Anda di halaman 1dari 55

LARING

“Patologi Pada Laring”

Disusun Oleh:
Mela Try Rahayu G4A018087
Nurmaida Ayuk Indriani G4A018038
Andika Sapto Aji G4A018089
Oktafiana Nur Fitriyah G4A018041
Farah Nurfadhilah G4A018077
Anatomi Laring

Struktur Rangka Laring


Tulang :
• Os. Hyoid
Tulang Rawan :
• Kartilago aritenoid
• Kartilago kornikulata
• Kartilago kunaeformis
• Kartilago trisea
• Kartilago tiroid
• Kartilago krikoid
• Kartilago epiglotis
Anatomi Laring

Otot Laring Ekstrinsik


Suprahioid (diatas os hyoid, berfungsi menarik laring ke bawah)
• M. Miohioideus
• M. Stilohioideus
• M. Digastrikus
• M. Geniohioideus
Anatomi Laring

Otot Laring Ekstrinsik


Infrahioid (dibawah os hyoid, berfungsi menarik laring ke bawah
• M. Omohioideus
• M. Sternohioideus
• M. Tirohioid
Anatomi Laring

Otot Laring Intrinsik


Abduktor
• M. Krikoaritenoideus posterior
Adduktor
• M. Interaritenoideus
• M. Krikoaritenoideus
• M. Krikotiroideus
• M. Krikotiroideus
• M. Tiroaritenoideus
Anatomi Laring
Inervasi Laring Vaskularisasi
FISIOLOGI LARING
Fungsi Laring :

1. Fonasi

2. Respirasi

3. Proteksi jalan nafas


PEMERIKSAAN
LARING
ANAMNESIS
01 SUARA SERAK

02 BATUK

03 KESULITAN MENELAN
(DISFAGIA)

04 MERASA ADA MASSA,


RASA PENUH ATAU
PEMBENGKAKAN BENDA
ASING
INSPEKSI
Warna dan keutuhan kulit, benjolan
daerah leher sekitar laring

PALPASI
Adakah oedem, struma, kista , metastase

PEMERIKSAAN
DENGAN ALAT
Laringoskopi indirek
Inspeksi laring dengan kaca laring 70

Laringoskopi direk
Inspeksi laring dengan laringoskop Kleisesser (melihat langsung)
LARINGOSKOPI
I N D I R E C T

Cara Pemeriksaan
1. Penderita duduk tegak, pinggang membungkuk ke depan,
kepaala sedikit tengadah
2. Penderita membuka mulut dan menjulurkan lidah
3. Lidah dipegang optimal dan dipertahankan dengan jari tengah
kiri menggunakan kasa
4. Cermin dihangatkan diatas lampu spritus atau alat lainnya, suhu
diperiksa pada punggung tangan pemeriksa sebelum digunakan
5. Cermin laring ditempatkan di depan palatum mole dan diangkat
ke atas sehingga tidak menyentuh lidah dan faring posterior
maka akan tampak pandangan hipofaring dan laring
6. Penderita diminta untuk mengucap e e e, tindakan ini diulang
beberapa kali untuk meilhat gerakan pita suara
LARINGOSKOPI
I N D I R E C T
Perhatikan patologi laring :
- Radang : semua merah  laringitis akut
- Ulkus : pada komisura posterior, korda vokalis  laringitis TBC
- Oedem : radang, alergi, tumor
- Cairan : sputum hemoragis TBC, keganasan
- Tumor : benigna  papiloma, polip nodul, kista, maligna 
karsinoma

Perhatikan pergerakan korda vokalis :


- Normal  simetris
- Tidak bergerak  parese unilateral/bilateral
MIKROLARINGOSKOPI
Mikrolaringoskopi memberikan illuminasi yang jelas
dari laring, trakhea bagian atas, dan hipofaring.
STROBOSKOPI
Gambaran yang dinilai :
Stroboskopi membantu dalam mencatat dan 1. Warna mukosa
memperjelas berbagai lesi pada laring. 2. Jaringan abnormal
3. Adanya lesi lokal atau difus, halus, kasar, ulseratif,
Stroboskopi sangat berguna dalam mendiagnosis eksofitik, dll
kelainan suara dan dapat mendiagnosis secara dini 4. Gerakan pita suara
lesi kanker glotis 5. Lumen trakhea
6. Ukuran hipofaring
Dengan stroboskopi seorang klinisi dapat
mengevaluasi gelombang mukosa pita suara selama
teleskopi atau laringoskopi fiberoptik
RADIOGRAFI
Radiologi berperan penting untuk evaluasi kelainan
jalan nafas bagian atas
Patologi Laring:
1. Kongenital
2. Radang / inflamasi
3. Trauma
4. Paralisis
5. Tumor
6. Benda asing
(1. Kongenital)

Laringomalasia
• Laringomalasia adalah kelainan kongenital pada laring berupa flaksiditas
pada kartilago laring, sehingga menyebabkan terjadinya kolaps dan
obstruksi saluran napas

• Neonatus dan anak-anak  60-70% kasus

• Male : female = 2 :1

• Laringomalasia  urutan kelainan kongenital tersering pada neonatus,


bayi dan anak-anak
(Marc C. Thorne, Susan L. Garetz, 2015 )
Kolapsnya supraglotik pada saat inspirasi:

Epiglotis
Aryepiglotis
Arytenoids

gejala utama : stridor inspiratoris

(Marc C. Thorne, Susan L. Garetz, 2015 )


Laringomalasia
Etiologi
• Teori berdasarkan model embriologi:
• Kartilgo yang immature,

• Teori anatomi
• abnormalitas kelenturan tulang rawan dan sekitarnya yang menyebabkan kolapsnya struktur
supraglotis
• Tubular epiglotis

• Teori neuromuskular
• Immature neuromuscular control dan koordinasi abnormal  flaccidity of supraglottic structures

• Inflamatory
• Reflux dapat menyebabkan edema posterior supraglotik dan secondary laryngomalacia

• (Kiran et al., 2015)


PATOFISIOLOGI

• Malformasi anatomi • Turbulensi aliran


• Immaturity udara 
• Kolaps saat inspirasi menimbulkan
• Neomuscular disease
akibat kel. struktur getaran supraglotik
• Edema • Peningkatan tekanan
intratorakal

S. Ayari et al., 2012


Gejala Klinis

• Stridor inspirasi yang dapat memburuk


saat makan, gelisah, posisi supine dan • Severe:
saat menangis • Feeding difficulties,
• obstructive sleep apnea,
• Keluhan saat makan: • cor pulmonale,
• Kesulitan menelan • failure to thrive (poor weight gain)
• choking • pectus excavatum (due to persistent
• Gagging retractions)
• Reflux symptomps • Dyspneu with permanent & severe
intercostal or xyphoid retraction

( kiran B, et al,2015; S. Ayari et eal., 2012))


(Marc C. Thorne, Susan L. Garetz, 2015 )
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan. Fisik

• Riwayat stridor inspiratoris 2 bulan awal


kehidupan. Suara biasa muncul pada minggu - Auskultasi: Sesak nafas / stridor
4-6 awal inspiratoir
- Penggunaan otot nafas tambahan
• Stridor bertambah pada posisi terlentang,
menangis, ketika terjadi infeksi saluran nafas
- Retraksi
bagian atas, selama dan setelah makan. - Chest wall abnormality  Pectus
Excavatum
• Tangisan bayi biasanya normal Tidak terdapat
sekret nasal.
Laryngoscopy

Temuan:
• Kolapsnya struktur supraglotik
saat inspirasi
• Aryepiglottic folds yang
pendek
• posterior prolapse of the
epiglottis  curled up to form
a tubular structure.
• An omega-shaped epiglottis
Laryngoscopy pada Laringomalasia

Saat ekspirasi Saat inspirasi


Penatalaksanaan

• Medical
• Empiric reflux acid suppresion  Agonis R/H2 atau PPI 1mg/kg
daily
• Feeding modifications

• Surgical
• Supraglattoplasty
• Epiglottopexy  posterior collapse of the epiglottis
• tracheostomy
Surgical step of supraglottoplasty
Supraglottoplasty
Laryngomalacia

Pre-supraglottoplasty

Post-supraglottoplasty.
Epiglattoplasty
2. Radang laring (laringitis)

akut

Laringitis
kronik spesifik
Laringitis Akut
- Radang akut pada laring, <7 hari
- Umumnya  kelanjutan rhinofaringitis
- Pada anak  menimbulkan sumbatan jalan nafas

 Etiologi  bakteri (radang local), virus (radang sistemik)


 Gejala
o Gejala radang umum  Demam, malaise
o Gejala radang lokal  Suara parau hingga afoni, nyeri saat menelan atau berbicara, gejala
sumbatan laring, batuk kering  dahak kental
 Pemeriksaan fisik  mukosa laring tampak hiperemis, membengkak (utama di atas dan
bawah pita suara), biasanya terdapat juga radang akut di hidung atau sinus paranasal

Terapi
- Medikamentosa  Antibiotika diberikan apabila peradangan berasal dari paru
- Non medikamentosa  1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Menghindari iritasi pada faring dan laring ( mis. Merokok,
makanan pedas atau minum es)
3. Menghirup udara lembab
4. Pipa endotrakea/trakeostomi  bila terdapat sumbatan
laring
Laringitis Kronis
- Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi
dalam jangka waktu lama. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah
bermanifestasi beberapa minggu.

- Penyebab :
1. Perubahan bentuk pita suara karena 5. Sering terpapar bahan yang mengiritasi atau
faktor usia. menyebabkan reaksi alergi, seperti bahan kimia,
2. Kebiasaan merokok. debu, dan asap.
3. Kecanduan alkohol 6. Infeksi jamur, biasanya terjadi pada penderita
4. Kebiasaan menggunakan suara asma yang menggunakan obat kortikosteroid
secara berlebihan dan dalam hirup jangka panjang.
jangka waktu lama, seperti yang 7. Kelumpuhan pita suara akibat cedera atau
biasa dilakukan oleh penyanyi atau penyakit tertentu, seperti stroke
pemandu sorak. 8. Penyakit refluks gastroesofageal(GERD).
- Gejala  suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok  pasien sering mendehem
tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa menebal

- Pemeriksaan fisik  mukosa menebal, permukaan tidak rata dan hiperemis

- Tata Laksana

1. Tergantung pada penyebab terjadinya laryngitis dan simtomatis


2. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-sebab yang umum,
seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak mungkin dan tidak
membersihkan tenggorokan dengan berdehem
3. Bila penyebabnya adalah zat yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi tersebut
4. Bila anak yang masih berusia batita atau balita mengalami langiritis yang berindikasi ke
arah croup, bisa digunakan kortikosteroid seperti dexamethasone.
5. Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi lain seperti rasa terbakar
di ulu hati, merokok atau alkoholik, harus dihentikan + reseptor H2 antagonis, PPI
…Laringitis Kronis Spesifik
- Laringitis tuberculosis  akibat tuberkulosis paru
- Etiologi  Mycobacterium tuberculosis

Kontaminasi laring oleh kuman mikobakterium tuberkulosis


1) Teori bronkogenik, laring mengalami infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau
sputum yang kaya kuman mikobakterium tuberkulosis, baik pada cabang bronkus
atau pada mukosa laring.

2) Teori hematogenik & limfogenik, pada teori ini kuman mikobakterium tuberkulosis
menyebar melalui darah dan sistim limfatik.
Gambaran Klinis
Stadium Infiltrasi Stadium Ulserasi

◦ Pada stadium infiltrasi, ◦ Ulkus yang timbul pada


yang pertama-tama akhir stadium infiltrasi
mengalami membesar, ulkus
pembengkakan dan ini dangkal dan
hiperemi adalah mukosa dasarnya ditutupi oleh
laring bagian posterior,
pengejuan, serta
kadang juga mengenai
dirasakan sangat nyeri
pita suara (gambar 12)
(Soepardi et al., 2012). oleh pasien
Gambaran Klinis
Stadium perikondritis Stadium Ulserasi

◦ Ulkus makin dalam, ◦ Pada stadium ini disebut juga


sehingga mengenai stadium pembentuan tumor,
kartilago laring, dan yang terbentuk fibrotuberkulosis
pada dinding posterior, piata
paling sering terkena
suara dan subglotik
ialah kartilago aritenoid
dan epiglotis. Dengan
demikian terjadi
kerusakan tulang rawan,
sehingga terbentuk
nanah yang berbau
Tata Laksana
◦ American Thoracic Society (ATS) menyatakan prinsip pengobatan TB ekstrapulmonal secara umum tidak
memiliki perbedaan dengan TB paru, termasuk pengobatan untuk TB laring.
◦ Pemberian terapi selama 6 bulan merupakan standar yang dipakai untuk pengobatan TB paru dan TB
ekstrapulmonal secara umum. Dosis OAT yang digunakan adalah dosis individual yang sesuai dengan
berat badan penderita.
◦ Pemberian kortikosteroid pada kasus-kasus dengan fiksasi pita suara dapat diberikan untuk mencegah
fibrosis yang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.
◦ Sedangkan menurut Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan TB di Indonesia, menyatakan
kortikosteroid tidak memberikan peranan penting pada TB laring.
Tata Laksana
Nama Obat Dosis Harian Efek Samping
Isoniazid 4-6 mg/kgBB (max. 300 mg) Hepatitis, neuropati perifer, kulit memerah, demam,
agranulositosis, ginekomastia

Rifampisin 8-12 mg/kgBB (max 600 mg) Hepatitis, gangguan pencernaan, demam, kulit
memerah, trombositopenia, nefritis interstitial,
sindrom flu

Pirazinamid 20-30 mg/kgBB Hepatitis, hiperurisemia, muntah, nyeri sendi, kulit


memerah

Streptomisin 15-18 mg/kg Ototoksik, nefrotoksik Neuritis retrobulbar, nyeri


sendi, hiperurisemia, neuropati perifer

Etambutol 15-20 mg/kg


3. TRAUMA LARING
Trauma tak langsung (dari luar) Trauma langsung mengenai
laring
Trauma dari luar :
1. Trauma tumpul, sering post KLL
Terjadi fraktur kartilago tiroid &
perdarahan hebat sesak hebat Trauma langsung :
(perlu trakheotomi) & fiksasi Benda asing
leher
2. Trauma tajam, luka irisan dan Trauma intubasi jaringan
tusukan. granulasi.
Terdapat luka terbuka bagian Trauma kimia (salah minum /
atas laring/ pertengahan bagian usaha bunuh diri)
bawah kartilago tiroid.
Perawatan lama
4. Kelumpuhan Laring

01 Kelumpuhan Sensorik

02 Kelumpuhan Motorik
KELUMPUHAN SENSORIK

 Lesi mengenai N. larynges superior


 Penyebab yang paling sering : Trauma oleh tindakan pembedahan:
- Radical neck dissection
- Laringektomi
 Manifestasi Klinik
- Unilateral : gejalanya ringan, sukar menelan, sukar bernapas (dispnoe)
- Bilateral : disfagia hebat dan aspirasi
 Terapi
- Tidak ada terapi khusus
- Dilakukan latihan gerakan menelan
KELUMPUHAN MOTORIK

Berdasarkan lokasi kelumpuhan:


 Kortikal
 Kortikobulber
 Bulber
 Perifer kasus yang paling sering terjadi
KELUMPUHAN LARING PERIFER

 Mencakup ± 90 % kelumpuhan laring


 Paling sering mengenai N. larynges inferior (rekurens)
 N. rekurens kiri 2x lebih sering daripada N. rekurens
kanan, karena perjalanan anatomi lebih jauh sampai
daerah mediastinum
Etiologi

 Neuritis (virus,tbs,sifilis,difteri)
 Neuropathy diabetica (50 % kasus DM)
 Neoplasma (brochogenic ca, metastase)
 Tumor jinak
 Trauma leher (KLL, bela diri, cekikan)
 Trauma oleh pembedahan
 Idiopatik  ± 20% kasus
Neoplasma
- Bronchogenic Ca + metastase ke mediastinum
- Paralisis N. rekurens kiri
- Invasi ke saraf lymphatic metastasis

Trauma external
- Penyebab : KLL, bela diri, persalinan bayi (fleksi lateral kepala)
- Mungkin terjadi luksasi/ dislokasi Artic. cricothyroid kompresi n.
laringeus Kelumpuhan N. rekurens unilateral/ bilateral
Trauma Bedah
- Komplikasi operasi leher dan mediastinum
- Sering pada operasi Strumektomi  paling sering N. rekurens
kanan
- N. rekurens uni/ bilateral

Idiopatik
- Kausa ?
- Insidens rata-rata 20 % (1-35 %)
- > pada pria lebih sering N. rekurens kiri
5. Karsinoma Laring

 Manifestasi Klinis :
 70-90 % ditemukan pada pria usia lanjut
1. Serak
 Etiologi : 1. Merokok dan alkohol 2. Suara bergumam (hot potato voice)
2. Karsinogen lingkungan (arsen, asbes, 3. Dispnea dan stridor
serbuk nikel, nitrosamin) 4. Nyeri tenggorokan
3. Infeksi laring kronis 5. Disfagia
4. Human papilloma virus (HPV) 6. Batuk dan hemoptisis
5. Genetik 7. Nyeri tekan laring
Klasifikasi Tumor Ganas Laring
PENATALAKSANAAN
1. PEMBEDAHAN
a) Laringektomi parsial : diindikasikan untuk karsinoma
laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan
radiasi, dan tumor stadium II
b) Laringektomi total : tindakan pengangkatan seluruh
struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os
hioid) sampai bawah cincin trakea.

2. RADIOTERAPI
Digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis
T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhan
90%). Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad per hari
sampai dosis total 6000-7000 rad

3. KEMOTERAPI
Digunakan untuk mengobati tumor satdium lanjut, sebagai
terapi adjuvant ataupun paliatif. Obat yang diberikan
adalah cisplatinum 80-120 mg/m2 dan 5 FU 800-1000
mg/m2
6. Benda asing di laring
Jarang : karena ada mekanisme batuk
Sering : biji-bijian, serpihan/potongan tulang, jarum
Lokasi : valekula, sinus piriformis atau glotis
Gejala : Batuk  sesak, nyeri (batuk poroksismal )
Penanganan : Ekstraksi (laringoskopi direk dengan GA)
trakheotomi (bila perlu)
Btk.

Anda mungkin juga menyukai