Anda di halaman 1dari 28

OUTLINE BUKU AJAR

Judul Buku Ajar : PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


Nama Calon Penulis : Dr. Oksfriani Jufri Sumampouw, S.Pi, M.Kes
NIP 198210132008121004
Program Studi-Fakultas : Ilmu Kesehatan Masyarakat/ FKM

BAB I : PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR


Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang pengendalian penyakit
menular
BAB II : SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang surveilans epidemiologi
BAB III : SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD)
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang SKD
BAB IV : Kejadian Luar Biasa
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang kejadian luar biasa
BAB V : INVESTIGASI WABAH
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang investigasi wabah
BAB VI : VEKTOR KONTROL
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang vektor kontrol
BAB VII : PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang peraturan perundangan dalam
pemberantasan penyakit menular
BAB VIII : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DALAM KEADAAN
BENCANA
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang pemberantasan penyakit
menular dalam keadaan bencana
BAB IX : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang pemberdayaan masyarakat
dalam pemberantasan penyakit menular
BAB X : SISTEM INFORMASI DALAM PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR
Tujuan Belajar : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep tentang sistem informasi dalam
pemberantasan penyakit menular
PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
(IKM-4071162)

Disusun oleh:
Dr. Oksfriani Jufri Sumampouw, M.Kes
NIP/ NIDN: 198210132008121004/ 0013108203

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
BAB I. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

1.1 Pengertian Pengendalian Penyakit Menular


Pengendalian adalah suatu tindakan aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan
terjadinya suatu kegagalan. Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria, atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan.
1.2 Pendekatan Epidemiologi Untuk Penyakit Menular
1. EPIDEMIOLOGIC TRIANGLE
Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang dikemukana oleh John
Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada
manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama host (pejamu), agent (agen), dan environment
(lingkungan). Gordon berpendapat bahwa :
a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host
(baik individu/kelompok)
c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik,
ekonomi, dan biologis)
Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit (agent) adalah suatu subtansi tertentu
yang keberadannnya atau ketidakberadannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat
menimbulkan penyakit atau memengaruhi perjalanan suatu penyakit. Environment
(lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia (Rajab, 2009)
2. WEB OF CAUTION
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori
ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa
suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi
lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting
dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut
model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup
individu. (Azwar, 1998)
3. THE WHEEL OF CAUTION
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003).
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress
mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan
biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vector
borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
(Notoatmodjo, 2003).
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang
lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi
usaha-usaha pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003).
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat mengubah
penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan
lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit. (Notoatmodjo,
2003)
4. GORDON MODEL
Gordon model yang dikenal sebagai Trias Epidemiologi memiliki tiga faktor jika ditinjau
dari sudut ekologis yaitu agent (penyebab penyakit), host (manusia), dan lingkungan
(environment). Suatu keadaan dinyatakan sehat apabila terjadi keseimbangan pada ketiga
faktor tersebut, sememntara keadaan sakit terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara tiga
faktor tersebut misalnya faktor kualitas lingkungan yang menurun sehingga memudahkan
agent penyakit masuk ke dalam tubuh manusia (Chandra, 2009).
Menurut Sumampouw (2015), ada 5 interaksi antara penjamu, bibit penyakit dan
lingkungan.
Keterangan:
Model I: Dalam model ini penjamu dalam keadaan sehat karena timbangan dalam keadaan
seimbang hasil dari interaksi bibit penyakit, penjamu dan lingkungan.
Model II: Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana bibit penyakit menjadi
lebih berat, dimana bibit penyakit mendapat kemudahan menyebabkan penyakit sehingga
penjamu menjadi sakit. Salah satu contoh keadaan ini yaitu terjadinya mutasi bibit penyakit.
Model III: Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana penjamu menjadi lebih
berat, dimana penjamu menjadi lebih peka terhadap penyakit sehingga penjamu menjadi sakit.
Contoh keadaan ini yaitu banyaknya populasi balita dimana balita masih peka terhadap
penyakit sehingga populasi tersebut rentan terhadap bibit penyakit.
Model IV: Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana terjadi pergeseran
lingkungan yang memudahkan bibit penyakit masuk ke penjamu sehingga penjamu menjadi
sakit. Contoh keadaan ini yaitu terjadinya perubahan iklim global yang menyebabkan mutasi
gen dari bibit penyakit dan populasi masyarakat peka terhadap penyakit. Selain itu, terjadinya
banjir menyebabkan penyakit akibat banjir seperti penyakit kulit dan leptosiprosis mudah
terkena pada populasi.
Model V: Dalam model ini sudah terjadi ketidakseimbangan dimana penjamu menjadi sangat
peka terhadap bibit penyakit sehingga penjamu menjadi sakit. Salah satu contoh keadaan ini
yaitu adanya pencemaran udara yang menyebabkan gangguan pada tubuh seperti kurangnya
oksigen, penyempitan saluran udara ke paru-paru karena sulfur dioksida (SO2) yang
menyebabkan jantung lemah dan pada akhirnya gagal jantung.

1.3 Permasalahan Penyelidikan Penyebab Suatu Penyakit Menular


Ada beberapa permasalahan dalam penyelidikan penyebab suatu penyakit menular, diantaranya :
1. Penyakit tidak diketahui penyebabnya
2. Tidak diketahui cara terjadinya suatu penyakit
3. Tidak diketahui sumbernya
4. Tidak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit pada manusia
5. Tidak semua petugas kesehatan memiliki ilmu dan pengetahuan epidemiologi dalam
menangani kasus penyakit

1.4 Agen Penyakit


1. Pengertian Agent Penyakit
Agent penyakit adalah makhluk hidup atau mati yang memegang peranan penting di dalam
epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
1. Golongan virus, misalnya influenza dan cacar
2. Golongan riketsia, misalnya tifus
3. Golongan bakteri, misalnya disentri
4. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, dan sebagainya
5. Golongan jamur, misalnya panu
6. Golongan cacing, misalnya cacing perut seperti ascaris, cacing kremi, cacing pita,
cacing tambang dan sebagainya (Budiarto, 2003)
2. Klasifikasi agen penyakit
Dibagi menjadi 5 kelompok :
a. Agen biologis, contohnya virus, bakteri, fungi
b. Agen kimia, dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes dan uremia atau
bersifat exogenous seperti zat kimia, allergen, debu
c. Agen nutrisi, contoh protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air
d. Agen mekanik, contoh gesekan, benturan atau pukulan yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh pejamu
e. Agen fisika, contoh panas, radiasi,dingin , kelembaban,tekanan,
kebisingan (Chandra, 2009).
1.5 Host
1. Pengertian host. Semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit. ( Rajab, 2009 )
2. Faktor intrinsik pada host
a. Genetik, misalnya penyakit herediter seperti hemophilia
b. Umur, misalnya pada usia lanjut beresiko terkena penyakit jantung
c. Jenis kelamin, misalnya penyakit hipertensi cenderung menyerang pria dan penyakit
kelenjar gondok cenderung menyerang wanita
d. Keadaan fisiologi, misalnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko penyakit anemia
e. Kekebalan, misalnya manusia yang tidak mempunyai kekebalan tubuh yang baik akan
mudah terserang penyakit
f. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang mudah kambuh
g. Sifat-sifat manusia, misalnya higiene perorangan yang buruk akan menyebabkan mudah
terserang penyakit (Budiarto,2003).
3. Faktor ekstrinsik pada host
a. Kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan
b. Ras, beberapa ras tertentu yang diduga mengidap suatu penyakit tertentu
c. Pekerjaan, keadaan atau situasi dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit
tertentu
d. Lingkungan

1.6 Lingkungan dan Reservoir


Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia ( Rajab, 2009).
Lingkungan diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu:
1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia yang meliputi
kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang dapat
mempengaruhi host.
2. Lingkungan biologi, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia namun yang
memiliki jenis dari golongan biotis (hewan,tumbuhan dan mikroorganisme)
3. Lingkungan non-fisik, yaitu lingkungan sebagai akibat dari interaksi manusia yang
meliputi sosial-budaya, norma dan adat-istiadat
(Rajab, 2009).
Hubungan antara agent host dan environment
Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agen penyakit, manusia dan lingkungan bersama
– sama saling mempengaruhi dan memperbesar satu sama lain sehingga agen penyakit baik
secara langsung maupun tidak langsung mudah masuk ke dalam tubuh manuisa. Contoh,
pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapt menimbulkan waterborne diseases
(Chandra, 2007)
Pengertian reservoir
Reservoir adalah media atau habitat tempat patogen atau agen infeksius tumbuh subur,
memperbanyak diri dan berkembangbiak dengan cepat (Timmreck, 2005).
Macam reservoir
a. Manusia
b. Hewan
c. Artropoda dan lain –lain
(Budiarto, 2003)
Tipe reservoir pada manusia, hewan dan lingkungan
a. Tipe reservoir pada manusia :
Carrier, adalah orang yang terkena infeksi tetapi belum meiliki tanda tau gejala
yang jelas, dan dapat menularkan infeksi yang diderita kepada orang lain. Carrier
memiliki 3 tipe yaitu :
1. Para carrier yang terjangkit infeksinya tidak terlihat selama infeksi itu berkembang.
2. Para carrier yang berada pada tahap inkubatori
3. Para carrier yang berada dalam tahap pemulihan
1. Orang yang terkolonisasi adalah orang yang menyimpan suatu agen infeksius namun
orang tersebut tidak terinfeksi
2. Orang yang sakit maksudnya adalah orang yang terinfeksi dan mempunyai tanda dan
gejala penyakit (Arias, 2010)
b. Tipe reservoir hewan yaitu :
1. Orang yang makan daging binatang yang menderita penyakit
2. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya
3. Binatang penderita penyakit langsun menggigit manusia (Notoatmodjo,2007)
c. Tipe reservoir pada lingkungan
Air dan tanah merupakan reservoir lingkungan utama untuk beberapa agen
patogenik bagi manusia. Contohnya Pseudomonasyang dapat hidup dan
berkembangbiak di air dan Coccidioidesadalah jamur yang hidup di tanah pada zat
organik yang busuk. Infeksi jamur ini ditularkan melalui pernapasan (Arias, 2010).
1. Chain of infection
Penularan penyakit terjadi ketika patogen atau agen meninggalkan
reservoir melalui jalan keluar (portal of exit) dan disebarkan dengan salah satu
cara penularan. Patogen atau agen penyebab penyakit memasuki tubuh melalui
jalan masuk (portal of entry) dan menginfeksi pejamu jika pejamu dalam kondisi
rentan. Rantai agen atau patogen etiologis mencakup bakteri,virus, cacing, zat
kimia atau substansi hewan atau tumbuhan atau faktor lain yang dapat
menyebabkan penyakit. Sumber atau reservoir adalah media atau habitat tempat
patogen atau agen infeksius tumbuh subur, memperbanyak diri dan
berkembangbiak dengan cepat. Reservoir mencakup manusia, hewan dan kondisi
lingkungan. Begitu agen atau patogen meninggalkan reservoir, agen
menggunakan suatu cara penularan akan berpindah ke pejamu yang rentan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Rantai paling akhir yaitu pejamu yang
rentan biasanya manusia atau hewan. Jika patogen dapat masuk ke dalam tubuh
pejamu akibatnya adalah kesakitan apabila pejamu tidak memiliki imunitas
(Timmreck, 2005).
1. Riwayat alamiah penyakit
Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan penyakit yang alami tanpa pengobatan apapun,
yang mulai terjadi dari keadaan sehat hingga timbul penyakit.
Riwayat alamiah penyakit dapat dibagi menjadi 5 kategori :
1. Tahap prapatogenesis, yaitu host masih dalam keadaan sehat namun telah terpajan
dan beresiko terhadap penyakit
2. Tahap inkubasi, yaitu bibit penyakit telah masuk ke manusia namun gejala belum
tampak
3. Tahap peyakit dini, yaitu timbul gejala penyakit, yang sifatnya masih ringan dan
masih dapat beraktivitas
4. Tahap penyakit lanjut, yaitu pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat,
penderita tidak dapat beraktivitas sehingga membutuhkan perawatan
5. Tahap akhir penyakit, yaitu pada tahap ini manusia berada dalam 5 keadaan yaitu
sehat sempurna, sembuh dengan cacat, carrier, kronis, atau meninggal
Namun ada beberapa penyakit yag kejadiannya tidak sesuai sehingga dikenal dengan
istilah
:
1. Self limiting disease, yaitu proses penyakit terhenti sendiri dan tubuh kembali normal
2. Penyakit inapparent, yaitu penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis, penderita
penyakit sudah mulai menularkan penyakitnya sebelum masa inkubasi selesai, atau
penderita penyakit tertentu mulai menularkan penyakitnya setelah gejala klinis
muncul
3. Masa latent, yaitu masa antara masuknya agen sampai penderita dapat menularkan
penyakitnya
4. Periode menular, yaitu penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan
penderita pulih atau sembuh dan pilih atau sembuh sesudah penyakit tidak
menunjukkan gejala klinis
5. Periode akut, yaitu penyakit berlangsung dalam waktu singkat
6. Periode kronis, yaitu penyakit berlangsung beberapa
tahun (Rajab,2009).
2. Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit :
a. Untuk Diagnostik
Masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika
terjadi KLB (kejadian luar biasa).
b. Untuk Pencegahan
Dengan mengetahui kuman patogen penyabab dan rantai perjalanan penyakit dapat
dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
c. Untuk Terapi
Intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap
perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. (Bustan, 2007).

1.7 Level Pencegahan Penyakit


a. Pencegahan Primer
Merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum mengidap penyakit
yaitu pada tingkat netral dan rentan.
Tujuan : agar orang yang sehat tetap sehat , mecegah orang yang sehat menjadi sakit.Pada
tingkat netral → promkes : berbagai upaya yang dilakukan terhadap orang yang sehat &
belum punya risiko.Pada tingkat rentan →perlindungan khusus
b. Pencegahan Sekunder
Merupakan tahap pencegahan yang dilakukan untuk menemukan penderita yang sakit
sedini mungkin.
Tujuan : Memperpendek masa durasi/ progresifitas penyakit, Mengubah tingkat
keganasan penyakit, Mengurangi komplikasi
c. Pencegahan tersier
Pencegahan yang dilakukan mulai tingkat klinik sampai tingkat cacat, ketika perjalanan
penyakit tidak dapat dihentikan.
Tujuan :
 Memelihara orang sakit dari pengaruh jangka panjang penyakit
 Upaya untuk mengurangi/ mencegah terjadi cacad
 Memperpanjang usia dan tingkat keparahan penyakit
1.8 Strategi Pengendalian Penyakit
Strategi pemberantasan penyakit menular berbasis wilayah memiliki pengertian bahwa
setiap wilayah administrasi pembangunan (kabupaten/kota) pemberantasan penyakit
menggunakan “Paket” pendekatan strategi sebagai berikut:
1. Intensifikasi Pencarian dan Pengobatan Kasus
Melakukan pencarian dan pengobatan secara intensif terhadap penderita, selain
mengobati dan menyembuhkan penderita yang juga merupakan upaya pokok untuk
menghilangkan sumber penularan dengan cara pemutusan mata rantai penularan. Dalam satu
wilayah kabupaten dapat dilakukan secara intensif dengan memperluas jangkauan pelayanan,
seperti pemberdayaan tenaga semi-profesional terlatih misalnya juru Malaria Desa, Juru
Kusta, dan sebagainya. Di masa mendatang sebaiknya diciptakan petugas lapangan penyakit
menular setara dengan bidan di desa untuk menekan angka kematian ibu.
Untuk penyakit tertentu yang membutuhkan konfirmasi laboratorium lebih tinggi,
memerlukan bantuan pemeriksaan yang dilakukan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Penyelidikan Penyakit (Labkes) terdekat yang secara regional harus tersedia.
Untuk beberapa penyakit menular yang memerlukan pengobatan jangka panjang seperti
halnya TBC, harus ada jaminan ketersediaan obat dan jaminan disiplin menelan obat. Oleh
sebab itu, keluarga terdekat atau tokoh masyarakat setempat dapat meminta bantuan
Pengawas Menelan Obat (PMO).
2. Memberikan Perlindungan Spesifik dan Imunisasi
Manajemen pengendalian penyakit menular dapat dilakukan dengan cara memberikan
kekebalan secara artifisial yaitu imunisasi. Cakupan imunisasi amat penting karena dapat
mencegah penyakit dalam satu wilayah. Namun, tentu saja tidak semua penyakit menular
dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya alternatif berupa
pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat


Budiarto, Eko. Dewi Anggraeni. 2003. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta :EGC.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyakit_menular
http://famsers.blogspot.com/2012/06/penertian-pengendalian-penyakit.html
Pertanyaan:
1. Jelaskan secara harafiah tentang pengendalian ?
2. Sebutkan dan Jelaskan Pendekatan Epidemiologi untuk penyakit menular ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Host, Agent dan Environment ?
4. Gambarkan konsep sehat dan sakit dalam segitiga epidemiologi ?
5. Sebutkan permasalahan yang timbul dalam penyelidikan penyakit menular !
6. Jelaskan mengenai riwayat alamiah penyakit dan tahapannya?
7. Istilah yang dipakai pada kejadian penyakit yang tidak sesuai adalah........serta berikan contoh
kasus.
8. Sebutkan manfaat dari riwayat alamiah penyakit !
9. Jelaskan level pencegahan penyakit serta tujuan dari pencegahan penyakit tersebut ?
10. Apakah dengan strategi pengendalian penyakit dapat memberantas penyakit menular ?
Berikan Tanggapan Anda!
Jawaban:
1. Pengendalian adalah suatu tindakan aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi atau
menekan terjadinya suatu kegagalan.
2. Epidemiologic Triangle: Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi
yang dikemukana oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan bahwa
timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama host
(pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan). Web Of Caution: Teori jaring-
jaring sebab akibat
/ konsep multi faktorial. Teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil
interaksi berbagai faktor. Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan
mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada
satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab
dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan
dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. The Wheel Of Caution: Seperti
halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya.
Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan.
3. Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit (agent) adalah suatu subtansi tertentu
yang keberadannnya atau ketidakberadannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat
menimbulkan penyakit atau memengaruhi perjalanan suatu penyakit. Environment
(lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia.
4.
5. Penyakit tidak diketahui penyebabnya
1. Tidak diketahui cara terjadinya suatu penyakit
2. Tidak diketahui sumbernya
3. Tidak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit pada manusia
4. Tidak semua petugas kesehatan memiliki ilmu dan pengetahuan epidemiologi dalam
menangani kasus penyakit
6. Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan penyakit yang alami tanpa pengobatan
apapun, yang mulai terjadi dari keadaan sehat hingga timbul penyakit.
Riwayat alamiah penyakit dapat dibagi menjadi 5 kategori :
1. Tahap prapatogenesis, yaitu host masih dalam keadaan sehat namun telah terpajan
dan beresiko terhadap penyakit
2. Tahap inkubasi, yaitu bibit penyakit telah masuk ke manusia namun gejala belum
tampak
3. Tahap peyakit dini, yaitu timbul gejala penyakit, yang sifatnya masih ringan dan
masih dapat beraktivitas
4. Tahap penyakit lanjut, yaitu pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat,
penderita tidak dapat beraktivitas sehingga membutuhkan perawatan
5. Tahap akhir penyakit, yaitu pada tahap ini manusia berada dalam 5 keadaan yaitu
sehat sempurna, sembuh dengan cacat, carrier, kronis, atau meninggal
7. - Self limiting disease, yaitu proses penyakit terhenti sendiri dan t ubuh kembali
normal.
- Penyakit inapparent, yaitu penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis,
penderita penyakit sudah mulai menularkan penyakitnya sebelum masa inkubasi
selesai, atau penderita penyakit tertentu mulai menularkan penyakitnya setelah
gejala klinis muncul.
- Masa latent, yaitu masa antara masuknya agen sampai penderita dapat
menularkan penyakitnya.
- Periode menular, yaitu penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan
penderita pulih atau sembuh dan pilih atau sembuh sesudah penyakit tidak
menunjukkan gejala klinis.
- Periode akut, yaitu penyakit berlangsung dalam waktu singkat.
- Periode kronis, yaitu penyakit berlangsung beberapa tahun

8. Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit :


a.Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit, misalnya jika terjadi KLB (kejadian luar biasa).
b. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyabab dan rantai
perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya
pencegahan penyakit.
c. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase paling awal.
Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.
9. - Pencegahan Primer
Merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum mengidap
penyakit yaitu pada tingkat netral dan rentan.Tujuan : agar orang yang sehat tetap
sehat , mecegah orang yang sehat menjadi sakit.Pada tingkat netral → promkes :
berbagai upaya yang dilakukan terhadap orang yang sehat & belum punya
risiko.Pada tingkat rentan →perlindungan khusus
- Pencegahan Sekunder
Merupakan tahap pencegahan yang dilakukan untuk menemukan penderita yang
sakit sedini mungkin. Tujuan : Memperpendek masa durasi/ progresifitas
penyakit, Mengubah tingkat keganasan penyakit, Mengurangi komplikasi
- Pencegahan tersier
Pencegahan yang dilakukan mulai tingkat klinik sampai tingkat cacat, ketika
perjalanan penyakit tidak dapat dihentikan.
Tujuan :
 Memelihara orang sakit dari pengaruh jangka panjang penyakit
 Upaya untuk mengurangi/ mencegah terjadi cacad
 Memperpanjang usia dan tingkat keparahan penyakit
10. Tidak, tapi dapat mengurangi penyakit menular.

Anda mungkin juga menyukai