Anda di halaman 1dari 4

RESISTENSI ANTIBIOTIKA

Oleh :
Andita Nur Wijayanti, M. Farm., Apt
Dosen Prodi D3 Farmasi, FMIPA
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

A. Latar Belakang
Penggunaan antibiotika yang tidak benar akan menyebabkan terjadinya

resistensi. Resistensi antibiotika adalah saat bakteri atau kuman kebal terhadap

pengobatan antibiotika. Antibiotik yang digunakan pada penyakit infeksi kuman

adakalanya tidak bekerja lagi terhadap kuman-kuman tertentu yang ternyata

memiliki daya tahan kuat dan menunjukkan resistensi terhadap obat tersebut.

Angka kematian akibat Resistensi Antimikroba  sampai tahun 2014  sebesar

700.000 per tahun. Tingkat resistensi bakteri di Indonesia terus meningkat dari

2013, 2016, sampai 2019 diungkapkan oleh Komite Pengendalian Resistensi

Antimikroba (KPRA). Dikutip dari CNN Indonesia, ketua KPRA mengungkapkan

bahwa bakteri yang resisten antibiotika semakin naik dari 40 persen, 60 persen,

dan saat ini mencapai 60,4 (2019).

Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN- Study)

terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli (bakteri penyebab

diare) resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%),

kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Hasil penelitian 781 pasien yang

dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap berbagai

jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol

(43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%).

1
B. Landasan Teori

1. Pengertian

Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu

mikroba yang dapat menghambat/ membunuh mikroba lain, khususnya mikroba

yang merugikan manusia (penyebab infeksi pada manusia).

2. Resistensi antibiotik

Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan

bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya, atau kadar hambat minimal.

Penyebab utama resistensi antibiotik adalah penggunaannya yang meluas dan

irrasional. Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima

antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi

antibiotik dipakai untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar

indikasi yang kurang tepat, misalnya karena virus. Terdapat beberapa faktor yang

mendukung terjadinya resistensi, antara lain:

a. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat, dalam dosis yang

terlalu rendah, diagnosa awal yang salah.

b. Faktor yang berhubungan dengan pasien: pasien dengan pengetahuan yang salah

akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam penanganan

penyakit, meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk, demam yang

masih banyak dijumpai di masyarakat. Pasien dengan kemampuan financial yang

baik akan meminta diberikan terapi yang paling baru dan mahal meskipun tidak

diperlukan .

2
3. Penggunaan antibiotik yang rasional

Rasionalitas dalam penggunaan obat apabila pasien menerima obat yang sesuai

dengan kebutuhan, untuk periode waktu yg tepat dan harga obat yang ekonomis

dengan efektifitas yang sama untuk pasien dan masyarakat. Obat, begitu pula

antibiotik, didalamnya memiliki suatu parameter/ indikator bagaimana obat bisa

dikatakan rasional atau tidak. Menurut WHO, kriteria pemakaian obat yang

rasional, antara lain:

a. Sesuai dengan indikasi penyakit

Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang

akurat.

b. Diberikan dengan dosis yang tepat

Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan kronologis penyakit.

c. Cara pemberiann dengan interval waktu pemberian yang tepat

Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.

d. Lama pemberian yang tepat

Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu

e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin

Hindari pemberian obat yang kadaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan

penyakit.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian antibiotik ini adalah

pemberian antibiotik pada kelompok khusus menurut permenkes 2011, seperti:

a. Penggunaan antibiotik pada anak

b. Penggunaan antibiotik pada wanita hamil dan menyusui

c. Penggunaan antibiotik pada usia lanjut

3
d. Penggunaan antibiotik pada insufisiensi ginjal

e. Penggunaan antibiotik pada insufisiensi hati

SARAN

1. Konsumsi antibiotik hanya saat diresepkan oleh dokter, dan jangan berlebihan.

2. Pastikan Anda menghabiskan resep antibiotik sampai tuntas. Sebab jika tidak,

antibiotik tidak dapat membunuh semua bakteri, sehingga kemungkinan masih

ada bakteri tersisa yang bisa berkembang menjadi resisten.

3. Mematuhi dosis, frekuensi penggunaan, dan lama penggunaan (dihabiskan).

4. Hindari minum antibiotik sisa yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh Anda

5. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar untuk mencegah

penyebaran mikroba.

6. Menggunakan antibiotika secara benar (minum secara teratur) bagi pasien TB

yang harus mengkonsumsi antibiotika dalam waktu yang lama

Anda mungkin juga menyukai