Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gambar 3.1 Model kipas alluvial untuk pengendapan batubara dan sedimen-sedimen yang lain
(Heward, 1978)
Sistem fluvial didominasi oleh channel sungai, levee, dataran limpah banjir,
rawa-rawa dan danau. Rawa fluvial sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuknya
dan dalam waktu yang relatif singkat membentuk seam yang sangat bervariatif
ketebalannya. Namun pada umumnya, seam batubara yang terbentuk di rawa fluvial
lebih tipis dan sedikit kurang menerus dengan frekuensi melensa yang cepat.
3.2 DELTA
Delta plain terletak di atas permukaan laut (gambar 3.2b) dimana endapannya
berasal dari endapan alluvial, seperti :
- Sedimen fraksi halus berupa batulempung yang diendapkan di daerah flood
plain yang merupakan lingkungan rawa-rawa (coal swamps) dan marsh dengan
lithofacies overbank deposits.
- Sedimen fraksi kasar berupa batupasir yang diendapkan di sub-environment
distributary channel (lithofacies channel deposits) dengan ciri-ciri struktur
sedimen laminasi karbonan, cross bedding, finning upward, kontak erosional di
bagian bawah dan terdapat lag deposits berupa fragmen-fragmen batubara.
Endapan channel diendapkan secara akresi lateral pada point bar dan akan
berubah secara berangsur menjadi overbank deposits di daerah flood plain.
- Batas antara channel deposits dengan overbank deposits dibatasi oleh
tanggul alam (natural levee), endapannya disebut lithofacies levee deposits
dengan ciri-ciri lithologi batupasir sangat halus dan batulanau, sortasi buruk,
sisipan batupasir dan batulempung yang tersusun tidak teratur dan berbentuk
lenticular sebagai selang-seling atau sisipan, struktur sedimen flaser bedding.
- Sub-environment distributary channel akan membentuk cabang-cabang aliran
(crevasse) di sub-environment rawa dengan cara memotong natural levee.
Lithofacies dari proses itu disebut splay deposits yang berada si atas levee
dengan ciri-ciri lithologi batupasir berlapis dan berubah secara berangsur ke
arah lateral menjadi overbank deposits (Allen, 1981; allen, dkk., 1998).
(a) (b)
Gambar 3.4 Sekuen vertikal endapan lower delta plain (Horne at al 1978)
a. tipikal sekuen coarsening upwards
b. tipikal sekuen yang terinterupsi endapan splay
Gambar 3.5 Seam S12 yang relatif tipis dan melensa di ujung utara pit.
a b
c d
Gambar 3.6 Material-material yang hadir dalam seam batubara yang dapat mengakibatkan kenaikan
nilai Total Sulphur (TS) (dok. koleksi pribadi, Peter R. Warbrooke, 2006).
a-b. bioturbasi – burrowing hewan laut
c. cangkang fosil moluska
d. pyrite coating dan nodul
Variasi Total Variasi
Sulfur Stratigrafi dalam
Total Sulfur
Gambar 3.7 Variasi Total Sulfur (TS) secara vertikal pada seam batubara yang diendapkan di
Lingkungan Pengendapan Lower Delta Plain
Gambar 3.8 Kurva Gamma Ray dari logging geofisika yang menunjukkan tipikal
sekuen deltaik coarsening upwards
Gambar 3.9 Tipikal sekuen deltaik coarsening upwards di lapangan. Seam batubara yang berasosiasi
dengan sekuen tersebut dapat diprediksi kualitasnya menurut karakteristik lingkungan
pengendapannya.
Kandungan pirit framboidal dan sulfur di lingkungan ini relatif tinggi karena
lingkungan ini masih dipengaruhi oleh kondisi marin. Kandungan sulfur yang hadir
dalam bentuk pirit framboidal yang tinggi pada batubara dapat menimbulkan air
asam tambang pada saat kegiatan penirisan tambang karena bentuk framboidal ini
merupakan jenis pirit yang paling cepat mengalami dekomposisi. Apabila pirit ini
menyebar dalam batubara, maka pirit ini tidak dapat dipisahkan pada uji pencucian
yang menggunakan larutan dengan berat jenis 1,5 (Caruccio et al, 1997). Oleh
karena itu pengetahuan akan sebaran sulfur dalam lapisan batubara dan bentuk
sulfur yang dapat diinterpretasikan dari lingkungan pengendapannya akan sangat
membantu dalam menilai aspek ekonomis (pemasaran) batubara.
Gambar 3.11 Sekuen vertikal endapan transitional lower delta plain (Horne at al 1978)
Gambar 3.12 Kurva Gamma Ray dari logging geofisika yang menunjukkan tipikal
sekuen finning upwards
Gambar 3.13 Sekuen vertikal endapan upper delta plain - fluvial (Horne at al 1978)
Gambar 3.14 Pasir kasar channel dengan cross bed dalam skala besar (kiri), tipikal endapan levee
dan dataran limpah banjir (kanan)
Gambar 3.15 Pohon dalam posisi tumbuh (kiri), pohon sederitik dengan diameter 0.5 m (tengah), fosil
daun (kanan)
Gambar 3.16 Kenampakan seam batubara di lapangan yang mencirikan pengendapan upper delta plain - fluvial
Gambar 3.17 Batupasir channel kecil (kiri), seam batubara mengalami washout oleh batupasir
channel
Rawa batubara terletak pada dataran limpah banjir dan menghasilkan seam
batubara tebal tetapi sedikit yang menerus dengan jarak sebaran yang relatif
pendek. Lapisan batubara terbentuk sebagai belt pada bagian bawah dari dataran
limpah banjir yang berbatasan dengan channel sungai bermeander. Lapisan
batubaranya cenderung sejajar dengan arah kemiringan cekungan pengendapan.
Ketebalan lapisan batubara pada sikuen ini tidak konsisten ke arah horizontal.
Ketebalan seam batubara pada fasies upper delta plain mencapai 10 meter, namun
tidak menerus secara lateral dan terkadang membaji 150 meter. Sedangkan seam
batubara pada endapan alluvial plain cenderung menipis dibandingkan dengan
upper delta plain.
Split terjadi sebagai hasil dari meandering dan banjir pada sistem channel.
Lingkungan pengendapan channel dengan energi pengendapan yang tinggi dapat
mengendapkan sedimen tebal dari sekuen berukuran butir kasar dengan cepat
dalam rawa-rawa yang menghasilkan split klastika tebal. Splitting yang berkembang
sesuai water level dan variasi posisi danau tersebut berasosiasi dengan air tawar
danau dalam rawa biasanya tipis, bergradasi dan didominasi oleh lempung dan
lumpur yang diendapkan dalam lingkungan yang tertutup.
Washout dari seam batubara biasa dijumpai karena channel berenergi
pengendapan tinggi yang dapat dengan mudah mengerosi sedimen-sedimen di atas
termasuk endapan gambut.
Karena channel-channel sering mengandung air berlumpur, daerah-daerah
yang berbatasan dengan channel dan split biasanya memiliki nilai kadar abu yang
tinggi. Air berlumpur tersebut juga menjadi filter dalam rawa yang dapat
menghasilkan batubara dengan kadar abu sedikit lebih tinggi dibanding dengan
kadar abu batubara lower delta plain.
Gambar 3.7 Variasi Total Sulfur (TS) secara vertikal pada seam batubara yang diendapkan di
Lingkungan Pengendapan Upper Delta Plain-Fluvial
Air tawar pada lingkungan pengendapan tersebut memiliki jenis sulfur terlarut
seperti SO42- yang rendah sehingga menghasilkan batubara dengan total sulfur
rendah (<1% namun tipikalnya 0.2-0.5%) (gambar 3.18). Biasanya terdapat sedikit
variasi total sulfur secara lateral dan vertikal pada seam yang diendapkan pada
lingkungan pengendapan tersebut.
Pada sub-environtment delta front dan prodelta dapat diabaikan sebagai daerah
yang prospek batubara mengingat kuatnya pengaruh kondisi marin terhadap
endapan batubara yang dapat meningkatkan prosentase kandungan klorida,
karbonat dan sulfur dalam batubara.
3.3 DANAU