Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.

3 MARET, 2019

PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL AKIBAT MENGGUNAKAN


TIPIKAL ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN LAKI-LAKI DENGAN
SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINISI BALI
TAHUN 2015

I Gusti Agung Indana Surya Putra1, Ni Ketut Sri Diniari2


1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email : indana.surya@yahoo.com

ABSTRAK

Skizofrenia memperlihatkan serangkaian gejala berupa gangguan konteks berpikir, persepsi,


afek, motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal. Diperlukan terapi antipsikotik untuk
menekan gejala tesebut. Kejadian Disfungsi seskual akibat penggunaan antipsikotik
dilaporkan cukup tinggi pada laki-laki yang menggunakan golongan tipikal. Kasus ini sering
terlewati dan tidak terlaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi
disfungsi seksual pada pasien laki-laki dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Tahun 2015 setelah mendapatkan obat golongan tipikal antipsikotik. Sebanyak 45 pasien laki-
laki dengan skizofrenia yang mendapatkan terapi antipsikotik sekurangnya 6 bulan digunakan
sebagai subjek penelitian. Variabel pada penelitian ini berupa karakteristik demografi,
karakteristik medis dan gambaran disfungsi seksual dengan menggunakan kuisioner
International Index of Erectile Function (IIEF) yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia. Sebagian besar pada penelitian ini mengalami disfungsi seksual (66,6%) berupa
gangguan gairah seksual (57,8%). Secara umum subjek yang menggunakan antipsikotik
tipikal saja memiliki kecenderungan untuk mengalami disfungsi seksual (83,3%). Kejadian
disfungsi seksual lebih banyak terjadi pada subjek yang telah menikah, tidak bekerja dan
menggunakan golongan tipikal antipsikotik. Semakin lama pengobatan, akan meningkatkan
kejadian disfungsi seksual. Hal tersebut tentu menyebabkan ketidaknyamanan baik secara
fisik dan psikologis pada pasien skizofrenia yang berdampak pada keberhasilan terapi. Kata
kunci : Skizofrenia, Antipsikotik Tipikal, Disfungsi Seksual

ABSTRACT

Schizophrenia shows series a symptoms of impaired thinking process, perceptions, affects,


motivations, behaviors, and interpersonal functions. Antipsychotic therapy needed to suppress
the symptoms. Prevalence of Sexual dysfunction due to antipsychotic reported to be quite
high in men using typical classes. This case often missed and unreported. This study aims to
determine the prevalence of sexual dysfunction in male patients with schizophrenia with
typical antipsychotic at Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali in 2015. A total of 45 male patients
with schizophrenia who received antipsychotic therapy for at least 6 months were used as
subjects. Variables in this study are demographic characteristics, medical characteristics and
Sexual Dysfunction tools by using International Index of Erectile Function (IIEF)
questionnaire that has been translated in Bahasa Indonesia. Most of these studies experienced
sexual dysfunction (66.6%) in the form of sexual arousal (57.8%). In general, subjects using
typical antipsychotics alone had a tendency to experience sexual dysfunction (83.3%). The
incidence of sexual dysfunction more common in married subjects, unemployed and using
typical antipsychotic classes. Longest treatment will increase the incidence of sexual
dysfunction. This certainly causes discomfort both physically and psychologically in
schizophrenic patients that impact on therapeutic sucess.
Keywords : Schizophrenia, Typical Antipsychotic, Sexual Dysfunction

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

PENDAHULUAN dengan total sampling, yang berjumlah 45


Skizofrenia merupakan bentuk orang, dimana seluruh pasien skizofrenia yang
psikosis, yang kasusnya yang banyak memenuhi kriteria inklusi digunakan sebagai
ditemukan dari seluruh spektrum gangguan subjek penelitian.
jiwa yang ada.1 Gejala psikotik pada Adapun kriteria inklusi penelitian ini
skizofrenia berupa abnormalitas dalam proses adalah pasien laki-laki berumur diantara 20
pikir, persepsi, emosi serta prilaku.2 Gejala – 60 tahun dan telah menikah, memenuhi
tersebut dapat dikendalikan dengan obat kriteria DSM-IV-TR atau PPDGJ-III untuk
antipsikotik, yang terdiri dari golongan tipikal skizofrenia (F.20), Mendapatkan pengobatan
(konvensional) dan atipikal. Keduanya antipsikotik sekurangnya 6 bulan (tidak
memiliki perbedaan dalam mekanisme kerja mengalami gaduh gelisah) dan Bersedia ikut
dan profil efek samping.3 serta dengan menandatangani lembar
Kasus disfungsi seksual akibat persetujuan responden. Sedangkan kriteria
pengobatan antipsikotik dilaporkan sebesar ekslusi adalah pasien menolak ikut serta dalam
45% - 80%, sebagian besar terjadi pada laki- penelitian ini, memiliki penyakit komorbid
laki sehingga hal tersebut tentu mempengaruhi (kardiovaskular, neurologi dan gangguan
kepatuhan pasien dalam berobat. 4 Pada laki- metabolik), dan sedang menggunakan zat aditif
laki disfungsi ereksi merupakan bentuk ataupun pengobatan lain.
disfungsi seksual yang umum dilaporkan. 5 Alat ukur yang digunakan dalam
Antipsikotik berhubungan disfungsi penelitian ini adalah kuesioner International
seksual terkait dengan peningkatan kadar Index of Erectile Function (IIEF) yang sudah
prolaktin.6 Efek antagonis reseptor diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia untuk
dopaminergik (D2) pada jaras menilai fungsi seksual pada pasien laki-laki
tuberoinfudibular mempengaruhi perubahan dengan skizofrenia. Yang terdiri dari 15
hormonal sehingga menyebabkan penurunan pertanyaan, memiliki skor 1-5, dimana nilai 0
libido, gangguan rangsangan, dan orgasme menunjukan tidak adanya aktifitas seksual.
secara tidak langsung oleh karena peningkatan IIEF memiliki 5 domain yaitu disfungsi ereksi,
kadar prolaktin4,7 Selain itu obat tersebut juga gangguan orgasme, gangguan hasrat seksual,
memiliki efek terhadap reseptor cholinergic, ketidakpuasan berhubungan seksual dan
alpha adrenergic dan histaminergic yang ketidakpuasan seksual secara menyeluruh.
berkontribusi terhadap kejadian disfungsi Kuesioner ini memiliki koefisien reliabilitas
seksual. 8 (Cronbach’s Alpha) sebesar 0,921.5 dan telah
Suatu studi di Nigera, menunjukan digunakan secara internasional oleh beberapa
antipsikotik golongan tipikal (Haloperidol) ahli melalui tinjauan literatur pada kasus
memiliki hubungan yang signifikan dengan disfungsi seksual pada laki-laki.
disfungsi seksual (gangguan ereksi dan Pengolahan serta analisis data
orgasme), mungkin disebabkan karena disajikan dalam bentuk tabel dengan
haloperidol memiliki aktifitas yang tinggi pada menggunakan program statistik komputer
reseptor D2 dan pelepasan dopamin, sehingga (SPSS 15.0 for Windows). Hasil yang
menghasilkan penurunan libido dan gangguan diperoleh dalam bentuk presentase (%) dengan
ereksi.5 Perlunya pertimbangan terhadap efek beberapa variabel yaitu karakteristik
disfungsi seksual yang ditimbulkan dari demografi, kondisi medis dan gambaran
penggunaan obat antipsikotik, sehingga disfungsi seksual.
membantu klinisi dalam meningkatkan
kepatuhan dalam berobat dan kualitas hidup HASIL
pasien dengan skizofrenia. 7 Empat puluh lima respoden
Adapun Penelitian ini bertujuan penelitian memiliki rerata umur 39,22 tahun
untuk mengetahui prevalensi disfungsi seksual (Simpang Baku 7,65). Dari Tabel 1, dapat
pada laki-laki dengan skizofrenia yang disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mendapatkan obat antipsikotik tipikal di berstatus kawin (88,9%), bekerja (75,6%), dan
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2015. berpendidikan tinggi (82,2%).
Dalam penelitian ini karakteristik
BAHAN DAN METODE responden terbanyak dengan Skizofrenia
Penelitian ini merupakan penelitian Hebefrenik (53,3%) dengan lama pengobatan
deskriptif dengan desain cross sectional pada berkisar 2-5 tahun (55,6%) dan menggunakan
pasien rawat jalan dengan skizofrenia yang obat golongan tipikal antipsikotik (40,0%)
telah mendapatkan terapi antipsikotik tipikal pada Tabel 2.
sekurangnya 6 bulan di Rumah Sakit Jiwa Sebagian besar responden pada
Provinsi Bali pada bulan Februari sampai penelitian ini mengalami disfungsi seksual
dengan Oktober 2015. Cara penentuan sampel (66,7%). Responden dikatakan mengalami

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

disfungsi seksual apabila mengalami satu atau Semakin lama pengobatan akan semakin
lebih jenis disfungsi seksual (Tabel 3). meningkatkan kejadian disfungsi seksual yang
Bedasarkan kategori ini maka lebih dari 50% digambarkan pada tabel 4. Gangguan gairah
responden mengalami gangguan gairah seksual seksual merupakan jenis disfungsi seksual
(57,8%) yang paling banyak dialami oleh responden
Kejadian disfungsi seksual pada dengan lama pengobatan < 2 tahun (87,5%)
responden yang telah kawin sebesar 62,5%, Prevalensi disfungsi seksual
disfungsi ereksi merupakan jenis disfungsi tertinggi terjadi pada responden yang
seksual yang paling banyak dialami oleh menggunakan antipsikotik golongan tipikal
responden yang telah kawin, (83,3%). Ketidakpuasan seksual secara
Bedasarkan Tabel 4, status menyeluruh merupakan jenis disfungsi seksual
pekerjaan responden yang tidak bekerja lebih yang tidak dialami oleh semua responden yang
tinggi mengalami disfungsi seksual (72,2%) memakai golongan obat yang berbeda.
dibandingkan pada responden yang bekerja Responden yang telah kawin 68,8%
(64,7%). Gangguan gairah seksual merupakan mengalami disfungsi ereksi dan menggunakan
jenis yang paling banyak dialami oleh obat golongan tipikal. Presentase yang sama
responden yang tidak bekerja (72,7%) dan terdapat pada responden yang mengalami
responden yang bekerja (52,9%). gangguan gairah seksual. Sedangkan pada
responden yang duda, hampir 100%
mengalami disfungsi seksual pada setiap
golongan obat yang dikonsumsi (Tabel 5).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

PEMBAHASAN Terkait penggunaan obat, prevalensi


Penelitian ini melihat prevalensi disfungsi seksual tertinggi pada responden
disfungsi seksual pada pasien laki-laki dengan yang menggunakan obat golongan tipikal
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah antipsikotik pada penelitian ini sebesar 83,3%,
Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2015. Sekitar hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
68% responden setidaknya mengalami satu yang dilaporkan sebesar 45-80%. Dimana hal
atau lebih jenis disfungsi seksual. Presentase tersebut didasari oleh beberapa mekanisme
disfungsi seksual pada penelitian ini konsisten yaitu: antagonis resptor histamin, antagonis
bila dibandingkan dengan penelitian yang reseptor dopamin, antagonis reseptor dopamin
dilaporkan sebelumnya6 dan lebih besar D2, antagonis reseptor kolinergik, dan
dibandingkan penelitian yang dilakukan di antagonis reseptor alpha andrenergic.5
Nigeria sebesar 40%.5 Seluruh golongan obat antipsikotik
Disfungsi ereksi merupakan jenis mempunyai kemampuan dalam menghambat
disfungsi seksual yang paling banyak dialami reseptor D2 pada daerah mesolimbik dan
pada responden yang telah kawin pada mesokortikal. Adanya hambatan resptor D2
penelitian ini. Presentase yang tinggi mungkin pada sel lactotroph menyebabkan
terkait frekuensi aktifitas seksual bersama hiperprolaktinemia, akibat hilangnya dopamin
pasangannya untuk prorekreasi dalam sebagai penghambat pelepasan prolaktin pada
perkawinan. Sehingga menunjukan responden kelenjar pituitari anterior.11 Antipsikotik tipikal
laki-laki yang menikah dan aktif secara seksual secara signifikan meningkatkan kadar
cenderung mengalami disfungsi ereksi prolaktin.6
daripada responden yang duda.9 Penggunaan selama 3 minggu
Disfungsi ereksi mereka yang sampai dengan 9 minggu obat golongan tipikal
menggunakan obat golongan tipikal antipsikotik meningkatkan kadar prolaktin
antipsikotik perlu mendapat perhatian serius sampai dengan 10 kali.5 Peningkatan kadar
karena mempengaruhi kepatuhan pasien dalam prolaktin menyebabkan penurunan libido,
berobat dan berdampak pada kualitas hidup.5 gangguan gairah seksual dan gangguan
Responden yang tidak bekerja orgasme.12
mengalami kecenderungan lebih tinggi untuk Disfungsi seksual akibat
terjadi disfungsi seksual bila dibandingkan menggunakan antipsikotik disebabkan oleh
pada responden yang bekerja. Hal ini mungkin hormon prolaktin, bedasarkan penelitian
disebabkan adanya penggantian peran kepala sebelumnya didapatkan peningkatan serum
keluarga dalam rumah tangga, sehingga prolaktin pada pasien dengan disfungsi
membentuk perasaan malu dan kecemasan seksual, terutama disfungsi ereksi, meskipun
pada pasangan laki-laki.5 Kecemasan belum diketahui secara pasti bagaimana
menyebabkan kurang responsifnya terhadap mekanisme hormon tersebut mempengaruhi
stimuli seksual, terutama tingkat kecemasan kempuan seksual laki-laki.13
yang tinggi.10 Dalam penelitian ini gangguan Studi lain menyatakan peningkatan
gairah seksual terjadi paling banyak dialami kadar prolaktin pada laki-laki berkaitan dengan
pada responden yang tidak bekerja (72,7%) rendahnya kadar serum testosteron total dan
Laporan bedasarkan penelitian sebelumnya bebas, sehingga menyebabkan disfungsi
bahwa seseorang yang tidak bekerja dan orgasme dan gangguan ejakulasi.6
mengalami gangguan mental dikaitkan dengan Gangguan psikopatologis berat yang
stigmatisasi diri dan lingkungan yang dialami pasien mengharuskan penggunaan obat
berdampak pada kinerja seksual.5 golongan tipikal antipsikotik yang poten.5
Penggunaan obat antipsikotik yang bekerja

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

poten sebagai antagonis reseptor dopamin D2


dalam jangka panjang seperti haloperidol,
risperidone dan paliperidone berkolerasi DAFTAR PUSTAKA
dengan kejadian hiperprolaktinemia.14 1. Ida Ayu Putu Asthi Damayanti. &
Penelitian ini menunjukan bahwa Agustina Konginan, Cognitive
responden yang telah kawin, menggunakan Adaptation Training (CAT) pada
obat golongan tipikal antipsikotik cenderung Skizofrenia, Surabaya, Jurnal Psikiatri
mengalami disfungsi ereksi (68,8%), Surabaya, 2014.
presentase yang sama juga terdapat pada 2. Richard P. Halgin & Sussan Krause
responden yang mengalami gangguan gairah Whitbourne, Psikologi abnormal:
seksual. Temuan ini juga dilaporkan pada perspektif klinis pada gangguan
penelitian sebelumnya.5 Masalah ini dapat psikologis Edisi keenam, Jakarta,
menganggu kenikmatan secara subjektif dan Salemba Humanika. 2011.
dapat mempengaruhi tahapan lain dari siklus 3. Cornelius Katona, Claudia Cooper
respon seksual.10 Marry Robertson, At a aglance
Penelitian lain melaporkan kejadian psikiatri. Edisi keempat, Bandung:
disfungsi seksual lebih tinggi pada penggun Penerbit Erlangga, 2012.
risperdone dibandingkan obat golongan 4. Yeon Won Park, Yoseok Kim, Ju Ho
atipikal antipsikotik lain seperti clozapine dan Lee. Antipsychotic-Induced Sexual
olanzapine.13 Studi lain menunjukan kejadian Dysfunction and Its Management.
disfungsi seksual tidak berbeda bermakna World Journal Mens Health, 2012. 30
bedasarkan penggunaan obat (risperidone (3). 153-159.
dengan tipikal antipsikotik).6 Penggunaan 5. Aina Kikelomo Oyekanmi, Adegoke
olanzapine, risperidone, clozapine, haloperidol Oloruntoba Adelufosi, Olukayode
dan thioridazine sebagai monoterapi Abayomi, dkk. Demographic and
dihubungkan dengan peningkatan kejadian clinical correlates of sexual
disfungsi seksual.14 Pada penelitian di Nigeria dysfunction among Nigerian male
didapatkan bahwa responden yang outpatients on conventional
menggunakan kombinasi antipsikotik antipsychotic medications. BMC
cenderung lebih besar mengalami efek Research Note, 2012. 5 (1), 1-7.
disfungsi seksual.5 Sedangkan pada penelitian 6. Hong Liu-Seifert, Bruce J Kinon,
ini lebih banyak terjadi pada responden yang Christopher J Tennan, dkk. Sexual
menggunakan obat golongan tipikal dysfunctioninpatientwith
antipsikotik secara monoterapi. schizophreniatreatedwith
Perbedaan hasil antara penelitian ini conventional antipsychotics or
dengan hasil penelitian pada penelitian lain risperidone. Dove Medical Press,.
perlu dianalisis lebih lanjut. Perihal yang 2009. 5 (1), 47-45.
diduga menyebabkan perbedaan hasil yaitu 7. Xiang Rong Zhang, Zhi Jun Zhang,
perbedaan karakteristik demografi responden Rong Xin Zhu, dkk. Sexual
yang berbeda, kondisi klinis pasien skizofrenia dysfunction in male schizophrenia:
(adanya komorbid lain dan penggunan influence of antipsychotic drugs,
pengobatan yang lain yang tumpang tindih prolactin and polymorphisms of the
dengan antipsikotik), faktor metodologi seperti dopamine D2 receptor genes.
jumlah sampel, dan penggunaan kuesioner Pharmacogenomics, 2011. 12 (8)
International Index of Erectile Function 1127-1136.
(IIEF). 8. Ahmed Mahmoud, Karen P Hayhurst,
dkk. Second Generation
SIMPULAN Antipsychotics Imporve Sexual
Berdasarkan hasil penelitian dan Dysfunction in Schizophrenia: A
pembahasan, prevalensi disfungsi seksual Randomised Control Trial. Hindawi
tertinggi terjadi pada responden yang Publishing Corporation, 2011. 11 (1).
menggunakan obat golongan tipikal 1-6.
antipsikotik sebesar 83,3% bedasarkan 9. Juan A. Gallego, Jimm Neilsen, Marc
golongan obat yang digunakan. Responden De Hert, dkk. Safety and tolerability
yang telah kawin sebesar 68,8% mengalami of antipsychotic polypharmacy.
disfungsi ereksi dan menggunakan obat National Institute of Health, 2012. 11
golongan tipikal antipsikotik. Presentase yang (4), 527-524.
sama terdapat pada responden yang mengalami 10. Thomas F. Oltmanns, & Robert E.
gangguan gairah seksual. Emery Psikologi abnormal. Edisi

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2013.
11. Deana L. Kelly, Heidi J Wehring,
Amber K Earl, dkk. Treating
symptomatic hyperprolactinemia in
womenwithschizophrenia:
presentation of the ongoing
DAAMSEL clinical trial (Dopamine
partial Agonist, Aripiprazole, for the
management of symptomatic elevated
prolactin). BMC Psychiatri, 2013. 13
(2), 1-14.
12. Park K., Hwang EC, Kim SO, dkk.
Prevalence and medical management
of erectile dysfunction in Asia. Asian
Journal of Andrology, 2011. 13 (1),
543-549.
13. Xiang Rong Zhang, Zhi Jun Zhang, Rong
Xin Zhu, dkk. The Effect of Chronic
Antipsychotic Drug on Hypothalamic
Expression of Neural Nitric Oxide
Synthase and Dopamine D2 Receptor
in the Male Rat. PloS ONE, 2012. 7
(4), 1-7.
14. Alberto Chiesa, Valentina Leucci,
AlessandroSerreti,dkk.
Antipsychoticsandsexual
dysfunction:epidemiology,
mechanisms and management.
Clinical Neuropsychiatry, 2013. 10
(1), 31-36.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Anda mungkin juga menyukai