SISTEM KARDIOVASKULAR
Dosen Pengampu:
Ns.Dewi Masyitah, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB
Kelompok 4 :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat / tenang (Kemenkes RI,2013). Menurut World
Health Organization, tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah ke
dinding-dinding arteri tubuh, pembuluh darah utama dalam tubuh. Hipertensi disebut sebagai the
silent killer karena gejalanya sering tanpa keluhan.Biasanya penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi (WHO, 2013).
Jumlah penderita hipertensi didunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi dan 9,4 juta orang diperkirakan
setiap tahun meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Menurut American Heart Association
(AHA), penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,11% pada
tahun 2018. (Kemenkes RI, 2018). Hipertensi berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius, bahkan dapat menyebabkan kematian, tingkat keberhasilan pengobatan penderita
hipertensi ditandai dengan terkontrolnya tekanan darah yang dipengaruhi oleh kepatuhan
anti hipertensi terhadap tekanan darah pasien hipertensi di desa salam rejo, keberhasilan
penderita dalam pengobatan hipertensi banyak yang mempengaruhi proses pengontrolan tersebut
salah satu faktor keberhasialan pengontrolan yaitu kepatuhan penderita dalam minum obat.
kepatuhan penderita hipertensi, dukungan keluarga yang baik pada penderita hipertensi adalah
penderita yang mendapat dukungan dalam bentuk informasi, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Dukungan yang baik dari keluarga kepada penderita
hipertensi maka akan semakin patuh penderita untuk berobat dalam hal ini yaitu mengkonsumsi
obat yang telah ditentukan. Dukungan keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan
penderita hipertensi, karena penderita hipertensi akan merasa ada yang memperhatikan dan
terapi keluarga memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang
hipertensi yang diresepkan dokter dengan dosis yang tepat, dalam pengobatan akan efektif
apabila mematuhi ketentuan dalam meminum obat. Berdasarkan hasil penelitian Yulike dkk
(2017), tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pada penderita
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol agar tidak terjadi
sehingga terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi yang mengunjungi rumah sakit ( Yulike
dkk, 2017 ).
Obat antihipertensi berperan dalam menurunkan angka kejadiaan komplikasi yang bisa
terjadi akibat tidak stabilnya tekanan darah pasien.Dampak penyakit hipertensi berkembang
setiap tahun dan menyebabkan banyak komplikasi, tekanan darah berlebihan dapat mengeraskan
pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung.Tekanan yang meningkat dan
aliran darah yang berkurang ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti stroke, penyakit
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan kajian literature tentang Hubungan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Hipertensi ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Gambaran Konsep Dasar Hipertensi ?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah tinggi adalah kondisi medis tekanan darah seseorang yang meningkat
secara kronis, seseorang disebut penderita hipertensi jika tekanan darah dalam arteri
meningkat secara kronik.Biasanya hipertensi terjadi pada seseorang dengan tekanan darah
Menurut World Health Organization, tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh
sirkulasi darah ke dinding-dinding arteri tubuh, pembuluh darah utama dalam tubuh (WHO,
2019 ). Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (Asikin M & Nuralamsyah M,
tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
(Masriadi, 2016:362). Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling dahsyat di
a. Genetika (Keturunan)
Faktor keturunan memang meiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi,
menurut ahli kesehatan sebagian besar kasus hipertensi saat ini dipengaruhi oleh fakor
kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit hipertensi jika orang tuanya adalah
b. Usia
elastisitas jaringan dan anterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah yang merypakan
c. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga merangsang aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatan tekanan darag secara
bertahap. Sehingga jika stress terjadi berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menjadi tinggi. Stress dapat berhubungan dengan pekerjaan, ekonomi dan karakteristik
personal. Hipertensi yang diakibat oleh stress lebih banyak dialami oleh masyarakat
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi,
pengaruh garam terhadap hipertensi adalah peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan
tekanan darah (Sutanto,2010:16). Jika asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi
hipertensi hanya beberapa persen saja. Sementara jika asupan garam antara 5-15 gram
perhari, maka prevalensi akan meningkat 5-15% (Helmanu K & Ulfa N, 2015:369).
e. Pola hidup
Pola hidup yang tidak sehat juga menjadi sebab peningkatan tekanan darah, faktor-
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah
tingginya kolestrol dalam darah, mengonsumsi minuman beralkohol, obesitas, pola makan
yang tidak seimbang dan kurang olahraga (Asikin M & Nuralamsyah M, 2016:76).
f. Kebiasaan merokok
dari ujung-ujung saraf adrenergic yang dipacu oleh nikotin.Risiko merokok berkaitan dengan
jumlah rokok yang dihisap per hari, seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus perhari
memiliki kerentanan dua kali lebih besar dari pada yang tidak merokok.Merokok merupakan
faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan di Indonesia, khususnya dalam upaya melawan
arus peningkatan hipertensi dan penyakit kardiovaskuler pada umumnya (Helmanu K & Ulfa
N, 2015:369).
g. Obat-obatan
Obat pencegah kehamilan, steroid dan obat anti infeksi dapat meningkatkan tekanan
darah. Beberapa obat menaikkan kadar insulin, dalam kadar tinggi insulin dapat
meningkatkan tekanan darah. Penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang
3. Patofisiologi
Perubahan sistem kardiovaskular, neuromuskular dan ginjal sangat berperan dalam
darah.Meningkatnya tekanan darah didalam arteri terjadi ketika jantung memompa lebih kuat,
sehingga mengalirkan lebih banya cairan pada setiap detiknya.Arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, dengan demikian pada setiap denyut jantung darah dipaksa
Peningkatan tekan darah juga disebabkan beberapa faktor, Pertama yaitu pengendalian
oleh ginjal, ginjal bertanggung jawab untuk penyesuaian tekanan darah dalam jangka panjang
melalui sistem renin angiotensin. Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa
cara,yaitu jika tekanan darah meningkat ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air
yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan akan mengembalikan tekanan darah
ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilnkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensi selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron yang meningkatkan pembuangan kalium oleh ginjal (Helmanu
Kedua yaitu sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi
tubuh secara otomatis). Sistem saraf simpatis yang akan meningkatkan tekanan darah selama
respon flight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkatkan
kecepatan dan kekuatan denyut jantung serta mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi
memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka), mengurangi pembuangan air
dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. Sistem saraf
simpatis akan melepaskan hormon adrenalin dan nonadrenalin yang merangsang jantung dan
pembuluh darah untuk sirkulasi darah lebih cepat atau lebi lambat (Helmanu K & Ulfa N,
2015:366).
Tekanan emosi akan meningkatkan aktivitas saraf otonom dan menyebabkan kenaikan
mengakibatkan kenaikan volume plasma (VP) dan volume cairan ekstraseluler (VCES) dan
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Proses ini akan berlangsung terus walaupun tekanan
perubahan dinding ini menyebabkan penyempitan lumen, diikuti dengan kenaikkan friksi
4. Klasifikasi Hipertensi
1) Hipertensi Esensial
interaksi antara faktor risiko tertentu, faktor utama yang menyebabkan hipertensi
2) Hipertensi sekunder
Suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi akibat penyakit lain,
seperti gagal jantung, gagal ginjal dan gangguan tiroid (Syamsudin, 2011:29).
1) Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC VII (The Joint National
Preassure)
Tekanan Tekanan
Klasifikasi Tekanan
No. Darah Sistolik Darah Diastolik
Darah
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal < 120 < 80
2. Normal < 130-139 85-89
3. Hipertensi stadium I 140-159 90-99
4. Hipertensi stadium II 160-179 100-109
5. Hipertensi stadium II > 180 > 110
5. Manifestasi Klinis
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena berawal dari
banyaknya orang yang tidak sadar telah mengidao penyakit hipertensi sebelum melakukan
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Gejala yang dirasakan pederita hipertensi antara lain sebagai
berikut :
a. Nyeri kepala
b. Pusing/migran
f. Mudah lelah
6. Komplikasi
a. Stroke
risiko stroke yang dapat meningkatkan risiko stroke 2-4 kali lipat. Peningkatan tekanan
darah akan lebih mempercepat terjadinya plaque, lapisan endotel pembuluh darah akan
thrombus. Thrombus dapat menyumbat pembuluh darah secara lokal atau pecah menjadi
terjadinya deficit neurologic. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak atau subaraknoid
sehingga jaringan yang terletak didekatnya akan tergeser dan tertekan. Stroke meningalkan
gejala sisa tergantung lokasi terjadi perdarahan, seperti kelumpuhan salah satu sisi tubuh,
lumpuh pada salah satu sisi wajah dan tonus otot lemah atau kaku (Helmanu K & Ulfa N,
2015:371).
b. Diabetes Mellitus
Diabetis nefropati atau diabetes yang menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf bisa
yang tidak bekerja ini tidak akan dirombak menjadi apapun akan tetap berada dalam
bentuk insulin. Insulin berlebih iniah yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
c. Ginjal
Terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah tinggi pada pembuluh kapiler
ginjal, rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit fungsiona ginjal. Nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik kolid plasma berkurang dan menyebakan oedema yang
d. Mata
dalam retina pada belakang mata. Pemeriksaan mata pada penderita hipertensi berat dapat
ditemukan kerusakan seperti, penyempitan pembuluh darah kecil pada retina dan
7. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
Usaha pencegahan predisposisi terhadap faktor yang menjadi risiko hipertensi, seperti
adanya peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok dan melakukan senam
b. Pencegahan Primer
Upaya pencegahan sebelum seorang penderita terserang hipertensi, pencegahan
dilakukan melalui pendekatan seperti penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi, kiat
terhindar dari hipertensi dengan cara menghindari merokok, konsumsi alkohol, obesitas,
c. Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan yang di tujukan pada penderita yang sudah terserang agar tidak
menjadi lebih berat, tujuannya yaitu ditekankan pengobatan penderita hipertensu untuk
d. Pencegahan Tersier
pencegahan tersier ini mengobati agar tidak timbulnya komplikasi kardiovaskuler seperti
infark jantung, stroke dan lainnya. Terapi pada pencegahan ini di upayakan dalam
merestorasi jaringan yang sudah mengalami kelainan atau sel yang sudah rusak akibat
hipertensi.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Kesadaran
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya adalah sadar dan juga dapat
mengalami penurunan kesadara.
Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada khasus hipertensi tekanan darah
yang dimiliki oleh penderita hipertensi systole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole
diatas 90 mmHg
b. Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan denyut nadi atau
tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia.
Body system
a. Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea (gangguan pernafasan pada
saat berbaring ), PND, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan
fisik meliputi sianosis, pengunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas
tambahan (ronkhi rales, wheezing)
b. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi : denyut apical kuat
Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat
Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi jantung S2 mengeras S3
(gejala CHF dini). Murmur dapat terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup.
c. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital, episode
mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual (diplopia-
pandangan ganda atau pandangan kabur) dan episode epistaksis
d. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri
e. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian
deuretik.Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema,
kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria.
f. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis,
diaphoresis, atau flusing
g. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher
h. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem
endokrin
i. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra cranial) pada saat
melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi
j. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri edema atau
papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi
k. Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh
Pemeriksaan penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai
viskositas dan indicator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
b. Kimia darah
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal renal
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi)
akibat dari peningkatan kadar katekolamin
e. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
i. Elektrolit
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme
atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
l. Urine
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan difusi
renal atau diabetes
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kada mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin juga
meningkat
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
b. BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
c. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM
2. Diagnosa Keperawatan
a.Penurunan Curah Jantung
b.Nyeri Akut
c.Intoleransi Aktivitas
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung
Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa
jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular,
perifer, dan pulmonal); dan status tanda-tanda vital
Kriteria hasil
1.Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
2.Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN) dan
keratin plasma dalam batas normal
3.Mempunyai warna kulit yang normal
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak
mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)
5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis. Untuk
penyakit jantung)
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan
Intervensi
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan, dan
status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat badan)
3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas
pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
b. Nyeri akut
Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu).
Kriteria hasil
1.Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untukmencapaiKenyamanan
2.Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3.Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4.Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
faktor tersebut
5.Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6.Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic
secara teapat
7.Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau
tekanan darah
8.Mempertahankan selera makan yang baik
Intervensi
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10
(0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon
pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
c. Intoleransi aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat,
dan perawatan diri
Kriteria hasil
1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut
jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam
batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat dan
atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis,
eliminasi dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)
6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
Intervensi NIC
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
Seorang laki-laki Bapak T berumur 58 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sering
sakit kepala dankadang-kadang mimisan sejak 5 hari yang lalu.Hasil pengkajian didapatkan data
tinggi badan 158 cm, berat badan 73 Kg, tekanandarah 180/110 mmHg.Hasil pemeriksaaan
laboratorium menunjukan gula darah sewaktu 138mg/dlRiwayat penyakit keluarga orang tua
menderita hipertensi dan stroke. Bapak T diberikan obat amlodipin 1 x 5 mg dan captopril 2 x 25
mg. Perawat menganjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan asin dan mengingatkan
control sebulan lagi.
Setelah satu bulan, tekanan darah masih tinggi dan dokter menaikkan dosis obat yaitu
amlodipin 1 x 10 mg dan captopril 2 x 25 mg dankontrol satu bulan lagi. Sebulan kemudian
tekanan darah Bapak T juga masih tinggi.Dosis obat dinaikkan yaitu captopril 2 x 50 mg dan
hasil evaluasi tekanan darah setelah satu bulan belum juga mencapai target.Dokter merujuk
Bapak T ke rumah sakit.
Hasil pemeriksaan laboratorium di RS didapatkan kolesterol total 250 mg/dl. LDLkolesterol
220 mg/dl, ureum 60 mg/dl dan kreatinin 2,0 mg/dl. Hasil foto toraks didapatkan CTR> 50% dan
pada EKG didapatkan RV1 + SV5 > 35 mm. Dokter menambakan obat tiazid 1x 25 mg.
1.Pengkajian
Identitas
Nama : Bapak T
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Keluhan Utama : Sakit kepala dankadang-kadang mimisan sejak 5 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit kepala dankadang-kadang mimisan sejak 5 hari yang lalu, tekanandarah 180/110
mmHg.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua menderita hipertensi dan stroke
Pemeriksaan Fisik
TD :180/110 mmHg
TB :158 cm
BB :73 Kg
Terapi
Amlodipin 1x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Tiazid 1 x 25 mg
Data Penunjang
GDS Sewaktu 138 mg/dl
Kolesterol total 250 mg/dl
LDL kolesterol 220 mg/dl,
Ureum 60 mg/dl
Kreatinin 2,0 mg/dl.
Hasil foto toraks didapatkan CTR> 50%
EKG didapatkan RV1 + SV5 > 35 mm
Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS : Perubahan afterload Penurunan Curah
Pasien mengatakan Jantung
sering sakit kepala dan
kadang-kadang mimisan
sejak 5 hari yang lalu.
DO :
TD : 180/110 mmHg
Hasil foto toraks
didapatkan CTR> 50%
EKG didapatkan RV1
+ SV5 > 35 mm
2 DS :
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan Curah Jantung b.d peningkatan afterload
b.
3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Penurunan 1. Mimisan hilang 1. Monitor tanda-tanda
Curah Jantung b.d 2. denyut teratur vital secara
peningkatan rutin
3. sakit kepala hilang
afterload 2. Monitor EKG
4. tekanan darah 3. Monitor
terkontrol keseimbangan
cairan
4. Monitor nilai
laboratorium
5. Evaluasi pasien
terhadap
distritmia
2