INDONESIA
S-102
ISBN:978-602-51221-4-9
Pengarang:
Harjo Susmoro
Editor:
Dyan Primana S.
Perancang Isi:
RudySalam
Desain Kover:
Untung Sugiarta
Penerbit:
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Jl. Pantai Kuta V No. 1 Ancol Timur Jakarta
Telp. 62-21-64714810 Fax: 62-21-64714819
www.pushidrosal.id
infohid@pushidrosal.id
ISI
Hal
JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR………………………………….…
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang ...................................... 1
2 Maksud dan Tujuan………..................... 4
3 Ruang Lingkup dan Tata Urut................ 4
17 Umum ................................................. 61
18 Implementasi Informasi Geospasial 62
Kelautan Indonesia Dalam
Mendukung Tol Laut…………………..
19 Penyajian Informasi Geospasial 64
Kelautan Indonesia pada Aplikasi
HDC.....................................................
BAB VI PENUTUP 68
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Pernyataan IHO tersebut, menunjukkan bahwa peran
hidrografi menjadi sentral di setiap kegiatan kemaritiman, sehingga
keberadaan Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi di Indonesia
menjadi center of gravity dalam pembangunan kemaritiman
nasional.
2
mengembangkan peran dan fungsi hidrografi dengan
mengembangkan MSDI.Terkait dengan perkembangan MSDI di
tingkat global, beberapa waktu yang lalu, PBB telah membentuk
forum khusus yang menangani informasi geospasial yaitu UN-
GGIM.United Nations Global Geospatial Information Management
(UN-GGIM) merupakan sebuah program inisiatif dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tindak lanjut dari Resolusi United
Nations Economic and Social Council (ECOSOC) No. 24/ 2011,
yang bertujuan untuk memainkan peran utama dalam menetapkan
agenda bagi pembangunan informasi geospasial global serta
mempromosikan penggunaannya dalam mengatasi berbagai
permasalahan global yang bersifat multi-dimensional dan
kompleks. Salah satu rekomendasi dari UN-GGIM adalah
mendorong perkembangan pengelolaan informasi geospasial
diantara negara-negara anggota, berbagi pengalaman dalam
penyusunan kebijakan, peraturan yang mendukung, dan strategi
pendanaan untuk mendorong dan mengembangkan langkah-
langkah terbaik dalam pengelolaan informasi geospasial serta
memfasilitasi dan mempromosikan peningkatan kapasitas di
negara-negara berkembang. Selain itu, IHO sebagai leading
sector bidang hidrografi juga memprioritaskan kerjasama dengan
UN-GGIM dalam rangka mendorong lembaga hidrografi
membangun MSDI.1 Belum lama ini IHO juga telah
menandatangani kerjasama dengan Open Geospatial Consortium
(OGC) untuk mengembangkan standar data spasial kelautan
sebagai bentuk keseriusan IHO mendorong pembangunan MSDI
sebagai program prioritas saat ini.2 Sebagai anggota IHO,
Pushidrosal juga mengikuti perkembangan teknologi MSDI di
tingkat global dengan mengirimkan personelnya untuk mengikuti
training MSDI serta aktif dalam kegiatan dan pertemuan MSDI
Working Group IHO.
Kebijakan Poros Maritim Dunia yang telah dicanangkan oleh
Presiden Joko Widodo memiliki latar belakang perlunya
1
Robert Ward. (2016). The Changing Role of National Hydrographic
Offices in the 21stCentury. International Hydrographic Bireau, Monaco.
2
IHB. (2016). Memorandum of Understanding Between The International
Hydrographic Organization And The Open Geospatial Consortium.
Monaco.
3
mengambil keuntungan dari posisi strategis Indonesia sebagai
negara kepulauan yang menjadi akses perdagangan dunia lewat
laut selama berabad-abad, namun belum memberikan kontribusi
yang signifikan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.Untuk
mewujudkannya dibutuhkan partisipasi aktif dari seluruh
pemangku kepentingan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian sesuai dengan peran masing-
masing. Adanya kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD) merupakan
momentum bagi Pushidrosal sebagai organisasi yang memiliki
greatest business terkait dengan informasi geospasial maritim
Pushidrosal untuk meningkatkan perannya baik di tingkat nasional,
regional maupun global dengan menerapkan standarisasi dan
spesifikasi MSDI yang telah ditetapkan oleh IHO untuk
membentuk, pengelolaan data dan informasi geospasial maritim
yang efektif, efisien (Maritime Geospatial Information Centre) dan
terintegrasi dengan IDSN agar berdayaguna dan memberikan
kontribusi yang signifikan bagi pembangunan maritim nasional
serta outcome bagi terdukungnya kebijakan Poros Maritim Dunia.
Untuk itu pendirian Pusat Informasi Geospasial Kelautan
Pushidrosal merupakan suatu keniscayaan dalam rangka
pelaksanaan dukungan data geospasial kelautan di Indonesia.
4
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Peran Pushidrosal Sebagai Lembaga Hidrografi
Nasional
Bab III : Perkembangan Informasi Geospasial Kelautan
Bab IV : Pendirian Pusat Informasi Spasial Kelautan
Pushidrosal
Bab V :Implemetasi Pusat Informasi Data Spasial Kelautan
Indonesia Dalam Mendukung Pembangunan Nasional dalam
Bidang Kelautan.
Bab VI : Penutup
5
BAB II
PERAN PUSHIDROSAL SEBAGAI LEMBAGA HIDROGRAFI
NASIONAL
4. Umum.
6
dalam berbagai inisiatif di kawasan Asia Pasifik dan dunia,
membutuhkan TNI Angkatan Laut Berkelas Dunia. TNI Angkatan
Laut Berkelas Dunia adalah TNI Angkatan Laut yang mampu
menghadirkan kekuatannya di berbagai penjuru dunia.TNI
Angkatan Laut yang berkelas dunia ini merupakan instrumen
pendukung dalam pencapaian visi TNI Angkatan Laut Berkelas
Dunia.
7
negara lain berpikir lebih jauh sebelum menunjukkan niat
berkonfrontasi secara langsung dan terbuka; kedua,membangun
dan mendapatkan kepercayaan dari komunitas internasional;
ketiga, meningkatkan posisi tawar di berbagai upaya penyelesaian
persoalan kawasan maupun internasional sebagai bagian integral
diplomasi pemerintah serta implementasi kebijakan politik luar
negeri; keempat, mengamankan kepentingan nasional di dalam
dan di luar kawasan.
8
informasi yang di dapat dari peta laut. Oleh karena itu, data spasial
merupakan bagian dari elemen penting Sea Power yang sangat
menunjang keberhasilan misi PMD. Secara historis Pushidrosal
telah memberikan kontribusi yang signifikan khususnya di bidang
keselamatan pelayaran, dukungan terhadap TNI AL, diplomasi
batas maritim, serta bidang lainnya dengan produk utamanya
adalah peta laut dan publikasi nautika. Hal tersebut menunjukkan
bahwa peran lembaga hidrografi memiliki kontribusi secara
langsung terhadap infrastruktur maritim nasional sebagaimana
juga telah ditegaskan dalam publikasi IHO M2 yang berbunyi:
3
IHO Publication M2. Op.cit. hal. 19.
4
Hydrographic is much more than just nautical chart, is the theme for World
Hydrography Day on 21st June 2014. It means that the most widely-known use of
hydrographic data is to make navigational (nautical) charts. Nautical charts
enable mariners to navigate their ships and boats avoiding all known dangers
along their intended routes. However, hydrographic data has many,many other
uses, too.
http://ahs.wildapricot.org/Resources/Documents/WHD2014_Background_brief.pdf
,
Diakses pada tanggal 04 Mei 2017, pukul 18.08 WIB.
9
menunjukkan angka lebih dari 1:10.5 Dalam hal ini biaya
pembangunan IDSK merupakan investasi ekonomi. Beberapa
studi yang lain menunjukkan bahwa terdapat nilai ekonomi dari
pemanfaatan teknologi geospasial di berbagai belahan dunia6
(Dapat dilihat pada Gambar 1.). Fakta lainnya yang terkait adalah
di Amerika Serikat pembangunan di sektor kelautan memberikan
nilai ekonomi yang sangat besar, seperti pada pada Tabel 1.7
Hasil
No Bidang/Kegiatan Nilai Ekonomi
Studi
5
IHO Publication Circular Letter. Op.cit. hal.44.
6
Geospatial Media. Op.cit. hal.41.
7
Committee on National Needs. Op.cit. hal. 51.
10
Wildlife Americans spent
(USDOT,
4 observation in $18.1 billion on
1999)
the coastal zone activities
78 million
Americans
participated in
(USDOT, $19 billion on boats
5 recreational
1999) and boating activities
boating, using
about 16 million
boats
The economic
(USDOT,
6 impact of cruise $11.6 billion per year
1999)
lines
11
Gambar 1.Teknologi geospasial membawa manfaat ekonomi yang
sangat signifikan bagi masyarakat di berbagai belahan dunia.
(Sumber :Geospatial Media and Communications. (2017). Global
Geospatial Industry Outlook 2017).
12
pelayaran kapal dan untuk merencanakan dan memantau posisi
seluruh pelayaran. Sebuah sistem informasi elektronik diterima
sebagai sistem yang memenuhi persyaratan tersebut”.
13
menangani hal tersebut yaitu: NCWG (Nautical Cartography
Working Group), ENCWG (ENC standards maintenance working
group), dan S-100 WG untuk mengantisipasi perkembangan
teknologi di masa depan. Kontribusi Pushidrosal dalam working
group tersebut adalah diterimanya usulan Pushidrosal dalam
membuat standar simbol dan kodefikasi digital “Building above
thewater” pada standar publikasi IHO S-4 dan S-57 Encoding
Bulletin pada Tahun 2015.
14
untuk kepentingan yang lebih luas untuk berbagai sektor
baik di level nasional, regional maupun internasional.
15
BAB III
PERKEMBANGAN INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN
9. Umum
16
pelayaran akan lebih lama dari yang direncanakan dikarenakan
kurangnya informasi dari peta laut. Penggunaan rute yang dalam
dan lebih pendek akan menghemat waktu dan biaya serta
memungkinkan penggunaan kapal yang berdimensi lebih besar
dan bermuatan lebih banyak sehingga menghasilkan keuntungan
yang signifikan bagi industri dan perdagangan. Sebagaimana
dimandatkan oleh SOLAS Chapter V12 bahwa suatu kapal tidak
layak untuk berlayar jika tidak membawa peta laut yang paling
mutakhir. Namun, data dari IHO menunjukkan bahwa setidaknya
50% perairan di seluruh dunia belum terpetakan secara merata.
International Council for Science - SCOR menyebutkan bahwa
kurang dari 10 % laut yang telah dipetakan memiliki resolusi yang
sama dengan peta bulan dan planet mars.13 Untuk memperbaiki
kondisi tersebut dibutuhkan kerjasama dan keterlibatan semua
pihak yang berkepentingan dengan maritim khususnya lembaga
hidrografi.
12
http://solasv.mcga.gov.uk/. Diakses pada hari Minggu7Mei 2017 Pukul 23.35.
13
IHO Publication Circular Letter. Op.cit. hal.44.
17
10. Global.
14
http://ggim.un.org/. Diakses pada hari Kamis 30 Maret 2017 Pukul 17.00.
15
Robert Ward. (2016). The Changing Role of National Hydrographic Offices in
the 21stCentury. International Hydrographic Bireau, Monaco.
16
IHB. (2016). Memorandum of Understanding Between The International
Hydrographic Organization And The Open Geospatial Consortium. Monaco.
18
b. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Kelautan
di Amerika Serikat.
19
datang. Visi tersebut akan membutuhkan strategi yang
berdasarkan kerangka acuan terpadu tentang pengumpulan
data, analisis dan produk informasi geospasial. Kerangka
acuan tersebut juga termasuk mekanisme untuk memastikan
komunikasi antar semua lembaga dan entitas yang terlibat
untuk meminimalkan redundansi atau tumpang tindih
kegiatan antar lembaga serta memaksimalkan efisiensi
operasionalnya. Standar dan protokol internasional terkait
pengumpulan data dan metadata untuk transformasi data
dan integrasi menggunakan OGC agar data dapat dengan
mudah diakses oleh semua pengguna melalui internet dari
single portal digital. Saat ini portal digital FGDC sudah dapat
diakses oleh pengguna di seluruh dunia.17
17
Committee on National Needs for Coastal Mapping and Charting Ocean Studies
Board Mapping Science. (2010). A Geospatial Framework for The Coastal Zone,
National Needs for Coastal Mapping and Charting. The National Academies
Press, Washington, D.C.
20
akan dilaksanakan dalam berbagai tahap, dengan
implementasi penuh yang disyaratkan pada tahun 2021.18
18
http://inspire.ec.europa.eu/about-inspire/563. Diakses pada hari Sabtu 6Mei
2017 Pukul 22.35.
19
C4ISR Architecture Working Group. (1997). C4ISR Architecture Frame Work
version 2.0.Department of Defence USA.
20
David S. Albert, John J. Garstka and Frederick P. Stein. (1999). Network
Centric Warfare : Developing and Leveraging Information Superiority. CCRP
Publisher.
21
http://www.defence.gov.au/ago/geoint.htm.Diakses pada hari Sabtu 6Mei 2017
Pukul 22.00 dan National Geospatial Intelligence Agency.(2006). GEOINT Basic
Doctrine Publication 1.0.National System for Geospatial Intelligence.National
Geospatial Intelligence Agency. USA.
21
Gambar 2.GEOINT yang didefinisikan dalam US Code,
terdiri dari citra (Imagery), Imagery Intelligence (IMINT) dan
informasi geospasial.
(Sumber :National Geospatial Intelligence Agency. (2006).
GEOINT Basic Doctrine Publication 1.0.National System
for Geospatial Intelligence.National Geospatial Intelligence
Agency. USA.)
22
UKHO. (2007). Additional Military Layers Handbook. United Kongdom
Hydrographic Office. Taunton, UK.
23
National Geospatial Intelligence Agency. (2006). GEOINT Standards Enabling a
Common Vision. National Geospatial Intelligence Agency. USA.
22
respon yang komprehensif terhadap masalah intelijen.
Disiplin GEOINT menggabungkan data dari disiplin ilmu
lainnya, seperti Human Intelligence (HUMINT), Signal
Intelligence (SIGINT), Measurement and Signatures
Intelligence (MASINT), dan Open-Source Intelligence
(OSINT). Potensi paripurna dari GEOINT dapat diwujudkan
ketika berbagai jenis data geospasial dan intelijen
digabungkan, dianalisis dengan menggunakan informasi
intelijen, kemudian diintegrasikan ke dalam produk
geospasial tunggal24 dan selanjutnya produk tersebut dapat
diakses dan ditampilkan dalam sistem C4ISR. Oleh karena
itu C4ISR dan GEOINT saling terkait serta membutuhkan
IDS yang andal.25
e. E-Navigation.
23
sistem yang lebih luas dari sekadar peta digital biasa karena
meliputi seluruh sistem sensor elektronik (GPS, Radar, AIS,
Radio pantai, Navtex, dll) dan sistem monitoring yang ada di
darat. Untuk mewujudkan hal tersebut IHO mendorong
terwujudnya infrastruktur data spasial yang handal untuk
mendukung roadmap E-navigation tersebut.
27
https://www.iho.int/mtg_docs/com_wg/TSMAD/TSMAD_Misc/S-100 Info Paper
_FinalJan2011.pdf.Diakses pada hari Minggu 7 Mei 2017 Pukul 22.00.
24
11. Regional.
28
http://www.mehsoms-sg.com/About/Background. Diakses pada hari Sabtu3Juni
2017 Pukul 22.35.
25
(INTERTANKO) dan International Chamber of Shipping (ICS) serta
dibawah koordinasi IMO.29
12. Nasional.
29
Ibid. hal. 58
30
Geospatial Media. Op.cit. hal.41.
26
lembaga pemetaan nasional. Lebih lanjut, studi ini
menemukan bahwa kapasitas kelembagaan di negara
berkembang menunjukkan bahwa program studi yang
ditawarkan untuk domain geospasial seperti geoinformatics
dan marine cartography masih sangat sedikit dengan
demikian sulit untuk menemukan tenaga kerja terampil di
bidang geospasial.
27
Selain itu, kebijakan tersebut belum menyentuh kepada
standardisasi protokol dan infrastrukturnya terutama bidang
kelautan. Kondisi tersebut sesuai dengan yang dihadapi
Amerika Serikat dan Australia sekitar 2 (dua) dekade yang
lalu, sesuai dengan yang telah dibahas pada Tinjauan
Pustaka.
28
komunikasi data secara digital namun belum memiliki
standar protokol transfer data spasial yang merupakan
komponen vital dalam infrastruktur data spasial.
29
berumur lebih dari seratus tahun. Beberapa kecelakaan di
laut terjadi akibat adanya rintangan navigasi yang belum
terpetakan disebabkan karena luasnya wilayah perairan
Indonesia. Sebagai contoh seperti yang baru-baru ini terjadi
di perairan Raja Ampat sebuah kapal pesiar berbendera
Bahama Caledonian Sky kandas karena menabrak karang
yang belum terpetakan.32 Besar kemungkinan, kecelakaan
terjadi karena terlalu percaya diri (over-relliance) dalam
menggunakan peta elektronik, sedangkan berdasarkan data
dari Pushidrosal peta elektronik di lokasi tersebut memiliki
kategori Coastal (Sekala 1: 200.000) karena tidak ada data
terbaru survei hidrografi di lokasi kecelakaan. Menurut
kaidah dalam bernavigasi peta kategori Coastal tidak dapat
digunakan untuk mendekat ke alur maupun pantai. Kejadian
tersebut memiliki dampak yang luar biasa tidak hanya bagi
keselamatan pelayaran namun juga bagi lingkungan laut dan
pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, IMO melalui
Voluntary IMO Member States Audit Scheme (VIMSAS)33
telah melakukan audit terhadap Indonesia dan terdapat
temuan bahwa sebagian besar wilayah laut Indonesia belum
di survei dalam rangka mendukung keselamatan pelayaran.
32
https://maritim.go.id/jumat-pemerintah-lakukan-survei-bersama-asuransi-kapal-
mv-caledonian-sky-di-radja-ampat/. Diakses pada hari Minggu 2 April 2017
Pukul 22.00.
33
Voluntary International Maritime Organization Member State Audit Scheme
(VIMSAS) adalah Skema audit IMO untuk Negara anggota dalam rangka
keselamatan pelayaran.www.imo.org/en/OurWork/MSAS/Documents/Voluntary.
Diakses pada hari Sabtu 1 April 2017 Pukul 22.00.
30
Gambar 4. Screen shot tampilan peta elektronik (ENCs) pada
ECDIS Caledonian Sky beberapa saat setelah kandas di atas
karang, dikirim sebagai laporan hidrografi pada tanggal 2
Maret 2017.34
(Sumber : Caledonian Sky)
31
kepentingan disebabkan tidak adanya informasi yang
lengkap sebelum menentukan zona-zona maritim tersebut.
Sebagai contoh adanya tumpang tindih antara daerah
latihan kapal selam dengan produksi migas di Selat
Madura.35 Contoh lain adalah adanya rencana reklamasi
Teluk Jakarta yang membutuhkan rencana pengaturan dan
kajian strategis yang akan banyak kepentingan seperti
rencana pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dan
perlindungan lingkungan laut Teluk Jakarta seperti pada
Gambar 5.
35
Peta Laut Indonesia nomor 82 Edisi Kesepuluh Tahun 2013 dikoreksi
s.d. BPI No. 40-2014.
32
e. Data Spasial untuk Kepentingan Diplomasi Batas
Maritim. Indonesia memiliki batas maritim dengan sepuluh
negara tetangga yang masih menyisakan berbagai
permasalahan. Perundingan batas maritim merupakan
agenda utama kebijakan politik luar negeri Indonesia yang
masih dilakukan secara terus menerus oleh Indonesia
hingga saat ini. Pushidrosal memiliki peranan yang sangat
vital dalam mendukung diplomasi batas maritim dibawah
koordinasi Kementerian Luar Negeri dengan memberikan
dukungan teknis berupa rekomendasi garis batas dari hasil
exercise dan analisis spasial yang mengacu kepada
Technical Aspects on The Law of The Sea (TALOS) sebagai
aspek teknis dari UNCLOS. Semakin lengkap dan akurat
data spasial kelautan yang tersedia, maka hasil analisis
akan semakin tajam. Hingga saat ini, data spasial dasar
yang digunakan untuk penarikan batas maritim masih
menggunakan peta laut raster dan stand-alone operation
pernomor peta laut yang dibutuhkan. Penggunaan pernomor
peta karena belum ada basisdata peta laut yang bisa
diakses menggunakan software aplikasi analisis batas
maritim. Selain data spasial dasar yang digunakan sebagai
acuan penarikan garis batas, data spasial hasil exercise
serta dokumen hasil konsinyasi dan perjanjian belum
tersimpan dalam satu sistem yang terintegrasi. Dikarenakan
dokumen hasil perjanjian tersimpan secara terpisah di arsip
Kementerian Luar Negeri,maka pada saat dilakukan
pencarian kembali dokumen lama tersebut beserta petanya
yang akan digunakan sebagai bahan pelaksanaan
perundingan mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu
yang lama. Hal tersebut akan menentukan kesiapan sebuah
diplomasi batas maritim karena data historis merupakan alat
vital dalam perundingan. Sebagai contoh penentuan garis
batas maritim RI-Singapura di Selat Singapura bagian Barat
membutuhkan rekonstruksi garis batas di Selat Singapura
bagian Tengah berdasarkanTreaty 1973 untuk mengkaji
kemungkinan-kemungkinan posisi batas maritim.36
36
S.Supriyanto, Trismadi, M.Yazid, M. Qisthi Amarona. (2009). Geodetic
33
BAB IV
PENDIRIAN PUSAT INFORMASI GEOSPASIAL KELAUTAN
PUSHIDROSAL
13. Umum
and Chart Datum Problem Arising from The Map Annexure of The
Maritime Boundary Treaties in non-WGS Datum (Lesson Learned from
Indonesia Singapore Case). Advisory Board on The Law of The Sea, International
Hydrographic Organisation. Monaco.
34
disimpan di perpustakaan dan Arsip Nasional dengan tetap terjaga
kerahasiaan data yang bersifat tertutup dan terjaga keutuhannya
dan dapat diakses kembali ketika dibutuhkan.
35
14. Pembangunan Infrastruktur Data Spasial Kelautan
Pushidrosal Yang Diharapkan
37
SDI provides a basis for spatial data discovery, evaluation, andapplication for
users and providers within all levels of government, the commercial sector, the
non-profit sector, academia and by citizens in general.IHO Publication C-17. Op.
cit. hal. 23.
36
nasional atau administrator IDSK (National Bathymetry
Steward38).
38
Stewardship.Op. cit. hal. 30.
37
organisasi yang paling tepat untuk melakukan tanggung
jawab pengelolaan data spasial perlu mempertimbangkan
beberapa kriteria diantaranya: organisasi yang bersangkutan
memiliki greatest business terkait dengan data spasial yang
dikelolanya, memiliki standar data terbaik, memiliki sistem
penyimpanan dan pemeliharaan data yang baik, bersedia
bekerjasama dengan lembaga terkait lainnya serta memiliki
nilai ekonomi yang tinggi terkait produknya.39 Dengan
alasan tersebut, Pushidrosal dapat dikatakan sebagai
lembaga yang paling memenuhi syarat dibandingkan dengan
lembaga lainnya. Namun satu hal yang masih perlu
ditingkatkan adalah sistem penyimpanan dan pemeliharaan
data.
39
Criteria for stewardshipselection.If statutory responsibility is shared or unclear,
or if there is no legislative authority, then the selection of the most appropriate
organisation to undertake the stewardship responsibilities for any particular
dataset will need to include the consideration of criteria. Op. cit. hal. 30.
40
Capacity is the ability of individuals, institutions and societies to perform
functions, solve problems, and set and achieve objectives in a sustainable
38
meningkatnya proyek dan investasi geospasial untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi berdasarkan
perkembangan lingkungan strategis yang diuraikan pada
Bab IV, dipastikan akan membutuhkan kapasitas SDM
dengan basis pengetahuan geospasial yang kuat. Hal
tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa industri
geospasial membutuhkan tenaga kerja geo-intelligent yang
berpengalaman dengan domain geospasial dan terkait
dengan konsep crowd sourcing, geografi, analisis visual dan
peramalan (prediksi).41 Basis keilmuan dasar fundamental
yang sangat mendukung industri geospasial adalah geodesi
dan geomatika.42 Bidang studi tersebut akan memperkuat
pengetahuan inti yang dibutuhkan dalam domain geospasial
khususnya dalam rangka penelitian dan pengembangan.
39
Contoh lainnya adalah pada pembuatan produk
GEOINT dibutuhkan disiplin pengetahuan dan keahlian yang
mencakup lebih dari sekedar sistem, teknologi, dan proses
namun juga pengalaman operasional. Secara spesifik
profesi tersebut disebut sebagai GEOINT Tradecraft 44 yang
meliputi bidang: Aeronautical Analysis, Cartography,
Geodetic Sciences, Geospatial Analysis, Imagery Analysis,
Imagery Sciences, Marine Analysis, Regional Analysis, dan
Source Analysis.
44
National Geospatial Intelligence Agency. Op.cit. hal. 55.
40
Research and Development Project (TRDC)45East Asia
Hydrographic Commision (EAHC). Model pyramid training
roadmap tersebut (Dapat dilihat pada Gambar 6.)adalah
salah satu bentuk penyiapan SDM yang bertahap dan
berlanjut untuk jangka panjang yang mengklasifikasikan
level kartografer menjadi 3 (tiga) yaitu: Introductory,
Intermediate, dan Advanced Technician. Model tersebut
menunjukkan bahwa profesi kartografer melewati tahapan
yang terukur dari pelatihan, pengalaman, dan evaluasi.
Proses diawali dengan pelatihan dasar marine cartography,
CAT-B dan lanjutan CAT-A, disertai dengan pengalaman On
the Job Training (OJT) dan evaluasi secara bertingkat
hingga memiliki kualifikasi instruktur.
45
TRDC(Training, Research and Development Center) the field of training and the
number of the region to support the R & D center has been established as an
organization under EAHC about the number of training programs in the field of
identification, planning, promotion, and development of leadership, promoting
research and development projects on budget support people identification, is
responsible for research and development cooperation..
46
Ibid. hal. 84.
41
Selain membutuhkan ketersediaan SDM yang andal
tugas Pushidrosal yang semakin kompleks terutama dalam
pemeliharaan IDSK, mensyaratkan kultur kerja yang bersifat
custodianship.47 Seorang data custodian bertanggungjawab
atas keberadaan fisik data, pemeliharaan, ketersediaan dan
penyebaran data sesuai dengan kepentingan organisasi.48
Sebagai data custodian, selain mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan yang tinggi juga dibutuhkan pengalaman
praktis dan fokus yang penuh sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk menjadi profesional bagi seorang data
custodian. Faktor yang mendukung custodianship berjalan
dengan baik adalah penempatan personel sesuai
keahliannya serta pembagian tugas pengelolaan data yang
efektif berdasarkan struktur jabatan dan besarnya beban
kerja. Sebagai contoh perbandingan jumlah kartografer
dengan jumlah peta yang ada harus proporsional sehingga
tidak kelebihan beban. Sejalan dengan kultur kerja yang
bersifat custodianship, diharapkan setiap kegiatan tidak
berbasis kepada project atau produk semata namun
berdasarkan kepada penyelesaian pemenuhan liputan data
spasial kelautan seluruh wilayah NKRI yang terencana.
47
Custodianship of spatial information is the act of ensuring appropriate care in
the collection, storage, maintenance and supply of the information. Land
Information. Op. cit. hal.30.
48
Responsibilities for custodians. Land Information. Op. cit. hal.30.
42
dan dipelihara oleh International Organisation for
Standardisation (ISO). Selain itu secara spesifik organisasi
yang menangani standardisasi data spasial yang juga
mengadopsi beberapa standar dari ISO adalah OGC.
Secara spesifik penyatuan standar data geografis tersebut
dikelola oleh ISO Technical Committee 211 (ISO/TC211)49
dan OGC agar sesuai dengan standar industri Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) pada umumnya. Kerjasama
antara ISO/TC211 dan OGC pada intinya adalah dalam
rangka mendefinisikan dan memelihara serta menjamin
interoperabilitas manajemen data geografi yang meliputi:
Pertama, Service Invocation Standard, yaitu standar yang
mendefinisikan interfaces yang memungkinkan sistem yang
berbeda untuk bekerja bersama atau sistem software
geoprocessing yang dapat menyatukan beberapa standar,
Kedua, Information Transactional Standards, yaitu standar
yang mendefinisikan konten informasi geospasial atau
kodefikasi informasi geospasial untuk menyatukan antara
sistem processing yang berbeda.50 Salah satu bentuk
aplikasi dari interoperabilitas sistem tersebut adalah adanya
kemudahan untuk menampilkan peta elektronik (ENC) ke
dalam web browser dengan konten data, standar tampilan
dan kemutakhiran yang sama seperti tampilan ENC pada
ECDIS (Dapat dilihat pada Gambar 7).
49
http://www.isotc211.org/. Diakses pada tanggal 07 Agustus 2017, Pukul 20.30
WIB.
50
SDI standards. Land Information. Op. cit. hal.30.
43
Gambar 7. Kombinasi peta elektronik (ENC) ke dalam web
browser dengan konten data, standar tampilan IHO S-52 dan
kemutakhiran yang sama seperti ENC.
(Sumber: Electronic Chart Center Primar Stavanger, Norwegia)
51
http://appgis.dephut.go.id/appgis/wms.aspx. Diakses pada hari Sabtu 1 April
2017 Pukul 22.00.
52
http://www.imo.org/Safety/mainframe.asp?topic_id=1369. Diakses pada hari
Sabtu 1 April 2017 Pukul 23.00.
53
IHO Publication S-100 Edition 3.0.0, April 2017, Universal Hydrographic Data
Model. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.
44
tersebut, S-100 dapat dikategorikan sebagai model standar
yang paling ideal untuk diadopsi dalam rangka
pembangunan IDSK. Selain itu, terdapat lebih dari 100
standar54ISO dan OGC yang diidentifikasi sebagai bagian
solusi permasalahan standardisasi terkait arsitektur dan
interoperabilitas serta penyebaran data spasial. Oleh karena
itu, keanggotaan dan partisipasi aktif Pushidrosal dalam
setiap kegiatan pada organisasi yang mengelola standar
internasional seperti ISO, OGC dan IHO akan memberikan
dampak yang positif dalam rangka membangun
standardisasi IDSK.
54
SDI standards.Spatial Data Infrastructure Cookbook V.1.1.New Zealand
Geospatial Office.
45
Terkait dengan percepatan pelaksanaan KSP yang
mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu
basis data, dan satu geoportal sebagai acuan teknis
pembangunan IDSN menunjukkan telah ada kebijakan
mengenai standardisasi data spasial di Indonesia. Namun
penerapan IDS yang dibangun di Indonesia masih
berorientasi kepada data spasial darat (terrestrial)
sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat dan Australia
berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dibahas pada
Bab II. Dengan adanya model standar data spasial kelautan
yang universal yaitu S-100 dapat digunakan sebagai solusi
mengatasi permasalahan sulitnya menggabungkan data
darat dan kelautan. Sebuah diagram integrasi IDSN dengan
IDSK pada Gambar 9. dapat menjadi acuan dalam
membangun koneksitas data spasial darat dengan data
spasial kelautan dan data lainnya.
55
Rancangan Rencana Strategis. Op.cit. hal. 38.
46
Gambar 9. Diagram koneksitas data spasial darat dengan
data spasial kelautan menggunakan standardisasi OGC.
(Sumber: IHO Publication C-17 - Edition 1.1.0, 2011,
Global Spatial Data Infrastructure (GSDI) Cookbook, Spatial
Data Infrastructures “The Marine Dimension”, Guidance for
Hydrographic Offices. Published by International Hydrographic
Organisation, Monaco.)
47
Prioritas utama pembaruan data hidrografi adalah
meliputi area yang dilewati oleh kapal yaitu area
pelabuhan, alur pelayaran, selat sempit, selat strategis
seperti: Selat Sunda, Selat Gelasa, Selat Karimata, dan
lainnya, serta rute-rute pelayaran internasional. Untuk
mendapatkan informasi tentang area-area tersebut dapat
menggunakan Automatic Identification System (AIS) Ship
Tracking atau GeneralBathymetric Chart of the Oceans
(GEBCO) yang menggambarkan rute-rute yang dilalui oleh
kapal (Dapat dilihat pada Gambar 10). Selanjutnya
identifikasi area dari AIS Ship Tracking tersebut digunakan
sebagai dasar perencanaan jangka panjang maupun
menengah untuk melaksanakan pengumpulan data
hidrografi dan oseanografi baik dengan survei maupun
dengan kerjasama. Untuk memenuhi prioritas utama
tersebut Pushidrosal dapat bekerjasama dengan instansi
terkait seperti Dirjen Perhubungan Laut, KKP, serta otoritas
pelabuhan khusus.
48
secara umum bidang pertahanan akan membutuhkan segala
jenis data dan informasi kelautan, namun secara spesifik
dapat ditentukan jenis data yang diperlukan yaitu kolom air
untuk mendukung operasi kapal selam, pemetaan area
ranjau dan bekas area ranjau dan area pendaratan amfibi
serta daerah latihan militer lainnya. Dari bidang lingkungan,
dibutuhkan informasi area-area konservasi laut, area
cetaceans56 serta area sensitif (PSSA57) lainnya untuk
mencegah terjadinya pencemaran akibat kecelakaan di laut.
Dalam hal ini, Pushidrosal dapat bekerjasama dengan KKP,
KLHK serta instansi terkait lainnya. Selanjutnya, data dan
informasi yang terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi
SDA laut meliputi sumur-sumur minyak, platform, pipa dan
kabel bawah laut serta instalasi lepas pantai lainnya yang
juga memiliki arti penting bagi navigasi.
49
ketelitian data. Dengan meningkatnya kuantitas data
hidrografi dan oseanografi maka dibutuhkan sistem
penyimpanan (storage) yang memadai serta data
management and assessment yang andal untuk menjamin
kualitas data tersebut. Secara umum, terobosan tersebut
akan meningkatkan kualitas data (CATZOC) yang
didominasi data hidrografi Belanda menjadi A1 atau A258
serta dapat menjawab temuan VIMSAS IMO.
58
CATZOC. IHO Publication S-65, Edition 2.0.0, April 2012 Electronic
Navigational Charts (ENCs) Production, Maintenance and Distribution Guidance.
Guide to the requirements and processes necessary to produce, maintain and
distribute ENCs. Published by International Hydrographic Organisation, Monaco.
50
Kapushidrosal dan dapat membantu tugas unsur staf Pushidrosal
dalam menyiapkan dan menyediakan kebutuhan informasi digital
terkait dengan peta laut, peta-peta tematik dan publikasi
kenautikaan.
51
akses data spasial kelautan, meliputi integrasikan teknologi,
kebijakan, standar, dan SDM di dalam sebuah lembaga pengelola
data spasial, alur sistem kerja pengelolaan data spasial yang
terstruktur, hubungan antara penyedia data dan penggunanya
dalam akses data, berbagi dan menganalisis informasi geospasial
antara instansi pemerintah terkait maupun untuk komersial,
hardware dan software serta komponen lain yang diperlukan
dalam rangka mendukung proses, danMSDI bukan merupakan
pusat penyimpanan data.
52
Teknik pendekatan dalam manajemen data hidro-
oseanografi saat ini sedang menuju era data centric dimana pada
era sebelumnya dan sampai saat ini sebagian besar kantor
hidrografi masih menggunakan pendekatan product centric.
Keuntungan pendekatan data centric adalah proses pengolahan
sebuah data yang akan menghasilkan produk disesuaikan dengan
database, sehingga produk-produk yang akan dihasilkan dari
database tersebut akan konsisten dan proses pengolahannya
akan efisien. Sebaliknya kerugian pendekatan produk centric
adalah pengolahan data akan dilakukan menyesuaikan produk-
produk yang akan dihasilkan sehingga akan tidak efisien dan
terjadi inkonsistensi informasi diantara setiap produk-produk
karena tidak dikelola dalam satu database.
53
d. Download Services. Publikasi atau perolehan data juga
dapat dilakukan dengan cara mengunduh.
54
dengan cara memproduksi peta laut multi layer, di mana selain
informasi navigasi biasa sebagaimana peta laut konvensional,
peta laut militer memiliki lembar tambahan yang transparan yang
berisi data anomali magnet, CTD, profil kecepatan suara dan lain-
lain. Hal ini akan lebih baik lagi bila dapat ditampilkan dalam
ECDIS khusus Militer yang dikenal dengan system Military ECDIS
(M-ECDIS) atau Warship ECDIS (W-ECDIS).
Ruang laut bersifat tiga dimensi, sehingga selain memiliki
bidang horisontal ruang laut juga memiliki bidang vertikal yang
terdiri dari dasar laut, kolom air, dan permukaan laut itu sendiri.
Dasar laut yang dimaksud di sini adalah dasar laut dan tanah
dibawahnya. Dasar laut jika dikaitkan dengan kadaster selanjutnya
dikenal dengan istilah kadaster dasar laut (seabed cadastre).
Kepastian dan perlindungan hukum dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan sangat dibutuhkan demi menjaga agar tidak terjadi
konflik dan tentu saja agar pihak yang berhak tidak dirugikan. Hal
ini harus didukung oleh data dan informasi kelautan yang lengkap
dan akurat. Untuk itu maka perlu dilakukan administrasi data dan
informasi kelautan melalui pengumpulan data, penyimpanan data,
dan pengelolaan data. Oleh sebab itu perlu dibentuk infrastruktur
data spasial kelautan sebagai bagian dari infrastruktur data spasial
nasional (IDSN). Sehingga akan tercipta suatu sistem yang dapat
menyajikan semua data atau informasi secara menyeluruh, akurat,
dan terbarui dalam bentuk spasial.
55
sendiri secara padu dengan satuan teman di permukaan dan
udara. Demi menjamin suatu operasi peperangan bawah air
berjalan dengan sukses, mutlak diperlukan informasi data-
data hidro-oseanografi. Dengan adanya HDC maka distribusi
data hidro-oseanografi untuk peperangan permukaan,
bawah air dan udara akan diperoleh dengan cepat, akurat
dan terjamin kerahasiaannya;
56
dalam rangka menunjang tugas pokok masing-masing
kementerian dan lembaga terkait kebijakan dan stategi kelautan.
57
a. Sharing data untuk mendukung Pusdalops
Pushidrosal.
58
yang resmi akan memberikan batasan yang jelas
sesuai kesepakatan data dan informasi yang akan di-
sharing-kan melalui Pusdalops Pushidrosal.
59
pusat penyajian data-data terkonsolidasi seputar
informasi hidrografi dan oseanografi. Data hasil survei dan
informasi yang dihasilkan dan dipersiapkan untuk
dipergunakan sebagai pendukung keputusan maupun
monitoring regular bagi Pimpinan Pushidrosal khususnya
dan pemangku kepentingan pada umumnya.
60
BAB V
IMPLEMETASI PUSAT INFORMASI DATA SPASIAL
KELAUTAN INDONESIA DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM BIDANG KELAUTAN.
17. Umum
61
juga meningkatkan keserasian antar bidang sektor dan
keterpaduan antar sektor pembangunan dengan prinsip–prinsip
pembangunan yang berkelanjutan.
62
Gambar 11. Skema Peluang Pelayanan Logistik Industri dan
Perdagangan Internasional.
63
19. Penyajian Informasi Geospasial Kelautan Indonesia
pada Aplikasi HDC.
64
Gambar 13. Tampilan informasi pelabuhan Bitung pada
HDC Pushidrosal
65
Kedua gambar diatas merupakan contoh penyediaan
informasi rute peta pelayaran yang apabila akan menuju dari-ke
pelabuhan Belawan maupun pelabuhan Bitung. Pada aplikasi
peta pelayaran informasi akan tersedia lembar peta yang berisi
data nomor peta, sekala dan datum yang dibutuhkan bagi kapal
yang akan melaksanakan pelayaran. Peta ini dapat berupa peta
kertas maupun peta digital (ENC) yang dapat diakses melalui
website resmi Pushidrosal.
66
Gambar 15. Contoh tampilan informasi peta kolaborasi pada
lokasi Teluk Jakarta.
67
BAB V
PENUTUP
68
“ Hidrografi Bukan Hanya Sekedar Peta Laut
Hidrografi Adalah Kunci Gerbang Perekonomian
dan Ujung Tombak Pertahanan Laut Suatu Negara”