Anda di halaman 1dari 3

enis Kegiatan :  F1 - Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Dr.Hj.Dahlia
Judul Lap. Kegiatan      :  PENYULUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DAN PERADANGAN
PADA KULIT (DERMATITIS) DI RUMAH TANGGA

1.

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan akut yang meliputi
saluran pernapasan bagian atas, seperti rinitis, faringitis, dan otitis serta saluran pernapasan bagian
bawah, seperti laringitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14
hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang telinga
tengah dan pleura (Depkes RI, 2008).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-
gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila
semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan sampai menimbulkan
kematian. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, sehingga angka mortalitas menjadi tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak
menjadi lebih berat dan yang sudah berat segera diberi pertolongan yang tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan (Depkes RI, 2008).

Infeksi Saluran Pernapasan Atas disebabkan oleh beberapa golongan kuman yaitu bakteri, virus, dan
ricketsia yang jumlahnya lebih dari 300 macam. Sekitar 90-95% penyebab ISPA pada saluran
pernafasan bagian atas adalah virus. Di negara berkembang, ISPA pada saluran pernafasan bagian
bawah terutama pneumonia disebabkan oleh bakteri dari genus streptokokus, haemofilus,
pneumokokus, bordetella dan korinebakterium, sedang di negara maju ISPA pada saluran
pernafasan bagian bawah disebabkan oleh virus, miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus
dan herpesvirus.

ISPA dapat diklasifikasikan dalam golongan ringan, sedang, dan berat. Gejala ISPA meliputi gejala-
gejala yang menyerang sistem pernapasan pada umumnya serta gejala-gejala sistemik, seperti batuk
(berdahak atau tidak), sesak napas, retraksi sela iga, dan demam. Pada balita dan orang tua, sesak
berkepanjangan dapat menyebabkan sianosis. ISPA merupakan suatu air borne disease, yaitu
penyakit yang menular lewat udara.

Terapi ISPA disesuaikan dengan penyebabnya. ISPA yang disebabkan oleh bakteri diterapi dengan
anbtibiotik. Terdapat kesulitan menentukan pengobatan secara rasional karena sulitnya
memperoleh material pemeriksaan yang tepat, seringkali mikroorganisme itu baru diketahui dalam
waktu yang lama, kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman
penyebab. Maka sebaiknya pendekatan yang digunakan adalah pengobatan secara empiris lebih
dahulu, setelah diketahui kuman penyebab beserta antibiotik yang sesuai, terapi selanjutnya
disesuaikan.

2. Peradangan pada Kulit (Dermatitis)


Dermatitis merupakan suatu istilah kedokteran yang mana kulit mengalami peradangan atau iritasi.
Penyebab dermatitis belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa hal yang dapat
mencetuskan suatu dermatitis, seperti alergi, bahan-bahan iritan (deterjen), logam (biasanya pada
jam tangan), karet (biasanya pada sarung tangan), dll. Dermatitis yang disebabkan oleh alergi disebut
juga dengan dermatitis atopik, dan biasanya terjadi pada bayi. Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan-bahan iritan, logam, atau sarung tangan disebut juga dengan dermatitis kontak.

Pada umumnya, penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit penderita dermatitis
bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas, dapat pula tidak tegas, penyebarannya
dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut, kelainan kulit berupa eritema,
edema, vesikel, atau bulla, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut,
eritema berkurang, eksudat mengering dan menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis, tampak
lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat erosi atau
ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis
effloresensinya tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.

Meskipun penyembuhan dermatitis sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus, pasien dapat
mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari
iritan/alergen yang menyebabkan dermatitis. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan
menyebar dari satu orang ke orang yang lain. Karena menghindari alergen/bahan iritan merupakan
hal yang paling penting untuk mencegah terjadinya suatu dermatitis, maka penyuluhan ini dilakukan
untuk mengedukasi masyarakat setempat mengenai pentingnya menghindari alergen/bahan iritan
agar dermatitis tidak mengalami kekambuhan di kemudian hari.

2.

ISPA mengakibatkan sekitar dua juta kematian per tahun di negara berkembang dan menempati
urutan pertama penyebab kematian. Insidensi ISPA di Sulawesi Selatan menunjukkan angka
berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun
2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita dengan angka Case Fatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059,
tahun 2011 sebanyak 10,5/1000 bayi dan balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi dan
balita penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 bayi dan balita, tahun 2011
sebanyak 26,7/100 bayi dan balita.

Prevalensi dermatitis atopik pada anak tinggi, yaitu sekitar 80% apabila kedua orang tuanya
menderita dermatitis atopik. Survei di negara berkembang menunjukkan 10-20% anak menderita
dermatitis atopik. Sedangkan, pada dermatitis kontak, insidensi terbanyak ditemukan pada kawasan
industri.

3.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka kami bermaksud mengadakan
penyuluhan kesehatan dengan materi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Peradangan pada
Kulit (Dermatitis). Adapun materi yang disampaikan pada penyuluhan ini, meliputi:

1. Penyuluhan ISPA, antara lain: pengertian ISPA, gejala dan tanda umum ISPA, faktor risiko
ISPA, gejala dan tanda ISPA pada bayi, dan pengobatan ISPA.
2. Penyuluhan dermatitis, antara lain:pengertian, jenis-jenis, faktor penyebab,gejala klinis,
penanganan dan pencegahan dermatitis.

4.

Waktu dan tempat pelaksanaan penyuluhan ini, antara lain:

Penyuluhan dilaksanakan padatanggal 03 januari di Puskesmas Lasolo Penyuluhan ini diikuti oleh
pasien-pasien dan petugas puskesmas.

Penyuluhan ini dibawakan dengan metode bincang-bincang disertai tanya jawab kepada peserta
penyuluhan. Warga terlihat antusias selama penyuluhan dan sesi diskusi dilakukan.

5.

1. Kesimpulan

Penyuluhan tentang ISPA dan dermatitis pada masyarakat, khususnya masyarakat pada cakupan
wilayah kerja Puskesmas telah berjalan dengan lancar, hal ini terlihat dari antusiasme warga saat
mengikuti penyuluhan, dengan demikian diharapkan melalui penyuluhan ini dapat menurunkan
angka kejadian kedua penyakit tersebut, sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
setempat.

2. Saran

Mengingat tingginya angka kejadian penyakit-penyakit ini, kegiatan penyuluhan mengenai ISPA dan
dermatitis harus dilaksanakan secara berkesinambungan agar pemahaman masyarakat tentang
kedua penyakit ini semakin luas.

Anda mungkin juga menyukai