Anda di halaman 1dari 19

REFLEKSI KASUS JULI 2018

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Disusun Oleh :
Ingrit Nadya Dwi Putra
N111 16 014

Pembimbing :
dr. I Njoman Widajadnja, M.Kes
dr. Nur Indriyani

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan utama pada
masyarakat Indonesia dengan angka kesakitanadalah sekitar 200 – 400 kejadian
per 1000penduduk tiap tahun dan sebagian besar dari penderita ini berusia
kurang dari 5 tahun.1
Penyakit diare merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang
masih tinggi. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,
setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 760.000
anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun
rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. 2
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan insidens diare
pada kelompok umur balita adalah paling tinggi yaitu 6,7%. Lima provinsi
dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta
(8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%).3
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir.Salah satu masalah kesehatan
yang sering terjadi pada masyarakat adalah diare atau sering disebut
jugagastroenteritis, terutama padabayi dan anak di Indonesia. Diareadalah
penyakit gangguanpencernaan yang disebabkanoleh infeksi beberapa kuman.4
Mikroorganisme masuk lewat makanan yang biasanya disebabkan oleh
kebersihan dan kehigienisan yang tidak terjaga. Menurut Nelsondiare menjadi
masalah serius diberbagai tempat diseluruh dunia dan sering bertumpang tindih
dengan malnutrisi.Diare menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan

2
mortalitas anak-anak diberbagai Negara berkembang. Diperkirakan lebih dari 1
milyar kasus diare di duniadengan 4-5 juta kasus kematian. Dampak yang
ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi, hipokalemi, hipokalsem, hiponatremi,
syok hipovolemik, asidosis bahkan kematian. Terjadinya kehilangan cairan
tubuh atau dehidrasi dalam jumlah besar dapat mengganggu proses
metabolisme. Dehidrasi merupakan masalah gawat dalam diare, pemberian
cairan paling penting bila terjadi kasus dehidrasi, keterlambatan dalam
pemberian pertolongan dapat mengakibatkan 50 – 60 % klien meninggal.3
Kondisi lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor meningkatnya
kejadian diare karena status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang besar karena dapat
menyebabkan mewabahnya penyakit diare dan mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat. 5
Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan
anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit cacingan dan diare
pada anak. Oleh karena itu pendidikan yang cukup harus ditunjukan untuk
bagaimana cara membuat lingkungan yang baik dan layak untuk tumbuh
kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi anak untuk bagaimana
cara mengeksplorasi lingkungan.5
Menurut data Puskesmas Wani angka kejadian diare pada tahun 2016
sebanyak 301 kasus. Penyakit Diare merupakan salah satu penyakit yang
berpotensi untuk terjadinya kejadiaan luar biasa (KLB). 6

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama Pasien : An. Y
Umur : 1 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Wani 2

2.2 Anamnesis
Keluhan utama:
BAB cair sebanyak 4 kali

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan BAB cair
sejak 1 hari yang lalu sebelum ke puskesmas. Dalam satu hari pasien mengalami
BAB cair sebanyak 4 kali yang disertai lendir berwana kuning, berbau busuk yang
menyengat dan tidak ada darah. Mual (-), Muntah (-), nafsu makan menurun.
Demam (+) 1 hari timbul sebelum mengalami BAB cair. Tidak disertai mual dan
muntah. Keinginan minum pasien seperti biasa dan pasien tidak rewel. Buang air
kecil lancar berwarna kuning.
Orangtua pasien mengatakan awalnya keluhan muncul setelah minum susu
yang dibuat oleh ibunya. Susu tersebut dibuat sejak pagi hari kemudian
diminumkan lagi sisanya pada malam hari.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah mengalami keluhan yang sama saat umur 7 bulan dan
berobat sampai sembuh.

4
Riwayat Penyakit Keluarga:
Dalam keluarga, tidak ada yang memiliki keluhan serupa

Riwayat kehamilan:
 Antenatal : Ibu pasien sering memeriksakan kehamilannya pada
pelayanan kesehatan (bidan).
 Natal : Pasien lahir normal dan dilahirkan di Puskesmas Wani
ditolong oleh bidan. Usia kehamilan cukup bulan.
 Postnatal : Tidak ada kelainan.

Riwayat Imunisasi :
Jenis Vaksin Keterangan
HB O ( 0-7 hari) Diberikan
BCG (0-1 bulan) Diberikan
Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Diberikan
DPT/HB (2, 4, 6 bulan) Diberikan
Campak (9 bulan) Diberikan

.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
 Pasien makan 3 kali sehari dengan sayur atau lauk yang beraneka
ragam.
 Pasien tinggal di rumah yang mana isinya terdapat 3 kepala keluarga.
 Untuk air minum, air untuk mandi, dan air untuk mencuci pakaian,
pasien mendapatkan dari air PDAM. Pasien mengaku ia memasak air
untuk keperluan konsumsi rumah tangga menggunakan kompor gas.
 Didalam rumah tidak terdapat hewan peliharaan .
 Ventilasi udara rumah pasien cukup, lantai rumah disemen halus
padasemua ruangan dan hanya ruang tamu yang diberi alas. Dinding

5
rumah berupa batako, atap rumah yang diberi plafon hanya ruangan
tamu dan ruangan lain tdk terdapat plafon.
 Tempat pembuangan kotoran tepat berada didalam rumah. Dmna 1
ruangan yang cukup luas tersebut digunakan untuk mandi, buang air,
cuci piring dan mandi.
 Tempat pembuangan sampah berada di depan rumah.
 Di depan rumah terdapat halaman, tidak terdapat pagar dan terdapat
tempat untuk berjemur pakaian.
 Sekitaran rumah pasien sering dilewati hewan-hewan ternak seperti
ayam, kambing dan sapi, sehingga sepanjang jalan banyak terdapat
kotoran hewan.

PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 16 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 91 cm
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda Vital

Nadi : 106 kali/menit (kuat angkat, reguler)


Suhu : 37,3 0C
Pernapasan : 24 kali/menit
Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit
cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak
mengkilap, mata cowong (-/-) konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterus, pupil bulat isokor
(diameter 3 mm). Tidak terdapat sekret pada hidung,
tidak terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada
sekret pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil dan faring tidak tampak kelainan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks

6
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan meningkat
Perkusi : Tympani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Turgor : Turgor kembali segera
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi

Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan feses

Terapi

7
 Medikamentosa :
 Zink 20 mg (1 tablet) per hari
 Oralit diberi 200 ml setiap kali BAB Cair
 Paracetamol syrup 3x1 (KP)
 Nonmedikamentosa :
 Menganjurkan ibu melakukan kompres hangat bila anak demam.
 Menganjurkan ibu utuk memberi minum air matang atau yang biasa di
minum atau makanan yang mengandung air seperti kuah sayur.
 Mengedukasi ibu tata cara pemberian oralit dan zink serta mengingatkan
kembali untuk menghabiskan konsumsi zink selama 10 hari walaupun BAB
sudah tidak cair.
 Memberi makanan bergizi pada anak secara teratur untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anak.
 Nasihati ibu untuk membawa kembali anak apabila BAB cair lebih sering,
muntah berulang, sangat haus, makan dan minum sedikit, timbul demam,
berak berdarah atau tidak membaik dalam 3 hari.
 Istirahat yang cukup.

Prognosis
Dubia ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien datang diantar oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan
BAB cair sejak 1 hari yang lalu sebelum ke puskesmas. Dalam satu hari pasien
mengalami BAB cair sebanyak 4 kali yang disertai lendir berwana kuning, berbau

8
busuk yang menyengat dan tidak ada darah. Mual (-), Muntah (-), nafsu makan
menurun. Demam (+) 1 hari timbul sebelum mengalami BAB cair. Tidak disertai
mual dan muntah. Keinginan minum pasien seperti biasa dan pasien tidak rewel.
Buang air kecil lancar berwarna kuning.
Orang tua pasien mengatakan awalnya keluhan muncul setelah minum susu
yang dibuat oleh ibunya. Susu tersebut dibuat sejak pagi hari kemudian diminumkan
lagi sisanya pada malam hari.
Tanda-tanda vital: Nadi 106 kali/menit (kuat angkat dan regular), respirasi 24
kali/menit, suhu 37,3 °C, BB 16 Kg, TB 91 cm. Pemeriksaan fisik: keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis. Pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung (-/-),
turgor kembali segera.
Pasien mengalami diare akut tanpa dehidrasi berdasarkan derajat dehidrasi
menurut WHO :

Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar gelisah, rewel lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Rasa haus Minum biasa haus, ingin malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
Periksa : turgor Kembali cepat kembali lambat kembali sangat
kulit lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang
bila ada 2 tanda Bila ada 2 tanda
atau lebih tanda atau lebih tanda
lain lain
Terapi : Rencana terapi Rencana terapi B Rencana terapi C

9
A

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan Diare, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan teori diare bukanlah penyakit keturunan.

2. Faktor Perilaku
 Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun
Keefektifan mencuci tangan pada saat sebelum makan, sesudah
makan, sebelum mempersiapkan makanan, sesudah BAK dan BAB pada
pasien masih kurang, pasien tetap melakukan rutinitas cuci tangan, namun
pasien tidak menggunakan sabun. Hal ini dapat memudahkan penyebaran
penyakit. Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan terpenting.
Kegiatan ini sangat penting baik bagi pasien, penyaji makanan, atau warung
serta orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak
dengan feses, urin atau dubur harus dicuci dengan sabun, hal ini diperlukan
untuk memutuskan rute transmisi penyakit
 Mengolah makanan dan minuman dengan tidak higienis
Pengolahan makanan dan minuman yang tidak higienis bisa menjadi
salah satu penyebab, misalnya makanan/minuman yang tercemar debu,
sampah, dihinggapi lalat dan air yang kurang masak. Pada kasus ini,
penempatan makanan/minuman didapur dan kurang dibersihkan tempatnya,

10
saat kunjungan terlihat banyak tempat bekas makan/minum yang masih
terletak diatas meja makan dan tempat pencucian piring yang dijadikan 1
ruangan dengan tempat buang air, cuci baju dan mandi. Pengelolaan
makanan sesuai WHO yakni 1) jaga kebersihan, 2) pisahkan bahan makanan
matang dan mentah, 3) masak makanan hingga matang, 4) simpan makanan
pada suhu aman, 5) gunakan air bersih dan bahan makanan yang baik.

3. Faktor Lingkungan
 Sosio-ekonomi menengah
Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang
menengah. Walaupun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien
terkadang tidak memikirkan kualitas makanan yang dipilih. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh budaya setempat yang hanya mencuci dengan
air tanpa memakai sabun, terkadang hanya terkena air dianggap sudah
bersih. Dari segi pengetahuan cukup baik sebab masing-masing orang butuh
perhatian dan usaha yang lebih untuk memperhatikan bagaimana
pencegahan diare tersebut.
 Tempat pembuangan kotoran terdapat 1 ruangan dengan tempat cuci piring
maupun baju dan tempat mandi.
 Tempat pembuangan sampah berada di depan rumah.
 Jemuran pakaian terdapat di halaman depan rumah
 Dirumah pasien menggunakan DAP dan menggunakan air yang dimasak
untuk kebutuhan air minum sehari-hari.
 Penyimpanan makanan pasien di atas meja makanan, dengan menggunakan
penutup makanan.
 Pembuangan tinja (septic tank) berjarak ± 7 meter dari kamar mandi. Hal ini
belum sesuai standar dimana jarak yang diperlukan minimal ± 10 meter.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

11
Pelayanan kesehatan di Puskesmas Wani untuk mencegah terjadinya diare
pada anak cukup baik. Petugas puskesmas sering mengadakan penyuluhan
mengenai PHBS dan juga diare setiap 3 bulan sekali. Perlunya ditingkatkan
mengenai pelayanan kesehatan lingkungan yang sangat berperan penting dalam
mengendalikan masalah diare di wilayah kerja Puskesmas Wani. Upaya yang
diperlukan bisa dengan melakukan pelayanan konseling, inspeksi faktor risiko
lingkungan serta intervensi lingkungan baik secara pembinaan maupun secara
pemenuhan kebutuhan dasar lingkungan fisik pasien yang bersangkutan.
Dari pelayanan Kesling yang berhubungan dengan diare melakukan
kegiatan pokok pengawasan rumah yang berfungsi meningkatan pengetahuan,
keterampilan, kesadaran, kemampuan masyarakat dalam mewujudkan
perumahan dan lingkungan sehat. Menurut penangungjawab program kesehatan
lingkungan program pengawasan rumah turun lapangan diadakan ketika pasien
sudah datang berobat pertama kali langsung dilakukan kunjungan rumah.

Terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia


mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah
sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,
3. ASI dan makanan tetap diteruskan,
4. Antibiotik selektif, dan
5. Nasihat kepada orang tua.
Dari hasil pemeriksaan dapat ditegakan diagnosis diare akut tanpa
dehidrasi. Untuk penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi pada anak ini,
diberikan terapi A menurut WHO dan Departemen Kesehatan RI, yaitu :
Rencana Terapi A, untuk Anak Diare Akut Tanpa Dehidrasi (Perawatan di
Rumah)

12
1. Berikan cairan tambahan, oralit 100-200 ml setiap kali BAB cair
2. Berikan cairan makanan seperti kuah sayur dan air matang. lanjutkan
pemberian makan dan minum lainnya.
3. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut.

Pada kasus ini, faktor yang berperan dalam penularan diare ialah faktor
perilaku dan lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk waspada
dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir resiko tertular
diare serta untuk pelayanan kesehatan agar lebih meningkatkan koordinasi antara
bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan terutama dalam melakukan
sosialisasi berupa penyuluhan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan refleksi kasus ini adalah diare merupakan
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI ekslusif, imunisasi
lengkap, penerapan gaya hidup sehat, mengaplikasikan perilaku hidup bersih

13
dan sehat, serta menjaga kebersihan rumah agar tetap sehat. Kejadian penyakit
diare pada kasus ini di pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
5.1 Saran
Berdasarkan dari kasus tersebut dapat diberikan saran berdasarkan Five Level
of Preventions sebagai berikut:
1. Promosi Kesehatan (health promotion)
Lebih ditingkatkan lagi untuk melakukan promosi kesehatan tentang
penyakit diare serta dampak atau komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit
diare, dan bagaimana cara edukasi yang baik pada pasien diare seperti PHBS.
Dalam hal ini perlu untuk memberikan promosi kesehatan tentang
makanan sehat dan cukup, bagaimana menjaga higinitas dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan tentang diare di tingkat masyarakat
dan sekolah-sekolah di wilayah Puskesmas.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu.
a) Untuk orangtua dan kerabat pasien lebih memperhatikan kebersihan alat
makan, air minum, dan selalu mencuci tangan dengan sabun terutama
sebelum memasak makanan dan saat memberikan makan. Hal ini penting
untuk memutus rantai penularan diare.
b) Memberikan makanan gizi seimbang dan terjamin kebersihannya
c) Cuci tangan setelah buang air besar, setelah membersihkan kotoran
bayi/anak, sebelum makan, menyuapi atau menyiapkan makanan;
d) Menjaga agar air minum terbebas dari pencemaran, baik di rumah maupun
di sumbernya.
e) Memastikan kebersihan tempat penyimpanan makanan sehingga tidak
dihinggapi serangga ataupun tercemari oleh debu.

14
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang dapat dilakukan
adalah.
1. Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk membawa kembali pasien
apabila diare tetap berlanjut dan kondisi pasien semakin lemah.
2. Diperlukan perhatian dari dokter poliklinik anak untuk mengirim setiap
pasien diare ke poli Kesling agar dapat diberikan edukasi.
3. Jika ada didapatkan penderita diare segera dilakukan penegakkan diagnosa
dan pengobatan yang cepat dan tepat.
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)
Pada keluarga pasien diberikan edukasi mengenai komplikasi diare
dalam jangka pendek dan panjang yang dapat membahayakan seperti
dehidrasi. Jika dehidrasi berlanjut dan semakin memberat maka dapat
mengakibatkan kematian.
Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan
tak terjadi komplikasi, sehingga apabila telah ditegakkan diagnosa diare
diberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan dianjurkan untuk ke faskes
terdekat untuk mendapatkan penanganan awal apabila didapatkan diare
dengan dehidrasi.

5. Pemulihan (rehabilitation)
Tidak ada rehabilitasi khusus pada pasien dengan diare. Pada tingkat
ini, pasien diberikan konseling tentang jika munculnya gejala baru atau
bertambah parah agar segera dibawa kepuskesmas, misalnya BAB cair lebih
banyak, lebih sering, disertai darah, muntah, anak rewel/gelisah, tidak mau
minum, dan sebagainya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, M. Perbedaan Lama Diare Pada Penderita Diare Akut yang Diterapi
dengan Zink dan Probiotik Dibanding Probiotik di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
Kedokteran Indonesia. Vol.1/No.1. Surakarta. 2009.

16
2. Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol.2, No.3, 297-308. [Cited : 31 Juli 2017]. Diakses pada :
<http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/1232/1005>.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.
4. Ahmad, Y. Citra, W, M, S,. Sheizi, P, S,.Upaya Ibu Memiliki Balita Dalam
Pencegahan Dan Penanggulangan Diare DI Daerah Kerja Puskesmas Cililin Desa
Cililin Kabupaten Bandung Barat. Vol. 10, No. XVIII. 2008
5. S. Fiesta O., Dharma S & Marsaulina, I. 2012. Hubungan Kondisi Lingkungan
Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012. [Cited 3 Agustus 2017].
Diakses dari <http//jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/download/3282/1609>
6. Anonim, 2016, Profil Kesehatan Pemerintah UPT Puskesmas Wani. Tahun 2016
7. Depkes, R. I., 2010. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :
Ditjen PPM dan PL.
8. Depkes, R.I., 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen
PPM dan PL.
9. Depkes, R.I., 2014. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen
PPM dan PL.

LAMPIRAN DOKUMENTASI RUMAH PASIEN

17
Gambar 1. Ruang dapur

Gambar 2. Ruang tamu, kamar

18
Gambar 3. Bagian depan rumah terdapat jemuran baju.

19

Anda mungkin juga menyukai