Anda di halaman 1dari 7

BAB 6.

STANDAR DAN PROSEDUR


(BAGIAN KEDUA)
PENDAHULUAN

Diskripsi Singkat Audit dan kontrol pada teknologi informasi dan komunikasi
dilaksanakan dengan didasarkan pada standar dan prosedur yang
berbasis beberapa standar. Standar berasal dari best practiceI atau standar
ideal industri yang berkembang di dunia. Dalam area audit dan kontrol
teknologi informasi memiliki beberapa standar yang bisa digunakan
untuk mempertajam penggunaan standar dan prosedur yang kuat.

• Mengenalkan dan memberikan pengetahuan dasar mengenai


Manfaat standard an prosedur audit yang berlaku
• Memperkenalkan sejak dini (mahasiswa) untuk mengenal lebih
jauh dunia industry yang memiliki aturan main cukup ketat
dalam implementasi dan pengendalian layanan teknologi
informasi dan komunikasi

Relevansi Standar dan prosedur audit dan kontrol pada teknologi informasi
merupakan tahapan krusial untuk mengidentifikasi beberapa aturan
main yang mengatur dunia audit dan kontrol itu sendiri. Secara khusus
teknologi informasi, memiliki beberapa aturan main berdasar beberapa
standar yang mengikat. Standar dan prosedur ini dibangun untuk
menjembatani praktek-praktek terbaik industri dan
mengimplementasikan untuk mencipatkan nilai bagi organisasi.
Materi ini sangat relevan untuk membangun kontruksi pemahaman
profesional bagi peserta didik sehingga siap nantinya terjun dan
mengadaptasi dunia industri.

Learning Outcomes Mampu menganalisis dan menggunakan teknik audit dan kontrol
PENYAJIAN
MATERI

Tata Kelola TI Albarda (2006), dalam penelitian tentang Strategi Implementasi Pemanfaatan
Teknologi Informasi Untuk Tata Kelola Organisasi (IT-Governance)
menyimpulkan bahwa Implementasi IT untuk mendukung kegiatan
operasional suatu organisasi baik dalam skala kecil maupun besar,
berkembang menjadi kebutuhan mendasar dalam menghadapi era global dan
Good Governance. Berbagai perangkat TI untuk infrastruktur, servis, maupun
aplikasi, saat ini sangat banyak tersedia di pasaran dalam berbagai bentuk dan
fungsinya. Hal ini menyebabkan banyaknya alternatif solusi TI yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan pengembangan organisasi.
Implementasi TI dalam kegiatan operasional organisasi akan memberikan
dampak yang cukup signifikan bukan hanya dari segi effisiensi kerja tetapi
juga terhadap budaya kerja baik secara personal, antar unit, maupun
keseluruhan institusi. Pengelolaan administrasi berbasis TI digunakan sebagai
kasus pada pembahasan ini. Kajian strategi akan lebih difokuskan terhadap
pengembangan SDM untuk mendukung optimalisasi pada implementasi TI
sejak tahap perencanaan, pengembangan, alih kelola, operasional sampai
dengan tahap pemeliharaan.

Josua Tarigan (2006), dalam penelitian tentang Merancang IT Governance


dengan COBIT & Sarbanes-Oxley dalam Konteks Budaya Indonesia,
mengutarakan skandal keuangan yang terjadi dalam Enron, Worldcom, Xerox
yang melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam the big five
mendapatkan respon dari Kongres Amerika Serikat, salah satunya dengan
diterbitkannya undang-undang (Sarbanex-Oxley Act) yang diprakarsai oleh
senator Paul Sarbanes (Maryland) dan wakil rakyat Michael Oxley (Ohio)
yang telah ditandatangani oleh presiden George W. Bush.

Dalam Sarbanex-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan


pembaharuan tata kelola, yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang
lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil
yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan,
pembatasan kompensasi ekskutif dan pembentukan komite audit yang
independen. Dalam tata kelola yang baik, peranan tata kelola TI merupakan
hal yang sangat penting, dalam konteks organisasi bisnis yang berkembang,
kebutuhan akan TI bukan merupakan barang yang langka, dalam konteks ini
tata kelola yang baik membutuhkan tata kelola TI yang baik. COBIT (control
objective for information and related technology) dapat digunakan sebagai tools
yang digunakan untuk mengefektifkan implementasi Sarbanes-Oxley Act.
COBIT terdiri dari 4 domain, yakni planning-organization (PO), acquisition-
implementation (AI), Delivery-support (DS) dan Monitoring (M).

COBIT & Sarbanex-Oxley merupakan tools yang telah banyak diterapkan


dalam konteks dunia Eropa dan negara lain diluar Asia. Dalam konteks Asia,
khususnya Indonesia banyak faktor yang perlu diperhatikan, khususnya
faktor psikologis masyarakat yang ada, yakni faktor budaya. Faktor budaya
merupakan hal yang signifikan perlu dipertimbangkan dalam merancang tata
kelola TI, dimana hal ini mempengaruhi keberhasilan dalam
mengimplementasikan konsep tata kelola TI yang ada.

Penelitian tentang COBIT dalam bidang pendidikan dalam hal ini perguruan
tinggi sudah pernah dilakukan. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh
Solikin, Program Magister Sistem Informasi, Departemen Teknik Informatika
Institut Teknologi Bandung yang meneliti tentang Pengelolaan informasi
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer “AMIKBANDUNG”
(STMIK “AMIKBANDUNG”). Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa
pengelolaan teknologi informasi sudah dilakukan, akan tetapi belum dikelola
dengan menggunakan pendekatan dan metoda terstruktur, sehingga sulit
untuk mengukur seberapa besar peranan teknologi informasi dalam
mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

Pada tesis tersebut dirancang sebuah model pengelolaan TI (IT Governance)


dan model audit sistem informasi (SI). Model pengelolaan TI dan model audit
sistem informasi perguruan tinggi diadopsi dari COBIT (Control Objectives for
Information and related Technology). COBIT adalah standar pengendalian yang
umum terhadap teknologi informasi, dengan memberikan kerangka kerja dan
pengendalian terhadap teknologi informasi yang dapat diterapkan dan
diterima secara internasional. Selain itu, COBIT dipilih karena dikembangkan
dengan memperhatikan keterkaitan tujuan bisnis dengan tidak melupakan
fokusnya pada teknologi informasi. Kerangka kerja COBIT bersifat umum,
oleh sebab itu harus disesuaikan dengan melihat proses bisnis dan tanggung
jawab proses teknologi informasi terhadap aktivitas perguruan tinggi.
Model tata kelola TI dan model audit ini dimaksudkan untuk membuat
pemetaan proses perencanaan dan pengorganisasian, akuisisi dan
implementasi terhadap tingkat model maturity. Model maturity adalah alat
untuk mengukur seberapa baik proses-proses sistem informasi berkembang.
Dengan model maturity manajemen dapat mengukur posisi proses sistem
informasi yang sekarang dan menilai hal yang diperlukan untuk
meningkatkannya. Model maturity terdapat pada setiap proses sistem
informasi. Alat yang digunakan untuk memetakan posisi proses sistem
informasi adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dibuat dengan
menggunakan teknik pengukuran ordinal dengan skala likert. Sedangkan
tujuan pengendalian ditetapkan dengan mempertimbangkan CSF (Critical
Success Factors), KGI (Key Goal Indicators), dan KPI (Key Performance Indicators).
Dari hasil implementasi diperoleh hasil bahwa model tata kelola TI dan model
audit sistem informasi COBIT dapat diterapkan pada proses teknologi
informasi di lingkungan perguruan tinggi, namun demikian perlu dilakukan
penyesuaian atau modifikasi terhadap prosesnya.

Alan Calder (2005) dalam risetnya mempublikasikan tentang mekanisme


penyusunan tata kelola TI dengan memfokuskan kontrol pada tipe
pengambilan keputusan dan siapa yang mengambil keputusan didasarkan
pada konteks, struktur dan aturan main yang berjalan. Setiap pengambil
keputusan memiliki area pengambilan keputusan tertentu dan melakukan
proses perencanaan (plan), melaksanakan (do), memeriksa (check), menjalankan
(act). Level pengambil keputusan di bagi dalam beberapa level, sebagai
berikut :
1. Governance Principles, risk/complience criteria, business and information
strategies, investment yang kesemuanya tersebut dilaksanakan oleh
kumpulan manajamen atas (board).
2. Application strategy, implementation, monitoring, improving yang akan
dilaksanakan oleh pihak eksekutif.
3. Project Management yang akan dilaksanakan oleh Program Office.
4. Business Process yang akan dilaksanakan oleh Business Leaders.
5. ICT Operations Processes yang akan dilaksanakan oleh IT Leaders.
Tugas & Latihan Berdasarkan hasil aktivitas kelompok pertemuan sebelumnya, masing-
masing kelompok kemudian diminta untuk
• Mencari dokumentasi standar audit dengan detail sebagai
berikut:
o Kelompok1: COBIT
o Kelompok2: COSO
o Kelompok3: ITIL
o Kelompok4: Prince2 Project Management
o Kelompok5: Information Security
o Kelompok6: Quality Management
o Kelompok7: tata kelola TI
• Setiap kelompok diminta mempresentasikan dan menjelaskan
perspektif masing-maisng standar

Rangkuman COBIT, ITIL, COSO, Prince Project Management, Information Security dan
Quality Management merupakan standar baseline untuk menjadi kompetensi
yang baik sebagai auditor teknologi informasi. Pemahaman mengenai cara
kerja, domain, prinsip dan beberapa praktek terbaik dari setiap standar akan
memberikan wacana bekerja sebagai auditor yang berkompetensi.
PENUTUP
Tes Formatif Penilaian berdasarkan hasil presentasi masing-maisng kelompok dengan
komponen sebagai berikut:
• Standar terbaru : 20 poin
• Penjelasan dan pemahamaan mengenai standar : 15 poin
• Relasi dengan standar yang lain : 15 poin
Akumulasi poin setiap kelompok akan dijadikan bahan untuk melakukan
evaluasi mengenai standar pada audit dan kontrol teknologi informasi.
Bentuk penugasan adalah presentasi kelompok.
Petunjuk Penilaian Penilaian akan didasarkan dengan detail sebagai berikut:
dan Umpan Balik
• Standar terbaru : 20 poin
• Penjelasan dan pemahamaan mengenai standar : 15 poin
• Relasi dengan standar yang lain : 15 poin
Umpan balik akan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Dosen akan memberikan pertanyaan trigger untuk
membangkitan diskusi dan argumentasi yang tepat
• Peserta kuliah lain diperbolehkan mendebat dan
mendiskusikan setiap argument dari kelompok yang lainnya
Tindak Lanjut Sebagai materi yang membahas standar maka akan dilanjutkan pada
detail pembahasan setiap komponen standar yang ada.

Anda mungkin juga menyukai