Anda di halaman 1dari 5

AMPUTASI

1. PENGKAJIAN

Sebelum pembedahan stattus neurovaskuler Fungsional , extremitas harus di evaluasi melalui riwayat
pengkajian fisik ( misalnya : warna suhu, denyut nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit , respon
terhadap perubahan posisi , sensasi nyeri dan fungsi ) sebuah doppler ( alat ultrasonic yang dpat di
bawa- bawah ) dapat di gunakan untuk mengevaluasi aliran darah arteri . Keterbatasan rentang gerak
dan adanya kontraktur flexsi punggung dan lutut harus segara di ketahui , karna dapat mempengaruhi
fungsi dan keseuaian Proatestis bila pasien mngalami amputasi traumatik maka fungsi dan kondisi sisa
tungkai harus di kaji. Status peradaran darah dan fungsi ekstremitas yg sehat harus juga di kaji. Bila
infeksi atau gangren telah terjadi , pasien mungkin mngalami pembesaran pembuluh limfa , demam ,
dan push di lakukan biakan untuk menetukan terapi anti biotika yang sesuai . Staus nutrisi pasien di
evaluasi bila perlu di buat rencana perawatan nutirisi setiap masalah kesehatan yg ada , ( misalnya
dehidrasi, anemia, insufisiensi jantung, masalah respirasi kronik , diabetes melitus ) harus teridentifikasi
dan dintangami sehingga pasien berada dalam keadaan sebaik mungkin untuk mengadapi trauma
pembedahan penggunaaan kortikosteroid D, anti koagulan , pasokontrisktor, atau pasodilator, dapat
mempengaruhi penatalaksanaan dan pnyembuhan luka, status pasien di kaji penentuan reaksi
emosional pasien terhadap amputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan. Respon berduka
terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal . Meksipun bila amputasi di tujukan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi, penyesuaian psikologis mayor masih di berlakukan.
Sistem.pendukung yg memadai dan bantuan.fropesional dapat membantu pasien menghadapi keadaan
akhir setiap pembedahan amputasi .

2. DIAGNOSA

berdasarkan data pengkajian diagnosa keperawatan utama pasien dpat meliputi yang berikut :

a. Nyeri yang berhubungan dengan amputasi.

b. Perubahan sensori atau persepsi : nyeri tungkai yg berhubungan dengan amputasi

c. Kerusakan integritas kulit yg berhubungan dengan amputasi bedah

d. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan amputasi bagian tubuh

e. Berduka disfungsional yang berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh.

f. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakian , berdandan, yang berhubungan dengan kehilangan
bagian tubuh

g.gangguan mobilitas tubuh yang berhubungan dengam kehilangan ekstrimitas .

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Meredahkan nyeri . Nyeri beda dapat di kontrol segara dengan analgetika aipiod atau evaluasi
hematoma atau cairan yang terkumpul .bila.pasiean mengalami ketidaknyamanan berat
sebelum.pembedahan , nyeri pasca oprasi akan di anggap lebih ringan dan dapat di kontrol secara lebih
efektif dengan dosis minimal analgetika . Sebaliknya, nyeri dapat bercampur dengan Ekspresi kesdihan
dan perubahan citra diri dan tak dapat di kurangi dengan analgetika. Nyeri berat bisa di sebabakan
akibat tekanan berlebihan pada tonjolan rulang atau hematoma. Ahli beda harus bisa menentukan
penyebab ketidaknyamanan . Evaluasi nyeri dan respon pasien terhadap entervensi peran perawat
sangat penting dalam penatalaksanaan nyeri . Pasien yang di atasi dengan balutan gifs mengalami nyeri
yang lebih ringan daripada mereka yang di balut dengan balutan lunak . Nyeri bedah biasanya dapat di
kontrol secara efektif dengan analgetika oral dan tehnik modifikasi nyeri dalam beberapa hari.
Pembebanan berat badan minimal awal pada sisa tungkai dengan pylon ( posisi sementara) yang
terpasang akan menimbulkan sedikit rasa tidaknyaman spasimi otot dapat menambah ketidaknyamanan
pasien selama masa pemulihan .perubahan posisi pasien, memberikan kompres hangat, atau meletakan
kantung pasir ringan pada sisa tungkai untuk melakukan melawan spasmine otot dapat memperbaiki
tingkat ketidaknyamanan pasien .

Menghilangkan perubahan sensori . Pasien biasanya mengalami nyeri tungkai plantom segara setelah
pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi lebih sering terjadi pada amputasi atas lutut .
Pasien menjelaskan nyeri atau perasaan tak biasa pada bagian yang telah di amputasi sensasi tersebut
menimbulkan perasaan bahwah ekstremitasnya masih ada dan mungkin tergerus, kram atau dengan
posisi abnormal bila pasien mengeluh nyeri sensasi panton perawat perlu menjelaskan mengenai
perasaan tersebut dan membantu pasien meyesuaiakan presepsi mereka sendiri sensasi planton lama
kelamaaan akan menghilang patogenisis fenomena anggota planton tidak di ketahui menjagaa pasien
tetap aktif dapat membantu mengurangi terjadi nyeri anggota panton rehebilitasi intensif awal dan
disentisasi tehnik distraksi sangat membantu stimulasi saraf elektrik tens ultrason atau anastesi lokal
dapat memberikan pengurangan nyeri padabeberapa pasien .obat ganda sangat berguna dalam
mengontrol nyeri anggota panton penyekat beta dapat mengurangi kenyamanan tumpul rasa terbakar ,
antikospulsan dapat mengontrol nyeri dan kram dan anti depresan trisklik dapat di gunakan untuk
memperbaiki alam perasaan dan kemampuan menghadapi masalah.

Mempercepat penyembuhan luka integritas kulit telah mengalami perubahan akibat amputasi bedah
potensi masalah kesehatan yang dapat timbul berhubungan dengan kelainan pembuluh darah perifer
nutrisi ataa kondisi kesehatan lainnya sperti diabetes melitus,tungkai sisa di tangani dengan lembut
setiap kali pergantian balutan, di perlukan tehnik asektif untuk mencegah infeksi luka dan kemungkinan
osteomilitis. Pembentukan sisa tungkai sangat penting untuk pengepasan prostestis pasiem di
intruksikan membungkus sisa tungkai dengan balutan elastis (gbr.64-20 dan 64- 21) bila insisi telah
sembuh pasien di ajakan terhadap perawatan tungkai sisa .

Mengatasi berduka kehilangan ektremitas satu atau sebagian dapat menyebabkan syok meskipun
pasien telah di persiapkan sebelum.oprasi.tingkah laku pasien ( menangis, menarik diri, apati, dan
kemarahan ) dan ekspresi perasaanya ( misalnya depresi ketakutan tak berdaya ) akan menunjukan
pasien menghadapi kehilangan dan menjalani proses bersedih. Perawat harus memahami kehilangan
tersebut dengan mendengarkan dan memberikan dukungan perawat harus menciptakan penerimaan
dan dukungan dimana pasien dan keluarganya di dorong untuk mengekspresikan dan berbagi
perasaanya dan menjalani proses bersedih. Dukungan dan keluarga dan sahabat dapat meningkatkan
penerimaan terhadap kehilangan perawat membantu pasien menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang
baru dan lebih bereorientasi pada tujuan rehabilitasi yang masuk akal dan fungsi kemandrian di masa
depan rujukan pada spesialis kesehatan mwntal dan kelompok pendukung perlu dibutuhkan.

Perawatan mandiri amputasi eksremitas mempengaruhi kemampuan pasien untuk melaksananakan


perawatan diri pasien di dorong menjadi partisipan yang aktif dalam perawatan diri.pasien
membutuhkan waktu untuk menyelesaikan tugas ini dan tidak boleh terburu buru. Melakukan latihan
aktifitas dengan supervisi yang mendukung dan konsisten dalam lingkungan yang relaks memungminkan
pasien mempelajari ketrampilan perawatan diri. Pasien dan perawat harus menjaga tingkah laku yg
positif dan meminimalkan keletihan dan frustasi selama proses belajar.

4. IMPLEMENTASI

Sasaran utama pasien meliputi pengurangan nyeri, tiadannya gangguan presepsi sensori penyembuhan
luka penerimaan terhadap perubahan citra tubuh resolusi proses bersedih mandiri dalam perawatan diri
pengembalian mobiltas fisik dan tiadanya komplikasi

5. EVALUASI

Hasil yang di harapkan :

1. Tidak mengalami nyeri .

a. Tampak rileks.

b. Mengungkapkan rasa Nyaman.

c. Mempergunakan upaya untuk. meningkatkan rasa Nyaman .

d. Berpartisipasi dalam akyivitas perawatan diri dan rehabilitasi .

2. Tidak mengalami nyeri Anggota panton

a. Melapor tidak merasakan presepsi rasa pada bagian yg di amputasi .

b. Mengemukakan tiadanya perasaan tak normal pada sisa tungkai

3. Mengalami penyembuhan luka.

a. Mengontrol edema sisa tungkai

b. Mengalami jaringan perut yang sembuh, tidak nyeri tekan, tidak melekat
c . Memperlihatkan perawatan sisa tungkai.

4. Memperlihatkan peningkatan citra tubuh

a. Menerima perubahan citra tubuh.

b .berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.

C. Memperlihatkan peningkatan kemandirian.

5 . Memperlihatkan resolusi kesedihan

a .mengekspresikan kesedihan

b. Memanfaatkan keluarga dan sahabat untuk berbagai rasa

C. Memuastkan nyeri pada masa depan

6. Mencapai kemandirian keperawatan diri

a. Meminta bantuan bila di perlukan

b. Mempergunakan alat bantu dan pertolongan untuk memungkinkan perawatan diri

c. Mengungkapkan kepuasan mengemai kemampuan menjalnkan aktifitas kehidupan sehari - hari

7. Mencapai mobilitas mandiri maksimal

a. Menghindari posisi yang dapat menyebabkan terjadinya kontraktur

b. Memperlihatkan rentan gerak aktif penuh .

c . Tetap seimbang saat duduk dan berpindah

d. Meningkatnya kekuatan dan ketahanan

e. Memperlihatkan tehnik berpindah yang aman.

Anda mungkin juga menyukai