Anda di halaman 1dari 8

Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus

terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli

Ika Yudianti1, Suprapti2, Hupitoyo3


1,2,3Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang

Abstrak

Mikroorganisme mudah masuk ke dalam tubuh ibu maupun bayi saat persalinan, termasuk
Escherichia coli. Terdapat dua metode pemrosesan alat bekas pakai, yaitu sterilisasi panas kering atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT) teknik rebus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan
efektifitas antara sterilisasi panas kering dan DTT teknik rebus terhadap pertumbuhan bakteri E. coli.
Desain penelitian adalah studi komparasi. Pendekatan yang digunakan adalah post test only design.
Sampel penelitian adalah biakan bakteri E.coli dari saluran kemih, yang diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Brawijaya Malang. Setiap metode menggunakan lima batang jarum jahit
otot yang dicelupkan dalam biakan E.coli. Sampel kemudian diamati pertumbuhan koloni baru E.coli
setiap hari selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sterilisasi panas kering
lebih unggul dalam hal lama keadaan bebas bakteri dan rerata jumlah koloni yang tumbuh. Uji
hipotesis menggunakan uji t, diperoleh t=4,604; p<0,001 yang sangat bermakna, artinya ada
perbedaan efektifitas pada pemrosesan alat menggunakan teknik panas kering dan DTT teknik rebus.
Sterilisasi panas kering lebih efektif dalam pemrosesan instrumen bekas pakai.

Kata kunci: Desinfeksi tingkat tinggi, E.coli, sterilisasi

Korespondensi: Jl. Besar Ijen 77c Malang, Tlp./Fax. (0341) 558793 e-mail: ikyudmidwife@gmail.com

IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015 8


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

Comparative Study in Effectiveness of Dry Heat Sterilization and High Level Desinfection by
Boiling on the Growth of E. Coli

Abstract

Microorganisms easy entry into the body of the mother and baby during childbirth, including
Escherichia coli. There are two methods of processing of used equipment, which is a dry heat
sterilization or high-level disinfection (HLD) boiled techniques. The purpose of this study was to
determine the effectiveness of the comparison between the dry heat sterilization techniques and DTT
boiled on the growth of E. coli bacteria. Design research is a comparative study. The approach used is
a post-test only design. The sample is cultured E. coli bacteria from the urinary tract obtained from
the Laboratory of Microbiology University of Brawijaya. Each method uses five trunk muscle sewing
needle dipped in E.coli culture. Samples were then observed the growth of a new colony of E.coli
every day for seven days. The results showed that the dry heat sterilization method is superior in
terms of the old free state and the mean number of colonies of bacteria growing. Hypothesis test with
t test obtained t = 4,604; p <0.001, which is very meaningful, meaning that there are differences in the
effectiveness of the processing tool using the technique of dry heat and DTT boiled techniques. Thus
the dry heat sterilization is more effective in processing the used instruments.

Key Word: dry heat sterilization , E. coli , high-level disinfection

9 IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

Pendahuluan itu alat ini juga dinilai lebih praktis sebab


Risiko masuknya kuman meningkat ketika pengguna tidak perlu memindahkan peralatan
terjadi trauma persalinan, misalnya robekan keluar dari sterilisator hingga saatnya digunakan
perineum dan atau vagina. Pembuluh darah yang atau disterilkan ulang, dengan kata lain
pecah dan jaringan yang terputus merupakan sterilisator tersebut dapat juga berfungsi sebagai
port d’entry bagi kuman maupun bakteri. Kuman tempat penyimpanan instrumen. Instrumen yang
maupun bakteri yang menginfeksi pada saat dapat disterilkan dengan alat ini adalah
persalinan berpotensi menimbulkan infeksi pada instrumen yang terbuat dari gelas, logam, dan
masa nifas. Bila infeksi tersebut tidak mendapat karet.
pertolongan yang adekuat maka dapat Teknik sterilisasi panas kering menggunakan
menimbulkan penurunan kualitas hidup alat yang mirip dengan oven kue tersebut tidak
perempuan, atau bahkan mengakibatkan diajarkan dalam Pelatihan Asuhan Persalinan
kematian pada masa nifas yang termasuk dalam Normal. Hal ini disebabkan karena ditengarai
Angka Kematian Ibu (AKI).1Salah satu bakteri alat tersebut tidak dapat menyediakan suhu atau
penyebab infeksi luka perineum adalah panas yang stabil selama proses sterilisasi
Escherichia coli (E. coli). E. coli merupakan berlangsung, sehingga dikhawatirkan tidak
penyebab utama meningitis pada bayi baru lahir memberikan hasil yang optimal. Namun
dan infeksi saluran kemih (ISK).2,3 Salah satu demikian, belum ada bukti penelitian yang
bentuk usaha PI adalah dengan pemrosesan alat menjelaskan perbandingan efektifitas kedua
yang telah digunakan dan akan dipakai ulang metode tersebut dalam membunuh kuman
(bekas pakai/reusable) dengan metode sterilisasi patogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk
maupun DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi). mengetahui perbandingan efektifitas antara
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua sterilisator panas kering dan DTT teknik rebus
jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah terhadap pertumbuhan bakteri E. coli.
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,
mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu Metode
benda. Proses ini melibatkan aplikasi Desain penelitian ini adalah studi komparasi,
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan yaitu membandingkan efektifitas teknik
untuk membunuh atau menghilangkan sterilisasi panas kering dan desinfeksi tingkat
mikroorganisme.4 tinggi teknik rebus dalam menghambat
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) pertumbuhan bakteri E.coli. Pendekatan yang
maupun Pelatihan Contraceptive Technique digunakan adalah post test only design.
Updates (CTU) mengajarkan kepada para bidan Populasi sekaligus sampel penelitian adalah
untuk mengelola instrumen bekas pakai dengan biakan bakteri E.coli yang berasal dari saluran
menggunakan teknik rebus maupun kukus1. kemih. Biakan diperoleh dari Laboratorium
Teknik ini tidak membutuhkan peralatan yang Mikrobiologi Universitas Brawijaya Malang.
mahal. DTT teknik kukus/rebus ini harus Guna membandingkan kedua teknik pemrosesan
didahului dengan proses dekontaminasi-cuci- alat, digunakan lima batang jarum jahit otot yang
bilas baru kemudian direbus atau dikukus. DTT dicelupkan ke dalam biakan E.coli untuk masing-
dikatakan sangat efektif membunuh bakteri masing teknik, sehingga keseluruhan digunakan
vegetatif, mikrobakteria, virus, dan jamur, 10 batang jarum.
namun tidak dapat membasmi spora. Instrumen Instrumen penelitian:
yang sudah dalam kondisi DTT dapat bertahan 1. Teknik sterilisasi panas kering menggunakan
paling lama tujuh hari setelah proses sterilisator panas kering baru. Sterilisasi di
rebus/kukus, setelah itu harus kembali dikukus ruang bagian bawah menggunakan sinar
atau direbus.1 Saat ini peneliti sering mendapati inframerah untuk peralatan yang tahan panas .
Bidan Praktik Mandiri (BPM) yang Tersedia ruang di bagian atas untuk benda
menggunakan sterilisator panas kering untuk yang tidak tahan panas dengan menggunakan
pemrosesan alat bekas pakai. Menurut spesifikasi teknologi ozon. Lama waktu proses sterilisasi
yang tertulis dalam kemasannya, alat tersebut ditentukan oleh pemerataan suhu dalam
dapat membunuh kuman, bakteri, virus hepatitis ruangan (maksimal 1500C). Proses cleaning,
B, dan spora. Alat ini membuat peralatan desinfeksi, dan pemanasan kering dapat
menjadi steril dengan metode ozonisasi. Selain dilakukan dalam waktu bersamaan.

IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015 10


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

2. Desinfeksi tingkat tinggi teknik rebus seluruh permukaan jarum terkontaminasi,


menggunakan sterilisator basah. Material kemudian jarum dimasukkan ke dalam kom
insulator panas terbuat dari glass wool, masing-masing sesuai dengan label yang
merupakan bahan yang baik untuk menyekat sudah ditempelkan tanpa ditutup.
panas secara maksimal sehingga tidak banyak 5. Lima batang jarum dimasukkan ke dalam
panas yang terbuang. Menggunakan media air sterilisator panas kering dengan suhu 1500C
untuk pemrosesan alat. selama 20 menit dihitung setelah suhu yang
Urutan kerja: diinginkan tercapai.
1. Menyiapkan sepuluh batang jarum jahit otot 6. Lima batang jarum lainnya dimasukkan ke
yang masih baru (steril), satu buah pinset dalam sterilisator basah berisi air yang
steril, dua buah kom steril bertutup yang sedang mendidih selama 20 menit.
telah diberi label sesuai teknik, sebuah 7. Setelah diproses dalam waktu yang telah
tromol, alat pelindung diri (sarung tangan, ditentukan, kedua kom yang berisi jarum-
jas lab, kacamata, alas kaki), serta pengukur jarum tersebut ditutup dan dimasukkan ke
waktu (jam). dalam wadah tromol yang dikunci rapat
2. Menyiapkan sterilisator panas kering dan kemudian segera dibawa ke Laboratorium
sterilisator basah. Sterilisator panas kering Mikrobiologi Universitas Brawijaya.
dinyalakan sampai suhu yang diinginkan 8. Jarum-jarum tersebut selanjutnya
tercapai (1500C indikator merah menyala). dipindahkan ke dalam cawan petri bertutup,
Mengisi sterilisator basah dengan air kran kemudian diobservasi di bawah mikroskop
sampai tanda batas dan menyalakannya selama tujuh hari untuk mengamati
hingga air mendidih (1000C). pertumbuhan bakteri E.coli pada masing-
3. Mengambil biakan murni bakteri E.coli masing teknik pemrosesan alat. Hari
yang ditampung dalam tabung pembiakan pertama dimulai keesokan harinya. Selama
yang tertutup. masa observasi seluruh sampel tetap berada
4. Satu-persatu dari sepuluh batang jarum jahit dalam cawan petri lengkap dengan
otot dicelupkan ke dalam biakan bakteri tutupnya.
E.coli dengan menggunakan pinset hingga
Hasil

Tabel 2 Jumlah E.coli pada Sampel Sterilisasi Panas Kering (Koloni/Lapang Pandang)
No. Observasi Hari
Sampel I II III IV V VI VII
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 3 3 3
3 0 1 2 2 6 6 6
4 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 2 5 6 6 6

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada sampel b. Terdapat dua sampel yang sama sekali tidak
sterilisasi panas kering: ditumbuhi bakteri maupun jamur sejak hari I
a. Dalam 24 jam pertama setelah pemrosesan s.d. VII setelah pemrosesan alat.
alat tidak terjadi pertumbuhan koloni bakteri c. Rerata jumlah koloni bakteri E.coli pada tiap
E.coli pada semua sampel. Pertumbuhan sampel adalah tiga koloni.
bakteri paling dini dimulai pada hari II setelah d. Pada hari VI dan VII setelah pemrosesan alat
pemrosesan alat. sudah tidak terjadi pertumbuhan koloni baru
bakteri E.coli pada sampel.

Tabel 3 Jumlah E.coli pada Sampel Dekontaminasi Tingkat Tinggi Teknik Rebus
(Koloni/Lapang Pandang).
No. Observasi Hari
Sampel I II III IV V VI VII
1 0 2 9 17 32 72 72

11 IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

2 1 + hifa 1 + hifa 1 + hifa 4 + hifa 25 + hifa 26 + hifa 26 + hifa


jamur jamur jamur jamur jamur jamur jamur
3 1 4 6 11 17 18 18
4 0 0 0 0 1 1 1
5 0 3 4 4 4 4 4

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada sampel Tiga proses pokok yang direkomendasikan
desinfeksi tingkat tinggi teknik rebus: dalam pemrosesan instrumen pertolongan
a. Dalam 24 jam pertama setelah pemrosesan persalinan adalah dekontaminasi, pencucian dan
alat sudah terjadi pertumbuhan koloni bakteri pembilasan, dan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
E.coli pada dua dari lima sampel. atau sterilisasi. Teknik DTT dapat
b. Seluruh sampel ditumbuhi koloni bakteri menghilangkan atau menon-aktifkan
E.coli, bahkan ada satu sampel yang juga mikroorganisme hingga 95%, sedangkan
ditumbuhi oleh hifa (morfologi jamur) selain sterilisasi mencapai 100%1. Sterilisasi panas
ditumbuhi bakteri E.coli. kering menyebabkan oksidasi destruktif terhadap
c. Rerata jumlah koloni bakteri E.coli pada tiap konstituen, denaturasi protein bakteri, dan
sampel adalah 24 koloni. mempunyai efek toksik pada sel-sel bakteri7.
d. Pada hari VII setelah pemrosesan alat, sudah Penelitian ini tidak melakukan langkah
tidak terjadi pertumbuhan koloni baru bakteri dekontaminasi dan cuci-bilas instrumen dengan
E.coli pada sampel. pertimbangan bahwa sampel yang digunakan
masih dalam keadaan steril/baru. Sampel berupa
Menganalisis perbandingan efektivitas jarum jahit otot yang telah terpapar koloni
sterilisasi panas kering dan DTT teknik rebus bakteri E.coli langsung diproses dengan metode
terhadap pertumbuhan koloni bakteri E sterilisasi panas kering atau DTT teknik rebus.
menggunakan Uji-T.5,6 Pada α 0.01 ; df n – 1 ( 5 Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi bias dan
– 1 ) = 4; didapatkan t table = 4,604. Oleh karena t dapat dilakukan justifikasi bahwa hasil yang
hitung (8.67) > t table (4.604) maka H0 di tolak, diperoleh bukan berasal dari langkah
artinya ada perbedaan efektifitas pada dekontaminasi maupun cuci-bilas, melainkan
pemrosesan alat menggunakan teknik panas benar-benar merupakan pengaruh langsung dari
kering dan DTT teknik rebus (panas basah). sterilisasi panas kering atau DTT teknik rebus.
Alat sterilisator panas kering yang digunakan
Diskusi dalam penelitian ini memanfaatkan radiasi sinar
Kejadian sepsis berada dalam peringkat ke-3 inframerah. Sinar inframerah merupakan
sebagai kontributor Angka Kematian Ibu (AKI) gelombang elektromagnetik yang berada di
di Indonesia. Sepsis dapat berasal dari infeksi antara sinar tampak dan sinar gelombang mikro.
yang dimulai sejak dalam kehamilan, persalinan, Teori mengatakan bahwa sinar dengan panjang
maupun masa nifas. Hal ini menjadi salah satu gelombang antara 6-14µ sebagaimana dimiliki
yang melatarbelakangi pergeseran paradigma sinar matahari pagi pukul 07.00-09.00 berperan
asuhan persalinan normal, dari menunggu penting dalam formasi dan pertumbuhan
terjadinya komplikasi dan menanganinya makhluk hidup. Pancaran sinar inframerah tidak
menjadi mencegah terjadinya komplikasi melalui memerlukan media penghantar dan kekuatan
persalinan bersih dan aman. Terdapat lima aspek daya tembusnya sangat kuat. Sinar inframerah
dasar yang penting dan saling terkait dalam dapat mengaktifkan dan menyeimbangkan sel-sel
asuhan persalinan yang bersih dan aman yang tubuh, memecah molekul air, mengencerkan
dikenal dengan Lima Benang Merah, yaitu: darah, menghambat pertumbuhan sel kanker,
membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu bakteri, atau jamur (Ananta, 2005).
dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan, Observasi terhadap kelima sampel yang
dan rujukan1. Salah satu wujud upaya diproses dengan teknik sterilisasi panas kering
pencegahan infeksi adalah dengan menggunakan menunjukkan bahwa dalam 24 jam pertama
instrumen pertolongan persalinan yang bebas setelah pemrosesan alat tidak terjadi
dari kuman atau bakteri patogen. pertumbuhan koloni bakteri E.coli pada semua
sampel, sehingga dapat dipastikan bahwa pada

IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015 12


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

saat segera setelah proses sterilisasi baru saja tertutup dan kering. Sedangkan dalam penelitian
dilakukan semua mikroorganisme yang terdapat ini sterilisasi panas kering dilakukan dalam
pada sampel dalam keadaan mati. Dua dari lima sterilisator panas kering yang berdasarkan
sampel sama sekali tidak ditumbuhi bakteri spesifikasinya dapat menghasilkan panas
maupun jamur sejak hari I s.d. VII setelah maksimal 1500C dalam waktu 20 menit. Ketika
pemrosesan alat. Pertumbuhan bakteri baru telah mencapai menit ke-20 alat tersebut akan
terjadi pada hari II setelah pemrosesan alat. Pada mati secara otomatis sehingga operator tidak
hari VI dan VII setelah pemrosesan alat sudah dapat mengatur suhu maupun waktu yang
tidak terjadi pertumbuhan koloni baru bakteri diinginkan untuk pemrosesan alat. Ini
E.coli maupun mikroorganisme lainnya pada menyebabkan operator tidak dapat mengetahui
sampel. Rerata jumlah koloni bakteri E.coli yang secara pasti apakah suhu telah benar-benar
tumbuh pada tiap sampel adalah tiga koloni. Hal mencapai maksimal ataukah belum. Perbedaan
ini menunjukkan bahwa absorbsi radiasi sinar suhu dan lama pemrosesan inilah yang ditengarai
inframerah oleh sel bakteri E.coli berakibat pada mengakibatkan tumbuhnya koloni bakteri E.coli
kematian sel yang ditandai dengan tidak adanya mulai hari ke-2 setelah pemrosesan alat. Apabila
atau keterbatasan dalam membentuk koloni. sterilisator panas kering dapat mencapai suhu
Hampir semua jenis bakteri memerlukan hingga 1600C dan suhunya dapat diatur hingga
lingkungan yang gelap untuk mencapai 60 menit dimungkinkan bakteri akan
pertumbuhan optimal, sehingga adanya radiasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sinar inframerah ini tidak menguntungkan bagi dapat hidup pada instrumen.
pertumbuhan koloni bakteri8. DTT teknik rebus Observasi yang dilakukan terhadap kelima
menggunakan autoklaf memiliki keunggulan sampel yang diproses secara desinfeksi tingkat
yaitu: lebih penetratif daripada teknik panas tinggi dengan teknis perebusan memberikan hasil
kering sebab dapat membasahi spora dimana bahwa dalam 24 jam pertama setelah pemrosesan
kelembaban sangat penting untuk proses alat sudah terjadi pertumbuhan koloni bakteri
koagulasi protein yang menjadi mekanisme kerja E.coli pada dua dari lima sampel. Seluruh sampel
utama teknik tersebut10. ditumbuhi koloni bakteri E.coli, bahkan ada satu
Sampel jarum jahit setelah diproses dengan sampel yang juga ditumbuhi oleh hifa (morfologi
sterilisasi panas kering ini berada dalam kondisi jamur) selain ditumbuhi bakteri E.coli. Rerata
kering, sehingga temperatur tinggi (terasa panas) jumlah koloni bakteri E.coli pada tiap sampel
dan kelembabannya rendah (kering). Temperatur adalah 24 koloni. Pada hari VII setelah
yang berbanding terbalik dengan kelembaban pemrosesan alat, sudah tidak terjadi
lingkungan dapat menghambat pertumbuhan pertumbuhan koloni baru bakteri E.coli pada
mikroba, sehingga pada hari I dan II setelah sampel.
pemrosesan hanya sedikit saja koloni bakteri Teknik desinfeksi tingkat tinggi teknik rebus
E.coli yang ditemukan. Semakin lama dari waktu ini adalah satu metode pemrosesan alat yang
pemrosesan alat, temperatur akan semakin turun sering dilakukan oleh bidan yang praktik mandiri
dan kelembaban juga semakin rendah, sehingga sebelum sterilisator kering diperjualbelikan
sedikit demi sedikit terjadi pertumbuhan koloni secara luas seperti saat ini. Bidan umumnya
bakteri E.coli baru pada sampel. Hal ini sesuai menggunakan panci (dalam Bahasa Jawa disebut
dengan pendapat Yashmin Sultana bahwa ada ”langseng”) bersusun maksimal tiga tingkat,
beberapa faktor yang mempengaruhi sterilisasi, sehingga bagian dasar dapat digunakan untuk
yaitu: tingkat kekeringan alat yang akan merebus dan dua susun berikutnya dapat
diproses, temperatur dan kelembaban area digunakan untuk mengukus instrumen. Pada
pemrosesan, susunan alat dalam sterilisator, penelitian ini peneliti menggunakan alat yang
kondisi sterilisator, protokol perawatan, dan disebut sterilisator basah, meskipun prinsip
pemilihan metode sterilisasi yang sesuai9. kerjanya tidak berbeda dengan panci yang
Proses sterilisasi panas kering yang digunakan untuk merebus instrumen. Sampel
direkomendasikan dalam Buku Acuan Persalinan yang sudah dikontaminasikan dengan koloni
Normal dilakukan dalam suhu 1700C dalam E.coli dimasukkan ke dalam sterilisator pada saat
waktu 60 menit, dan peralatan yang telah air telah mendidih (1000C) yang ditandai dengan
disterilkan dapat disimpan sampai dengan tujuh keluarnya asap dari sela-sela sterilisator, selama
hari berikutnya bila disimpan dalam wadah 20 menit. Sama dengan teknik perebusan

13 IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015


Ika Yudianti, dkk: Perbandingan Efektifitas Sterilisasi Panas Kering dan Desinfeksi Tingkat Tinggi Teknik Rebus terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli

menggunakan panci, operator dapat mengetahui 1) Efektifitas sterilisasi panas kering:


dengan pasti bahwa suhu 1000C telah tercapai, a. Sampel bebas dari pertumbuhan bakteri
dan dapat menghitung waktu sesuai dengan yang E.coli dalam 24 jam pertama setelah
disyaratkan. pemrosesan alat.
Tumbuhnya koloni bakteri E.coli pada waktu b. Dua sampel tidak ditumbuhi bakteri E.coli
yang lebih cepat pada teknik rebus dapat terjadi sejak hari I s.d. VII setelah pemrosesan
karena setelah sampel diangkat dari alat perebus alat.
kemudian langsung ditutup, sehingga c. Rerata jumlah koloni bakteri E.coli pada
dimungkinkan masih ada sisa-sisa air yang tiap sampel adalah tiga koloni.
menempel pada sampel. Berbeda dengan sampel d. Pada hari VI dan VII setelah pemrosesan
pada sterilisasi panas kering yang setelah alat sudah tidak terjadi pertumbuhan
diproses keadaannya tetap kering. Keadaan koloni baru bakteri E.coli.
basah dan lembab pasca DTT teknik rebus ini 2) Efektifitas desinfeksi tingkat tinggi teknik
menghasilkan temperatur dan kelembaban yang rebus:
rendah. Lingkungan yang demikian merupakan a. Dua dari lima sampel telah ditumbuhi
media yang baik bagi bakteri untuk berkembang koloni bakteri E.coli dalam 24 jam
biak, sehingga sejak hari I setelah pemrosesan pertama setelah pemrosesan alat.
alat sudah ditemukan pertumbuhan koloni b. Seluruh sampel ditumbuhi koloni bakteri
bakteri E.coli pada beberapa sampel. E.coli, bahkan ada satu sampel yang juga
Hasil analisis statistik menggunakan uji-t ditumbuhi oleh hifa (morfologi jamur).
sampel bebas menunjukkan adanya perbedaan c. Rerata jumlah koloni bakteri E.coli yang
efektifitas yang signifikan pada p 0,01 antara tumbuh pada tiap sampel adalah 24 koloni.
sterilisasi panas kering dan desinfeksi tingkat d. Pada hari VII setelah pemrosesan alat
tinggi teknik rebus dalam mengeliminasi sudah tidak terjadi pertumbuhan koloni
pertumbuhan koloni bakteri E.coli. Secara baru bakteri E.coli pada sampel.
mikrobiologis perbedaan ini ditunjukkan dengan e. Sterilisasi panas kering lebih efektif dalam
perbedaan lama instrumen bebas bakteri E.coli di menghambat pertumbuhan koloni bakteri
antara kedua metode. Sampel sterilisasi panas Escherichia coli bila dibandingkan dengan
kering baru ditumbuhi koloni bakteri E.coli pada desinfeksi tingkat tinggi teknik rebus.
hari II observasi, sedangkan sampel DTT teknik
rebus sudah ditumbuhi koloni bakteri E.coli Daftar Pustaka
sejak hari I observasi. Perbedaan berikutnya 1. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR;
dapat dilihat pada rerata jumlah pertumbuhan 2008.
2. Entjang, Indan, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi.
koloni bakteri baru setiap harinya. Rerata jumlah PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
koloni bakteri E.coli yang tumbuh pada sampel 3. Melliawati R. 2009. Escherichia coli dalam Kehidupan
sterilisasi panas kering adalah tiga koloni, Manusia. Jurnal BioTrends 2009; 4 (1): 10-14
sedangkan pada sampel DTT teknik rebus 4. Adji, Dhirgo, dkk. Perbandingan Efektifitas Sterilisasi
Alhokol 70%, Inframerah, Otoklaf, dan Ozon terhadap
mencapai 24 koloni dan disertai dengan Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis. Jurnal Sains
pertumbuhan hifa (jamur). Perbedaan juga terjadi Veterenaria. 2007; 25 (11)
pada waktu dimana koloni baru bakteri E.coli 5. Budiarto Eko, 2001, Biostatistika untuk Kedokteran dan
tidak tumbuh lagi. Pada sampel sterilisasi panas Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
kering pada hari VI sudah tidak ditemukan lagi 6. Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode Penelitian
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
pertumbuhan koloni baru bakteri E.coli, 7. Vinay P, Giridhar Reddy Y, Nikhilanand H,
sedangkan pada sampel DTT teknik rebus koloni Priyadharsini. Sterilization Methods in Orthodontics –
bakteri E.coli baru berhenti tumbuh pada hari A Review. International J ournal of Dental Clinics.
VII observasi. 2011; 3 (1): 44-7.
8. Pelczar, Michael J., 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Simpulan 9. Bhana N, Zanwar Aarti S, Trivedi V, Jain D. A Review:
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Steam Sterilisator A Method of Sterilization. Journal
yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, Biol Sci Opin. 2013; 1 (2): 138-41.
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai 10. Rao S. Sterilization and Desinfection. Department of
Microbiology. JJMMC Davangere. 2008. Tersedia dari
berikut: www. microrao.com

IJEMC, Volume 2 No. 1, Maret 2015 14

Anda mungkin juga menyukai