Proposal - Kualitatif - Ajeng Ivo A.B - 17310018 - 6a
Proposal - Kualitatif - Ajeng Ivo A.B - 17310018 - 6a
Disusun oleh :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, bangun ruang dan
bilangan yang identic dengan rumus dan angka. Matematika merupakan salah satu ilmu yang
menjadi bagian pada setiap cabang ilmu. Dari semenjak taman kanak-kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah hingga perguruan tinggi, tidak akan pernah terlepas dari mempelajari
matematika. Mata pelajaran matematika sangatlah penting dalam menempuh jenjang
pendidikan. Dengan adanya ilmu matematika diharapkan siswa dapat berpikir logis, kritis,
praktis, serta memiliki sikap yang aktif, positif dan kreatif. Dalam konteks era globalisasi saat
ini kemampuan spesifik yang sangat dibutuhkan dari sumber daya manusia sebuah bangsa
dalam mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah.
Pentingnya pemecahan masalah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.22 Tahun 2016 bahwa pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah
pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Menurut Branca (Indrie, 2016 : (1)) Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah matematika meliputi : (1) Kemampuan menyelesaikan
merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika ;
(2) Penyelesaian masalah meliputi metode prosedur dan strategi merupakan proses inti dan
utama dalam kurikulum matematika ; (3) Penyelesaian matematika merupakan kemampuan
dasar dalam belajar matematika. Kesadaran akan pentingnya kemampuan pemecahan
masalah di era globalisasi sekarang ini membuat seseorang yang bergelut di dunia pendidikan
tergerak untuk berupaya membuat seluruh warga bangsa ini memiliki dan terus meningkatkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai
siswa karena dianggap sebagai jantungnya matematika (Branca, 1980). Pada dasarnya
pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai
tujuan yang tidak segera dapat dicapai (Polya, 1973). Sejalan dengan itu, pemecahan masalah
adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah bagi orang. Melalui pemecahan masalah
diharapkan siswa dapat menemukan konsep matematika yang dipelajari (Hendrina &
Sumarmo , 2014).
Dalam NCTM (2000-52) dijelaskan bahwa dengan belajar pemecahan masalah dalam
matematika, siswa akan mendapatkan cara berpikir, ketekunan, keingitahuan dan rasa
percaya diri dalam situasi yang lain diluar kelas matematika. Namun, setiap individu
mengalami kemampuan dalam pemecahan masalah matematis yang berbeda-beda, dari
individu satu ke individu lainnya mempunyai konsep yang berbeda dalam menyelesaikan
persoalan matematika. Siswa yang kesulitan dalam memecahkan masalah disebabkan karena
kurang terbiasa mengerjakan soal kemampuan pemecahan masalah (Windari, Dwina &
Suherman, 2014). Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang menyebabkan
siswa hanya bisa mengerjakan soal yang sama persis dengan yang diberikan oleh guru,
sehingga tidak dibiasakan mengerjakan soal yang tidak rutin yang mengakibatkan siswa
mengalami kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika.
Tidak semua soal dalam matematika merupakan masalah. Suatu soal dapat dikatakan
sebagai masalah jika soal tersebut memuat tantangan yang tidak dapat dikerjakan dengan
prosedur rutin (Lenchner dalam Sri Wardhani dkk, 2010 :14). Tantangan tersebut mendorong
siswa untuk menggunakan kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Menurut Polya
(dalam Darma Andreas Ngilawajan, 2013) bahwa memberikan empat langkah sistematis
dalam memecahkan masalah, yaitu : Understanding the problem (memahami masalah),
Devising a plan (membuat rencana), Carrying out the plan (melaksanakan rencana) dan
Looking back (mengecek kembali). Menurut Hadi & Radiyatul (2014) dan Nurianti, Halini &
Ijudin (2015) bahwa siswa cenderung menghafal rumus tanpa memahami konsep dan
mengerjakan soal matematika dengan ceroboh. Siswa lebih sering menggunakan rumus
singkat tanpa memperhatikan proses yang benar dalam menyelesaikan masalah.
Selain kemampuan pemecahan masalah, keaktiifan siswa juga sangat penting untuk
dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran, suasana didalam kelas juga mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Interaksi guru dengan siswa sangat penting
dalam proses belajar mengajar karena selain siswa mendapatkan manfaat, guru juga
mendapatkan umpan balik. Karena di dalam proses belajar tidak hanya guru yang menjadi
sumber pengetahuan tetapi siswa juga harus dituntut aktif.
Menurut Ulvah (2016) bahwa siswa yang terlihat aktif dalam proses pembelajaran
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada siswa yang tidak terlibat
aktif didalam kelas. Melalui aktivitas pembelajaran didalam kelas siswa tidak akan jenuh
belajar sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat berkembang dengan baik,
keaktifan siswa salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga dapat diketahui
bagaimana kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, keaktifan merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
tercapainya hasil belajar siswa. Wahyu Ratriningsih, dkk (2012: 241) berpendapat keaktifan
tentunya bukan sekedar aktif atau ramai, namun keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan
yang berkualitas yang ditandai dengan banyaknya respon dari siswa, banyaknya pertanyaan
atau jawaban seputar materi yang dipelajari atau ide-ide yang mungkin muncul berhubungan
dengan konsep materi yang dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.
Tidak tercapainya tujuan pembelajaran siswa tidak hanya disebabkan oleh metode
mengajar dan rendahnya keaktifan siswa, tetapi juga dipengaruhi bagaimana kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam belajar matematika. Keaktifan dan kemampuan pemecahan
masalah siswa sangat erat kaitannya dalam proses pembelajaran, dua unsur tersebut apabila
ditingkatkan akan memberikan dampak pada tercapainya tujuan pembelajaran.
Dari hasil observasi pada saat magang II di kelas VII D SMP N 13 SEMARANG
pada materi aritmatika sosial, kemampuan pemecahan dan keaktifan siswa cenderung masih
rendah. Hal ini dibuktikan ketika guru mempersilahkan siswanya untuk mengejarkan soal
aritmatika sosial di papan tulis. Padahal, materi aritmatika sosial memiliki peluang untuk
dijadikan sebagai bahan proyek sederhana oleh siswa untuk melatih kemampuan pemecahan
masalah yang lebih baik. Aritmatika sosial adalah salah satu materi dalam matematika sosial
yang sangat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan jual beli dalam
masyarakat dengan salah satu unsur untung dan rugi didalamnya menjadi salah satu konsep
yang diajarkan dalam pembelajaran aritmatika sosial khususnya pada siswa kelas VII sekolah
menengah pertama. Materi ini menjadi sangat penting untuk dapat dipahami dengan baik
karena dapat langsung mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat di identifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perlu adanya fokus penelitian untuk menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan
yang ditemui dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis menyorot tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi aritmatika sosial kelas VII
ditinjau dari keaktifan siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identikasi masalah yang telah dijelaskan
ditas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :
A. Landasan Teori
1. Hakikat Matematika
Istilah matematika menurut Nasution berasal dari kata Yunani “mathein” atau
“mathenein” yang artinya “mempelajari”. Dengan mempelajari matematika orang
akan dapat belajar untuk mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar
menambah kepandaiannya. Belajar matematika sama halnya dengan belajar logika,
karena kedudukan maematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau
ilmu alat. Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa
sejak sekolah dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama.
2. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Indonesia, analisis merupakan penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut Polya (1973:5), ada empat tahapan dalam pemecahan masalah yaitu :
(1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3) melaksanakan
rencana penyelesaian, (4) melihat kembali. Pada tahap memahami masalah siswa
tidak akan memahami pemecahan tanpa memahami masalahnya terlebih dahulu.
Tahap kedua yaitu membuat rencana penyelesaian, tanpa rencana maka siswa akan
sulit untuk memecahkan suatu masalah sehingga siswa harus menentukan metode-
metode atau cara-cara terhadap pemecahan masalah kemudian siswa dapat
melaksanakan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Selanjutnya tahap yang
terakhir yaitu melihat kembali atau memeriksa kembali artinya siswa memeriksa
kembali terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya. Siswa dapat
menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan apabila
siswa tidak melakukan kesalahan.
b. Rugi
Dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi daripada harga
penjualan.
HJ−M
PU = x 100 %
M
e. Persentase Kerugian
Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian
dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal :
PR = Persentase kerugian
M = Modal
HJ = Harga jual (total pemasukan)
Persentase kerugian dapat ditentukan dengan rumus :
M −HJ
PR = x 100 %
M
Berikut merupakan contoh terapan terkait materi untung dan rugi.
Contoh :
Seorang pedagang beras harus membeli beras 40 kg, dengan harga Rp.
6.500,00 per kg, kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp. 82.000,00
per kg. Untung atau rugikah pedagang tersebut? Berapakah keuntungan atau
kerugian yang diperoleh pedagang beras tersebut?.
N
% N = x 100 %
B
Presentase Tara dapat dirumuskan :
T
%T= x 100 %
B
Berikut merupakan contoh terapan terkait materi bruto, netto dan tara.
Contoh :
Suatu ketika Pak Hadi membeli dua karung beras dengan jenis yang
berbeda. Karung pertama tertulis netto 30 kg dibeli dengan harga Rp.
260.000,00. Karung kedua tertuliskan netto 30 kg. Pak hadi mencampur kedua
jenis beras tersebut, kemudian mengemasinya dalam ukuran 5 kg. Tentukan
harga jual beras tersebut agar Pak Hadi untung 20%.
e. Diskon (rabat)
Rabat/diskon adalah potongan harga penjualan. Untuk menentukan
harga suatu barang setelah memperoleh diskon, dapat menggunakan
rumus berikut :
Contoh :
5. Keaktifan Siswa
a. Pengertian Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat
berusaha, mampu bereaksi dan berinteraksi, sedangkan arti kata keaktifan
adalah kesibukan atau kegiatan. Keaktifan yang dimaksud pada penelitian ini
adalah keaktifan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran sangat
memerlukan keaktifan siswa, tanpa adanya keaktifan siswa maka
pembelajaran akan terkesan membosankan. Keaktifan akan berpengaruh besar
pada keberhasilan proses pembelajaran sehingga keaktifan siswa merupakan
unsur penting dalam pembelajaran.
Menurut Sadirman (2011:100) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Menurut Djoko Santoso dkk (2007:274) menjelaskan bahwa pembelajaran
yang berkualitas adalah terlibatnya peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah aktivitas siswa yang
mengarah pada proses pembelajaran seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja
sama dengan siswa lain, serta bisa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Keaktifan siswa akan berjalan jika seorang guru selalu memberi arahan
dan dorongan pada siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:90) keaktifan
siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru akan berusaha memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
berperan aktif, mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.
Berdasarkan pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
adalah segala kegiatan berbuat dan berfikir yang melibatkan fisik maupun non
fisik (mental) yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Keaktifan Siswa
Dalam pembelajaran aktif guru harus dapat menyesuaikan strategi belajar yang
tepat dengan materi yang akan dibahas, karena strategi belajar sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam kemampuan pemecahan masalah pada saat proses
pembelajaran. Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif untuk menumbuhkan
keaktifan siswa maka guru harus memberikan soal untuk melatih siswa dalam pemecahan
masalah.
Kerangka berfikir pada penelitian ini bermula dari fakta-fakta dilapangan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat beragam terutama ketika siswa
dihadapkan dan merasa kesulitan dengan soal pemecahan masalah matematika seperti
soal pada materi aritmatika sosial. Keberagaman dalam kemampuan pemecahan masalah
matematika salah satu faktornya dipengaruhi oleh perbedaan pada keaktifan siswa pada
saat pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah siswa akan terasah dan membekas
jika siswa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti : menyimak, bertanya
atau mengemukakan gagasannya sendiri, mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh
guru, ikut serta dan aktif ketika belajar kelompok, dan berbagai kegiatan lainnya.
Kemampuan pemecahan masalah terdapat 4 tahapan yaitu (1) Memahami masalah, (2)
Menentukan rencana strategi pemecahan masalah, (3) Menyelesaikan rencana strategi
pemecahan masalah, (4) Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Maka penelitian ini
akan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki
tingkat keaktifan tinggi pada materi aritmatika sosial, mendeskripsikan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki tingkat keaktifan sedang pada
materi aritmatika sosial dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah pada materi aritmatika sosial.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian terpenting dalam kegiatan penelitian adalah cara yang digunakan peneliti
atau metode penelitian. Metode penelitian ini diperlukan sebuah pendekatan. Memilih
pendekatan tertentu dalam kegiatan penelitian harus disadari bahwa ia memiliki
konsekuensi tersendiri sebagai sebuah proses yang harus diikuti secara konsisten dari
awal hingga akhir agar memperoleh hasil yang maksimal dan bernilai ilmiah sesuai
kapasitas, daya jangkau, dan maksud dari pendekatan tersebut.
Pada penelitian ini, penentuan subyek penelitian tidak menggunakan sampel acak
tetapi menggunakan sampel bertujuan yaitu sampel diambil dengan tidak ditekankan pada
jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi anggota sampel sebagai
narasumber. Cara pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu yang dimiliki
sampel sesuai dengan tujuan pendidikan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 13 Semarang. Ada
empat orang siswa kelas VII tahun ajaran genap 2019/2020. Subjek dipilih berdasarkan
hasil pertimbangan dari guru. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada hasil angket
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik materi aritmatika sosial .Keaktifan siswa dikategorikan
menjadi tiga tipe yaitu : Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), yang kemudian dipilih 3
siswa dari masing-masing setiap tipe keaktifan siswa. Subyek penelitian yang telah
terpilih secara purposive selanjutnya akan di analisis kemampuan pemecahan masalah
matematikanya sesuai dengan hasil pekerjaan tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Utama
a. Peneliti
2. Instrumen Bantu
a. Soal Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penelitian. Pada penelitian ini soal tes diberikan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada
materi aritmatka sosial. Tes dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang berisi
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi aritmatika sosial. Tujuan
diberikan tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
mtematika pada materi aritmatika sosial. Pedoman soal tes berpedoman pada
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Nilai Kualifikasi
85,00-100 Sangat baik
65,00-84,99 Sedang
0-64,99 Sangat Kurang
b. Angket
Angket adalah instrument non tes yang berupa pertanyaan yang harus
dijawab oleh orang yang menjadi subjek dalam penelitian. Lembar angket dalam
penelitian ini berbentuk pertanyaan dengan sifat tertutup yang di dalamnya
terdapat kolom pilihan responden untuk pertanyaan. Dalam penelitian ini angket
digunakan untuk melihat bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam memecahkan
masalah matematis pada materi aritmatika sosial.
c. Pedoman wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang
sudah di susun sebelumnya berisi tentang garis besar pokok permasalahan penelitian
untuk mendapatkan data yang diinginkan. Pedoman wawancara dirancang untuk
memudahkan peneliti dalam menggali informasi dari siswa secara langsung. Ada dua
bagian pedoman wawancara yang di kembangkan. Bagian pertama untuk
mendiagnosis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi
aritmatika sosial, sedangkan mengidentifikasi penyebab pemecahan masalah
matematis dari siswa yang ditinjau dari keaktifan siswa. Wawancara terhadap guru
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran sedangkan waancara terhadap siswa
dilakukan selama dan setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu
laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang
diperoleh selama observasi. Dokumentasi juga memberikan informasi mengenai
kegiatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta sebagai bahan
pelengkap dalam evaluasi hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, dokumentasi
berupa tugas siswa, daftar nilai siswa, serta dokumen berupa foto-foto dan video
pelaksanaan pembelajaran maupun aktivitas siswa saat proses pembelajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto, Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal pada aritmatika sosial yang
diberikan oleh peneliti.
2. Hasil observasi dari pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran dan
mengerjakan soal tes.
3. Hasil wawancara yang diperoleh dari wawancara antara peneliti dengan siswa
yang dipilih sebagai subjek wawancara untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi
aritmatika sosial.
4. Hasil dokumentasi yang diperoleh pada waktu pembelajaran matematika,
mengerjakan soal tes dan wawancara.
Sedangkan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data
primer dan data sekunder.
1. Sumber data primer adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Dalam penelitian
ini, yang menjadi data primer adalah guru bidang studi matematika dan siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang. Sumber data yang diperoleh dari siswa adalah
hasil tes, observasi dan wawancara. Sedangkan sumber data yang diperoleh
dari guru adalah informasi yang berkaitan dengan sikap dan kondisi siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang.
2. Sumber data sekunder adalah sesuatu yang bisa memberikan data atau
informasi yang berasal bukan dari manusia. Sumber data dalam penelitian ini
adalah dokumentasi hasil dari analisis kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VII pada materi aritmatika sosial yang ditinjau dari keaktifan siswa
dalam pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini berupa data deskriptif yang berdasarkan hasil
tes dan wawancara serta langkah-langkah penyelesaian soal yang dikerjakan siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang yang terdiri dari 32 siswa. Selanjutnya data
diperoleh dari wawancara.
G. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih
sering digunakan adalah purposive sampling. purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Dalam penelitian ini,
memilih sampel pada materi aritmatika sosial lebih tepat dilakukan dengan sengaja
atau bertujuan yakni dengan purposive sampling.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, karena peneliti
merasa sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti
oleh peneliti. Peneliti disini akan memilih sanpel berdasarkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika dan melihat hasil tes tertulis yang sudah diberikan.
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati secara
langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika.
2. Metode Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah siswa. Tes dalam penelitian berupa soal tes dengan bentuk uraian.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu di uji cobakan pada validator, agar data
yang di peroleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Tes di susun oleh peneliti
oleh peneliti dengan langkah-langkah pembuatan soal tes sebelum soal
tersebut digunakan untuk mengambil data sebagai berikut :
a. Membuat kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal di susun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis.
b. Menentukan bentuk dan model tes
Tes yang akan digunakan oleh peneliti berupa tes uraian. Masing-masing
soal akan di susun berdasarkan indikator-indikator pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Setiap soal di berikan skor untuk
setiap poinnya berdasarkan pada indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
c. Menetapkan banyaknya item soal
d. Menyusun soal tes sesuai dengan jumlah yang telah di rancang dalam kisi-
kisi soal.
e. Mengujicobakan soal tes
3. Angket
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa. Angket berisi daftar pertanyaan yang
secara tertulis terdiri dari item-item pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian dan akan dijawab oleh responden penelitian yaitu siswa kelas VII
SMP N 13 Semarang.
4. Wawancara
Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus di teliti dan untuk mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil. Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka
digunakan recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.
Sehingga hasil wawancara menunjukkan keabsahan dan dapat di organisir
dengan baik unuk analisi selanjutnya. Metode ini digunakan mewawancari
guru yang mengampu pada mata pelajaran matematika kelas VII SMP N 13
Semarang.
5. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menghimpun data-data
dokumentasi di lapangan penelitian yakni berupa data-data statistik sekolah,
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono,2012). Analisis merupakan langkah yang dilakukan
setelah semua data terkumpul. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara induktif dan terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Tujuan analisis adalah memfasilitasi interprestasi data dan membuat data bermakna.
Semua teknik bertujuan memecahkan data menjadi terurai, mengkonfigurasi data dan
mengatur data yang memungkinkan peneliti untuk melihat sesuatu yang baru atau
melihat yang spesifik. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
3. Menarik Kesimpulan
3. Kebergantungan (Dependability)
Uji kebergantungan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering
terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan sehingga
tidak bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji
kebergantungannya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi ada
datanya , maka penelitian tersebut tidak dependable di lapangan.
4. Kepastian (Confirmability)
Uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, segingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabiliti bearti menguji
hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini menguji konfirmabiliti jangan sampai
proses penelitian ada tetapi datanya ada. Hal yang peneliti akan lakukan
untuk menguji kepastian ini adalah dengan melakukan seminar terbuka
dan mengundang teman sejawat, pembimbing serta pembahas.
Dalam penelitian ini juga digunakan triangulasi waktu yang dilakukan dengan
mengecek dan membandingkan data dengan cara mengamati kemampuan pemecahan
masalah matematis ditinjau dari keaktifan siswa dalam waktu yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Sariningsih, R., & Purwasih, R. (2017). Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self
Efficacy Mahasiswa Calon Guru. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1
(1), 163-177.
Andayani, Fitrie & Lathifah, Adiska Nadiyah. (2019). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Aritmatika
Sosial. Jurnal Cendikia : Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 1 Mei 2019, pp,
1-10.
Wibowo, Nugroho. (2016). Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui
Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di SMK N 1 Saptosari. Jurnal Electronic,
Informatic, and Vocational (ELIVINO). Vol. 1, No. 2, Mei 2016.