Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“GANGGUAN MOBILISASI”
Disusun Oleh ;
Kelompok 7
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Lola Felnanda Amri, M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberinya
rahmat dan hidayahNya sehingga tugas makalah kami ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan
Pada klien Dengan Gangguan Mobilisasi “ bisa terselesaikan dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh mata kuliah Keperawatan Gerontik tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan mobilisasi disamping itu, juga untuk menambah wawasan kami dalam ilmu pengetahuan
terutama di bidang mobilisasi.
Penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya atau karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 4
C. Tujuan…………………………………………………………………………….. 5
1. Pengertian Mobilisasi…………………………………………………………….. 6
2. Pengertian Gangguan Mobilitas …………………………………………………. 6
3. Jenis Mobilitas …………………………………………………………….. ……. 7
4. Jenis Imobilitas ………………………………………………………………….. 7
5. Etiologi…………………………………………………………….. ……………. 8
6. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik ………………………………… 8
7. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik …………………………………………… 9
8. Manifestasi Klinis …………………………………………………………….. 12
9. Komplikasi……………………………………………………………………… 12
10. Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion (ROM)… 13
11. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………… 14
A. Pengkajian……………………………………………………………………… 15
B. Diagnosis Keperawatan………………………………………………………… 19
C. Intervensi Keperawatan……………………………………………………….. 20
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang lansia biasanya mulai
menurun. Beberapa perubahan fisik yang diasosiasikan dengan penuaan dapat terlihat jelas
oleh seseorang pengamat biasa meskipun mereka berdampak pada beberapa lansia lebih
dari yang lain.
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang membahas fenomena biologis, psiko dan
sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan penekanan
pada upaya prevensi dan promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang
optimal bagi lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan,
implementasi dan evaluasi).
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka.
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah,
penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual,
data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data
tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mobilisasi?
2. Apa pengertian Gangguan Mobilitas?
3. Apa saja Jenis Mobilitas ?
4
4. Apa saja Jenis Imobilitas ?
5. Bagaimana Etiologi gangguan mobilisasi?
6. Apa saja Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik?
7. Apa saja Dampak Gangguan Mobilitas Fisik ?
8. Apa saja Manifestasi Klinis gangguan mobilisasi ?
9. Apa saja Komplikasi dari gangguan mobilisasi?
10. Bagaimana Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion (ROM)?
11. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari gangguan mobilisasi?
12. Bagaimana pengkajian pada lansia dengan gangguan mobilisasi?
C. Tujuan
1. untuk mengertahui pengertian Mobilisasi
2. untuk mengertahui pengertian Gangguan Mobilitas
3. untuk mengertahui Jenis Mobilitas
4. untuk mengertahui Jenis Imobilitas
5. untuk mengertahui Etiologi gangguan mobilisasi
6. untuk mengertahui Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik
7. untuk mengertahui Dampak Gangguan Mobilitas Fisik
8. untuk mengertahui Manifestasi Klinis gangguan mobilisasi
9. untuk mengertahui Komplikasi dari gangguan mobilisasi
10. untuk mengertahui Penatalaksanaan Mobilitas Fisik Dengan Latihan Range Of Motion
(ROM)
11. untuk mengertahui Pemeriksaan Penunjang dari gangguan mobilisasi
12. untuk mengertahui pengkajian pada lansia dengan gangguan mobilisasi
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan
bantuan alat (Widuri, 2010). Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan
adanya koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010)
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan
bebas (Kozier, 2010). Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri.
6
3. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi
dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia karena stroke, parapelgia
karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik (Widuri, 2010).
4. Jenis Imobilitas
a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga
tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai
contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
7
d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakit sehingga dapat memengaruhi perannya dalam
kehidupan social (Widuri, 2010).
5. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :
a. Penurunan kendali otot
b. Penurunan kekuatan otot
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal
f. Gangguan neuromuskular
g. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
8
- Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat
imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut
dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate ( BMR ) yang menyebabkan
berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan
oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan
metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan
pengingkatan
9
mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berapa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf
otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular akan menurun dan
menyebabkan vasokontrriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga
aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstermitas bawah bergerak
dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan
10
kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh vena statsi yang merupakan hasil
penurunan kontrasi muskular sehingga meningkatkan arus balik vena.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah
renal dan urine berkurang.
11
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur dan
menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampk
imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran,
konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Widuri, 2010).
8. Manifestasi Klinis
a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
1) Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
2) Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
3) Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas.
4) Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium;
dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).
5) Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
dan batu ginjal.
6) Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
7) Neurosensori: sensori deprivation (Asmadi, 2008).
9. Komplikasi
Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak ditangani
dapat menyebabkan masalah, diantaranya:
a. Pembekuan darah
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang
terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru.
b. Dekubitus
12
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit
bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.
d. Atrofi dan kekakuan sendi
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi Komplikasi lainnya yaitu:
a) Disritmia
b) Peningkatan tekanan intra cranial
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
e) Kematian (saferi wijaya, 2013).
13
sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif
(Suratun, 2008).
14
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILISASI
I. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic
hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor
neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin
dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
15
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Bahu
Lengan bawa
16
Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan seingga 70-90
telapak tangan menghadap ke atas
Pergelangan tangan
Jari-jari tangan
Ibu jari
Pinggul
Lutut
17
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130
Mata kaki
5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan
melawan tekanan secara stimulant.
B. Diagnosa Keperawatan
18
1) Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai dengan
keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan keterbatasan
rentang gerak sendi
2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
ditandai dengan ketidakmampuan untuk meakukan pembersihan tubuh.
3) Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko tonjolan tulang ditandai
dengan imobilisasi fisik.
19
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan NIC Label Exercise Therapy:
berhubungan dengan keperawatan ...x24jam Joint Mobility o Menentukan
intoleransi aktivitas diharapkan pasien dapat batas gerakan
ditandai dengan tetap mempertahankan yang akan
keterbatasan kemampuan pergerakannya, dengan o Kaji keterbatasan gerak sendi dilakukan
melakukan keterampilan criteria: o Motivasi yang
motorik kasar o Kaji motivasi klien untuk tinggi dari
NOC Label : Body
mempertahankan pergerakan pasien dpt
Mechanics Performance
sendi melancarkan
Menggunakan posisi o Jelaskan alasan/rasional latihan
duduk yang benar pemberian latihan kepada pasien/ o Agar pasien
Mempertahankan keluarga beserta
kekuatan otot keluarga dapat
Mempertahankan o Monitor lokasi ketidaknyamanan memahami dan
fleksibilitas sendi atau nyeri selama aktivitas mengetahui
o Lindungi pasien dari cedera alasanpemberia
selama latihan n latihan
o Agar dapat
o Bantu klien ke posisi yang memberikan
optimal untuk latihan rentang intervensi
20
gerak secara tepat
o Anjurkan klien untuk melakukan
latihan range of motion secara o Cedera yg
aktif jika memungkinkan timbul dapat
o Anjurkan untuk melakukan memperburuk
range of motion pasif jika kondisi klien
diindikasikan
o Memaksimalka
o Beri reinforcement positif setiap
n latihan
kemajuan klien
o ROM dapat
mempertahank
an pergerakan
sendi
21
o ROM pasif
dilakukan jika
klien tidak
dapat
melakukan
secara mandiri
o Meningkatkan
harga diri klien
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan
bebas (Kozier, 2010). Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri.
Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya (Widuri, 2010).
Jenis mobilitas diantaranya yaitu Mobilitas penuh, Mobilitas sebagian, Mobilitas
sebagian temporer, dan Mobilitas sebagian permanen. Sementara itu untuk jenis
imobilitas yaitu Imobilitas fisik, Imobilitas intelektual, Imobilitas emosional, dan
Imobilitas sosial.
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu : Penurunan kendali
otot, Penurunan kekuatan otot, Kekakuan sendi, Kontraktur, Gangguan muskuloskletal,
Gangguan neuromuscular, dan Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP
PPNI, 2017)
Dampak Gangguan Mobilitas Fisik di antaranya yaitu Perubahan Metabolisme,
Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit , Gangguan Pengubahan Zat Gizi, Gangguan
Fungsi Gastrointestinal, Perubahan Sistem Pernapasan, Perubahan Kardiovaskular,
Perubahan Sistem Muskuloskeletal, Gangguan Muskular, dan sebagainya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011).Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.Yogyakarta : Graha Ilmu
Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawaran Gerontik. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
24