Anda di halaman 1dari 20

RESUME KELOMPOK 1

Konsep Dasar IPS Sekolah Dasar 1

disusun oleh:
1. Ahmad Fauzan (18129097)
2. Dini Anggraini (18129242)
3. Nilam Nurlaila
4. Syarabia Lee Apsya (18129218)
5. Ultari Cantika Herman

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2018/2019
A. Masuknya Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia

Agama Hindu-Budha pada awalnya tumbuh dan berkembang di wilayah India.


Peradaban tersebut tumbuh di lembah sungai Indus, yang perkembangannya sudah terjadi
kurang lebih 2000 tahun yang lalu.

Pada awalnya kebudayaan Hindu yang merupakan perpaduan antara bangsa Arya
(yang merupakan sekelompok pendatang) dengan bangsa Dravida (pendukung asli
kebudayaan lembah Indus). Sebagai agama, Hindu bersifat Polytheisme yaitu percaya pada
banyak dewa. Dalam agama Hindu dikenal adanya 3 dewa utama yang disebut Trimurti
(Brahma, Wisnu, Syiwa). Jauh setelah Hindu berkembang di India kemudian juga muncul
agama dan kebudayaan Budha. Agama Budha diajarkan SidhartaGautama, putra raja Sudana
dari kerajaan Kapilawastu. Agama Budha memiliki hari besar Waisak. Hari raya Waisak ini
memperingati tiga peristiwa yaitu kelahirannya Sidharta, Sidartha menerima penerangan
agung, dan juga wafatnya sang Budha. Agama Budha pernah berpengaruh besar di India.
Agama ini mengalami perkembangan pesat di India pada masa pemerintahan raja Asoka.
Pada masa pemerintahannya agama budha dijadikan sebagai agama resmi Negara.

Agama Hindu dan Buddha masuk di Indonesia sekitar abad ke 7 M, yang dibawa oleh
para Rsi maupun para Bikhhu. Harun Hadiwijono mengatakan bahwa kira-kira abad ke 15
SM. nenek moyang bangsa Indonesia memasuki Indoneisa dari daratan Cina Selatan, dengan
melewati dua jalur, yaitu jalur utara dan barat. Jalur utara melewati Jepang, Taiwan, Pilipin,
dan menyebrang di Sulawesi, Indoneisa bagian Timur, Irian dan Melanesia, sedangakan jalur
barat melewati Indo Cina, Siam, Malaya, serta menyebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Dan dari perjalan atau jalur tersebut, saya berpendapat ini merupakan salah satu cara
masuknya atau berkembanganya pengaruh agama Hindu dan Buddha di Indonesia.

Proses Masukknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia.

Peta Jalur Perdagangan Laut Asia Tenggara

Agama Hindu- Budha berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Asia Timur dan Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis,
yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan
Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi
beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India
melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan
India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya
budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau
menyebarkan agama Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti,
walaupun demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu -
Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional


tersebut menyebabkan timbulnya percampuran budaya. Misalnya saja India, negara pertama
yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu.

Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin
hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-
Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua
samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:

Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,

Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,

Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan

Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional


menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang
memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
teori yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia.

Teori Masuknya Agama Hindu Ke Indonesia

1. Teori Brahmana oleh Van Leur

Teori Brahmana dikemukakan oleh Van Leur. Menurutnya, agama hindu masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pendeta ( pemuka agama ). Namun, teori ini memiliki kelemahan
yaitu : Pemuka agama atau pendeta di larang keluar dan meninggalkan negeri. Peraturan ini
berlaku dan di pegang teguh oleh para penganut agama Hindu di India. Dengan demikian,
tidak mungkin bahwa pendeta yang menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

2. Teori Waisya oleh NJ.Krom

Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya
(pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan
kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha
datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha
kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada
angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim
tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap,
memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah
pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Teori waisya menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh
orang-orang india yang berkasta waisya. Karena mereka terdiri atas para pedagang yang
datang dan kemudia menetap di indonesia. Bahkan banyak diantara para pedagang itu kawin
dengan wanita indonesia.

3. Teori Ksatria

Ada tiga pendapat dari para ahli bagaimana kebudayaan India dan agamanya menyebar
ke Indonesia melalui golongan ksatria, Pendapat ksatria sangat menekankan pada semangat
golongan ksatria untuk berpetualang.

a. Teori Ksatria menurut C.C Berg

Penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha menurut C.C Berg adalah para petualang dari
golongan ksatria. Para Ksatria ini beberapa ada yang terlibat konflik perebutan wilayah antar
suku-suku di Indonesia. Para ksatria ini membantu memenangkan salah satu kelompok suku
yang bertikai. Sebagai rasa terimakasih atas kemenangan itu, kepala suku memberikan
hadiah berupa janji akan menikahkan salah seorang putrinya. Dari teori ini memudahkan bagi
para ksatria untuk menyebarkan tradisi Hindu-Buddha. Hal ini karena ia telah menikah
dengan anak kepala suku, yang saat itu kepala suku memang dibapakkan oleh anggota suku.
Sehingga pengaruh Hindu-Buddha mudah diterima masyarakat.

b. Teori Ksatria menurut Mookerji

Menurut pendapatnya, justru tentara Indialah yang membawa pengaruh keberadaan


Hindu-Buddha dimasa lalu. Para ksatria ini membangun koloni dan ekspansi yang terus
berkembang hingga menjadi kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan di India.

c. Teori Ksatria J.L. Moens

Teori ini lebih menitik beratkan bagaimana menghubungkan proses-proses


terbentuknya kerajaan di Indonesia pada awal abad ke 5 dengan apa yang terjadi di India di
waktu yang sama. Pada saat abad kelima, banyak kerajaan di India Selatan yang mengalami
kehancuran. Karena dalam kehancuran, para ksatrianya melarikan diri ke Indonesia. Mereka
terus berkembang di Indonesia hingga menjadi kerajaan.

Teori ini kurang meyakinkan, dan mempunyai kelemahan. Kelemahan Teori Ksatria:

1. Para ksatria tidak menguasai huruf pallawa dan Sanskerta

2. Kalau memang terjadi peristiwa penaklukan daerah di Indonesia oleh kerajaan di India,
maka sudah pasti dicatatkan dalam bukti prasastinya. Namun sampai sekarang tidak ada.
Kalaupun ada, misal prasasti Tanjore, yang menceritakan penaklukan kerajaan Sriwijaya oleh
kerajaan Cola di India, tidak memenuhi syarat. Karena prasasti tersebut dibuat pada abad ke
11, sedangkan bukti-bukti yang harus diperlukan harus dibuat pada waktu yang jauh lebih
awal.

3. Tidak ditemukan perkawinan antara penduduk pribumi dengan ksatria

Secara keseluruhan, teori-teori diatas kurang benar. Pertama, karena kebudayaan India asli
telah mengalami akulturasi, sehingga kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia berbeda
dengan di India. Kedua, hanya kaum Brahmana yang boleh mengajarkan agama.

4. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)

Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia
dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:

a. Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar)menginginkan kehidupan yang lebih baik
daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka
dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang
sampai ke Indonesia.

b. Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap
sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan
keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan
yang lebih baik dan lebih dihargai.

Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut. a. Golongan Sudra tidak menguasai
seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang
digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak
sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.

b. Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan
dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika
mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk
menyebarkan agama Hindu.

c. Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin
mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta
diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi
kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah

5. Teori Arus Balik

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang
Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang
pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk
menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang
tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia
sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India.
Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia
yang lain.

B. Pengaruh Kebudayaan Hindu dan Budha

Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-


peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain sebagai berikut.

1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia .Sebelum masuk


pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih
bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan terhadap
arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan
pada kekuatan-kekuatan alam. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli
bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti
dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun
dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di
India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan
asli bangsa Indonesia.

2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan lahirnya kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu-
Buddha di Indonesia tampaknya belum mengenal corak pemerintahan dengan sistem
kerajaan. Sistem pemerintahan yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang
mencakup daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala suku
bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa pengaruh terhadap
terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak
Hindu antara lain Kutai, Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang
bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia adalah adanya
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Mataram lama.

3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga pendidikan.


Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana dan mempelajari satu bidang
saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-
Buddha ini menjadi cikal bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. 17
bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:

a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina, menyebutkan
bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-
Tsing melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan untuk
menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan salah satu kitab agama
Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing
menganjurkan kepada siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini
menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan
tampaknya menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di India.
Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya)
meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha yang berasal dari
Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut, kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja
Sriwijaya terhadap pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini terlihat
dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk belajar agama Buddha langsung
ke daerah kelahirannya yaitu India. Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke
Sriwijaya maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut kepada
masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama sebagai pusat pengajaran dan
pendidikan agama Buddha.

c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina pernah
berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja
sama dengan pendeta Ho-Ling yaituJnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir kitab
Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah dikenal pendidikan
agama Buddha yang kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain
untuk bersamasama mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.

d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga
menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama
merupakan suatu tempat yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
18. Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan keagamaan
bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan yang akan
digunakan sebagai sarana pendidikan dan pengajaran.

e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga pendidikan Islam
tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau
merupakan tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa
Raja Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat berkumpul para pemuda
untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti
fokus kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.

4. Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra
sangat berkembang terutama pada aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara
lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan
Majapahit.

5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi, terutama candi
Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang berkembang
sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis
tarian seperti tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian
tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan
jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa
macam bentuk kecapi, seruling dan gong.

6. Seni relief pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasan pada candi atau
sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita
epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan
epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun
pada permulaan abad ke-10. Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan mengambil
penggalan kisah yang terdapat dalam ceritaRamayana. Hiasan relief candi Penataran pada
masa Kediri mengambil epik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah Mahabharata juga
menjadi epik yang dipilih sebagai relief pada dua candi peninggalan kerajaan Majapahit, yaitu
candi Tigawangi dan candi Sukuh.

7. Seni Arca dan Patung, sebagai akibat akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur dengan
agama 
Hindu-Buddha maka beberapa keluarga raja diperdewa dalam bentuk arca yang ditempatkan
di candi makam. Arcaarca dewa tersebut dipercaya merupakan lambang keluarga raja yang
dicandikan dan tidak mustahil termasuk di dalamnya kepribadian dan watak dari keluarga raja
tersebut. Oleh karena itu, arca dewa tersebut sering diidentikkan dengan arca keluarga raja.
Seni arca yang berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian dan budaya
lokal, sehingga bukan merupakan bentuk peniruan dari India. Beberapa contoh raja yang
diarcakan adalah Raja Rajasa yang diperdewa sebagai Siwa di candi makam Kagenengan,
Raja Anusapati sebagai Siwa di candi makam Kidal,
Raja Wisnuwardhana sebagai Buddha di candi makam Tumpang.
RajaKertanegara sebagai Wairocana Locana di candi makam Segala dan Raja Kertarajasa
Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam Simping.
Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di Indonesia,
antara lain:
a. Arca batu Brahma.
b. Arca perunggu Siwa Mahadewa.
c. Arca batu Wisnu.
d. Arca-arca di Prambanan, di antaranya arca Lorojongrang.
e. Arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
f. Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.

8. Seni pertunjukan, terutama seni wayang sampai sekarang merupakan salah satu bentuk seni
yang masih populer di kalangan masyarakat Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya
seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang. Seni pertunjukan wayang tampaknya
telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak aman prasejarah.

9. Bidang seni bangunan merupakan salah satu peninggalan budaya Hindu-Buddha di


Indonesia yang sangat menonjol antara lain berupa candi dan stupa. Selain itu, terdapat pula
beberapa bangunan lain yang berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan,
seperti: ulan dan satramerupakan semacam pesanggrahan atau tempat bermalam para pe
iarah;sima adalah daerah perdikan yang berkewajiban memelihara bangunan suci di suatu
daerah; patapan adalah tempat melakukan tapa;sambasambaran yang berarti tempat
persembahan; meru merupakan bangunan berbentuk tumpang yang melambangkan gunung
Mahameru sebagai tempat tinggal dewadewa agama Hindu.

C. Bentuk – Bentuk Peninggalan Kebudayaan Hindu dan Budha

1. Peninggalan Sejarah Dari Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua yang ada di Indonesia.
Kerajaan Hindu ini berdiri pada abad ke 4 Masehi. Banyak bukti bukti yang menyatakan
keberadaan kerajaan ini, salah satunya yaitu Yupa. Yupa merupakan tiang batu yang
digunakan untuk mengikat hewan korban yang akan disembahkan kepada Brahmana.
Yupa ini ditulis dengan bahasa Sansekerta seerta huruf Pallawa. Selain itu, masih banyak
peninggalan sejarah lainnya dari Kerajaan Kutai yaitu:
 7 Buah Yupa
 Arca Arca Bulus
 Arca Batu
 Kalung Cina dari Emas
 dan lainnya.

2. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua yang ada di Pulau Jawa yang
terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor. Kerajaan ini berdiri pada abad ke 5 Masehi.
Keberadaan dari kerajaan ini ditemukan dari adanya 7 buah prasasti, yaitu antara lain
adalah:
 Prasasti Ciaruteun, ditemukan di kawasan Ciampea, Bogor. terdapat telapak
kaki raja Purnawarman serta lukisan laba laba di prasasti ini.
 Prasasti Jambu, ditemukan di sekitar bukit Koleangkak. Di prasasti ini
terdapat tulisan dengan kata Tarumayam (Tarumanegara).
 Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di sekitar kampung Muara Hilir, Bogor. Di
dalam prasasti ini terdapat lukisan telapak kakidari Airawata, Gajah
kendaraan dari Dewa Wisnu.
 Prasasti Lebak, ditemukan di kawasan Kampung Lebak, Pandeglang.
 Prasasti Tugu, ditemukan di kawasan Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
 Prasasti Pasir Awi.
 Prasasti Muara Cianten.

3. Peninggalan Kerajaan Kediri

Berikut ini beberapa peninggalan dari kerajaan Kediri di Indonesia:


 Prasasti Penumpangan
 Prasasti Talan
 Prasasti Weleri
 Prasasti Semandhing
 Prasasti  Jepun
 Prasasti Hantang
 dan lainnya

Raja yang terkenal dari Kerajaan Kediri, pada masa pemerintahannya di tahun ke 22,
membangun saluran air yang bernama Gomati dan Chadrabagha yang digunakan untuk
mengairi sawah serta mencegah terjadinya banjir.

4. Candi Gunung Sari

Candi Gunung Sari ini merupakan salah satu Candi bercorak Hindu Siwa yang ada di
Pulau Jawa. Lokasi dari candi ini  dekat dengan Candi Gunung Wukir, yang mana
menjadi tempat prasasti Canggal ditemukan.
Berikut ini adalah bentuk ciri-ciri dari candi gunung sari yang perlu anda ketahui bentuk
dan tampilannya:
 Ciri ciri dari candi ini dapat dilihat dari ornamen, arsitektur serta bentuknya
yang memang terlihat tua, bahkan lebih tua dibandingkan dengan Candi
Gunung Wukir.
 Candi ini terletak di Desa Gulon, Kec. Salam, Kab. Magelang.

Peninggalan sejarah agama Hindu masih ada selain itu yang perlu anda ketahui karena
mungkin anda juga pernah mendengar nama peninggalan ini, sebagai berikut:

1. Candi Prambanan
Candi yang dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang ini memang cukup populer
dengan cerita legendarisnya. Kisah Bandung Bondowoso serta Roro Jonggrang menjadi
salah satu cerita sejarah yang selalu ada di buku buku cerita. Candi ini dibangun pada
tahun 825 M yang terdiri dari tiga candi utama di bagian tengahnya yang menandakan
sebagai persembahan pada Dewa Trimurti. Relief dari Candi Prambabanan ini berisikan
cerita Ramayana. Bahkan kompleks candi Prambanan ini ditulis oleh Raffles ke dalam
sebuah buku yang berjudul “History of Java”.

2. Candi Gunung Wukir


Candi Hindu ini berada di Dusun Canggal, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini berada
tepat di Bukit Gunung Wukir yang menjadi daerah perbatasan dari Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Diperkirakan jika candi ini dibangun pada pemerintahan Raja Sanjaya di tahun
723 M.

Peninggalan Sejarah Budha Di Indonesia


Selain agama Hindu yang memang pertama kali mulai mengajarkan arti agamanya. Tidak
kalah, ternyata peredaran agama Buddha mulai terlihat banyak orang di Indonesia. Dan
sampai sekarang agama Buddha masih dianut oleh beberapa warga negara Indonesia,
selain itu dalam sejarah agama buddha ternyata banyak sekali meninggalkan beberapa
peninggalan yang bersejarah sebagai berikut:

1. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan Budha di Indonesia, bahkan kerajaan
ini menjadi pusat penyebaran serta pengembangan agama Budha di Indonesia. Berikut ini
beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya:
 Kompleks Candi Muara Takus. Dibangun sekitar abad XI dengan pola
nandalan yang menggunakan bahan batu bata. Salah satu candi yang
masih kokoh dan utuh di kompleks tersebut adalah Candi Mahligai.
 Prasasti Kedukan Bukit. Ditemukan di tepi Sunagi Talang pada tahun
1920. Isi dari prasasti ini menceritakan tentang perjalanan yang dilakukan
oleh Dapunta Hiyang.
 Prasasti Talang Tuo.
 Prasasti Telaga Batu
 Prasasti Kota Kapur
 Dan lainnya.

2. Candi Brahu

Candi ini dibangun dengan corak dan gaya Budha sekitar tahun 15 Masehi. Pembangunan
candi ini ditulis ke dalam sebuah prasasti suci yaitu Prasasti Alasan yang ditemukan tidak
jauh dari lokasi Candi Brahu.
Berikut keterangan dulunya tentang candi brahu yang dulunya mempunyai sejarah yang
sangat unik:
 Prasasti ini ditulis oleh Mpu Sendok sekitar tahun 861 Saka. Candi ini
digunakan sebagai tempat pembakaran dari jenazah Raja Raja yang
memerintah Kerajaan Brawijaya.
 Namun penelitian menyebutkan bahwa tak ada ditemukan sedikitpun
bekas abu jenazah dari bilik bilik candi.
Masih ada peninggalan sejarah dari agama Buddha yang mungkin ada sudah pernah liat
dan sudah pernah anda kenal karena ini sudah cukup dikenal banyak orang sebagai
berikut:
1. Candi Kalasan
Candi ini merupakan candi Budha tertua yang ada di Indonesia. Candi ini dibangun pada
778 Masehi dengan tujuan untuk pewarisan budaya yang dipersembahkan oleh Dewi
Tara. Proses pembangunan candi ini ditulis ke dalam sebuah prasasti yang dikenal dengan
Prasasti Kalasan.

2. Candi Borobudur
Dapat dikatakan bahwa Candi Borobudur merupakan candi Budha terbesar yang ada di
Indonesia. Dibangun kurang lebih sekitar 750 hingga 850 Masehi. Candi ini terbagi
menjadi 3 tingkatan, yang mana setiap tingkatannya dikelilingi oleh stupa serta dihiasi
oleh relief. Puncak dari candi ini berupa stupa yang berukuran besar.

3. Candi Sewu
Candi Budha ini berada di dalam kompleks Candi prambanan. Diperkirakan dibangun
sekitar 746 – 784 M pada masa Raja Panangkaran. Candi Sewu ini merupakan
peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Dapat dikatakan jika candi ini merupakan
candi terbesar kedua yang ada di Indonesia.

4. Candi Mendut
Candi ini merupakan candi yang berlatar belakang corak Budha yang berada di Desa
Mendut, Kabupaten Magelng. Bangunan suci ini dibangun saat masa pemerintahan Raja
Indra yang berasal dari Dinasti Syailendra sekitar tahun 824 M. Candi ini dihias
dengan unsur-unsur budaya dalam ukiran ukiran seperti bidadara, bidadari, garuda, serta
dua ekor kera.

D. Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Islam di Indonesia

Tiga Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Terdapat tiga teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia yakni Teori Gujarat, Teori
Makkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan
masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Indonesia.

Ketiga teori ini pun sebenarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam ke tiap pulau-
pulau di Indonesia, melainkan hanya menganalisis masuknya agama Islam ke Sumatera dan
Jawa, karena kedua wilayah ini merupakan sampel untuk wilayah Indonesia lainnya. Dengan
kata lain, masuknya agama Islam ke pulau tersebut menentukan perkembangan Islam ke
pulau lainnya. Berikut ini adalah ketiga teori tersebut:

1. Teori Gujarat

Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat, berdekatan
dengan Laut Arab.

Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana
pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad
ke-19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke
Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang
orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu
berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India.

Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia
dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab
terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah
keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di depan
namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan
nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.

Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau
setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas
Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mazhab Syafi’i yang di anut masyarakat muslim di
Gujarat dan Indonesia.

Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Bukti-bukti yang lebih
akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa
Islam masuk di Indonesia bukan dibawa pedagang Gujarat.

Sejarawan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa Gujarat dan kota-kota di anak benua India
hanya tempat persinggahan bagi pedagang Arab sebelum melanjutkan perjalanan ke Asia
Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi wilayah Gujarat masih
dikuasai pengaruh Hindu yang kuat.

Dari berbagai argumen teori Gujarat yang dikemukakan oleh beberapa sejarawan, ahli
antropologi, dan ahli ilmu politik, analisis mereka terlihat Hindu Sentris, karena beranggapan
bahwa seluruh perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama di Indonesia tidak
mungkin terlepas dari pengaruh India.

Teori Gujarat ini tentu terdapat kelemahannya, bila dibandingkan dengan Teori Makkah.
Untuk mengetahui lebih lanjut, di bawah ini akan dibahas tentang pandangan Teori Makkah.

2. Teori Makkah

Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Makkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.
Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA,
salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.

Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada
dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh
anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak
langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah
sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.

Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi,
melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka,
jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh
masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia.

Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan
keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan
tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama.

Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang-
orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA
ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan
bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di
Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lain nya untuk
mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold.
Dinyatakan bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai
perdagangan di Ceylon. Jika kita hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang
menyebutkan Al-Hind berarti India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan
Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM
bangsa Arab telah sampai ke Indonesia.

Hanya penyebutannya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar telah ada
hubungan antara bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab
merupakan bangsa asing pertama yang datang ke Nusantara.

3. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan
asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

Kesamaan budaya ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain:

Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai sebagai hari suci kaum Syiah atas
kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut
di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsi.

Kedua, Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran
Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan,
keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan
dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial.

Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja bahasa Arab, untuk tanda-tanda
bunyi harakat dalam pengajian Al-Qur’an tingkat awal. Huruf Sin yang ridak bergigi berasal
dari Persia, sedangkat Sin bergigi berasal dari Arab.

Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di
Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini, Teori Persia memiliki kesamaan mutlak dengan
teori Gujarat.

Kelima, Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu
ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di
Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mazhab Syafei,
sama seperti kebanyak muslim di Iran.

Namun, teori ini sukar untuk diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri sebagai salah satu peserta
seminar (1963). Alasan yang dikemukakannya adalah jika kita berpedoman kepada masuknya
agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7, hal ini berarti terjadi pada masa kekuasaan
Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan
kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di
Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad, Jadi belum mungkin Persia menduduki
kepemimpinan dunia Islam.

Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah,
dan Persia sebagai berikut:

Antara Teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya agama
Islam ke Indonesia yang berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang
melihat ajaran agama Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan Mistik di India, sedangkan
teori Persia memandang adanya kesamaan ajaran sufi di Indonesia dengan di Persia. Gujarat
dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah
ajaran Syi’ah ke Indonesia.

Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan Teori
Makkah. Tetapi teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan
perdagangan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya
dari Makkah atau dari Mesir.

Walaupun dari ketiga teori ini tidak dapat titik temu, namun mempunyai persamaan
pandangan yakni Islam sebagai agama yang dikembangkan di Indonesia melalu jalan damai.

Itulah tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat, semua tulisan yang saya sampaikan
tergantung anda memandangnya dan itulah hak anda. Terima kasih sudah membaca tulisan
ini yang jauh dari kata sempurna ini.

E. Bentuk – Bentuk Peninggalan Kebudayaan Islam di Indonesia

6 Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia beserta Gambarnya


Peninggalan Sejarah Islam Di Indonesia - Sejak agama dan kebudayaan Islam memasuki
Indonesia, terjadilah proses Islamisasi terhadap masyarakat di nusantara. Bersamaan
dengan proses Islamisasi itu, mulailah terjadi perubahan sosial budaya ke arah
pembentukan budaya baru yang bernafaskan Islam. Seperti diketahui bahwa, sebelum
kedatangan agama dan kebudayaan Islam, budaya Indonesia masih bercorak Hindu dan
Budha, namun seiring dengan masuknya budaya Islam ke Indonesia, proses integrasi
budaya Hindu - Budha dengan kebudayaan Islam pun menjadi tidak dapat dihindarkan.

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia


Perlu diketahui bahwa, dalam proses integrasi budaya tersebut, tidak terjadi ketegangan
yang berarti meskipun ada 3 unsur agama dan kebudayaan yang saling berbeda di
dalamnya. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh Islam pada masa itu tidak bersikap
memusuhi, dan justru bersifat saling merangkul. Adapun dalam proses integrasi tersebut,
beberapa peninggalan sejarah dapat kita lihat sebagai buktinya hingga kini. Apa saja
peninggalan sejarah Islam di Indonesia tersebut? Simak uraiannya berikut ini!

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia beserta Gambarnya


1. Masjid
Salah satu peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang paling banyak ditemukan hingga
kini adalah masjid. Seperti diketahui bahwa masjid merupakan tempat ibadah bagi umat
Islam, sehingga wajar jika seni arsitektur Islam satu inilah yang paling mudah kita lihat
keberadaannya saat ini.

Adapun terkait dengan kentalnya budaya Hindu dan Budha di masa awal penyebaran
Islam di Indonesia, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh akulturasi budaya lokal
yang ada saat itu. Berbeda dengan masjid-masjid di Jazirah Arab, arsitektur masjid di
Indonesia memiliki beberapa keunikan. Keunikan tersebut terletak pada susunan atapnya
yang berundak dan berbentuk limas, adanya bangunan serambi (pendopo), adanya mihrab
atau tempat imam memimpin sholat, serta wujud masjid yang umumnya berbentuk bujur
sangkar.

Pada tabel berikut, terdapat beberapa contoh masjid peninggalan sejarah Islam di
Indonesia pada masa silam.
No Nama Lokasi Peninggalan
1. Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M
2. Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M
3. Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur Abad 15 M
4. Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh Banda Aceh, DI Aceh Abad 15 M
5. Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M
6. Masjid Banten Banten, Banten Abad 15 M
7. Masjid Cirebon Cirebon, Jawa Barat Abad 15 M
8. Masjid Katangga Katangga, Sulawesi Utara Abad 16 M

2. Kaligrafi
Selain masjid, peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang masih dapat kita jumpai
hingga kini adalah seni kaligrafi. Bagi Anda yang belum tahu, kaligrafi adalah suatu seni
menulis huruf Arab dengan gaya dan susunan yang indah. Tulisan Arabnya sendiri
umumnya diambil dari potongan surat atau ayat-ayat dalam Al Quran.

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia beserta Gambarnya


Seni kaligrafi yang menjadi peninggalan sejarah Islam di Indonesia pada masa silam
dapat kita temukan sebagai hiasan ukir atau tulis misalnya pada dinding masjid, gapura,
atau pada batu nisan. Contoh beberapa seni kaligrafi pada batu nisan misalnya terdapat
pada makam beberapa orang berikut ini.
No Makam dari Lokasi Peninggalan
1. Fatima binti Maimun Gresik, Jawa Timur Abad 13 M
2. Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M
3. Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jawa Timur Abad 15 M
4. Sunan Giri Gresik, Jawa Timur Abad 15 M
5. Sunan Gunung Jati Cirebon, Jawa Barat Abad 15 M
6. Sunan Kudus dan Sunan Muria Kudus, Jawa Tengah Abad 15 M
7. Sunan Kalijaga Demak, Jawa Tengah Abad 15 M
8. Makam raja-raja Banten Imogiri Abad 16 M

3. Keraton atau Istana

Keraton atau istana yang merupakan tempat tinggal bagi raja dan keluarganya sebetulnya
telah ada sejak jaman pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. Hanya saja, setelah Islam
masuk, arsitektur keraton menjadi lebih banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Timur
Tengah. Beberapa keraton peninggalan sejarah Islam di Indonesia tersebut yang hingga
kini masih terawat misalnya Istana Kesultanan Ternate, Istana Kesultanan Tidore,
Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kesultanan Aceh, Istana Sorusuan,
Istana Raja Gowa Keraton Kasultanan, dan Keraton Pakualaman.

4. Kitab dan Kesusastraan


Peninggalan sejarah Islam di Indonesia bukan hanya dapat ditemukan dalam bentuk seni
dan gaya arsitektur. Kesusatraan juga berkembang cukup pesat setelah masuknya
pengaruh agama Islam di Indonesia. Kesusastraan tersebut tertuang dalam bentuk suluk,
hikayat, babad, dan syair. Beberapa peninggalan kesusastraan Islam di Indonesia antara
lain syair Perahu karya Hamzah Fansuri, syair Si Burung Pingai, syair Abdul Muluk,
syair gurindam dua belas karya Ali Haji, hikayat nabi-nabi, hikayat sultan-sultan Aceh,
dan hikayat penjelasan penciptaan langit dan bumi.

5. Pesantren
Sejak masuknya Islam di Indonesia, pesantren telah menjadi lembaga pendidikan agama
yang telah melahirkan banyak mubaligh. Pesantren dianggap sebagai salah satu
peninggalan sejarah Islam di Indonesia karena dianggap turut berperan serta dalam
kemajuan syiar Islam Nusantara.

Pesantren di Indonesia pertama kali dibangun pada masa kekuasaan Prabu Kertawijaya
dari Majapahit. Pesantren yang didirikan di daerah Jawa oleh Sunan Ampel ini kemudian
melahirkan banyak orang-orang terpelajar. Para santri diajari tentang banyak hal seperti
bahasa Arab, pendalaman Al Quran, kitab Kuning, tauhid, fiqih, akhlak, dan tasawuf.

Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Lasem di Rembang,
Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren Lirboyo
di Kediri, Al-Kautsar Medan, dan Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta.

Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia beserta Gambarnya


6. Tradisi
Beberapa tradisi yang hingga kini masih digunakan sebagian masyarakat Islam seperti
ziarah, sedekah, atau upacara adat Jawa sekaten juga merupakan bukti peninggalan
sejarah Islam di Indonesia yang tak bisa dilupakan begitu saja. Tradisi-tradisi tersebut
lahir karena pengaruh Islam yang berakulturasi dengan kebudayaan lokal masyarakat saat
itu.

Perta
Kelompok 6 angeli
Berdasarkan teori masuknya hindu budha di indonesia dari teori yang mana yang alasan
sangat akurat (syarabia lee apsyah)
Teori arus balik sangat lemah
Teori waisa sangat kuat => pendambahan pendapat (satria)
M nur rizal 
bpk Arwin  berdasarkan analisis pd abad 7 yaitu pd jalur pedagangan melalui jalur
sutera, berdasarkan perkembagan zaman jalur dipindah. “buther up” “top down” pada
awalnya rakyat yang menerima terdahulu dan teraliri kepada raja dan sebaliknya.

Kelompok 4 Lyna
Dampak positif dan negatif perkembangan hindu budha di indonesia

Kelompok 2 muhammad nur rizal


Bukti masuknya islam di indonesia pada abad ke 7 M

Kelompok 5 nurazizah
Perbedaan hindu dan budha

Kelompok 3 ridho otosi


Kenapa istilah wage, kliwon, masuk dalam kalender islam
Kelompok 7 ilma
Berikan contoh kepercayaan animisme dan dinamisme dalam indonesia

Anda mungkin juga menyukai