Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris
yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi
lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi
lebih berkurang.
Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih
berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa
generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi
secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan
genetik merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas
apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial
pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies
yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan
organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal
dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan
ini.
Selain sebagai penjelasan tentang evolusi, teori evolusi bisa juga dimaksudkan
sebagai teori yang menyatakan bahwa ada ada kekerabatan di antara organisme
(Panchen, 1992) atau ada perubahan dan diversifikasi makhluk hidup. Dalam hal
ini teori evolusi merupakan penjelasan terhadap berbagai fenomena yang kemudian
ditunjuk sebagai bukti evolusi.
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori
Darwin, antara lain:
Bukti-Bukti Evolusi
Mekanisme Evolusi