Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam
saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu saluran empedu sekunder.
Diagnosis
Dewasa ini Ultrasound ( US) merupakan pencitraan pilihan pertama untuk mendiagnosis batu kandung empedu dengan sensitifitas
tinggi melebihi 95% sedangkan untuk deteksi batu saluran empedu sensitivitasnya relatif rendah berkisar antara 18-74%.
ERCP sangat bermanfaat dalam mendeteksi batu saluran empedu dengan sensitifitas 90%, spesivitas 98% dan akurasi 96%, tetapi
prosedur ini invasif dan dapat menimbulkan komplikasi pankreatitis dan kolangitis yang dapat berakibat fatal.
Endoscopic Ultrasonography ( EUS)
EUS adalah suatu metode pemeriksaan dengan memakai instrumen gastroskop dengan echoprobe di ujung skop yang dapat terus
berputar.
Dibandingkan dengan ultrasound transabdominal, EUS akan memberikan gambaran pencitraan yang jauh lebih jelas sebab
echoprobenya ditaruh di dekat organ yang diperiksa.
Peran EUS untuk mendiagnosis batu saluran empedu pertama kali dilaoporkan pada th 1992. hasil penelitian ini dan studi berikutnya
memperlihatkan bahwa EUS mempunyai akurasi yang sama dibandingkan ERCP dalam mendiagnosis dan menyingkirkan
koledokolitias.
Pada satu studi, sinsitivitas EUS dalam mendeteksi batu saluran empedu adalah sebesar 97% dibandingkan dengan ultrasound yang
hanya sebesar 2% dan CT 75%.
Selanjutnya EUS mempunyai nilai predikatif negatif sebesar 97% dibandingkan dengan sebesar 56% untuk US dan sebesar 75% untuk
CT.
Dalam studi ini EUS juga lebih sensitif dibandingkan dengan US dan CT dalam mendiagnosis batu saluran empedu bila saluran tidak
melebar.
Selajutnya EUS lebih sensitif dibandingkan US transabdominal atau CT untuk batu dengan diameter kurang dari 1 cm.
Beberapa studi memperlihatkan EUS dan ERCP tidak menunjukkan perbedaan dalam hal nilai sensitivitas, nilai predikatif negatif
maupun positif.
Secara keseluruhan , akurasi EUS dan ERCP untuk batu sal empedu juga tidak memperlihatkan perbedaan bermakna.
Walaupun demikian , angka kejadian komplikasi ERCP lebih tinggi bermakna dibandingkan dengan EUS. Kesulitan pemeriksaan
EUS dapat terjadi bila ada striktur pada saluran cerna bagian atas atau pasca reseksi gaster. Sayangnya tehnik pencitraan ini belum
banyak diikuti oleh praktisi kedokteran di indonesia sebab hal ini berhubungan dengan masalah latihan, pengalaman, dan tersedianya
instrumen EUS.
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography ( MRCP )
MRCP adalah tehnik pencitraan dengan gema magnet tanpa menggunakan zat kontras, instrumen, dan radiasi ion.
Pada MRCP sal empedu akan terlihat sebagai struktur yang terang karena mempunyai intensitas sinyal tinggi, sedangkan batu sal
empedu akan terlihat sebagai intensitas sinyal rendah yang dikelilingi empedu dengan intensitas sinyal tinggi, sehingga metode ini
cocok untuk mendiagnosis batu saluran empedu.
Studi terkini MRCP menunjukkan nilai sensitivitas antara 91% sampai 100% nilai spesivitas antara 92% sampai dengan 100% dan
nilai predikatif positif antara 93% sampai1100% pada keadaan dugaan batu saluran emnpedu.
Nilai diagnostik MRCP yang tinggi membuat tehnik ini makin sering dikerjakan untuk diagnostik atau ekslusi batu saluran empedu
khususnya pada pasien dengan kemungkinan kecil mengandung batu.
MRCP mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan ERCP.
Salah satu manfaat yang besar adalah pencitraan saluran empedu tanpa resiko yang berhubungan dengan instrumentasi, zat kontras,
dan radiasi.
Sebaliknya MRCP juga mempunyai limitasi mayor yaitu bukan merupakan modalitas terapi dan juga aplikasinya bergantung pada
operator, sedangkan ERCP dapat berfungsi sebagai sarana diagnostik dan terapi pada saat yang sama.
Hasil Sfingterotomi Endoskopik pada 145 pasien dengan batu sal empedu
n % .
Keberhasilan sfingterotomi 142 98
Saluran empedu bersih 123 87
Keberhasilan keseluruhan 123 85
Komplikasi 14 10 .