BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TEORI DASAR DRAINASE
wilayah rencana. Curah hujan ini diperlukan untuk menentukan debit banjir
rencana pada daerah tinjauan. Tujuan dari analisis frekuensi curah hujan
adalah untuk memperoleh curah hujan dengan beberapa perioda ulang.
Pada analisis ini digunakan beberapa metoda untuk memperkirakan curah
hujan dengan periode ulang tertentu, yaitu:
a. Distribusi Gumbel
Rumus umum untuk menghitung analisa frekuensi adalah :
Tr
Ytr = (0 . 834 = 2. 303 log . log
Xtr = x + k . Sd Tr−1
Yt − Yn ∑ X 2−X . ∑ X
k =
Sn
Sx =
√ n−1
St =
√∑ ( log
i =1
n−1
n
xi −log x )2
Cs =
√ ∑ ( log
i=1
xi− log x )2
( n−1 ) ( n−2) St 2
Log Xt = Log x +St . G
Dimana :
x = Curah hujan maksimum rata – rata selama pengamatan (mm/jam)
St = Standar Deviasi
Cs = Koefisien Pengaliran
Xt = Curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/jam)
G = Faktor Frekuensi
Di mana:
X2 = harga Chi-Kuadrat
G = jumlah sub-kelompok
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Ef = frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya
2.5.2 Uji Smirnov-Kolmogorov
Intensitas curah hujan adalah curah hujan yang terjadi pada suatu satuan
waktu tertentu. Intensitas curah hujan diperhitungkan terhadap lamanya hujan
(durasi) dan frekuensinya dan dikenal dengan Lengkung Intensitas Durasi
Frekuensi (IDF Curve). Intensitas curah hujan diperlukan untuk menentukan
bsar aliran permukaan (run off).
Pada perhitungan intensitas curah hujan diperlukan data curah hujan jangka
pendek (5 – 60), yang mana data curah hujan jangka pendek ini hany
didapat dari data pengamatan curah hujan otomatic dari kertas diagram yang
terdapat pada peralatan pecatatan.
Apabila data curah hujan yang tersedia hanya merupakan data pencatatan
curah hujan rata-rata maksimum harian (R24) maka dapat digunakan rumus
Bell :
a
l=
tn
Keterangan :
(Log i )( Log t )2−( Log t Log i)( Log t )
Log a = 2
N ( Log t ) −( Log t )( Log t )
( Log i)( Log t )−N ( Log t Log i)
n =−
( Log t )2 −( Log t )( Log t )
c. Formula Ishiguro
a
l=
√t +b
Keterangan :
(i √ t )(i2 )−(i √ t )(i)
a=
N (i 2 )−(i )(i )
(i )(i √ t )−N (i 2 t )
b=
N (i 2 )−(i )(i )
I = Intensitas curah hujan (mm/menit)
t = Lamanya curah hujan atau durasi (menit)
i = Presipitasi / intensitas curah hujan jangka pendek t menit
a,b,n = Konstanta yang tegantung pada lamanya curah hujan
N = Jumlah pengamatan
Seandainya data curah hujan pengamatan jangka pendek tidak didapat pada
daerah pengamatan, maka analisa intensitas curah hujan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode data curah hujan pengamatan maksimum
selama 24 jam dan selanjutnya dihitung dengan memakai formula Dr.
Mononobe.
l = R24 / 24 (24/t)^(2/3)
l = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu hujan atau durasi (menit)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
2.7 Hubungan Antara Intensitas, Durasi dan Frekuensi
Pada tahun 2003 Kendari masuk kategori kota madya dengan jumlah
penduduk kurang lebih 500 ribu jiwa, sehingga perhitungan design masih
dianggap kota kecil, karena keterbatasan dana dan lahan serta sistem
pengaliran yang ada adalah gravitasi.
lambat saat basah. Umunya terdiri dari tanah liat dengan penyerapan
air yang tinggi (daya swelling) dimana permukaan air tanah (water
table) sangat tinggi diatas permukaan atau tanah – tanah dangkal,
tingkat trasnmisi airnya sangat lambat.
Fb = √Cf . h
Dimana :
Fb = Free Board (m)
h = tinggi muka air rencana (m)
Cf = koefisien variasi 1.5 untuk debit 60 m3/dtk dan 2.5 untk debit 85
m3/dtk.
F. Radius Of Curvatura
Jari – jari lengkung minimum diambil dari As saluran :
- Saluran kecil R minimum = 3 x lebar muka air
- Saluran besar R minimum = 7 x lebar muka air
G. Tanggul Inspeksi
Apabila pada suatu daerah tertentu rencana saluran berada rendah, maka
tanggul harus dibuat dengan timbunan dan klasifikasi sebagai berikut :
Jenis Saluran Lebar Tanggul
Saluran Primer 2.00 m
Saluran sekunder 1.00 – 1.50 m
Saluran Tersier < 1.00 m
H. Bentuk Saluran
Tipikal saluran yang digunakandalam merencanakan saluran drainase
adalah trapezium dan empat persegi.
2
Q h
Q = AC √ R . i W atau i W = dan L =
A2 C2 R ib+iw
Dimana :
Q = Debit (m3/dtk)
A = Luas Penampang basah (m2)
C = Koefisien Chezy
R = Jari – jari hidrolis (m)
iw = Kemiringan muka air
ib = Kemiringan invert
h = perubahan tinggi muka air (m)
L = panjang ruas saluran yang tinggi airnya berubah (m)
jembatan kelas I. Jarak antara jalan dan puncak gorong – gorong (t0
diusahakan minimum 0.6 m.
a. Tipe Submerged
Tipe ini dipakai ditempat – tempat datar, dimana elevasi muka air
disalurkan drainase terlalu tinggi, maka gorong – gorong dipasang
pada elevasi yang agak rendah untuk mendapatkan t minimum.
b. Tipe Unsubmerged
Tupe ini dipakai apabila tinggi elevasi muka air saluran drainase
relatif rendah terhadap elevasi jalan yaitu setinggi t inimum sehingga
mudah tercapai
B. Perhitungan Kehilangan Energi
a. Akibat Pemasukan
2 2
(V −V )
he = 0. 3 x 2 1
2g
Dimana :
2
19 . 6 n
f =
He = Kehilangan tinggi akibat gesekan (m) R V3
n = koefisien kekasaran Manning untuk gorong – gorong
R = jari – jari hidrolis (m)
P = kecepatan air didalam gorong – gorong (m/dtk)
g = 9.81 m/dtk2
b. Akibat Pengeluaran
2 2
V −V
ho = 0 . 1 2 3
g
Dimana :
ho = kehilangna tinggi akibat pengeluaran (m)
V2 = kecepatan didalam gorong – gorong (m/dtk)
V3 = kecepatan air di hilir (m/dtk)
g = 9.80 m/dtk2
c. Akibat Transisi
Karena kehilangan tinggi m sangat kecil, maka untuk praktisnya
diabaikan dalam perhitungan
2.10.5 Bangunan Terjun
Bangunan terjun (vertical drops) dibuat khusus untuk saluran
sekunder dan tersier yang mengalmi penampang. Pada saat terjadi muka
air tinggi (debit puncak) disaluran, aliran disaluran drainase tidak
mengakibatkan terjunan ke muka. Kemudian pada kondisi dimana aliran
disalurkan drainase lebih kecil dari debit puncak, maka penurunan atau
drops muka air akan terjadi. Biasanya penurunan muka air itu berkisar
anatar 0 – 0.60 m maksimum. Apabila penurunan (terjunan) maksimum
terjadi, berarti debitnya sangat kecil atau 0.
Untuk bangunan terjun jenis ini maka tidak diperlukan perhitungan
peredaman energi (energi dissipation). Terjunan didasar saluran,
disarankan untuk sekunder maksimum 0.6 m dan untuk tersier
maksimum 0.4 m. untuk pasangan terjun seperti ini, disarankan dengan
dinding pasangan batu tegak dengan lantai di hulu dan hilirnya dan
pengamanan tebing. Bangunan terjun ini akan berfungsi sebagai transisi.
2.10.6 Pemasukan ( Inlet )
Apabila ada rencana pemasukan dari saluran ke saluran, dimana yang
masuk itu tidak termasuk dalam desain saat ini, maka pekerjaan yang
akan dating dibuat sepanjang 5 m.
Dimana :
V = Kecepatan air saat mulai terjadi loncatan (m/dtk)
g = Percepatan gaya gravitasi (m/dtk2)
h = Kedalaman air pada loncatan pertama (m)
Bilangan Froude juga dapat digunakan untuk menghitung kedalaman
hidrolik yang kedua dengan memakai rumus :
h1
h2 = [ √1+8 Fr 2 −1 ]
2
Dari kedalam air ada h2 dapat dapat diperhitungkan tail water ™ yang
terjadi di sepanjang kolam olakan.
Dengan menambahkan 5 % pada kedalaman h2 maka dalamnya Toil
Water yang terjadi pada loncatan hidrolik yang kedua adalah :
TW = 1. 05 ∗ h 2
Dari pengujian kedalaman air akibat loncatan hidrolik maka panjang
olakan dapat dihitung dengan rumus :
L = 5 ( h + X ) ( Forster and Streninde )
Dimana :
h1 = tinggi air saat loncatan hidrolik pertama (m)
h2 = tinggi air saat loncatan hidrolik kedua (m)
X = tinggi Trap ujung lantai olakan
L = panjang kolam olakan (m)
1. Kehilangan energi
2. Beban – beban vertical
3. Beban permukaan dari dua arah
Sedangkan stabilitas tidak perlu diperhitungkan secara keseluruhan sebab
dikelilingi oleh tanah manhole.
Type Manhole untuk saluran pembuang :
Berbentuk lonjong dengan diameter yang tetap
Berbentuk setengah kerucut
Bentuk berubah (dari potongan 4 feet ke 3 feet)
Menggunakan penutup beton yang bisa digerakkan
(ft x 0.304 f = dalam meter x 2.54 = cm)
2.11 Struktur
Kriteria desain struktur dibutuhkan untuk perencanaan konstruksi bangunan pada
perencanaan drainase perkotaan khususnya pada perhitungna structural.
2.11.3 Rencana Beban ( Design Load )
A. Beban Sendiri
Beban sendiri adalah beban mati yang berasal dari konstruksi itu
sendiri. Biasanya setiap bahan mempunyai unit weight ( berat / volume )
yang berbeda, dan ini biasa dilihat pada table 2.5
Tabel 2.5 Unit Weight Bahan Konstruksi
Bahan Unit Weght (kg/m3)
Air 1000
Beton Biasa 2200 – 2300
Beton Bertulang 2400
Aspal Beton 2000
Pasangan Batu 2200
Bangunan Besi 7850
Besi Tuang 7250
Kayu 1000
Lapisan Bata 1700
Tanah Biasa 1750
Tanah Urug Padat 1900
B. Beban Luar
Tekanan Air
Semua struktur permanen ataupun tidak permanen yang terendam
harus direncanakan untuk tekanan hidrostatis sebesar 1000 kgm 2 per
meter kedalaman.
Tekanan Angkat (Uplift Presure)
Tekanan angkat dipakai untuk merncang semua struktur yang
seluruhnya atau sebagian terendam dalam air. Tekanan angkat
diperhitungkan efektif pada bidang dasar 100 % apabila struktur
seluruhnya terendam air satu piha, atau muatan air yang berbeda pada
sisi yang berlawanan, tekanan angkat berubah sebanding dengan tinggi
hidrostatik pada kedua sisi struktur.
Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dapat dihtung dengan rumus Rankien.
Diagram tekanan diasumsikan sebagai segitiga sama dengan tekanan
air dengan gaya resultan bekerja 1/3 h diatas alas diagram.
B. Pasangan Batu
a. Pasangan batu untuk saluran dipakai 1 semen : 4
pasir
b. Pasangan batu untuk gorong – gorong yaitu 1
semen : 3 pasir
C. Stabilitas Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah yang diiznkan untuk kota madya Kendari
berdasarkan penelitian adalah t = 1.2 kg/cm3
Jadi untuk perencanaan, maka tegangan yang akan terjadi akan melebihi
daya dukung izin tersebut
1. Keamanan Terhadap Gelincir (Sliding)
V
Fs = > (1 . 25−1 .50 )
H
Keterangan :
Fs = Faktor keamanan terhadap gelincir
V = Jumlah gaya – gaya vertical
H = Jumlah gaya – gaya horizontal
2. Keamanan Terhadap Guling (Overturning)
MR
Fs =
Mo
Keterangan :
Fs = Faktor keamanan terhadap guling
MR = Momen yang menahan guling (tm)
Mo = Momen yang menyebabkan guling (tm)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat limpahan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan laporan ini sebagai tindak lanjut yang telah dilaksanakan sesuai
kurikulum tahun Akademik 2016/2017 dimana selama pelaksanaan dan penyusunan
laporan Hidrologi dan Drainase ini kami menemukan kendala-kendala, namun berkat
kerjasama yang baik dengan anggota kelompok serta petunjuk dan bimbingan dosen
pembimbing maka kendala tersebut akhirnya dapat teratasi.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan selama proses penyusunan lapoaran ini
sehingga bias terselesaikan denga baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan tidak sebagaimana yang diharapkan, namun inilah yang
dapat kami perbuat sebagai insan akademik yang masih membutuhkan bimbingan
secara intensif mudah-mudahan laporan ini dapat menjadi bahan pelajaran bagi
pelaksanaan praktikum untuk diabadikan pada nusa dan bangsa dikemudian hari.
Penyusun