tanggal 16 Juni 2020.
Hitam, Mimi. 2020. Urine. Internet :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Urine. Diakses pada tanggal 16
Junii 2020.
Ppt dan voice note. Pengumpulan dan Management Spesimen Urine.

Pembimbing Mahasiswa

( ) (Dinar Surya Utami)

Anda mungkin juga menyukai