Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Somatoform

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Oleh:

Laras Febriyana Safitri 014.06.0029

Pembimbing : dr. Pande Sura Oka, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK
SMF JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN SOMATOFORM
A. Definisi
Gangguan somatoform adalah kelompok penyakit yang luas dan
memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai kompensasi
utama. Otak mengirimkan berbagai sinyal yang mempengaruhi kesadaran
pasien dan menunjukkan adanya masalah serius di dalam tubuh dengan cara
yang belum diketahui. Perubahan ringan neurokimia, neurofisiologi, dan
neuroimunologi dapat terjadi akibat mekanisme otak atau jiwa yang tidak
diketahui yang menyebabkan penyakit. (Kartikadewi, 2017)

B. Faktor Resiko
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik
dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya
penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis
dan hemisfer non dominan (Kapita Selekta, 2001).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut
(Nevid, dkk, 2005):
1. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya
pada gangguan somatisasi).
2. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti
“peran sakit” yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan
somatoform.
3. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

1
• Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar
dari situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan
(keuntungan sekunder).
• Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
• Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan
kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran
akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
4. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif,
penyebab ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
• Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda
dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).
• Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari
impuls- impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam
simtom fisik (gangguan konversi).
• Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).

C. Gambaran keluhan gejala somatoform :


• Neuropsikiatri: “kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan
baik” , “ saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika
ditanya”
• Kardiopulmonal: “ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya
akan mati”
• Gastrointestinal: “ saya pernah dirawat karena sakit maagdan kandung
empedu dan belum ada dokter yang dapat menyembuhkannya”
• Genitourinaria: “ saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah

2
dilakukan pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”
• Musculoskeletal “saya telah belajar untuk hidupdalam kelemahan dan
kelelahan sepanjang waktu”
• Sensoris: “ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter
mengatakan kacamata tidak akan membantu”

D. Klasifikasi
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia edisi ketiga (PPDGJ-III), gangguan somatoform digolongkan
menjadi :
• Gangguan somatisasi (F45.0) merupakan gangguan dimana pasien biasanya
meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan
terjadinya penyalahgunaan obat. Gangguan ini dicirikan dengan keluhan
somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun
(namun biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa
tahun, dan berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami
hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.
• Gangguan somatoform tak terinci (F45.1) merupakan Gangguan yang
memiliki keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap,
akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi
tidak terpenuhi
• Gangguan hipokondrik (F45.2) merupakan keterpakuan (Preokupasi) pada
ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit
medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan yang dapat
ditemukan. gangguan dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap
penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat,
maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat
karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya.

3
• Disfungsi otonomik somatoform (F45.3) merupakan keluhan-keluhan fisik
yang ditampilkan oleh pasien seakan-akan merupakan gejala dari system
otonom.
• Gangguan nyeri somatoform menetap (F45.4) Merupakan Gangguan nyeri
ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor
psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. Pasien
sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat
ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan
dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun. Biasanya
disertai penyakit organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan
secara adekuat keparahan nyerinya. Individu yang merasakan nyeri akibat
gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa nyeri yang dialaminya dengan
lebih spesifik, lebih detail dalam memberikan gambaran sensoris dari rasa
nyeri yang dialaminya, dan menjelaskan situasi dimana rasa nyeri yang
dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang.
• Gangguan somatoform lainnya (F45.8)
• Gangguan somatoform YTT (F45.9)

Tambahan Kriteria Diagnosis Menurut DSM IV


• Gangguan Konversi merupakan suatu tipe gangguan somatoform yang
ditandai oleh kehilangan atau kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada
penyebab organis yang jelas. Gangguan ini dinamakan konversi karena
adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan
penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang
direpresikan ke simtom fisik. Simtom-simtom itu tidak dibuat secara
sengaja atau yang disebut malingering. Simtom fisik biasanya muncul tiba-
tiba dalam situasi yang penuh tekanan.
• Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh

4
kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat. Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik
yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.
Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di
depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba
memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, seperti menjalani operasi
plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri secara sosial atau bahkan diam
di rumah saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Orang dengan
gangguan dismorfik tubuh sering menunjukkan pola berdandan atau
mencuci, atau menata rambut secara kompulsif, dalam rangka mengoreksi
kerusakan yang dipersepsikan.

E. Diagnosis dan Kriteria Diagnosis


Anamnesis
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
terjadi berulang-ulang dan disertai permintaan pemeriksaan medis meski sudah
berkali- kali terbukti hasilnya negatif dan sudah dijelaskan bahwa tidak
ditemukan kelainan medis yang mendasari keluhan-keluhan yang terjadi.
Penderita biasanya juga menyangkal atau menolak untuk membahas tentang
permasalahan atau konflik yang dialaminya (yang mungkin akan berkaitan
dengan keluhan fisiknya), bahkan meskipun telah didapatkan tanda-tanda
depresi dan anxietas.

Pemeriksaan Fisik dan Status Mental


Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan somatoform tidak ditemukan
kelainan yang berarti yang dapat mendasari keluhan-keluhan fisiknya.
Pada pemeriksaan status mental, simptom yang mencolok adalah tilikan
yang buruk. Pasien umumnya tidak menyadari bahwa kekhawatiran terhadap
keluhan fisiknya adalah berlebihan dan tidak mendasar. Pada kasus ini juga

5
harus dipastikan tidak ada keyakinan yang mengarah kepada waham,karena jika
terdapat waham maka gangguan ini dapat lebih tepat disebut sebagai gangguan
waham.
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari
PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, gangguan dismorfik tubuh.
Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ-III dan DSM IV
Gangguan Somatisasi
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya
b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya;
c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan keluhannya dan dampak dari perilakunya.
Atau

a) Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode


beberapa tahun
b) Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,
1) 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,
dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2) 2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3) 1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya

6
indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
4) 1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau
hilangnya kesadaran selain pingsan).
c) Salah satu (1)atau (2):
1) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang
dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera,
medikasi, obat, atau alkohol)
2) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial
atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium.
d) Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
gangguan buatan atau pura-pura).
Gangguan Somatoform Tak terinci
a) Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan
tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi
tidak terpenuhi
b) Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas,
akan tetapi tidak boleh ada penyebah fisik dari keluhan-keluhannya.
Atau

a) Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan,

7
keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
b) Salah satu (1)atau (2)
1) Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek
langsung dari suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2) Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik
atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah
melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
c) Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
d) Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
e) Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura)
Gangguan Hipokondrik
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
a) keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik
yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan
yang berulang ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai,
ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau
perurubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham);
b) tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan- keluhannya.
Atau

8
a) Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia
menderita suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang
tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
b) Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang
tepat
c) Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang
penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
d) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama
gangguan sekurangnya 6 bulan.
e) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan
umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif
berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Disfungsi Otonomik Somatoform
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
a) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,
tremor, muka panas/"flushing", yang menetap dan mengganggu;
b) Gejala subjektif tambahan mengaeu pada sistem atau organ tertentu (gejala
tidak khas);
c) Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan
adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau
organ ter- tentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil
pemeriksaanpemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari
para dokter;
d) Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi
dari sistem atau organ yang dimaksud.
Karakter kelima:
F45.30 = Jantung dan sistem kardiovaskuler
F45.31 = Saluran peneernaan bagian atas

9
F45.32 = Saluran peneernaan bagian bawah
F45.33 = Sistem pernapasan
F45.34 = Sistem genito-urinaria
F45.38 = Sistem atau organ lainnya
Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
a) Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya
gangguan fisik.
b) Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau
problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan
dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
c) Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.
Atau
a) Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis
b) Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
c) Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset,
kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.
d) Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).
e) Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan,
atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.
Gangguan Somatoform Lainnya
a) Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf
otonom, dan terbatas seeara spesifik pada bagian tubuh atau sistem
tertentu. Ini sangat berbeda dengan Gangguan Somatisasi (F45.0) dan
Gangguan Somatoform Tak Terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan
yang banyak dan berganti-ganti.

10
b) Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
c) Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:
1) "globus hystericus" (perasaan ada benjolan di kerongkongan yang
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya
2) tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya
(kecuali sindrom Tourette);
3) pruritus psikogenik;
4) dismenore psikogenik;
5) "Teeth grinding".
Atau
a) keluhan yanga da tidak melalui saraf otonom, terbatas secara spesifik pd bgn
tubuh/sistem tertentu
b) tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan
c) termasuk didalamnya, pruritus psikogenik, ”globus histericus”(perasaan ad
benjolan di kerongkongan>>>disfagia) dan dismenore psikogenik
Gangguan Somatoform YTT
Tidak memenuhi semua kriteria diagnostik di atas.

Tambahan Kriteria Diagnosis Menurut DSM –IV TR


Gangguan konversi
Ciri-ciri diagnostik dari gangguan konversi adalah sebagai berikut:
a) Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan fungsi
motorik volunternya atau fungsi sensoris yang menunjukkan adanya
gangguan fisik.
b) Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena
onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya stresor
psikososial atau situasi konflik.
c) Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik tersebut atau
berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu.

11
d) Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respon,
juga tidak dapat dijtelaskan dengan gangguan fisik apa pun melalui landasan
pengujian yang tepat.
e) Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu
atau lebih area fungsi, seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk
menjamin perhatian medis.
f) Simtom tidak terbatas pada keluhan nyeri atau masalah pada fungsi seksual,
juga tidak dapat disebabkan oleh gangguan mental lain.
Akan tetapi, beberapa orang dengan gangguan konversi menunjukkan
ketidakpedulian yang mengejutkan terhadap simtom-simtom yang muncul, suatu
fenomena yang diistilahkan sebagai la belle indifference (“ketidakpedulian yang
indah”).
Gangguan Dismorfik Tubuh
a) Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan
sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut menjadi berlebihan.
b) Preokupasi menyebabkan Penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
c) Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia
nervosa).

F. Diagnosis Banding
• Gangguan somatoform harus dibedakan dengan gangguan karena penyakit
medis lain. Dokter harus berhati-hati untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya kelainan fisik yang kadang-kadang sulit terdiagnosis seperti AIDS,
endokrinopati, sklerosis multipel,dan sebagainya.
• Beberapa pasien dengan konversimempunyai keluhan primer
skizofrenia/depresi berat (harus disingkirkan gejala psikotik/depresi)

12
• Gangguan somatoform mirip dengan somatisasi dan nyeri organic
• Singkirkan juga malingering (orang dengan sadar membuat gejala fisik
tertentu, untuk mendapatkan keuntungan, menghindari proses hokum.
• Biasanya orang ttersebut tidak kooperatif terhadap pengobatan, bila
diketahui bohong, mereka menyerah, tidak menampakkan lagi gejalanya
• Gangguan buatan: pasien dengan sadar membuat gejala palsu, tetapi bukan
untuk mencari keuntungan,melainkan pasien senang dirawat dirumah sakit,
mereka kooperatif dengan semua prosedur medis. Terkadang untuk
membuat gejala palsu pasien meminum obat untuk menginduksi gejala
tertentu, cenderung merusak diri

G. Terapi
Pada gangguan somatoform tidak ada terapi spesifik. Terapi psikologis
baik individual maupun kelompok dapat berpengaruh besar apabila pasien
menginginkan. Obat-obatan dapat digunakan dengan indikasi tepat misalnya
terdapat anxietas atau depresi berat. Dokter juga diharapkan dapat mengurangi
stress yang dialami oleh pasien. Dokter berusaha sesering mungkin untuk
bertemu dengan pasien, agar pasien tidak merasa ditelantarkan dan merasa
didengarkan, yang akan membantu proses penyembuhan.
Strategi dan Strategi dan
Gangguan Tekhnik teknik
Tujuan Pengobatan
Somatoform Psikotrapi dan farmakologikal
psikososial dan fisik
1. Mencegah adopsi 1. pengobatan 1. diberikan
dari rasa sakit, yang konsisiten, hanya bila
invalidasi (tidak ditangani oleh indikasinya
membenrakan dokter yang jelas
pemikiran/meyakink sama 2. hindari obat-
an nahwa gejala 2. buat jadwal obatan yang
hanya ada dlam regular ddengan bersifat addiks
pikiran tidak untuk interval waktu
kehidupan nyata kedatangan yang
2. Meminimalisir memadai

13
biaya dan 3. memfokuskan
komplikasi dengan terapi secara
menghindari tes-tes gradual dari
diagnosis, treatment, gejala ke
dan obat-obatan yang personal dan ke
tidak perlu masalah sosial
3. Melakukan kontrol
farmakologis
terhadap sindrom
comorbid
(memperparah
kondisi)

Gangguan 1,2,3 1,2,3 1,2


Somatisasi
- anti anxietas
dan
antidepressan
Gangguan 1,2,3 1,2,3 1 dan 2
somatisasi tak
terperinci - obat anti
anxietas dan
anti depresan
(jika perlu)
Gangguan 1,2,3 1,2,3 2
Hipokondriasi Therapi
kognitiv- Usahakan untuk
behaviour mengurangi
gejala
hipokondriacal
dengan SSRI
(Fluoxetine 60-
80 mg/ hari)
dibandingkan
dengan obat
lain
Gangguan 1,2,3 1,2,3 1 dan 2
nyeri menetap Jika nyeri nya akut Nyeri kronik :
(< 6 bulan), pertimbangkan Akut :
tambahkan obt terapi fisik dan acetaminophen
simptomatik untuk pekerjaan, serta dan NSAIDS
gejala yang timbul terapi kognitif- (tidak dicampur)

14
behavioural atau sebagai
Jika nyeri bersifat yambahan pda
kronik (>6 bulan ), opioid
fokus pada
pertahankan fungsi Kronik :
dan motilitas tubuh Trisiklik anti
daripada fokus pada depresan,
penyembuhan nyeri acetaminophen
dan NSAID

Pertimbangkan
akupunnktur
Gangguan 1,2,3 Akut : yakinkan, 1 dan 2
Konversi sugesti pasien
untuk mengurangi Pertimbangkan
gejala narcoanalisis
Pertimbangkan (sedative
narcoanalisis hipnotic)
(sedativ hipnotis),
hipnoterapi,
behavioural terapi

Kronik : 1,2, dan


3
Eksplorasi lebih
lanjut mengenai
konflik yang
bersifat
unterpersonal
pada pasien
Gangguan 1,2,3 1,2,3 2
dismorfik Khususnya Terapi kognitif- Usahakan untuk
tubuh menghindari behavioural mengurangi
pembedahan gejala
hipokondriacal
dengan SSRI
(Fluoxetine 60-
80 mg/ hari)
dibandingkan
dengan obat
lain

15
H. Edukasi

• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi yang dialami


• Menjelaskan bahwa pasien membutuhkan terapi psikologis
• Menjelaskan bahwa pasien perlu bersikap terbuka untuk kepentingan
penyembuhan

I. Prognosis
Gangguan somatoform bersifat fluktuatif dan kronis. Kondisi pasien dapat
memburuk apabila terdapat stress.

16
DAFTAR PUSTAKA

. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas


Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Kartikadewi, Arum. 2017. Buku Ajar Sistem Neurobehaviour (Psikiatri).
Semarang : Unimus Press
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Jaya.
Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga :
Jakarta.

17
Dokumentasi Persentasi Tinjauan Pustaka
Menggunakan Aplikasi Zoom
Hari/Tanggal : Selasa, 07 Juli 2020
Pukul : 11.04 WITA – Selesai
Pembimbing : dr. Pande Sura Oka, Sp.KJ
Host : Laras Febriyana Safitri
Persentasi : Laras Febriyana Safitri
Peserta : Diana Putri Damayanti
Juraidah
Shantie Dwi Ratih
Firdaus Zulhakiman

18

Anda mungkin juga menyukai