Anda di halaman 1dari 20

BAB I

CASE REPORT KATARAK

STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


A. KETERANGAN UMUM
Nama : Ny. EN
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ciamis
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2017

B. ANAMNESA
Keluhan Utama : Kontrol setelah operasi katarak di mata kanan.
Anamnesa Khusus :
Sejak 3-4 bulan yang lalu, penderita merasa penglihatan menurun secara berangsur-
angsur pada kedua mata. Penderita mengaku melihat benda seperti berbayang, lalu
nampak seperti melihat asap dan semakin lama menjadi buram.
Diagnosa penderita sebelumnya adalah katarak pada kedua mata sehinngga
dilakukan operasi pengangkatan katarak dan sudah dilakukan pada mata kanan
beberapa hari yang lalu dari tanggal pemeriksaan. Setelah mata kanan dioperasi,
penglihatan penderita membaik. Namun penglihatan pada mata kiri masiih buram.
Untuk mata kiri direncanakan operasi hari Rabu depan dari tanggal pemeriksaan.
Riwayat sakit kepala, mual dan muntah, nyeri di sekitar mata disangkal. Riwayat
mata merah dan berair disangkal. Riwayat memakai kacamata disangkal. Riwayat
benturan/pukulan pada mata disangkal. Riwayat kencing manis, darah tinggi, dan
penggunaan obat-obat kortikosteroid jangka panjang disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
KU : Compos Mentis
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

1
2. STATUS OFTAMOLOGIKUS
a. Pemeriksaan Subjektif
Visus
VOD SC : 0.5+2 ; 0.63+2 PH VOS SC : 1/60
CC :- CC :-
Koreksi : - Koreksi : -
b. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan OD OS
Posisi bola mata Orthotropia
Gerakan bola mata Duksi & versi ke segala arah
Palpasi tekanan intraokular Normal Normal
Palpebra superior &
Tenang Tenang
inferior
Konjungtiva tarsal
Tenang Tenang
superior & inferior
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Keruh
Bilik mata depan Sedang Sedang
Pupil Bulat, regular, 3 mm Tidak dapat diukur
Iris Sinekia (-) Sinekia (-)
Lensa Jernih Keruh, shadow test (+)

D. DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD + Katarak Senilis Immatur OS

E. TERAPI / MANAGEMENT
Umum : Edukasi
Khusus: ECCE + IOL OS

F. PROGNOSA
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

2
BAB II
PEMBAHASAN CASE REPORT

Dari anamnesis didapatkan:


 Seorang perempuan berusia 58 tahun (usia tua).
 Keluhan utama pandangan kedua mata buram berangsur-angsur sejak 3-4 bulan yang
lalu dari tanggal pemeriksaan.
 Keluhan pandangan seperti tertutup asap yang semakin bertambah tebal (+)
 Fotofobia (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat memakai kacamata (-)
 Riwayat konjungtivitis (-)
 Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, dan pemakaian kortikosteroid jangka panjang (-)
 Riwayat penyakit mata sebelumnya (-)

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan:


 Visus dasar mata kanan pasien adalah 0.5+2 dan visus dasar mata kiri pasien adalah 1/60
 pemeriksaan visus mata kanan dengan menggunakan pin hole  pada mata kanan
ada perbaikan visus menjadi 0.63+2 PH.
 Pada lensa mata pasien didapatkan kekeruhan di mata kiri. Dengan shadow test (+) pada
mata kiri.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat, maka ditegakkan diagnosis:
Pseudofakia OD + Katarak Senilis Immatur OS.

Tinjauan Pustaka
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Berdasarkan survey
nasional tahun 1996, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dengan 0,78% dari
populasi nasional atau 52% dari jumlah penduduk yang mengalami kebutaan adalah akibat
katarak.1

3
1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta, yang berarti air terjun.1 Katarak adalah segala bentuk kekeruhan pada lensa
mata, baik sedikit maupun menyeluruh. Namun secara klinis katarak digunakan untuk
kekeruhan lensa yang mempengaruhi ketajaman penglihatan.2

2. Etiologi
Etiologi tersering dari katarak adalah perubahan usia, sedangkan penyebab lainnya
termasuk trauma, inflamasi, gangguan nutrisi dan metabolik dan toksik obat-obatan
seperti kortikosteroid.2 Katarak juga dapat disebabkan oleh infeksi virus dimasa
pertumbuhan janin, konsumsi obat-obatan masa hamil, gangguan pertumbuhan, dan
sekunder dari kelainan mata lain.1 Berdasarkan etiologi, katarak dibagi menjadi:
1. Senilis
2. Trauma
3. Metabolik
4. Toksin
5. Komplikata
6. Infeksi maternal
7. Konsumsi obat oleh ibu pada masa gestasi
8. Katarak presenilis
9. Sindroma dengan katarak
10. Herediter
11. Katarak sekunder

3. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, zona pada lensa, dan stadium
perkembangan pada katarak senilis.1,2,3 Katarak juga diklasifikasikan berdasarkan
etiologi, morfologi, tingkat maturitas, dan kronologi.3 Berdasarkan usia, katarak dibagi
menjadi:
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senilis, katarak sesudah usia 50 tahun1

4
Katarak berdasarkan anatomi pada lensa dibagi menjadi zona subkapsular, korteks,
dan nukleus, pembagian menurut morfologi membagi katarak menjadi:
1. Kapsular
- kongenital (polaris anterior dan posterior)
- didapat
2. Subkapsular
- subkapsular posterior
- subkapsular anterior
3. Nuklear
- kongenital
- senilis
4. Kortikal
- kongenital
- senilis
5. Lamelar atau zonular
6. Sutural
7. Lain-lain
- blue dot
- membranosa
- pulveranta sentralis
- reduplikasi
Sedangkan menurut stadium perkembangannya katarak senilis dibagi menjadi
stadium insipien, imatur, matur, dan hipermatur.1,2,3

5
A. Katarak Kongenital

4
5

Slit-lamp photograph of proband in


presented a nuclear cataract. 7
6

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Penyebab tersering katarak kongenital
diantaranya adalah infeksi intrauterin, kelainan metabolik, dan kelainan genetik.
Katarak kongenital tersering dapat disebabkan oleh rubela kongenital.8 biasanya terjadi
bila ibu hamil 4 minggu pertama menderita rubela. Trias sindroma rubela9 (mata-
telinga-jantung) :
1. Kerusakan mata: katarak, mikroftalmus, retinopati berpigmen
2. Kerusakan telinga: tuli karena kerusakan pada alat korti
3. VSD: Ventrikular Septal defek.
Terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih
seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau
total. Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubela dapat
dengan mudah melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk atau terjepit didalam

6
vesikel lensa dan bertahan didalam lensa sampai bayi berusia 1-2 tahun bahkan sampai
3 tahun. 2,9
Kekeruhan pada katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan
gambaran morfologik.1 Bentuk-bentuk katarak kongenital diantaranya:
- Katarak piramidalis atau polaris anterior 2,9
- Katarak piramidalis atau polaris posterior 2,9
- Katarak zonularis atau lamelaris 2,9
- Katarak pungtata2
- Arteri hialoidea yang persisten 9
- Katarak aksilaris 9
- Katarak stelata 9
- Katarak totalis 9
- Katarak kongenita membranasea 9

B. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mula terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. 2
Katarak juvenil terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa.
Konsistensinya lembek seperti bubur disebut juga soft cataract. Pada katarak juvenil
bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan pertama sejak katarak itu
diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap biasanya akibat trauma, tindakan
pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui
untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus. Tindakan pembedahannya
dinamakan ekstraksi linier. 9

7
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya seperti: 2
1. Katarak metabolik
- Katarak diabetik dan galaktosemia
- Katarak hipokalsemik (tetanik)
- Katarak defisiensi gizi
- Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
- Penyakit Wilson
- Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
- Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
- Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)
- Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner
dan retinis pigmentosa, dan neoplasma)
- Katarak anoksik
- Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, bisulfan, dan
besi)
- Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,
khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom
- Katarak radiasi

C. Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun.2 Pada katarak senilis terjadi penurunan penglihatan secara
bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi salah
satu penyebab kebutaan di dunia saat ini. Hal ini sangat disayangkan karena hal ini
seharusnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan intervensi bedah.10

8
a. Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui.
Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya
katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui. Dengan menjadi tuanya seseorang
maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi
padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat
berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lppisan kortikal yang baru pada
lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear).
Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentuknya protein dengan berat
molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga
memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa, perubahan kimia ini
juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.11
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna
putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di
lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring
dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama
sekali.11

b. Tanda dan gejala


Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif
atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan
pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun
dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa
silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang
mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak
kortikal.

9
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda
warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata
sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan
Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini
bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya
katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang
karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu
bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur
menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan
anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi
dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,
sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan
pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak
tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada
penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari
lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan
diplopia binocular dengan tes tutup mata (cover test) dan pin-hole.

10
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan
persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau
kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-
gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau
badan vitreous yang sering bergerak-gerak.3,10,11,12

Pemeriksaan Fisik:
1. Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan
dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan
jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. 10,11,12
Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari
sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.3
2. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang
karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu
bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur
menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan
anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi
dengan ekstraksi katarak.

c. Klasifikasi anatomis katarak senilis


Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama:
1. Katarak Nuklear
2. Katarak Kortikal
3. Katarak Subkapsular Posterior

11
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus
lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Pada beberapa kasus menjadikan nukleus
lensa tampak sangat opak dan berwarna coklat. Katarak nuklear dapat memicu
terjadinya miopi, terjadi perbaikan dalam penglihatan untuk membaca untuk
sementara yang disebut sebagai second sight (penglihatan kedua), dan second sight
ini akan menghilang seiring dengan memburuknya katarak.

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Terbentuk kekeruhan berbentuk baji
yang menyebar dari pinggir lensa ke tengah. Ketika kekeruhan mencapai tengah lensa
maka akan mempengaruhi transmisi cahaya yang dapat mengganggu penglihatan dan
menimbulkan gejala silau ataupun ketidakmampuan untuk membedakan kontras yaitu
untuk mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda
warna, penerangan dan tempat.
Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa
belakang secara perlahan. Pada tipe ini gejalanya antara lain penglihatan kabur dan
silau. Tipe ini biasa terjadi pada orang dengan penyakit diabetes mellitus, miopia
berat, retinitis pigmentosa, dan menggunakan steroid.
Berdasarkan kekeruhan lensa yang terjadi, katarak senilis dibagi menjadi atas
stadium insipien, intumesen, imatur, matur, dan hipermatur.

12
d. Stadium katarak senilis
Perbedaan stadium katarak senile.2,3
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air + massa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

 Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk
gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)
 Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa diserta pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan akan
mendorong iris sehingga bilik mata depan akan menjadi dangkal dibandingkan
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan memberikan penyulit
glaukoma. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah sehingga menyebabkan
miopisasi.
 Katarak Imatur
Katarak belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur akan
terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degeneratif.
 Katarak Matur
Pada katarak ini kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.2,3

13
 Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses lebih lanjut akan menjadi keras atau lembek
dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga
lensa mengecil.2

D. Katarak Traumatika
Katarak traumatik sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing,
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang
korpus vitreum masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering adalah pekerja industri
yang pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tersangkut di
korpus vitreum. Benda tersebut biasanya dapat dilihat dengan oftalmoskop.
Pasien mengeluh melihat kabur secara mendadak. Mata menjadi merah, lensa opak,
dan mungkin terjadi perdarahan intraokular. Apabila humor aqueous atau korpus
vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit adalah infeksi, uveitis,
ablasio retina, dan glaukoma.
Benda asing magnetik intraokular harus segera dikeluarkan. Harus diberikan
antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa hari untuk
memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari
dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan mencegah terbentuknya sinekia
posterior. Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah
peradangan mereda.11

E. Katarak Komplikata
Katarak Komplikata adalah kekeruhan lensa yang disebabkan oleh penyakit
intraokular yang lain. Penyakit tersebut antara lain:
a. Uveitis
b. Glaukoma sudut tertutup akut kongestif
c. Miopia tinggi
d. Distrofi fundus herediter17

14
5. Komplikasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.9,10
a. Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
b. Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
- Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan
produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan
timbul glaukoma.
c. Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.

6. Pengobatan katarak
Beberapa pendekatan non operasi hanya bertahan sementara saja dalam perbaikan
fungsi penglihatan penderita katarak. Pengobatan medis katarak telah berkembang
dengan pesat. Saat ini sedang dikembangkan pengobatan katarak tanpa operasi, yaitu
dengan obat tetes, namun hasil penelitian belum menunjukkan hasil yang signifikan
dalam waktu dekat. Oleh karena itu, sampai saat ini, operasi tetap menjadi pengobatan
utama katarak.15

15
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
a. Indikasi Optik
Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu
kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan. Tidak ada batas khusus
visus sebagai indikasi operasi dan penentuan waktu operasi lebih tergantung pada
keperluan penglihatan pasien. Pada penurunan visus yang yang masih ringan, harus
dijelaskan mengenai kemungkinan kehilangan daya akomodasi lensa akibat operasi
katarak.
b. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan
jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
c. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya
pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat
pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.3,16

Teknik-teknik pembedahan katarak


Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan
bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode
yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan fakoemulsifikasi.10
a. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi
limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan.

16
Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau
mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.2,4,10,11
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi
yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-
180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam
penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi,
inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai
komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.10
b. Operasi katarak ekstrakapsular
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan
tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior.
Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat
dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden komplikasi
paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan
metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak
sekunder.2,3,10

c. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama
menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul
anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang
mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi
kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada

17
katarak kongenital, traumatika dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang
efektif untuk katarak senilis yang padat.
Keuntungan dari metode ini antara lain:
- Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjahit karena
akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma,
dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan
mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga
mengurangi resiko perdarahan.
- Cepat menyembuh.
- Struktur mata tetap intak karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur
mata.16,14

Intraokular Lens (IOL)


Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kehilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan
(berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat
terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat
ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.3,16

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of


Ophthalmology Medical Faculty of Padjadjaran University. 2006.
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI
3. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. 2005.
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html. Diakses tanggal 7 September 2017.
4. eyeworld.org. Diakses 7 September 2017.
5. www.onjoph.com. Diakses 7 September 2017.
6. Gudgel D. Cataract Pictures and Videos: What Do Cataracts Look Like? [Internet].
American Academy of Ophthalmology. 2017 [Diakses tanggal 7 September 2017].
Sumber dari: https://www.aao.org/eye-health/diseases/cataracts-pictures-videos
7. Zhai Y, Li J, Yu W, Zhu S, Yu Y, Wu M et al. Targeted Exome Sequencing of
Congenital Cataracts Related Genes: Broadening the Mutation Spectrum and
Genotype–Phenotype Correlations in 27 Chinese Han Families. Scientific Reports
[Internet]. 2017 [Diakses tanggal 7 September 2017];7(1). Sumber dari:
https://www.nature.com/articles/s41598-017-01182-9.
8. Bashour M, Menassa J, Gerontis C. Congenital Cataract: Background,
Pathophysiology, Epidemiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2017
[Diakses tanggal 7 September 2017]. Sumber dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-overview
9. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.
10. Campo V. Senile Cataract (Age-Related Cataract): Practice Essentials, Background,
Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2017 [Diakses tanggal 4
September 2017]. Sumber dari : http://emedicine.medscape.com/article/1210914-
overview
11. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology 18th edition. Lange Medical Books/McGraw-Hill. New York: 2011.
12. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy
of opthalmology. 2004.
13. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science course :
lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for The
Ophthalmology (LEO). 2003.

19
14. Cataracts. Tersedia di http://www.nortwesteyeclinic.com. Diakses tanggal 7
September 2017.
15. Powell S. Treating cataracts without surgery [Internet]. Aop.org.uk. 2017 [Diakses
tanggal 7 September 2017]. Sumber dari: https://www.aop.org.uk/ot/science-and-
vision/technology/2017/02/13/treating-cataracts-without-surgery
16. Cataract Surgery. Tersedia di https://en.wikipedia.org/wiki/Cataract_surgery.
Diakses tanggal 7 September 2017.
17. Kanski, J. Jack. Lens. InL Clinical Ophthalmology : a systematic approach, 5th ed.
Toronto. Butterworth heinemann. 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai