Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN ATAU


PEMBIAYAAN

Oleh

Novela Delila Rumbrapuk (1410539001)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS (UNAND)
2020
ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN
Kewajiban (liabilities) merupakan klaim pihak luar atas aset dan sumber daya
perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat berupa pendanaan atau operasi dan
biasanya didahulukan daripada pemegang ekuitas. Kewajiban pendanaan (financing
liabilities) merupakan seluruh bentuk pendanaan kredit seperti wesel bayar jangka panjang
dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan sewa. Kewajiban operasi (operating liabilities)
merupakan kewajiban yang timbul dari operasi seperti kreditor perdagangan, kredit yang
ditangguhkan, dan kewajiban pensiun. Kewajiban umumnya dilaporkan sebagai lancar
(current) atau tidak lancar (noncurrent)–biasanya pada kapan kewajiban tersebut jatuh tempo,
dalam waktu satu tahun atau tidak. Ekuitas (equity) merupakan klaim pemilik aset bersih
perusahaan.
Analisis Aktivitas pendanaan ada enam yaitu:
1. Tinjauan kewajiban yaitu kewajiban lancer,kewajiban tak lancer dan analisis kewajiban.
2. Sewa yaitu: akuntansi dan pelaporan sewa, analisis sewa dan menyesuaikan laporan.
3. Imbalan pascapensiun yaitu: imbalan pension, imbalan pascapensiun lainnya dan pelaporan
dan analisis imbalan.
4. Kontinjensi dan komitmen yaitu : analisis kontinjensi dan analisis komitmen.
5. Pendanaan di luar neraca yaitu: contoh pendanaan di luar neraca, analisis pendanaan di luar
neraca dan entitas bertujuan khusus (SPE)
6. Ecuitas pemegang saham yaitu saham modal, laba ditahan dan kewajiban pada ujung
ekuitas.
A. KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar (atau jangka pendek) merupakan kewajiban yang pelunasannya
memerlukan penggunaan aset lancar atau munculnya kewajiban lancar lainnya.
Terdapat dua jenis kewajiban lancar, yaitu :
1. Jenis ini timbul dari aktivitaas operasi meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka
(unearned revenue), uang muka, utang usaha, dan beban operasi akrual lainnya, seperti utang
gaji.
2. Jenis ini timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang
jangka panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Kewajiban Tak Lancar
Kewajiban tak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh temponya
tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang. Kewajiban
ini meliputi pinjaman, obligasi, utang, dan wesel bayar.
Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obigasi
bersama tingkat kuponnya menetukan bunga yang dibayarkan atas obligasi tersebut. Penerbit
obligasi menawarkan beragam insentif untuk mempromosikan penjualan obligasi dan
mengurangi tingkat bunga yang diinginkan.
Analisis Kewajiban
Auditor merupakan salah satu sumber keyakinan dalam identifikasi dan pengukuran
kewajiban. Sumber keyakinan lainnya adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda
(double-entry accounting) yang mensyaratkan adanya jurnal penyeimbangan antara
perolehan aset, sumber daya atau biaya dengan kewajiban atau pembebanan sumber daya.
Fitur penting dalam analisis kewajiban, yaitu :
1. Ketentuan utang (seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola pembayaran, dan
jumlah)
2. Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas bisnis.
3. Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan selanjutnya.
4. Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas (dept to equity), dan
ukuran keuangan lain.
5. Fitur konversi kewajiban yang bersifat difusi.
6. Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti dividen.
B. SEWA
Sewa merupakan bentuk pendanaan yang populer, khususnya dalam beberapa industri
tertentu. Sewa (lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor) dan penyewa
(lesse). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan aset yan
dimiliki oleh lessor, selama masa sewa. Sebagai balasannya, lesse membayar sewa yang
disebut pembayaran sewa minimum (minimum lease payment–MLP).
Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan dalam kontrak
sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara substansial dicatat
sebagai perolehan aset dan menimbulkan kewajiban bagi lessee. Sama halnya dengan lessor
yang mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis sewa ini
disebut sewa pendanaan (capital lease). Jika diklasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha
ini, baik aset yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa lainnya
dicatat sebagai sewa operasi (operating lease). Dalam hal operating lesse (lessor) mencatat
MLP sebagai beban (pendapatan) sewa, dan tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam
neraca.
Akuntansi dan Pelaporan Sewa
Klarifikasi dan Pelaporan Sewa
Lesse mengklarifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease. Jika pada saat
terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat transfer kepemilikan aset kepada lesse pada akhir masa sewa
2. Terdapat opsi untuk membeli aset pada harga murah (bargain price)
3. Masa sewa 75% atau lebih dari estimasi umur ekonomis aset
4. Nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa minimum lainnya sebesar 90%
atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak investasi yang ditahan oleh
lessor. Aturan akuntansi mensyaratkan lessee untuk mengungkapkan, biasanya dalam catatan
atas laporan keuangan, hal-hal sebagai berikut:
1. MLP dimasa depan secara terpisah untuk capital lease dan operating lease untuk masing-
masing tahun selama lima tahun mendatang dan total setelahnya
2. Beban sewa untuk masing-masing periodee yang dilaporkan di laporan laba rugi.
Akuntansi Sewa–Sebuah Ilustrasi
Dampak penting metode akuntansi sewa terhadap laporan keuangan adalah meskipun
operating lease lebih sederhana, namun capital lease secara konseptual lebih unggul,
dipandang dari perspektif neraca maupun laporan laporan laba rugi. Dari sudut pandang
neraca, akuntansi capital lease mengakui manfaat (aset) dan kewajiban yang timbul dari
transaksi sewa. Sebaliknya, metode operating lease mengabaikan manfaat dan kewajiban
tersebut dan sepenuhnya mencerminkan dampaknya hanya di akhir masa sewa. Neraca dalam
operting lease gagal mencerminkan aset dan kewajiban sewa perusahaan.
Pengungkapan Sewa
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk melaporkan
aset sewa maupun kewajiiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus
mengungkapan komitmen sewa di masa depan untuk capital lease dan operating lease yang
tidak dapat dibatalkan. Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.
Analisis Sewa
Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan
keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan
laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.
Dampak Operating Lease
Insentif bagi lesse untuk menstruktur sewa sebagai operating lease terkait dengan
dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Dampak pada laporan
keuangann ini adalah :
1. Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan pendanaan sewa dalam neraca. Selain menyembunyikan dari neraa, hal tersebut
juga menaikkan rasio solvabilitas (seperti dept to equity) yang sering digunakan dalam analisi
kredit.
2. Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat meningkatkan
rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio perputaran aset (assets turnover ratios)
3. Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease. Artinya,
operating lease melaporkan laba lebih tinggi di awal masa sewa dan melaporkan lebih rendah
di kahir masa sewa.
4. Operating lease menyajikan kewajiban lanacar lebih rendah dari seharusnya dengan tidak
menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca.
Hal tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas lainnya.
5. Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian, operating lease
menyajikan lebih rendah dari ynag seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal tersebut
menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.

Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease


Untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease, kita memerlukan estimasi
nilai sekarang kewajiban operating lease. Proses ini dimulai dengan estimasi tingkat bunga
yang akan kita gunakan untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa. Menentukan
tingkat bunga operating lease ini merupakan tantangan. Terdapat dua masalah saat mencari
tingkat bunga capital lease dari pengungkapan, yaitu :
1. Tidaklah mungkin untuk menggunakan cara ini untuk perusahaan yang tidak melaporkan
capital lease.
2. Jika tingkat bunga capital lease dan operating lease berbeda (dapat terjadi saat operating
lease dan capital lease berbeda saat tingkat bunga).
Langkah-langkah untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease adalah:
1. Menilai apakah klasifikasi operating lease dapat diterima.
2. Menghitung nilai aset sewa
3. Mengestimasi dampak reklasifikasi sewa pada laba yang dilaporkan.

C. MANFAAT PASCA PENSIUN


Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun (postretirement benefit) ini yaitu:
1. Manfaat pensiun (pension benefit), di mana pemberi kerja menjanjikan manfaat moneter
kepada pekerja pascapensiun.
2. Manfaat lain pascapensiun kerja (other postretirement employee benefit–OPEB), di mana
pemberi kerja menyediakan manfaat lain (biasanya nonmoneter) pascapensiun–terutama
pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.
Manfaat pensiun dan OPEB menjadi bagian besar dalam kewajiban banyak
perusahaan. Selain itu, pensiun menjadi bagian besar dalam tabungan dan investasi ekonomi.
Selama dekade awal, turunnya tingkat bunga dan melesunya pasar modal telah
mengakibatkan badai yang hebat bagi program pensiun, yand disebut krisis pensiun.
Manfaat Pensiun
Sifat Kewajiban Pensiun
Program pensiun (pension plan) merupakan janji pemberi kerja untuk menyediakan
manfaat pensiun bagi pekerja, dan perjanjian tersebut melibatkan tiga pihak: pemberi kerja,
yang memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang menerima manfaat, dan
dana pensiun. Dana pensiun (pension fund) terpisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan
oleh pihak yang ditunjuk (trustee). Program pensiun manfaat pasti (defined benefit)
menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja untuk disediakan bagi
pensiunan. Dalam program ini, pemberi kerja menanggung risiko kinerja dana pansiun dan
mensyaratkan pemberi kerja untuk membayar pekerja secara berkala sejumlah uang yang
telah ditentukan sebelumnya sejak pekerja pensiun sampai pekerja meninggal. Program
pensiun iuran pasti (defined contribution) menentukan jumlah kontribusi pemberi kerja pada
program pensiun. Dalam program ini, pekerja menanggung risiko kinerja dana pensiun dan
segera mewajibkan pemberi kerja untuk membayar sebesar proporsi tetap dari kompensasi
pekerja saat ini.
Pembayaran pensiun juga dipengaruhi oleh provisi perolehan hak (vesting). Vesting
merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun terlepas dari apakah pekerja masih berada
dalam perusahaan atau tidak. Hukum pajak menerapkan ketentuan pendanaan minimum
untuk menjamin keamanan manfaat pensiun.
Ekonomi dari Akuntansi Pensiun
Tantangan akuntansi dalam mendefinisikan program pensiun adalah bahwa akuntansi
membuat perkiraan kewajiban dan beban yang dibutuhkan untuk menciptakan pembayaran
kas yang mungkin terjadi di tahun-tahun yang akan datang.
Contohnya, apa kewajiban pemberi kerja pada saat memulai periode akumulasi ini, yaiatu 15
tahun sebelum pensiun? Jawabannya adalah $42.305, yang mempresentasikan nilai sekarang
$134.200 utang selama 15 tahun yang kemudian didiskontokan 8%. Sehingga kewajiban
tersebut dapat dikatakan kewajiban pensiun (pension obligation).
Kenaikan kewajiban pensiun disebut biaya bunga. Kontribusi diinvestasikan dalam
pasar modal, kita sebut dana kontribusi (dan investasi) ini dengan aset program (plan assets),
sehingga kewajiban bersih pemberi kerja yaitu selisih antara kewajiban pensiun dengan aset
program. Kita sebuta aset bersih program pensiun (yaitu aset program – kewajiban pensiun)
sebagai status pendanaan (funnded status). Karena kewajiban melebihi nilai aset, program
dikatakan program pensiun kurang didanai (underfunded). Jika nilai aset melebihi kewajiban,
sttatus pendanaan disebut didanai lebih (overfunded).
Banyak asumsi aktuarial yang mendasari penghitungan kewajiban pensiun seperti
diskon atau tingkat bunga, tingkat pertumbuhan kompensasi, usia hidup, perputaran pegawai
yang dapat berubah sehingga mengakibatkan nilai kewajiban pensiun yang berayun-ayun.
Perubahan ini menimbulkan komponen nonrecurring dari biaya pensiun yang disebut dengan
keuntungan atau kerugian aktuarial (actuarial gain or loss). Proses selanjutnya cukup sulit,
yaitu kontrak pensiun dinegosiasikan ulang dengan pihak pekerja, sehingga menghasilkan
keuntungan retroaktif, yang menimbulkan jenis beban tak berulang (nonrecurring) lainnya
yang disebut dengan biaya jasa lalu (prior service cost).
Persyaratan Akuntansi Pensiun
Beban pensiun yang termasuk dalam laba bersih disebut biaya pensiun periode bersih
(net periodic pension cost)–meratakan komponen volatilitas biaya pensiun (seperti
keuntungan/kerugian aktuarial, biaya jasa lalu atau tingkat pengembalian aset program
aktual) dengan cara menunda pengakuannya melalui proses ditangguhkan atau amortisasi.
Status yang Diakui dalam Neraca. Status pendanaan mmerupakan perbedaan antara nilai
pasar terkini aset progran pensiun dan kewajiban pensiun. Definisi kewajiban pensiun yang
digunakan adalah proyeksi kewajiban manfaat (projected benefit obligation–PBO).
Biaya Pensiun yang Diakui. Biaya pensiun yang dimasukkan dalam laba bersih (yaitu
biaya prodik pensiun bersih–net periodic pension cost) adalah versi rata dari biaya pensiun
ekonomi aktual untuk periode tersebut. Proses perataan yang menangguhkkan (yaitu
menunda pengakuan) pos volatilitas dan sesekali seperti keuntungan dan kerugian aktuarial
serta biaya jasa lalu. Artikulasi Sekuritas Neraca dan Laporan Laba Rugi. Untuk
mengartikulasi kedua sekuritas, penangguahan bersih (net deferral) untuk periode tersebut
(yaitu selisih antara jumlah yang ditangguhkan dengan jumlah yang diamortisasi)
dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk periode yang bersangkutan, sementara
kumulatif penangguhan bersih (cummulative net deferral) dimasukkan dalam akumulasi laba
komprehensif lainnya, yaittu merupakan komponen ekuitas pemegang saham.
Akuntansi dalam SFAS 87. Perlakuan akuntansi pensiun diatur denagn SFAS 87.
SFAS 87 juga mengakui perataan biaya periodik pensiun bersih dalam laba tetapi tidak
mengakui status pendanaan dalam neraca.
Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya
Manfaat pascapensiun selain pensiun atau manfaat lain pascapensiun karyawan (other
postretirement employee benefits–OPEB) merupakan manfaat yang diberikan oleh pemberi
kerja kepada pensiunan dan anggota keluarganya. Komponen dasar dari OPEB adalah
manfaat perawatan kesehatan. Perlakuan akuntansi dan ekonomi yang mendasari OPEB
sangat mirip dengan perlakuan untuk pensiun SFAS 158 mengatur akuntansi baik bagi
pensiun maupun OPEB. Terutama dengan pensiun,
1. Biaya OPEB diakui saat terjadi, bukan saat dibayarkan
2. Aset OPEB di saling hapus (offset) dengan kewajiban OPEB, dan pengembalian dari aset
ini di saling hapus dengan biaya OPEB
3. Keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu, dan kelebihan tingkat pengembalian
atas pengembalian yang diharapkan ditangguhkan dan kemudian diamortisasi.
Neraca mengakui status pendanaan, yaitu selisih anatara kewajiban OPEB dan aset
program maupun yang ditunjuk khusus untuk menuhi jewajiban tersebut. Kewajiban OPEB
disebut dengan akumulasi kewajiban manfaat pascapensiun (accumulated postretirement
benefit obligation–APBO). Biaya OPEB termasuk laba bersih dalam term biaya
pascapensiun periodik bersih (net periodic postretirement cost) dan meliputi biaya jasa, biaya
bunga, tingkat pengembalaian yang diharapkan dari aset program dan amortisasi jumlah yang
ditangguhkan.
Pelaporan Manfaat Pascapensiun
Ketentuan pelaporan manfaat pascapensiun (manfaat pensiun dan OPEB) diatur dalam SFAS
132 yang menharuskan format pengungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun.
Analisis Manfaat Pascapensiun
Terdapat lima langkah untuk analisis manfaat pascapensiun yaitu:
1. Menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban atau aset manfaat ekonomis dan yang
dilaporkan
2. Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan
3. Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan keuangan
4. Memeriksa paparan risiko pensiun
5. Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat pascapensiun
Menyesuaikan Laporan Laba Rugi dan Neraca
Biaya manfaat yan dilaporkan berbeda dengan biaya ekonomis karena dampak
sementara, seperti keuntungan dan kerugian aktuaria, biaya jasa lalu, dan pengembalian aset
abnormal, ditangguhakan dan diamortisasi melaui proses perataan. Tujuan perataan ini adalah
untuk mendapatkan komponen biaya manfaat pascapensiun yang lebih stabil atau permanen.

Asumsi Aktuaria dan Analisi Sensitivitas


Kewajiban manfaat diestimasi dengan menggunakan angka asumsi aktuaria, seperti
tingkat diskonto. Biaya yang dilaporkan juga sensitif terhadap asumsi aktuarial, seperti
tingkat pengembalian aset program. Akibat kesensitifan ini, manajer dapat memanipulasi
asumsi ini untuk mempercantik laporan keuangan, sehingga tugas penting dalam
menganalisis manfaat pascapensiun adalah mengevaluasi asumsi aktuarial yang digunakan
pemberi kerja.
Paparan Risiko Pensiun
Risiko ini timbul dalam hal aset program mempunyai profil risiko yang berbeda
dengan kewajiban pensiun khususnya ketika perubahan pada nilai kewajiban pensiun. Selama
periode paparan risiko pensiun (krisis pensiun), tingkat bunga menurun tajam sehingga
meningkatkan nilai kewajiban pensiun secara signifikana.
Implikasi Arus Kas atas Manfaat Pascapensiun
Implikasi arus kas manfaat pascapensiun langsung dirasakan yaitu bahwa arus kas
sama dengan kontribusi yang dipersiapkan perusahaan untuk program ini. Namun catatan
kaki manfaat pasacapensiun menyediakan informasi yang dapat membantu seorang analis
memprediksikann arus kas depan sehubungan dengan program manfaat.

D. KONTINJENSI DAN KOMITMEN


Kontijensi
Kontijensi (contigencies) merupakan keuntungan dan kerugian potensial yang
penyelesaian bergantunga pada satu atau lebih peristiwa di masa depan. Kerugian kontinjensi
yang disebut kewajiban kontojensi/bersyarat (contigent liability) merupakan klaim potensial
atas sumber daya perusahaan. Kerugian ini harus memenuhi dua kondisi yaitu:
1 Besar kemungkinan bahwa aset akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul.
2. Jumlah kerugian harus sapat diestimasikan dengan memadai.
Analisis Kewajiban Kontinjen
Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan jaminan merupakan
estimasi. Keakuratan analisis kita atas kewajiban bergantung pada keakuratan estimasi
tersebut. Kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh kerugian (keuntungan)
kontinjensi. Analisis kita harus mengakui bahwa perusahaan terkadang kurang nengestimasi
atau tidak mengakui kewajiban tersebut.
Komitmen
Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber daya perusahaan
berdasarkan kinerja dimasa depan sesuai kontrak. Komitmen tidak diakui dalam laporan
keuangan karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan
pembelian bukan merupakan transaksi yang lengkap. Semua komitmen memerlukan
pengungkapan faktor-faktor penting atas kewajiban komitmen, termasuk jumlah, kondisi dan
waktu.

E. PENDANAAN DI LUAR NERACA


Pendanaan di luar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak tercatatnya
kewajiban pendanaan tertentu. Pendanaan di luar neraca diterapkan untuk lebih
mencerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif untuk menggantikannya.
Contoh Pendanaan Di Luar Neraca
Purchase agreements dan through-put agreement di mana perusahaan sepakat untuk
membeli barang sejumlah tertentu melalui fasilitas pemrosesan, atau take-or-pay arrangement
di mana perusahaan memberikan jaminan untuk membayar sejumlah tertentu barang,
diperlukan atau tidak. Variasi dari rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan
kemudian menyediakan pendanaan tidak lebih dari 50% kepemilikan. Perusahaan
menempatkan transaksi ini sebagai investasi dalam ekuitas dan tidak mengonsolidasikannya
dalam laporan keuangan perusahaan.
Entitas Bertujuan Khusus
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities–SPE), yang sekarang menjadi
tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah menjadi mekanisme pendanaan yang sah
selama lebih dari dua dekade dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan saat ini.
Konsep SPE adalah:
1. SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan kapitalisasi dengan investasi ekuitas, beberapa
diantaranya harus berasal dari pihak ketiga yang independen.
2. SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar kredit dan membeli
aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
3. Arus kas dari aset digunakan untuk memabayar uatang dan menyediakan oenegembalian
bagi investor ekuitas.
Sebuah SPE sepakat untuk mendanai dan membangun kantor tersebut dan menyewakannya
kepada perusahaan melalui operating lease, disebut synthetic lease.
Terdapat dua alasan untuk kepopuleran SPE:
1. SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada meminjam
langsung dari pasar kredit.
2. Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE diperlakukan
sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan perusahaan sponsor.
FASB kini mengklasifikasikan jenis perusahaan ini sebagai perusahaan dengan berbagai
kepentingan (variable interest entitie–VIE) jika total ekuitas yang dipertaruhkan tidak mampu
membiayai operasinya atau jika VIE kurang salah satu dari kondisi berikut:
1. Kemampuan mengambil keputusan
2. Kewajiban untuk menyerap kerugian
3. Hak untuk menerima tingkat pengembalian.
Kasus capital one. Capital One menggunakan SPE untuk membeli sebagian portofolio
pinjaman konsumennya. SPE selanjutnya mendanai pembelian tersebut dengan menerbitkan
obligasi yang dijamin dengan piutang bersangkutan. Capital one merupakan contoh
perusahaan yang menggunakan SPE untuk tujuan keuangan yang sah dan pengungkapan
penuh.
Kasus eBay, Inc. eBay membangun fasilitas kantor yang entitasnya terpisah yaitu
eBay Realty Trust yang menyewakannya kepada eBay. Struktur transaksi (disebut synthetic
lease) ini unik, di mana eBay mengakuinya sebagai operating lease untuk tujuan pelaporan
keuangan, tetapi menjadi pemilik properti untuk tujuan pajak federal, sehingga bunga sewa
dan penyusutan properti dapat dikurangi. Synthetic lease ini menjadi populer karena
kemungkinan pendanaan di luar neraca dan pada saat yang sama mendapatkan manfaat pajak
atas kepemilikan properti.
Kasus Dell. Dell menyediakan pendanaan untuk membeli komputer dalam bentuk
pinjaman sewa (lease)–Dell Financial Services/DFS dengan CIT, sebuah perusahaan
keuangan konsumen, dengan cara menyediakan pendanaan dan membagi profitnya dengan
Dell.sebagai akibat dari perjanjian joint venture meskipun memiliki 70% kepentingan
ekonomi dan konsekuensinya, Dell tidak membuat laporan keuangan konsolidasi. Entitas ini
kemudian dinilai merupakan VIE di bawah aturan FIN 46, sehingga Dell harus
mengonsolidasi DFS ke dalam laporan keuangan.
Kasus Enron. Enron menunjukkan penyalahgunaan SPE. Menurut CFO Enron,
pertumbuhan perusahaan yang tinggi tidak dapat dipertahankan melalui penerbitan saham
biasa karena dilusi jangka pendek dan juga karena perusahaan tidak dapat meningkatkan
financial leverage melalui perbitan utan karena hal tersebut dapat merugikan peringkat utang
perusahaan. Sebagai hasilnya, perusahaan berusaha menuupi utang dalam jumlah besar dan
melaporkan laba yang jauh lebih tinggi dari seharusnya melaluia penggunaan SPE.

F. EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham)
perusahaan.pemegang saham dihadapkan pada risiko tertinggi perusahaan. Analisis atas
ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan pelaporan standar ekuitas pemegang
saham. Analisis tersebut meliputi:
1. Mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas
2. Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan prioritas mereka dalam
likuidasi.
3. Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas
4. Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dan pembatasan-pembatasan lainnya atas distribusi
saldo laba.
5. Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi (convertible securities), opsi
saham, dan kesepakatan lainnya yang berpotensi menerbitkan saham. Penting bagi kita untuk
membedakan antara instrumen kewajiban dan instrumen ekuitas mengingat perbedaan risiko
dan pengembalian kedua instrumen tersebut.
Modal Saham
Pelaporan modal saham
Pelaporan modal saham meliputi penjelasan atas perubahan jumlah lembar modal.
Informasi tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan atau catatan terkait.
Sumber kenaikan modal saham yang beredar:
1. Penerbitan saham.
2. Konversi utang dan saham preferen.
3. Penerbitan dividen saham dan pemecahan saham (stock split).
4. Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger.
5. Penerbitan untuk opsi saham dan waran.
Sumber penurunan modal saham yang beredar:
1. Pembelian dan penghentiann saham.
2. Pembelian kembali saham.
3. Pemecahan saham terbalik (reverse stock split).
Aspek penting lainnya dalam analisis modal saham adalah evaluasi atas opsi yang
dimiliki oleh pihak lain, saat dilaksanakan, menyebabkan kenaikan jumlah saham beredar dan
mendilusi kepemilikan. Opsi tersebut meliputi:
1. Hak konvensi utang dan saham preferen menjadi saham biasa.
2. Waran yang dapat ditukarkan dengan saham dalam kondisi tertentu.
3. Opsi saham untuk kompensasi dan bonus memerlukan penerbitan modal saham periode
tertentu pada harga tetap. Contohnya adalah program opsi saham yang terkualifikasi dan
program kepemilikan saham pegawai.
4. Komitmen untuk menerbitkan modal saham. Contohnya adalah kesepakatan merger yang
memerlukan pertimbangan tambahan yang bergantung pada terjadinya suatu peristiwa seperti
tercapainya tingkat laba tertentu. Pentingnya analisis pengungkapan tersebut adalah untuk
meningkatkan kita adanya potensi kenaikan jumlah saham yang beredar.
Modal Disetor. Modal disetor (contributed or paid in capital) merupakan total
pendanaan yang diterima dari pemegang saham sebagai pembayaran modal saham. modal
disetor biasanya terbagi menjadi dua bagian, yaitu: modal saham nominal dan modal saham
biasa dan/atau saham preferen.
Modal Disetor atau Modal Disetor di atas nilai nominal (contributed/paid in capital
inexcess of par or stated value–juga disebut modal tambahan). Saat digabungkan, akun
tersebut mencerminkan jumlah yang dibayar oleh pemegang saham untuk mendanai aktivitas
bisnis. Saham Diperoleh Kembali (treasury stock atau buyback). Merupakan saham
perusahaan yang dibeli kembali setelah sebelumnya diterbitkan dan dibayar penuh.akuisisi
saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan mengurangi aset maupun ekuitas pemegang
saham.
Klasifikasi Modal Saham
Modal saham (capital stock) merupakan saham yang diterbitkan kepada pemegang
ekuitas sebagai pembayaran aset dan jasa. Terdapat dua jenis modal saham, yaitu:
1. Saham Prefern. Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus saham yang
memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri-ciri umum saham prefern meliputi:
a. Prioritas atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan dividen kumulatif.
b. Prioritas atas likuidasi terutama penting karena selisih antara nilai nominal dan nilai
likuidasi saham preferen bisa besar.
c. Dapat dikonversi (ditarik) menjadi saham biasa.
d. Tidak memiliki hak suara yang dapat berubah karena perubahan hal-hak seperti dividen
yang tidak dibayaarkan.
e. Harga pembelian kembali.
Saham preferen sering kali memiliki nilai nominal, namun tidak selalu sama dengan nilai
penerbitan.
2. Saham Biasa. Saham biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang
mencerminkan hak kepemilikan saerta memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas
kinerja perusahaan. Nilai nominal saham biasa merupakan masalah legal dan bersifat historis
yang biasanya tidak penting bagi analisis laporan keuangan modern.
Analisis Modal Saham
Akun-akun dalam ekuitas pemegang saham umumnya tidak mempengaruhi penentuan
laba, sehingga tidak banyak memengaruhi analisis laba. Informasi yang lebih relevan bagi
analisis adalah komposisi pos modal dan pembatasan-pembatasan yang berlaku.
Saldo Laba
Saldo laba (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan sebuah perusahaan.
Saldo laba merupakan sumber utama distribusi dividen.
Dividen Tunai dan Dividen Saham
Dividen tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas kepada pemegang saham.
Dividen ini merupakan jenis deviden yang paling umum dan saat diumumkan menjadi
kewajiban bagi perusahaan. Jenis dividen lain adalah dividen non-tunai atau dividen properti.
Dividen saham (stock dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri kepada
pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan kapitalisasi laba secara
permanen. Akuntansi bagi dividen saham kecil umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25%
saham beredar, mensyaratkan penilaian dividen saham pada nilai pasar pada tanggal
pengumuman. Sedangkan dividen saham besar biasanya lebih dari 25% saham beredar,
dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.
Pembatasan saldo Laba
Pembatasan atau persyaratan saldo laba (restrictions or covenant of retained earnings)
merupakan pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah tertentu.ketentuan obligasi dan
kesepakatan pinjaman merupakan sumber utama pembatasan tersebut. Apropriasi saldo laba
(appropriations of retained earnings) merupakan reklasifikasi saldo laba untuk tujuan tertentu.
Pembatasan ini sama sekali bukan merupakan penyisihan kas, melainkan hanya ditujukan
sebagi peringatan bagi investor bahwa pembayaran dividen di masa depan bagaimanapun
juga akan dibatasi.
Spin-Off dan Split-Off
Spin-off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada pemegang saham sebagai
dividen; aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi sebgai saldo laba.

RELATED:
Memahami Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Fungsi - Fungsi Operasional
Fungsi - Fungsi Manajerial
Split-off, yaitu pertukaran saham anak perusahaam yang dimiliki perusahaan dengan saham
yang dimiliki oleh para pemegang saham; aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi
dan saham yang diterima dari pemegang saham diperlakukan sebagai saham yang ditarik
kembali (treasury stock). Apabila transaksi ini memengaruhi para pemegang sahm atas dasar
pro-rata (sama rata), investasi dalam anak perusahaan dibagikan dengan nilai bukunya. Pada
pembagian bukan pro-rata, investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga
menghasilkan keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai pasar ini dibagikan
kepada para pemegang saham.
Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian periode lalu (prior period adjustments) merupakan koreksi kesalahan di
periode keuangan lau. Perusahaan tidak melaporkannya dalam laporan laba rugi, melainkan
melaporkannya sebagai penyesuaian (setelah pajak) atau saldo awal saldo laba.
Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham
Nilai buku memiliki peranan penting dalam analisis laporan keuangan. Aplikasinya meliputi:
1. Nilai buku dengan potensi penyesuian sering kali digunakan dalam penilaian kesepakan
merger.
2. Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid (institusi keuangan, investasi,
asuransi, dan bank) sangat bergantung pada nilai buku.
3. Analisis obligasi kualitas utama dan saham prefern sangat memerlukan penutupan aset
(asset coverage).
Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi dalam perhitungan nilai
buku per lembar saham sebagai berikut:
1. Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjang seperti properti, pabrik, dan peralatan,
biasanya disajikan pada harga perolehan ynag dapat sangat berbeda dengan nilai pasar.
2. Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset kontinjen dengan kemungkinan
terjadi yang lebih tinggi sering kali tidak tercermin dalam nilai buku.
Kewajiban pada ‘Ujung’ Ekuitas
Saham Preferen yang Dapat ditarik Kembali
Analisis harus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya saham preferen) yang
memilikiprovisi penarik kembali wajib, yang membuatnya lebih mirip utang daripada ekuitas.
Sekuritas tersebut mengharuskan perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.
Sekuritas ekuitas yang sesungguhnya tidak memiliki ketentuan seperti itu.

G. LAMPIRAN 3A: AKUNTANSI DAN ANALISIS


SEWA–LESSOR
Banyak perusahaan menyewakan produknya daripada menjuaknya secara langsung.
Akuntansi sewa bagi lessor mirip dengan akuntansi sewa bagi lesse. Dengan sedikit
perbedaan, lessor mengategorikan sewa sebagai operating lease atau capital lease, sama
dengan klasifikasi oleh lessor. Dua jenis sewa ini penting bagi lessor, yaitu:
1. Sewa penjualan (sales-type lease). Dalam jenis ini, biaya aset sewa berbeda dari nilai
wajar pasarnya pada tnaggal sewa. Contohnya perusahaan IBM yang memproduksi komputer
dan menyewakannya kepada pelanggan.
2. Sewa pendanaan langsung (direct financing lease). Perusahaan seperti General Electric
Capital Corporation melakukan direct financing lease.
Implikasi Analisis
Implikasi analisi sewa sama dengan implikasi pemberian kredit lainnya. Risiko yang
terkandung dalam pemberian kredit memerlukan ketersediaan cadangan untuk piutang sewa
yang tidak dapat ditagih dibandingkan dengan kerugian yang pernah dialami lessor. Piutang
sewa akan ditagih selama bertahun-tahun dan bandingkan umur rata-rata portofolio sewa
dengan kewajiban perusahaan. Utang jangka pendek berbunga mengambang (short term
floating rate debt) tidak tepat digunakan untuk mendanai sewa berjangka menegah dengan
pembayaran berjumlah tetap.
Penjualan Dan Penyewaan Kembali (sale–leaseback)
Transaksi penjualan dan penyewaan kembali melibatkan penjualan aset yang dimiliki
dan penyewaan aset yang sama. Perusahaan sering menggunakan sale-leaseback untuk
membebaskan kas dari aset yang ada, terutama real estate. Secara umum, laba yang
direalisasikan atas penjualan aset harus ditangguhkan dan diakui selama masa sewa sebagai
pengurang beban sewa.

H. LAMPIRAN 3B: AKUNTANSI KHUSUS UNTUK


MANFAAT PASCAPENSIUN
Ekonomi Akuntansi Pensiun Kewajiban Pensiun Dua definisi alternatif untuk kewajiban
pensiun, yaitu:
Akumulasi kewajiban manfaat (accumulated benefit obligation–ABO) merupakan
nilai sekarang aktuaria kewajiban manfaat pensiun di masa depan kepada pekerja pada saat
pensiun berdasarkan kompensasi saat ini dan jasa sampai saat ini.
Proyeksi kewajiban manfaat (projected benefit obligation–PBO) merupakan estimasi aktuaria
atas utang manfaat pensiun di masa depan kepada pegawai pada saat pensiun berdasarkan
kompensasi yang diharapkan di masa depan dan jasa sampai saat ini.
Aset Pensiun dan Status Pendanaan
Selisih antara nilai aset program dan PBO disebut status pendanaan (funded status)
atas program yang merepresentasikan posisi ekonomi bersihnya. Sebuah program disebut
“didanai lebih” (overfunded) bila nilai aset pensiun lebih besar dari PBO, dan disebut
“didanai kurang” (underfunded) bila nilai aset pensiun lebih kecil dari PBO.
Biaya Pensiun
Biaya pensiun ekonomi (economic pension cost) atau beban merupakan biaya bersih
yang timbul dari perubahan posisi ekonmi bersih atau status pendanaan (funded status)
selama periode bersangkutan. Biaya pensiun ekonomi meliputi komponen yang berulang
(recurring) atau normal maupun yang tidak berualang (nonrecurring) atau abnormal.
Biaya pensiun yang berulang (recurring pension cost)terdiri atas dua komponen sebagai
berikut:
1. Biaya jasa (service cost) merupakan nilai sekarang aktuaria atas manfaat pensiun yang
dihasilkan oleh pegawai berdasarkan rumus manfaat pensiun. Biaya yang menambah PBO ini
timbul saat pegawai bekerja satu periode lagi. Biaya jasa hanya ada dalam program yang
mendasarkan jumlah pensiun pada periode jasa.
2. Biaya bunga (interest cost) merupakan penambahan atas PBO yang timbul karena
pembayaran pensiun menjadi satu periode lebih dekat. Biaya ini muncul karena PBO
merupakan nilai sekarang atas manfaat pensiun di massa depan kenaikan terkait dengan “nilai
waktu dari uang. Biaya bunga dihitung dengan mengalihkan PBO awal dengan tingkat
diskonto.
Biaya pensiun yang tidak beruakng (nonrecurring pension cost) terdiri dari dua komponen,
yaitu:
1. Keuntungan atau kerugian aktuaria (actuarial gain or loss) merupakan perubahan PBO
yang terjadi saat asumsi aktuaria dalam penghitungan PBO direvisi.
2. Biaya jasa lalu (prior service cost) timbul karena perubahan ketentuan program pensiun
atas PBO.
3. Komponen terakhir dalam penghitungan biaya pensiun ekonomi bersih adalah penyesuaian
untuk pengembalian aktual aset program (actual return on plan assets) merupakan laba
program pensiun.
Artikulasi Biaya Pensiun dan Status Pendanaan
Artikulasi muncul dari hubungan antara neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas yang
terdapat dalam akuntansi akrual.
Ketentuan Akuntansi Pensiun
Akuntansi pensiun masa sekarang menciptakan mekanisme perataan yang cukup kompleks di
mana pengakuan komponen yang memilki volatilitas dan bersifat tak berualng ditundah
melalui penangguhan dan kemudian amortisasi.
Biaya pensiun yang Diakui
Tingkat pengembalian aktual aset program telah digantiakn dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan atas aset program (expected return on plan assets) keuntungan atau kerugian
aktuarial tidak diakui dalam laba berjalan bahkan hanya porsi kecil saja yang diakui melalui
amortisasi.

Tiap-tiap penangguahan dan amortisasi sebagai berikut:


Pengembalian atas aset program yang diharapkan. Penggunaan pengembalian aktual
menyebabkan biaya pensiun mengikuti fluktuasi pasar keuangan sehingga menjadi terlalu
berflluktuasi. Pengembalian aset program yang diharapkan dihitung dengan megalikan
tingkat pengembangan aset program jangka panjang yang diharapkan dengan nilai pasar aset
program bersangkutan pada awal periode Penangguahn atas keuntungan atau kerugian
aktuarial. Keuntungan atau kerugian aktuarial dihitung dari perubahan asumsi aktuarial.
Amortisasi keuntungan atau kerugian bersih. Penangguahn dan amortisasi keuntungan
atau kerugian serta perbedaan antara tingkat pengembalian aktual yang diharapkan
ditangguhkan digabungkan disebut dengan keuntungan (kerugian) bersih.
Penangguhan dan amortisasi biaya jasa lalu. Biaya jasa lau adalah manfaat yang retroaktif
taerutama melalui negosiasi ulang dari kontrak pensiun.
Status yang diakui dalam neraca
Dengan aturan akuntansi pensiun sekarang (SFAS 158), status pendanaan program
pensiun diakui dalam neraca. Sekilas Akuntansi OPEB Akuntansi OPEB paralel dengan
akuntansi pensiun. Status yang Diakui di Neraca Titik awal dalam menentukan kewajiaban
OPEB adlah mengestimasi kewajiban manfaat pascapensiun yang diharapkan (expected
postretirement benefit obligation–EPBO) merupakan nilai sekarang dari pembayaran OPEB
di masa depan yang berhubungan dengan pekerja. Kewajiban yanng diakui di neraca pada
tanggal tertentu adalah pecahan dari EPBO yang proporsional dengan lamanya masa kerja
pegawai disebut dengan akumulasi kewajiban manfaat pascapensiun (accumulated
postretirement benefit obligation–APBO). Status pendanaan OPEB merupakan selisih antara
APBO dan nilai wajar aset yang ditujukan untuk memenuhi kewajiaban tersebut (kalau ada).
Mengakui Biaya OPEB artikulasi Neraca dan Laba besih
Seperti pada pensiun, proses perataan biaya manfaat pasacapensiun bersih dan tidak
akan diartikulasi dengan perubahan status pendanaan pada neraca. Penangguhan bersih
selama setahun dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk tahun tersebut dan
akumulasi penangguhan bersih dimasukkan dalam akumulasi laba komprehensif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai