Anda di halaman 1dari 12

MEMBRAN SEL

(Karbohidrat)
DWIPRAYOGO WIBOWO
G2L115003

PROGRAM STUDI MAGISTER KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA – UNIVERSITAS HALU OLEO
PENDAHULUAN

Pada dasarnya membran sel merupakan fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel
berupa lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang memisahkan sel dengan
lingkungan diluar sel (kecuali pada sel tumbuhan, bagian luarnya masih terdapat dinding sel
atau cell wall). Yang berfungsi sebagai melindungi inti sel dan kelangsungan hidup yang
bekerja di dalam sitoplasma (Wikipedia, 2015:1). Sifat dari membran sel diartikan sebagai
semipermeable dan selektifitas yang artinya memiliki struktur yang tidak kaku (fleksibel) dan
hanya bahan-bahan tertentu yang dapat menembus masuk ke dalam membran sel.

Dalam proses transpor melalui membran sel (Transpor pasif (difusi)) secara umum dapat
ditinjau dari beberapa faktor, yaitu:

1. Ukuran mempengaruhi proses distribusi kedalam sel karena dibutuhkan lebih banyak
energi untuk memindahkan molekul besar daripada molekul kecil yang dilakukannya
untuk bergerak, sebab molekul kecil cenderung dapat berdifusi masuk ke dalam sel
lebih cepat dari pada molekul besar
2. Suhu, pergerakan suatu molekul dengan pemberian energi (suhu) akan mempercepat
proses difusi suatu materi masuk kedalam membran sel
3. Perbedaan konsentrasi, hal ini merujukkan pada perbedaan konsentrasi yang terjadi
dilingkungan membran sel, dengan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi akan mudah
masuk kedalam membran sel yang memiliki konsentrasi rendah, begitu pula sebaliknya.
4. Muatan (perbedaan potensial) mempengaruhi tingkat dan arah difusi antara dua bidang
intraselular sel dan ekstraselular sel. Masing-masing ion dan muatan molekul dalam
cairan membentuk muatan listrik sehingg mengarah pada proses perbedaan tingkat arah
difusi melalui membran sel.
5. Tekanan, proses difusi mungkin lebih efektif dengan adanya perbedaan tekanan antara
dua daerah yang bersinggungan.
TRANSPOR KARBOHIDRAT MELALUI MEMBRAN SEL

Karbohidrat, atau gula, kadang ditemukan dan melekat pada protein atau lipid pada
bagian luar membran sel. Artinya, mereka hanya ditemukan di sisi ekstraseluler membran sel.
Bersama karbohidrat ini membentuk glikokaliks (lapisan ekstraselular yang menyelubungi
dinding sel) yang tersusun atas polisakarida dan polipeptida (Starr, Evers and Starr, 2011).

Gambar 1. (1) Sebuah molekul glukosa (ekstraselular) terikat pada protein transporter
(glukosa transporter) dalam membran plasma, (2) Terjadi pengikatan dengan protein transpor
menyebabkan perubahan bentuk pada protein transpor, (3) Molekul glukosa terlepas dari
protein transporter dan protein transporter membentuk aslinya (seperti semula).
Proses yang terjadi dalam transpor molekul glukosa melalui membran sel merunut pada proses
transpor pasif yaitu dengan pergerakan zat terlarut (dan arah gerakan) melalui membran dan
dapat juga menggunakan protein transport untuk mendorong masuk kedalam sel dengan adanya
perbedaan konsentrasi hal ini yang dikenal sebagai difusi terfasilitasi. Sehingga molekul zat
terlarut yang terdapat pada permukaan membran akan masuk dalam sel apabila pori-pori ini
(protein transpor) terbuka maka memungkinkan zat terlarut tertentu seperti glukosa, air,
gliserol dan amonia dapat masuk dalam sel (Starr, Evers and Starr, 2011).

(a) (b)
Gambar 2. (a) Koefisien permealilitas untuk berbagai molekul yang dapat melalui membran
sel (lipid bilayer). Ketetapan laju aliran zat terlarut berbanding lurus dengan perbedaan
konsentrasi pada kedua sisi membran; (b) Relatif permeabilitas dari lipid bilayer sintesis untuk
kategori jenis molekul yang berbeda
Sel memungkinkan untuk mengontrol jumlah dan komposisi pada cairan dalam sel
dengan memindahkan partikel larutan pada satu arah atau berlawanan arah membran. Sebagai
contoh, glukosa transporter dalam sebuah membran plasma dapat berikatan dengan molekul
glukosa, namun tidak untuk molekul glukosa terfosforilasi. Enzim dalam sitoplasma juga dapat
memfosforilasi glukosa bila memasuki sel. Fosofrilasi bertujuan untuk mencegah molekul
untuk kembali melalui transporter glukosa dan meninggalkan sel (Alberts et al., 2015).

Gambar 3. Proses masuknya glukosa pada membran sel dengan sistem transpor aktif
sekunder
Selain itu, dengan perbedaan konsentrasi glukosa antara intrasel dan ekstrasel sehingga untuk
mencegah perbedaan konsentrasi ini dan untuk mendistribusi glukosa dalam sel maka
memungkinkan untuk terjadi proses transpor aktif sekunder. Memanfaatkan gradien
elektrokimia dan pompa membran yang terjadi pada ion anorganik yang terjadi pada sel epitel
usus dan ginjal bersifat simporter yang didorong gradien Na+ melintasi membran plasma.
Setiap Na+ membawa/mendorong molekul spesifik untuk mengimpor sekelompok gula
(sukrosa dan glukosa) atau asam amino ke dalam sel (Alberts et al., 2015).

Gambar 4. Proses masuknya sukrosa pada membran sel dengan sistem transpor aktif
sekunder
Gambar 5. Diagram skematik yang menunjukkan fungsi berbagai macam transporter yaitu
uniport, simport, dan antiport

Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis (penguraian


dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan
polisakarida menjadi monosakarida. Ketika makanan dikunyah, makanan akan bercampur
dengan enzim ptialin (enzim α-amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut).
Enzim ini menghidrolisis pati (salah satu polisakarida) menjadi gugus-gugus glukosa kecil.
Makanan berada di mulut hanya dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5%
dari pati yang telah dihidrolisis pada saat makanan ditelan. Sekalipun makanan tidak berada
cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh enzim ptialin menjadi gugus glukosa, tetapi kerja
enzim ini dapat berlangsung terus-menerus selama satu jam setelah makanan memasuki
lambung, yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang disekresikan oleh lambung
(asam). Selanjutnya aktivitas enzim ptialin dihambat oleh zat asam yang disekresikan oleh
lambung. Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang tidak aktif saat PH
medium turun di bawah 4,0 (Garett and Grisham, 2013).

Gambar 6. Pemecahan senyawa karbohidrat menjadi molekul sederhana


Gambar 7. Transpor transelular glukosa pada sel epitel usus

Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas jari),
makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas. Pati yang belum di pecah akan dicerna
oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas untuk memecah pati menjadi gugus glukosa.
Kemudian ditranspor ke dalam tubuh dengan sistem transelular glukosa pada sel epitel usus
tergantung pada distribusi transporter seragam pada sel membran plasma. Proses yang
ditampilkan pada Gambar 7 menghasilkan pengangkutan zat glukosa dari lumen usus ke cairan
ekstraseluler yang kemudian masuk dalam aliran darah. Glukosa dipompa ke sel melalui
domain aptikal membran oleh Na+ dan glukosa dengan menggunakan sistem transporter
simport (transpor aktif). Glukosa melewati keluar dari sel (konsentrasi menurun) dengan
gerakan pasif (transpor pasif) menggunakan transporter uniporter, sedangkan untuk gradien
Na+ menggunakan antiport bertukar dengan ion K+ untuk keseimbangan ion. Sehingga hal ini
menunjukkan bahwa kandungan Na+ dalam sel cenderung rendah karena membentuk internal
konsentrasi Na+ searah dengan konsentrasi glukosa yang masuk ke dalam sistem cairan (Starr,
Evers and Starr, 2011).
Hal yang dapat terjadi dan memungkinkan untuk jalur transpor turunan karbohidrat
lainnya yaitu dengan transpor pasif (difusi terfasilitasi). Seperti pada Gambar 8 memungkinkan
yang terjadi pada lumen usus senyawa glukosa/galaktosa dan fruktosa menggunakan transpor
pasif dalam proses difusi terfasilitasi. Dengan terikatnya protein transporter pada
glukosa/galaktosa dan fruktosa dapat menembus membran plasma (Gropper and Smith, 2013).
Gambar 8. Proses transpor transelular glukosa, galaktosa dan fruktosa pada sel epitel usus

TRANSPOR PROTEIN MELALUI MEMBRAN SEL

Sel menghasilkan berbagai macam jenis tipe protein dan proses transportasi kedalam sel
melalui sistem transpor aktif yang terlibat dalam kegiatan pompa membran dan mungkin dapat
sebagai transpor pasif apabila protein yang bersifat larut dalam air menjadi molekul kecil
sehingga dapat berdifusi masuk kedalam sel. Pengikatan ion Na+ ternyata terjadi pengikatan
dan membawa gugus asam amino yang kemudian terikat pada protein carrier/protein
transporter. Secara garis besar bahwa dapat juga dikaitkan antara pengi
Sebagaimana untuk beberapa transpor asam amino ini merupakan satu dari dua tahap
kemungkinan dapat terjadi terbalikan yaitu ikatan asam amino kemungkinan mendahului
ikatan Na+ pada protein transporter. Maka terjadi pembentukan ikatan antara Na-asam amino
dan protein transporter, oleh karena itu perubahan konformasi kompleks yang dihasilkan
terikatnya Na dan asam amino menuju sitosol (sitoplasma). Sehingga proses ini dikenal dengan
transpor aktif yang tergolong dalam kategori pompa ion oleh Na+/K+ -ATPase (Gambar 9).
Afinitas pembawa untuk gugus asam amino dipengaruhi oleh massa hidrokarbon pada
asam amino rantai samping juga adanya perbedaan muatan elektrik pada asam amino. Sehingga
amino rantai cabang asam biasanya diserap lebih cepat dari asam amino yang lebih kecil. Asam
aminio netral juga cenderung diserap lebih tinggi dari pada yang bersifat asam. Asam amino
yang cepat diserap yaitu seperti metionin, leusin, isoleusin, dan valin yang paling cepat diserap.
Asam amino yang paling lambat diserap ada dua yaitu asam amino glutamat dan aspartat
yang merupakan asam amino non esensial. Namun penyerapan sejumlah besar amino satu atau
beberapa kelompok asam amino yaitu sma dengan menggunakan sistem “pembawa” dapat
membuat, tergantung pada jumlah yang masuk karena adanya persaingan di antara asam amino
untuk masuk/terikat pada protein pembawa. Hasilny mungkin bahwa asam amino dengan
konsentrasi tinggi diserap namun dapat mengganggu penyerapan yang lain, asam amino yang
konsentrasi rendah dilakukan dengan sistem yang sama (protein pembawa) (Gropper and
Smith, 2013).

Gambar 9. Transpor asam amino melalui membran sel


Penyerapan asam amino kedalam sel-sel hati dan (hepatosit), serta sel-sel ginjal dan
organ lainnya, terjadi beberapa sistem pembawa yang mirip dengan membran sel usus. Sistem
Natrium (N) tergantung terhadap tonjolan dalam sel periportal hati dan berfungsi sebagai
antiporter untuk mengikat natrium dan glutamin untuk H+. Siklus γ-glutamil diduga terlibat
dalam transportasi asam amino melalui membran sel ginjal tubular, eritrosit, dan mungkin
neuron. Pada siklus γ-glutamil, glutathione bertindak sebagai pembawa asam amino netral ke
dalam sel (Gambar 10). Secara singkat, glutathione bereaksi dengan transpeptidase γ-glutamil
terletak di membran sel, membentuk kompleks enzim γ-glutamil, yang mengikat asam amino
netral pada permukaan sel dan mengangkut ke dalam sitosol untuk digunakan (Gropper and
Smith, 2013).

Gambar 10. Siklus γ-glutamil untuk transpor asam amino


1. Glutathione bereaksi dengan γ-glutamil transpeptidase untuk membentuk sebuah
kompleks enzim γ-glutamilsedangkan
2. Bagian glutamat dari gltathione tetap melekat pada kompleks enzim cistein-glisin (Cys-
Gly) dilepaskan dan asam amino berikatan dengan kompleks enzim glutamat. Cys-Gly
akhirnya dipecah menjadi asam amino penyusunnya oleh enzim peptidase di sitosol.
3. γ-glutamil siklotransferase memotong ikatan peptida antara asam amino dengan karbon
pada kompleks enzim glutamat.
4. Asam amino bebas dapat digunakan dalam sel
5. 5-oksoproline dihasilkan dari langkah 3 digunakan untuk membentuk glutamat dan
melali beberapa langkah glutathione (langkah 1)
DAFTAR PUSTAKA

Garett H. Reginald and Grisham M. Charles. 2013. Biochemistry 5th Edition. Brooks/Cole
Cengage Learning, USA.
Gropper, Sareen S. and Smith, Jack L. 2013. Advanced Nutrition and Human Metabolism 6th
Edition. Wadworth, 20 Davis Drive Belmont, USA.
Starr, C., Evers A. Christine and Starr, L. 2011. Biology : Concenpts and Application 8e.
Brooks/cole, 20 Davis Drive Belimot, USA

Anda mungkin juga menyukai