NPM : 180424267
AUDIT SIKLUS PENDAPATAN
Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas – aktivitas yang berkaitan
dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam
bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang
berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan
penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop,
bank serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden. Kebanyakan pembahasan
dan ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang.
Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus
pendapatan adalah :
Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)
Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak
tertagih (penyisipan dan pengapusan).
Tujuan Audit
Tujuan audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan bukti kompeten yang cukup
mengenai setiap asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut saldo serta transaksi
siklus pendapatan. Pada siklus pendapatan risiko yang muncul pada umumnya karena
terdapat tekanan pada manajemen untuk lebih meningkatkan pendapatan perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan lain.
Mengembangkan ekspektasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar atau
market share dan keunggulan kompetitif klien pasar.
Mengembangkan ekspektasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan rata –
rata untuk klien industry.
Namun dilain hal, proses dalam menghasilkan pedapatan ini juga memerlukan beberapa
beban dalam hal ini seprti harga pokok penjualan dan beban penjualan. Sehingga pemahaman
mengenai siklus pedapatan dapat membantu dalam mengembangkan ekspekatasi pengeluaran
perusahaan yang berkaitan dengan siklus transaksi lainnya dan menilai risiko bahwa laba
yang mengandaung salah saji material belum diaudit.
Materialitas
Pendapatan merupakan ukuran sebarapa besar aktivitas perusahaan. Pendapatan biasanya
melibatkan volume transaksi yang tinggi, dan total pendapatan merupakan hal yang sangat
penting pada laporan keuangan yang sering kali digunakan sebagai ukuran materialitas.
Pendapatan juga dapat menimbulkan piutang usaha dan kas akhir serta arus kas dari operasi.
Piutang usaha yang disebabkan oleh transaksi penjualan kredit hamper selalu bersifat
material terhadap neraca.
Pengetahuan tentang bisnis dan industry klien merupakan hal yang penting dalam
mempertimbangkan signifikansi transaksi penyesuaian penjualan, diskon penjualan, serta
retur penjualan yang sangat bervariasi dari satu industry dengan industry lainnya. Penyisishan
piutang tak tertagih dan penyisihan yang berkaitan masing – masing bersifat material
terhadap laporan laba – rugi serta neraca perusahaan yang menjual ke pelanggan secara
kredit.
Risko Inheren
Dalam menilai risiko inheren pada asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan factor perpasif yang dapat mempengaruhi asersi dalam beberapa siklus,
termasuk siklus pendapatan, serta factor – factor yang hanya berkaitan dengan asersi tertentu
dalam siklus pendapatan. Factor – factor ini dapat mendorong manajemen untuk mensalah
sajikan asersi siklus pendapatan, seperti:
Memaksakan untuk menyatakan terlalu tinggi kas dan piutang kotor atau menayatakan
terlalu rendah penyisihan piutang tak tertagih dalam rangka melaporkan tingkat modal
kerja yang lebih tinggi untuk kebutuhan memenuhi akad utang.
Faktor – factor lainnya yang dapat menimbulkan salah saji dalam asersi siklus pendapatan
termasuk hal – hal berikut:
Volume penjualan, penerimaan kas, dan transaksi penyesuaian penjualan seringkali tinggi,
sehingga mengakibatkan sejumlah kesalahan terajadi.
Penentukan waktu dan jumlah pendapatan yang akan diakui bertentang dengan factor –
factor seperti standar akuntasni yang mendua, kebutuhan untuk membuat estimasi,
komlekistas prhitungan yang tercakup, dan hak pembeli untuk mengembalikan barang.
Pada saat piutang difaktorkan dengan tanggung renteng (recourse), klasifikasi yang benar
atas transaksi tersebut sebagai penjualan atau pinjaman akan menjadi rancu.
Piutang mungkin salah diklasifikasikan sebagai utang lancer atau tidak lancer akibat
kesulitan dalam mengestimasi kemungkinan ditahun mendatang atau sumber peristiwa
dimana penagihan bersifat kontijen.
Transaksi penerimaan kas menghasilka aktiva likuid yang rentan terhadap misapropriasi.
Karena potensi salah saji yang begitu besar dapat terjadi dalam pengendalian yang tidak
efektif. Maka auditor harus selalau memberikan pertimbangan yang cermat atas risiko
inheren dalam siklus pendapatan. Dengan begitu, manajemen biasanya mengadopsi
pengendalian internal yang ekstensif atas berbagai masalah tersebut.