Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP


PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN

Dosen pengampu : Dhian Endahwuri S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Ajeng Ivo Alfiyun B 17310018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, bangun ruang dan
bilangan yang identic dengan rumus dan angka. Matematika merupakan salah satu ilmu yang
menjadi bagian pada setiap cabang ilmu. Dari semenjak taman kanak-kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah hingga perguruan tinggi, tidak akan pernah terlepas dari mempelajari
matematika. Mata pelajaran matematika sangatlah penting dalam menempuh jenjang
pendidikan. Dengan adanya ilmu matematika diharapkan siswa dapat berpikir logis, kritis,
praktis, serta memiliki sikap yang aktif, positif dan kreatif. Dalam konteks era globalisasi saat
ini kemampuan spesifik yang sangat dibutuhkan dari sumber daya manusia sebuah bangsa
dalam mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah.
Pentingnya pemecahan masalah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.22 Tahun 2016 bahwa pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan adalah
pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Menurut Branca (Indrie, 2016 : (1)) Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah matematika meliputi : (1) Kemampuan menyelesaikan
merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika ;
(2) Penyelesaian masalah meliputi metode prosedur dan strategi merupakan proses inti dan
utama dalam kurikulum matematika ; (3) Penyelesaian matematika merupakan kemampuan
dasar dalam belajar matematika. Kesadaran akan pentingnya kemampuan pemecahan
masalah di era globalisasi sekarang ini membuat seseorang yang bergelut di dunia pendidikan
tergerak untuk berupaya membuat seluruh warga bangsa ini memiliki dan terus meningkatkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai
siswa karena dianggap sebagai jantungnya matematika (Branca, 1980). Pada dasarnya
pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai
tujuan yang tidak segera dapat dicapai (Polya, 1973). Sejalan dengan itu, pemecahan masalah
adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah bagi orang. Melalui pemecahan masalah
diharapkan siswa dapat menemukan konsep matematika yang dipelajari (Hendrina &
Sumarmo , 2014).
Dalam NCTM (2000-52) dijelaskan bahwa dengan belajar pemecahan masalah dalam
matematika, siswa akan mendapatkan cara berpikir, ketekunan, keingitahuan dan rasa
percaya diri dalam situasi yang lain diluar kelas matematika. Namun, setiap individu
mengalami kemampuan dalam pemecahan masalah matematis yang berbeda-beda, dari
individu satu ke individu lainnya mempunyai konsep yang berbeda dalam menyelesaikan
persoalan matematika. Siswa yang kesulitan dalam memecahkan masalah disebabkan karena
kurang terbiasa mengerjakan soal kemampuan pemecahan masalah (Windari, Dwina &
Suherman, 2014). Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang menyebabkan
siswa hanya bisa mengerjakan soal yang sama persis dengan yang diberikan oleh guru,
sehingga tidak dibiasakan mengerjakan soal yang tidak rutin yang mengakibatkan siswa
mengalami kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika.

Tidak semua soal dalam matematika merupakan masalah. Suatu soal dapat dikatakan
sebagai masalah jika soal tersebut memuat tantangan yang tidak dapat dikerjakan dengan
prosedur rutin (Lenchner dalam Sri Wardhani dkk, 2010 :14). Tantangan tersebut mendorong
siswa untuk menggunakan kreativitasnya dalam memecahkan masalah. Menurut Polya
(dalam Darma Andreas Ngilawajan, 2013) bahwa memberikan empat langkah sistematis
dalam memecahkan masalah, yaitu : Understanding the problem (memahami masalah),
Devising a plan (membuat rencana), Carrying out the plan (melaksanakan rencana) dan
Looking back (mengecek kembali). Menurut Hadi & Radiyatul (2014) dan Nurianti, Halini &
Ijudin (2015) bahwa siswa cenderung menghafal rumus tanpa memahami konsep dan
mengerjakan soal matematika dengan ceroboh. Siswa lebih sering menggunakan rumus
singkat tanpa memperhatikan proses yang benar dalam menyelesaikan masalah.

Selain kemampuan pemecahan masalah, keaktiifan siswa juga sangat penting untuk
dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran, suasana didalam kelas juga mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Interaksi guru dengan siswa sangat penting
dalam proses belajar mengajar karena selain siswa mendapatkan manfaat, guru juga
mendapatkan umpan balik. Karena di dalam proses belajar tidak hanya guru yang menjadi
sumber pengetahuan tetapi siswa juga harus dituntut aktif.

Menurut Ulvah (2016) bahwa siswa yang terlihat aktif dalam proses pembelajaran
memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada siswa yang tidak terlibat
aktif didalam kelas. Melalui aktivitas pembelajaran didalam kelas siswa tidak akan jenuh
belajar sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat berkembang dengan baik,
keaktifan siswa salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga dapat diketahui
bagaimana kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa.

Dewi (2016) mengatakan bahwa pembelajaran di Indonesia pada umumnya masih


berpusat pada guru, sehingga menjadikan siswa tidak aktif dalam mengolah dan memperoleh
ilmunya sendiri. Siswa tidak dapat mengemukakan ide serta pendapatnya dan cenderung
hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Akibatnya ketika siswa diberikan
masalah siswa cenderung kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk yang hampir
sama. Dalam hal ini terlihat bahwa pembelajaran seperti ini membuat siswa belum dapat
menangkap dan memahami kerangka berpikir pembelajaran, melainkan hanya menghafalkan
penyelesaiannya saja.

Menurut Haryanto di http://belajarpsikologi.com menyebutkan bahwa terdapat enam


hal yang mempengaruhi keaktifan siswa dikelas yaitu : siswa, guru, materi, tempat, waktu
dan fasilitas. Peran guru dibutuhkan dalam proses aktifitas di sebuah kelas, karena guru
merupakan penanggung jawab semua bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keaktifan siswa
membuat pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang sudah di
susun oleh guru, bentuk aktifitas siswa dapat berbentuk aktifitas pada dirinya sendiri atau
aktifitas pada suatu kelompok.

Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika. Keaktifan siswa


akan menyebabkan interaksi tinggi antara guru dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Keaktifan yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan.

Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, keaktifan merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi
tercapainya hasil belajar siswa. Wahyu Ratriningsih, dkk (2012: 241) berpendapat keaktifan
tentunya bukan sekedar aktif atau ramai, namun keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan
yang berkualitas yang ditandai dengan banyaknya respon dari siswa, banyaknya pertanyaan
atau jawaban seputar materi yang dipelajari atau ide-ide yang mungkin muncul berhubungan
dengan konsep materi yang dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.

Tidak tercapainya tujuan pembelajaran siswa tidak hanya disebabkan oleh metode
mengajar dan rendahnya keaktifan siswa, tetapi juga dipengaruhi bagaimana kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam belajar matematika. Keaktifan dan kemampuan pemecahan
masalah siswa sangat erat kaitannya dalam proses pembelajaran, dua unsur tersebut apabila
ditingkatkan akan memberikan dampak pada tercapainya tujuan pembelajaran.

Tingkat keaktifan dan kemampuan pemecahan masalah yang beragam disebabkan


oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Penyebab permasalahan tersebut bisa
dipengaruhi oleh faktor guru, siswa, lingkungan, belajar, metode pembelajaran, media
pembelajaran dan fasilitas sekolah.

Dari hasil observasi pada saat magang II di kelas VII D SMP N 13 SEMARANG
pada materi aritmatika sosial, kemampuan pemecahan dan keaktifan siswa cenderung masih
rendah. Hal ini dibuktikan ketika guru mempersilahkan siswanya untuk mengejarkan soal
aritmatika sosial di papan tulis. Padahal, materi aritmatika sosial memiliki peluang untuk
dijadikan sebagai bahan proyek sederhana oleh siswa untuk melatih kemampuan pemecahan
masalah yang lebih baik. Aritmatika sosial adalah salah satu materi dalam matematika sosial
yang sangat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan jual beli dalam
masyarakat dengan salah satu unsur untung dan rugi didalamnya menjadi salah satu konsep
yang diajarkan dalam pembelajaran aritmatika sosial khususnya pada siswa kelas VII sekolah
menengah pertama. Materi ini menjadi sangat penting untuk dapat dipahami dengan baik
karena dapat langsung mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Berdasarkan permasalahan diatas dan pengamatan pada saat magang II di SMP N 13


SEMARANG maka perlu diadakan penelitian tentang Kemampuan Pemacahan Masalah
Matematika pada materi Aritmatika Sosial. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat di identifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada materi


Aritmatika sosial
2. Kurangnya kemampuan siswa untuk aktif saat proses pembelajaran berlangsung
dan hanya mengandalkan informasi dari guru, sehingga proses pembelajaran
hanya berpusat pada guru sehingga menjadikan siswa tidak aktif di dalam kelas
3. Ada hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dengan keaktifan siswa
C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka
perlu adanya fokus penelitian untuk menghindari luasnya ruang lingkup permasalahan
yang ditemui dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis menyorot tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi aritmatika sosial kelas VII
ditinjau dari keaktifan siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identikasi masalah yang telah dijelaskan
ditas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII pada


materi aritmatika sosial bagi siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII pada
materi aritmatika sosial bagi siswa yang memiliki tingkat keaktifan sedang?
3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII pada
materi aritmatika sosial bagi siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah?
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk :

1. Untuk mengetahui deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa yang


memiliki tingkat keaktifan tinggi.
2. Untuk mengetahui deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memiliki tingkat keaktifan sedang.
3. Untuk mengetahui deskripsi kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memiliki tingkat keaktifan rendah.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis adalah diharapkan mampu memperkaya teori-teori
yang berkaitan dengan analisis kemampuan pemecahan masalah siswa SMP pada
materi aritmatika sosia ditinjau dari keaktifan siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk mahasiswa
1) Memberikan pengetahuan tentang kemampuan pemecahan masalah yang
ditinjau dari keaktifan siswa.
2) Agar mampu untuk mengukur diri sehingga mereka sadar akan
kemampuannya.
3) Dapat berperan penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang akan dicapai oleh mahasiswa ketika kelak mereka
menjadi guru.
b. Untuk Siswa
1. Siswa dapat mengetahui tingkat keaktifannya dalam pembelajaran
2. Siswa mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematisnya
sehingga dapat memotivasi dirinya untuk lebih meningkatkan
belajarnya.
c. Untuk Universitas PGRI Semarang
Memperkaya hasil-hasil penelitian berkaitan dengan analisis kemampuan
pemecahan masalah siswa SMP pada materi aritmatika sosial ditinjau dari
keaktifan siswa.
d. Untuk Peneliti Lain
Hasil penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
terbuka lebar bagi peneliti lain untuk melakukan kajian lanjutannya di
masa yang akan datang.
e. Untuk Sekolah
Memberi sumbangan pemikiran terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis ditinjau dari keaktifan siswa, khususnya pada materi aritmatika
sosial dalam proses pembelajaran.
G. Definisi Istilah
Pada penelitian ini, akan dijelaskan beberapa istilah yang memiliki kaitan
dengan judul yang diambil agar tidak menimbulkan salah penafsiran, berikut ini
adalah beberapa istilah khusus yang digunakan yaitu:
a. Analisis adalah penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya. Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penyelidikan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi
aritmatika sosial ditinjau dari keaktifan siswa dalam pembelajaran.
b. Pemecahan Masalah adalah usaha mencari solusi penyelesaian dari suatu
situasi yang dihadapi sehingga mencapai tujuan yang di inginkan.
c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang ditunjukkan
siswa dalam memecahkan soal matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban.
d. Aritmatika sosial adalah salah satu materi dalam matematika sosial yang
sangat berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan jual beli
dalam masyarakat dengan salah satu unsur untung dan rugi didalamnya
menjadi salah satu konsep yang diajarkan dalam pembelajaran aritmatika
sosial khususnya pada siswa kelas VII sekolah menengah pertama.
e. Keaktifan Siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung dimana siswa beriteraksi dengan siswa lain
maupun guru.
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori
1. Hakikat Matematika

Istilah matematika menurut Nasution berasal dari kata Yunani “mathein” atau
“mathenein” yang artinya “mempelajari”. Dengan mempelajari matematika orang
akan dapat belajar untuk mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar
menambah kepandaiannya. Belajar matematika sama halnya dengan belajar logika,
karena kedudukan maematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau
ilmu alat. Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa
sejak sekolah dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat


penting untuk dikembangkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas,
2005 : 723), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.

Menurut Hudojo dalam hasratudin menyatakan bahwa matematika merupakan


ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis, penalaran
deduktif sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental tertinggi.

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang


logis, matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbul
mengenai arti dan bunyi. Istilah matematika dikemukakan oleh para ahli secara umum
maupun secara khusus.

Berdasarkan pendapat para ahli bisa disimpulkan bahwa matematika


merupakan ilmu pengetahuan tentang kumpulan konsep-konsep yang bersifat abstrak,
diperoleh dengan penalaran secara deduktif dan induktif serta mempunyai cara
berpikir matematika yang prosesnya melalui abstraksi dan generalisasi.

2. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Indonesia, analisis merupakan penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Analisis bisa dikatakan sebagai suatu gambaran pola-pola yang konsisten,


penguraian pokok permasalahan, kemudian masalah tersebut dipecahkan sehungga
dapat menjawab permasalahan tersebut untuk mencapai tujuan.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan merupakan suatu kesanggupan sesorang dalam melaksanakan


suatu aktivitas. Kemampuan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, sehingga setiap
orang memiliki kemampuan berbeda dalam mengingat, menerima, maupun
menggunakan sesuatu yang diterimanya. Begitu juga dengan siswa, setiap siswa
memiliki cara yang berbeda dalam menerima, menyikapi situasi belajar serta
menghubungkan pengalaman-pengalaman terhadap pelajaran serta cara siswa
merespon pembelajaran.

Masalah (problem) merupakan bagian dari kehidupan manusia baik bersumber


dari dalam diri maupun lingkungan sekitar. Hampir setiap manusia berhadapan
dengan suatu masalah yang perlu dicari jalan keluarnya. Masalah adalah suatu kondisi
dimana mendorong seseorang untuk menyelesaikannya. Secara umum masalah adalah
ketidak mampuan seseorang untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Oleh
karena itu setiap orang diharapkan mampu berperan sebagai pemecah masalah yang
handal untuk mempertahankan kehidupannya. Sebagian besar ahli matematika
menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan) yang harus dijawab dan
direspon. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu
prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku.

Menurut Kantowski dalam Saad & Ghani (2008:119) mengemukakan masalah


terjadi ketika siswa menghadapi pertanyaan matematika yang sulit, yang mereka tidak
mampu menjawab dalam waktu singkat atau tidak mampu menyelesaikan pada saat
itu karena kurangnya informasi. Jika siswa diberikan suatu masalah misalnya siswa
diberikan suatu masalah berupa soal dan siswa tersebut mampu mengerjakan
penyelesaiannya dengan baik dan benar maka tidak dapat dikatakan sebagai suatu
masalah.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang


sangat penting. Hal ini dikarenakan siswa akan memperoleh pengalaman dalam
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan soal
yang tidak rutin. Dengan pemecahan masalah siswa dapat memperoleh cara-cara
berikir, kebiasaan untuk tekun dan menumbihkan rasa ingin tahu, serta percaya diri
dalam situasi tak dikenal siswa yang digunakan diluar kelas.

Menurut Alawiyah (2014:182) pemecahan masalah merupakan sebagai upaya


mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan, memerlukan kesiapan,
kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dari semua pembelajaran
matematika dan hendaknya tidak terisolasi dari program matematika.

Menurut Russfendi (2006:169) pemecahan masalah merupakan salah satu tipe


ketrampilan intelektual yang lebih tinggi derajat dan lebih kompleks dari pada
pembentukan aturan. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai
proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsip-prinsip
matematika yang telah dipelajari sebelumnya yang digunakan untuk memecahkan
masalah. Menurut (Zhu,2007) pemecahan masalah harus mengidentifikasi masalah,
mengelola serangkaian strategi guna memecahkan masalah. Sehingga pemecahan
masalah adalah proses berpikir yang diarahkan untuk memperoleh suatu jawaban dari
masalah tersebut (Mairing, 2018). Dalam sebuah permasalahan siswa harus bisa
mengindentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan unsur apa yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga mudah diselesaikan.

Menurut Polya (1973:5), ada empat tahapan dalam pemecahan masalah yaitu :
(1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3) melaksanakan
rencana penyelesaian, (4) melihat kembali. Pada tahap memahami masalah siswa
tidak akan memahami pemecahan tanpa memahami masalahnya terlebih dahulu.
Tahap kedua yaitu membuat rencana penyelesaian, tanpa rencana maka siswa akan
sulit untuk memecahkan suatu masalah sehingga siswa harus menentukan metode-
metode atau cara-cara terhadap pemecahan masalah kemudian siswa dapat
melaksanakan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Selanjutnya tahap yang
terakhir yaitu melihat kembali atau memeriksa kembali artinya siswa memeriksa
kembali terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya. Siswa dapat
menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan apabila
siswa tidak melakukan kesalahan.

Tingkat pemecahan masalah menurut Dewey yang dikutip oleh Carson


(2008:39) adalah sebagai berikut :

1. Menghadapi masalah (confront problem) yaitu merasakan suatu kesulitan.


Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum diketahui dan frustasi
pada ketidakjelasan situasi.
2. Pendefinisian masalah (define problem) yaitu mengklarifikasi
karakteristik-karakteristik situasi. Pada tahap pendefinisian masalah ini
meliputi kegiatan mengkhususkan apa yang telah diketahui dan tidak
diketahui, menemukan tujuan-tujuan dan mengidentifikasi kondisi-kondisi
yang standard dan ekstrim.
3. Penemuan Solusi (inventory several solution) yaitu mencari solusi. Tahap
ini meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengindentifiasi langkah-
langkah dalam perencanaan dan menemukan algoritma.
4. Konsekuensi dugaan solusi (conjecture consequence of solution) yaitu
melakukan dugaan solusi. Pada tahap ini seperti menggunakan algoritma
yang ada, mengumpukan data, melakukan analisis kebutuhan,
merumuskan kembali masalah, mencoba situasi-situasi yang serupa dan
kemudian mendapatkan hasil.
5. Menguji konsekuensi (test concequences) menguji apakah definisi masalah
cocok dengan situasinya. Tahap ini meliputi kegiatan mengevaluasi
apakah hipotesisnya sesuai?, apakah data yang digunakan sesuai?, apakah
analisis sesuai dengan tipe data yang ada?, apakah hasilnya juga sudah
masuk akal?, dan apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan di
soal yang lain?.

Kemudian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah diperlukan


indikator. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan terlihat melalui
beberapa indikator. Menurut Sumarmo indikator pemecahan masalah adalah sebagai
berikut :
a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan
kecukupan unsur yang diperlukan.
b. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau
luar matematika.
d. Menjelaskan atau menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan asal.
e. Menggunakan matematika secara bermakna.
b. Faktor-Faktor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah merupakan target pembelajaran matematika


yang sangat penting dan perlu dikuasai oleh siswa sehingga terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika menurut Charles
dan Kaur Brinderject, ada tiga faktor yang mempengaruhi permasalahan dari sesorang
yaitu:

1) Faktor pengalaman, baik lingkungan maupun personal seperti usia, isi


pengetahuan (ilmu), pengetahuan tentang strategi penyelesaian, pengetahuan
tentang konteks masalah.

2) Faktor efektif, misalnya minat, motivasi, tekanan kecemasan, toleransi terhadap


ambiguinitas, ketahanan dan kesabaran.

3) Faktor kognnitif, seperti kemampuan membaca, berwawasan (spatial ability),


kemampuan menganalisis, ketrampilan menghitung dan sebagainya.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


pemecahan masalah matematika yaitu :

1) Latar belakang pembelajaran matematika.

2) Kemampuan siswa dalam membaca.

3) Ketekunan atau ketelitian siswa dalam mengajarkan soal matematika.

4) Kemampuan ruang dan faktor umur.

c. Manfaat Kemampuan Pemecahan Masalah


Siswa akan dihadapkan dengan bermacam aneka soal dan akan
menemukan tingkat kesulitan dari soal untuk menyelesaikan masalah
matematis. Siswa akan brfikir untuk menacari solusi dari jawaban pemecahan
masalah dari soal tersebut, sehingga ketika siswa menemukan solusi untuk
menyelesaikan pemecahan masalah dari soal tersebut maka siswa akan
mengetahui begitu banyak cara untuk menyelesaikan soal sehingga
pengetahuan siswa dalan pemecahan masalah matematis akan semakin
meningkat.
Untuk meningkatkan kualitas pemecahan masalah matematis siswa
dalam menyelesaikan masalah dari berbagai soal, maka diperlukannya
ketekunan dalam berlatih. Memahami soal adalah langkah awal siswa untuk
mendapatkan solusi untuk menjawab soal pemecahan masalah.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh siswa melalui pemecahan
masalah yaitu :
1. Siswa akan belajar bahwa akan ada banyak cara untuk
menyelesaikan masalah dalam soal dan ada lebih dari satu solusi
penyelesaian yang mungkin dari soal.
2. Dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
membentuk nilai-nilai sosial kerja kelompok.
3. Siswa berlatih untuk bernalar secara logis.
4. Siswa berlatih untuk meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kelemahan Kemampuan Pemecahan Masalah

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kemampun pemecahan


masalah matematika terdapat kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan
kelemahan kemampuan pemecahan masalah adalah :

a) Kelebihan kemampuan pemecahan masalah :.


1) Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
2) Membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh.
b) Kelemahan kemampuan pemecahan masalah :
1) Memerlukan kemampuan dan ketrampilan yang baik dalam menentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
2) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengar dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok.
4. Materi Aritmatika Sosial kelas VII SMP
Pokok bahasan dalam penelitian ini dikhususkan pada pemecahan masalah
yang berkaitan dengan materi aritmatika sosial yang ada di kehidupan sehari-hari.
Aritmatika sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa
kelas VII SMP/MTS. Menurut Harahap (2010), aritmatika adalah ilmu hitung
yang membicarakan tentang sifat bilangan dan dasar pengerjaan tentang
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI), sosial adalah berkenaan dengan masyarakat.
Berdasarkan pengertian tentang aritmatika dan sosial tersebut, dapat disimpulkan
aritmatika sosial adalah materi matematika tentang sifat bilangan dan dasar
pengerjaan (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang
menyangkut kehidupan sosial, terutama penggunaan mata uang.
Aritmatika sosial adalah ilmu matematika yang mempelajari tentang
matematika pada kehidupan sosial, seperti menghitung harga pembelian, harga
penjualan, untung, rugi, bruto, netto, tara, dan diskon (rabat).
1. Harga Pembelian, Harga Penjualan.
a. Harga Pembelian
Harga Pembelian adalah harga barang dari produsen.
b. Harga Penjualan
Harga Penjualan adalah harga barang yang ditetapkan penjual kepada
pembeli.
2. Untung dan Rugi

Misalkan modal yang dikeluarkan oleh penjual dinyatakan dengan M,


sedangkan harga jual atau pemasukan yang diperoleh oleh penjual dinyatakan
dengan HJ.

- Jika HJ < M, maka penjual tersebut rugi.


- Jika HJ > M, maka penjual tersebut untung.
- Jika HJ = M, maka penjual tersebut impas.
a. Untung (Laba)
Dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi daripada harga
pembelian.

Untung = harga penjualan-harga pembelian

b. Rugi
Dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi daripada harga
penjualan.

Rugi = Harga pembelian-harga penjualan


c. Impas adalah keadaan pulang pokok (kembali modal), yakni keadaan
dimana harga penjualan sama dengan harga pembelian.
d. Persentase Keuntungan
Persentase keuntungan digunakan untuk mengetahui persentase
keuntungan dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal :
PU = Persentase keuntungan
M = Modal
HJ = Harga jual (total pemasukan)
Persentase keuntungan dapat ditentukan dengan rumus :

HJ−M
PU = x 100 %
M

e. Persentase Kerugian
Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian
dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal :
PR = Persentase kerugian
M = Modal
HJ = Harga jual (total pemasukan)
Persentase kerugian dapat ditentukan dengan rumus :

M −HJ
PR = x 100 %
M
Berikut merupakan contoh terapan terkait materi untung dan rugi.

Contoh :

Seorang pedagang beras harus membeli beras 40 kg, dengan harga Rp.
6.500,00 per kg, kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp. 82.000,00
per kg. Untung atau rugikah pedagang tersebut? Berapakah keuntungan atau
kerugian yang diperoleh pedagang beras tersebut?.

3. Bruto, Netto, Tara dan Diskon (rabat)


a. Bruto (berat kotor)
Bruto (berat kotor) adalah berat barang disertai dengan berat
pembungkusnya.

Harga bersih = harga kotor - diskon


b. Netto (berat bersih)
Netto (berat bersih) adalah berat barang tanpa disertai pembungkusnya
atau kemasan suatu barang.

Netto = bruto - tara


c. Tara (potongan)
Tara (potongan) adalah pembungkus atau kemasan barang.

. Tara = bruto - netto


Jika persen tara dan bruto diketahui, tara dapat dicari dengan
menggunakan rumus :

Tara = persen tara x bruto

d. Presentase Netto dan Tara


Misal, diketahui Netto = N, Tara = T, dan Bruto = B
Presentase Netto = % , presentase Tara = % T
Presentase netto dapat dirumuskan :

N
% N = x 100 %
B
Presentase Tara dapat dirumuskan :
T
%T= x 100 %
B
Berikut merupakan contoh terapan terkait materi bruto, netto dan tara.

Contoh :

Suatu ketika Pak Hadi membeli dua karung beras dengan jenis yang
berbeda. Karung pertama tertulis netto 30 kg dibeli dengan harga Rp.
260.000,00. Karung kedua tertuliskan netto 30 kg. Pak hadi mencampur kedua
jenis beras tersebut, kemudian mengemasinya dalam ukuran 5 kg. Tentukan
harga jual beras tersebut agar Pak Hadi untung 20%.

(As’ari dkk, 2016 :91)

e. Diskon (rabat)
Rabat/diskon adalah potongan harga penjualan. Untuk menentukan
harga suatu barang setelah memperoleh diskon, dapat menggunakan
rumus berikut :

Harga bersih = harga kotor – diskon


Berikut merupakan contoh terapan terkait materi Diskon (rabat) :

Contoh :

Ibu membeli baju di toko Larasati seharga Rp. 85.000,00. Toko


tersebut memberikan diskon sebesar 20%. Berapakah total pembelian yang
harus dibayar Ibu setelah mendapatkan diskon?

5. Keaktifan Siswa
a. Pengertian Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat
berusaha, mampu bereaksi dan berinteraksi, sedangkan arti kata keaktifan
adalah kesibukan atau kegiatan. Keaktifan yang dimaksud pada penelitian ini
adalah keaktifan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran sangat
memerlukan keaktifan siswa, tanpa adanya keaktifan siswa maka
pembelajaran akan terkesan membosankan. Keaktifan akan berpengaruh besar
pada keberhasilan proses pembelajaran sehingga keaktifan siswa merupakan
unsur penting dalam pembelajaran.
Menurut Sadirman (2011:100) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Menurut Djoko Santoso dkk (2007:274) menjelaskan bahwa pembelajaran
yang berkualitas adalah terlibatnya peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran. Keterlibatan yang dimaksud adalah aktivitas siswa yang
mengarah pada proses pembelajaran seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja
sama dengan siswa lain, serta bisa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Keaktifan siswa akan berjalan jika seorang guru selalu memberi arahan
dan dorongan pada siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:90) keaktifan
siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru akan berusaha memberi
kesempatan pada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
berperan aktif, mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.
Berdasarkan pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan
adalah segala kegiatan berbuat dan berfikir yang melibatkan fisik maupun non
fisik (mental) yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa yang lebih diutamakan dalam proses pembelajaran di


dalam kelas yaitu keaktifan mental dari pada aktif fisik semata. Keaktifan
mental yang dimaksud adalah keaktifan sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Tetapi, sekarang ini banyak guru tidak mengutamakan keaktifan
mental siswa sehingga guru selalu merasa puas apabila melihat para siswa
sibuk berkerja dan bergerak didalam kelas.

Menurut Paul. D. Diedrich (Oemar Hamalik, 2011 :172-173) keaktifan


dapat di klasifikasikan menjadi 8 kelompok :

1. Kegiatan-kegiatan Visual (Visual activities), yang termasuk


didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities) seperti : merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, dan diskusi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities) seperti :
mendengarkan penyajian bahan, dan diskusi kelompok,
4. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities) seperti : menyalin
materi pembelajaran dan merangkum materi pelajaran.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities) misalnya :
menggambar, membuat grafik, diagram.
6. Kegiatan-kegiatan metrik (Motor activities) seperti : melakukan
percobaan-percobaan.
7. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities) seperti : mengingat,
mengajukan pertanyaan, memecahkan masalah, mempresentasikan
hasil diskusi.
8. Kegiatan-kegiatan emosional (Emotional activities) seperti :
menaruh minat, membedakan, merasa bosan, gembira,
bersemangat, berani, tenang dan gugup.

Menurut Nana Sudjana (2009:61) menyatakan keaktifan siswa dapat


dilihat dari berbagai hal :

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian tentang klasifikasi keaktifan diatas menunjukkan


bahwa kegiatan dalam proses pembelajaran cukup bervariasi. Aktivitas dalam
proses pembelajaran tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani melainkan
juga aktivitas rohani.

c. Indikator Keaktifan Siswa

Indikator keaktifan siswa yang menjadi patokan penilaian pada


pembelajaran matematika materi aritamatika sosial adalah :

1. Memperhatikan penjelasan guru


2. Memperhatikan presentase teman
3. Merangkum materi pelajaran
4. Menggunakan media belajar dengan baik
5. Mengajukan pertanyaan
6. Menjawab pertanyaan
7. Menanggapi
8. Memecahkan masalah
d. Karakteristik Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dapat diindentifikasi dari adanya ciri sebagai berikut :
1. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan,
proses belajar mengajar dan evaluasi.
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan
mengalami, menganalisa, berbuat dan pembentukan siswa.
3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang
cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
4. Guru bertindak sebagai fasilitator dan coordinator kegiatan belajar siswa,
bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas.
5. Menggunakan berbagai metode secara bervariasi, alat dan media
pengajaran.

Sehingga, karakteristik keaktifan siswa dapat ditinjau berdasarkan


prosesnya diantaranya :

1. Keaktifan siswa ditinjau dari proses perencaan


a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan
motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kegiatan pembelajaran.
b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan
pembelajaran.
c. Adanya keterlibatan dalam menentukan dan mengadakan media
pembelajaran yang akan digunakan.
2. Keaktifan siswa ditinjau dari proses pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional
maupun intelektual dalam setiiap proses pembelajaran.
b. Siswa dapat belajar secara langsung.
c. Adanya upaya siswa untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif.
d. Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap
sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran.
e. Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan praaksara.
f. Siswa dapat berinteraksi multi-arah, baik antara siswa dengan
siswa atau antara guru dengan siswa.
3. Kegiatan siswa ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
a. Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukannya.
b. Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan
tes, dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
c. Kemauan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun secara
lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.
e. Upaya Guru dalam Menumbuhkan Keaktifan Siswa
Guru bertanggung jawab memberi pertolongan pada siswa dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat keaktifan pada
siswa. Adapun beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk
menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
1. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus
dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai artinya tujuan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh guru, tetapi siswa ikut terlibat
dalam menentukan dan memutuskan dalam proses pembelajaran.
2. Menyusun tugas-tugas bersama siswa.
3. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan. Hal ini dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukan.
5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk lebih aktif melalui
pengajuan-pengajuan pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud tidak hanya
berfungsi untuk menguji kemampuan siswa melainkan dapat mendorong
siswa agar termotivasi belajar dan juga dapat membimbing siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif.
6. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan. Dalam hal ini proses
pembelajaran sebaiknya guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan
yang dipelajari, kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan
kepada siswa namun tetap dengan bantuan guru dan guru hanya berperan
sebagai pembantu dan pengarah bagi siswa dalam merumuskan masalah.
7. Guru tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber informasi,
tetapi berperan sebagai petunjuk dan fasilitator dalam memanfaatkan
sumber belajar lainnya.
B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang sejenis yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan


masalah matematis siswa SMP pada materi aritmatika sosial ditinjau dari keaktifan siswa
sebagai berikut :

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinny Anggraeni dan Indri


Herdiman (2018) dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Smp Pada Materi Lingkaran Berbentuk Soal
Kontekstual Ditinjau dari Gender”. Pada penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis atau mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa perempuan dan laki-laki pada soal kontektual materi
lingkaran di jenjang SMP. Penlitian ini termasuk jenis penelitian
deskripsi kualitatif. Data penelitian ini mengambil sampel wawancara
dari siswa dengan pengerjaan tes tertulis dan atas bantuan guru mata
pelajaran. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematik subjek perempuan lebih baik
disbanding subjek laki-laki.
Penelitian ini memiliki hubungan dengan peneliti yang akan
diteliti , persamaannya yaitu menganalisis kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa namun penelitian ini meninjau dari gender
pada materi lingkaran. Sedangkan penelitian yang akan diteliti
meninjau dari keaktifan siswa pada materi aritmatika sosial.
2. Hasil penelitian yang yang dilakukan oleh Puja Sonia Rosa (2018)
dengan judul “Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Cerita Materi Aritmatika Sosial”. Penelitian
ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa
dalam menyelesaikan soal-soal cerita materi aritmatika sosial.
Penelitian ini mengambil subjek penelitian dari siswa kelas VIII D
SMP Negeri 1 Indramayu Utara yang berjumlah 31 siswa. Penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes tertulis yang
terdiri dari soal-soal pada materi aritmatika sosial dan wawancara
untuk memperoleh data pendukung. Berdasarkan hasil penelitian ini,
diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah pada siswa dalam
menyelesaikan soal-soal cerita pada materi aritmatika sosial masih
dikategorikan kurang dalam pemecahan masalah dengan rata-rata
28,65%..
Penelitian ini memiliki hubungan dengan peneliti yang akan
diteliti , persamaannya yaitu menganalisis kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa pada materi aritmatika sosial namun
penelitian ini meninjau dari keaktifan siswa.
3. Hasil penelitian oleh Fitria Ambarwati Rasid dan Ela Parida dengan
judul “Analisis Kemampuan pemecahan masalah matematik dan
Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMA di
Kabupaten Bandung Barat”. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu
sekolah di SMA Bandung Barat mengenai pentingnya kemampuan
pemecahan masalah dan keaktifan siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah dan keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika dengan subjek penelitian kelas
XII. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Berdasarkan penelitian ini kemampuan pemecahan masalah
matematik dapat dikatakan rendah pada beberapa indikator
kemampuan pemecahan masalah, diantaranya memahami masalah,
menyelesaikan masalah sesuai rencana dan membuat model
matematika serta mengecek jawaban. Sedangkan keaktifan siswa
didalam kelas dapat dikatakan masih kurang dalam kemampuan
keaktifan belajarnya dalam memperhatikannya, bekerjasama,
mengemukakan pendapat, memberi kesempatan dan membantu
menyelesaikan masalah.
Penelitian ini memiliki hubungan dengan peneliti yang akan
diteliti, persamaannya yaitu menganalisis kemampuan pemecahan
masalwwah matematik siswa yang meninjau dari keaktifan siswa.
C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika di sekolah kurang memberikan kesempatan kepada


siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Pada saat pembelajaran, guru
sering menggunakan soal yang sama dengan contoh dan hanya mengubah angka dari soal
contoh tersebut. Sehingga siswa hanya terpaku pada langkah-langkah dalam contoh soal
yang sudah dijelaskan oleh guru. Guru juga sering mengajarkan rumus praktis agar siswa
lebih mudah untuk mengerjakannya, sehingga siswa lebih menyukai matematika dengan
kemudahan rumus praktis yang diajarkan oleh guru.

Padahal kemampuan yang dimiliki siswa harus dikembangkan dengan


memberikan soal yang didalamnya terdapat masalah yang harus diselesaikan oleh siswa.
Dalam hal ini soal yang dapat melatih kemampuan siswa yaitu soal pemecahan masalah,
ini bearti siswa harus dapat menyelesaikan soal pemecahan masalah dan guru harus
melatih siswa dengan memberikan soal pemecahan masalah. Keaktifan siswa dalam
pemecahan masalah juga berperan sangat penting saat proses pembelajaran sebab
pengetahuan, ketrampilan dan sikap tidak dapat diterima begitu saja tetapi harus siswa
sendiri yang mengelolanya terlebih dahulu, proses belajar yang seperti itu sering disebut
dengan istilah pembelajaran aktif.

Dalam pembelajaran aktif guru harus dapat menyesuaikan strategi belajar yang
tepat dengan materi yang akan dibahas, karena strategi belajar sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam kemampuan pemecahan masalah pada saat proses
pembelajaran. Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif untuk menumbuhkan
keaktifan siswa maka guru harus memberikan soal untuk melatih siswa dalam pemecahan
masalah.

Kerangka berfikir pada penelitian ini bermula dari fakta-fakta dilapangan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sangat beragam terutama ketika siswa
dihadapkan dan merasa kesulitan dengan soal pemecahan masalah matematika seperti
soal pada materi aritmatika sosial. Keberagaman dalam kemampuan pemecahan masalah
matematika salah satu faktornya dipengaruhi oleh perbedaan pada keaktifan siswa pada
saat pembelajaran. Kemampuan pemecahan masalah siswa akan terasah dan membekas
jika siswa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti : menyimak, bertanya
atau mengemukakan gagasannya sendiri, mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh
guru, ikut serta dan aktif ketika belajar kelompok, dan berbagai kegiatan lainnya.
Kemampuan pemecahan masalah terdapat 4 tahapan yaitu (1) Memahami masalah, (2)
Menentukan rencana strategi pemecahan masalah, (3) Menyelesaikan rencana strategi
pemecahan masalah, (4) Memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Maka penelitian ini
akan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki
tingkat keaktifan tinggi pada materi aritmatika sosial, mendeskripsikan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki tingkat keaktifan sedang pada
materi aritmatika sosial dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah pada materi aritmatika sosial.
Gambar 1. Kerangka Berfikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sasara Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII di SMP N 13 Semarang tahun ajaran
2019/2020 yang terletak di Jl Lamongan Raya, Sampangan, Kec. Gajahmungkur,
Kota Semarang. Alasan sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian Karena
pertimbangan sebagai :
1. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 13 Semarang masih ada siswa yang
kurang dalam pemecahan masalah pada materi aritmatika dan masih ada
ada siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran.
2. SMP N 13 Semarang ini dipilih karena belum pernah ada yang
mengadakan penelitian tentang analisis kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa SMP pada materi aritmatika sosial ditinjau dari keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran
2019/2020 SMP N 13 Semarang.
B. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan peneliti untuk mengadakan pra penelitian
yaitu bulan februari pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 di SMP N 13
Semarang. Penelitian ini dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, sampai
tahap penyelesaian. Adapun tahapan penelitian diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan persiapan sebelum penelitian
dilaksanakan sebagai berikut yaitu pada semester genap tahun pelajaran
2019/2020, penyusunan proposal dan instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksaan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan permohonan ijin ke sekolah SMP N 13
Semarang yang menjadi tempat pra penelitian dan penelitian, kemudian
dilakukan pengambilan data yang dimulai sejak awal semester genap
2019/2020.
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan.
C. Jenis Penelitian

Bagian terpenting dalam kegiatan penelitian adalah cara yang digunakan peneliti
atau metode penelitian. Metode penelitian ini diperlukan sebuah pendekatan. Memilih
pendekatan tertentu dalam kegiatan penelitian harus disadari bahwa ia memiliki
konsekuensi tersendiri sebagai sebuah proses yang harus diikuti secara konsisten dari
awal hingga akhir agar memperoleh hasil yang maksimal dan bernilai ilmiah sesuai
kapasitas, daya jangkau, dan maksud dari pendekatan tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif


dalam penelitian sosial adalah salah satu pendekatan utama yang pada dasarnya adalah
sebuah label atau nama yang bersifat umum saja dari sebuah rumpun besar metodologi
penelitian. Menurut Nana Sudjana penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikirn orang secara individual maupun kelompok.
Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah aktual. Hubungan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena
menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada obyek tertentu secara jelas dan
sistematis dengan melakukan ekplorasi guna menerangkan dan memprediksi suatu gejala
yang terjadi atas dasar data kualitatif di lapangan.
Berdasarkan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, kelas dipilih
menggunakan teknik purposive sampling dengan konsultasi oleh guru matematika. Kelas
dipilih berdasarkan dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
memiliki tingkat keaktifan siswa pada materi aritmatika sosial. Subjek penelitian
berdasarkan tes angket, tes mengerjakan soal aritamtika sosial, wawanacara dan juga
didasari pertimbangan dari guru dan siswa kelas VII yang telah memiliki pengalaman
dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial.

D. Penentuan Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan populasi, karena pada penelitian


kualitatif dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Pada penelitian ini, penentuan subyek penelitian tidak menggunakan sampel acak
tetapi menggunakan sampel bertujuan yaitu sampel diambil dengan tidak ditekankan pada
jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi anggota sampel sebagai
narasumber. Cara pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu yang dimiliki
sampel sesuai dengan tujuan pendidikan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 13 Semarang. Ada
empat orang siswa kelas VII tahun ajaran genap 2019/2020. Subjek dipilih berdasarkan
hasil pertimbangan dari guru. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada hasil angket
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik materi aritmatika sosial .Keaktifan siswa dikategorikan
menjadi tiga tipe yaitu : Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R), yang kemudian dipilih 3
siswa dari masing-masing setiap tipe keaktifan siswa. Subyek penelitian yang telah
terpilih secara purposive selanjutnya akan di analisis kemampuan pemecahan masalah
matematikanya sesuai dengan hasil pekerjaan tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam


mengumpulkan data berdasarkan indikator yang ingin di ukur terhadap subyek dan
objek. Dalam penelitian kualitatif pada awalnya belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumennya adalah itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian
menjadi jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrument. Instrumen penelitian ini
adalah peneliti sendiri yang didukung tes kemampuan pemecahan masalah matematis
dan pedoman wawancara. Instrument penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut :

1. Instrumen Utama
a. Peneliti

Dalam penelitian kualitatif instrument utama adalah peneliti sendiri (Patilima,


2011:7) kemudian setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemungkinan akan
dikembangkan instrument penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi
data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui data
observasi dan daftar pertanyaan wawancara. Dalam penelitian kualitatif selain
peneliti itu sendiri sebagai instrument utama dalam penelitian juga dibuat
instrument penelitian lain yang diharapkan dapat membantu dalam proses
pengumpulan data penelitian.

2. Instrumen Bantu
a. Soal Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penelitian. Pada penelitian ini soal tes diberikan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada
materi aritmatka sosial. Tes dalam penelitian ini berbentuk soal uraian yang berisi
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi aritmatika sosial. Tujuan
diberikan tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
mtematika pada materi aritmatika sosial. Pedoman soal tes berpedoman pada
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Aspek yang Skor Keterangan


dinilai
Memahami 0 Siswa tidak menyebutkan apa yang diketahui
Masalah dan apa yang ditanyakan
1 Siswa dapat menyebutkan apa yang diketahui
tanpa menyebutkan apa yang ditanyakan
2 Siswa menyebutkan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan meskipun kurang tepat
3 Siswa dapat menyebutkan apa yang diketahui
dan yang ditanyakan secara tepat
Merencanakan 0 Tidak merencanakan penyelesaian masalah
Penyelesaian sama sekali
1 Merencanakan masalah dengan menulis
konsep-konsep dan menulis rumus-rumus yang
diperlukan tetapi kurang tepat
2 Merencanakan penyelesaian dengan menulis
konsep-konsep dan menulis rumus-rumus yang
diperlukan berdasarkan masalah yang tepat
Melaksanakan 0 Tidak ada jawaban sama sekali
1 Melaksanakan rencana dengan menuliskan
Rencana
jawaban tetapi jawaban salah dan hanya
sebagian kecil jawaban benar
2 Melaksanakan rencana dengan menuliskan
jawaban sebagian benar
3 Melaksanakan rencana dengan menuliskan
jawaban tepat dan benar
Menafsirkan 0 Siswa tidak menuliskan kesimpulan
1 Siswa dapat menafsirkan hasil yang diperoleh
hasil yang
tapi tidak menuliskan kesimpulan
diperoleh
2 Siswa dapat menafsirkan hasil kesimpulan
secara tepat

skor yang diperoleh


Cara pengolahan nilai tes akhir : NP= x 100
skor maksimal tiap butir

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa yang di analisis berdasarkan


pedoman penskoran yang telah dibuat, selajutnya dihitung skor akhir setiap tahapan
penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah. Setelah diperoleh skor akhir tes
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, peneliti kemudian menentukan
kategori skor yang diperoleh siswa. Pemberian kriteria bertujuan untuk mengetahui
kategori kemampuan pemecahan masalah dalam memecahakan masalah matematika
pada materi aritmatika sosial. Kriteria kemampuan pemecahan masalah matematika
akan dikualifikasikan menjadi tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, rendah.

Tabel 3.2

Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah

Nilai Kualifikasi
85,00-100 Sangat baik
65,00-84,99 Sedang
0-64,99 Sangat Kurang

b. Angket

Angket adalah instrument non tes yang berupa pertanyaan yang harus
dijawab oleh orang yang menjadi subjek dalam penelitian. Lembar angket dalam
penelitian ini berbentuk pertanyaan dengan sifat tertutup yang di dalamnya
terdapat kolom pilihan responden untuk pertanyaan. Dalam penelitian ini angket
digunakan untuk melihat bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam memecahkan
masalah matematis pada materi aritmatika sosial.

c. Pedoman wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang
sudah di susun sebelumnya berisi tentang garis besar pokok permasalahan penelitian
untuk mendapatkan data yang diinginkan. Pedoman wawancara dirancang untuk
memudahkan peneliti dalam menggali informasi dari siswa secara langsung. Ada dua
bagian pedoman wawancara yang di kembangkan. Bagian pertama untuk
mendiagnosis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi
aritmatika sosial, sedangkan mengidentifikasi penyebab pemecahan masalah
matematis dari siswa yang ditinjau dari keaktifan siswa. Wawancara terhadap guru
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran sedangkan waancara terhadap siswa
dilakukan selama dan setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu
laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang
diperoleh selama observasi. Dokumentasi juga memberikan informasi mengenai
kegiatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta sebagai bahan
pelengkap dalam evaluasi hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, dokumentasi
berupa tugas siswa, daftar nilai siswa, serta dokumen berupa foto-foto dan video
pelaksanaan pembelajaran maupun aktivitas siswa saat proses pembelajaran.

F. Sampel Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto, Data adalah segala fakta yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal pada aritmatika sosial yang
diberikan oleh peneliti.
2. Hasil observasi dari pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran dan
mengerjakan soal tes.
3. Hasil wawancara yang diperoleh dari wawancara antara peneliti dengan siswa
yang dipilih sebagai subjek wawancara untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi
aritmatika sosial.
4. Hasil dokumentasi yang diperoleh pada waktu pembelajaran matematika,
mengerjakan soal tes dan wawancara.

Sedangkan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data
primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Dalam penelitian
ini, yang menjadi data primer adalah guru bidang studi matematika dan siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang. Sumber data yang diperoleh dari siswa adalah
hasil tes, observasi dan wawancara. Sedangkan sumber data yang diperoleh
dari guru adalah informasi yang berkaitan dengan sikap dan kondisi siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang.
2. Sumber data sekunder adalah sesuatu yang bisa memberikan data atau
informasi yang berasal bukan dari manusia. Sumber data dalam penelitian ini
adalah dokumentasi hasil dari analisis kemampuan pemecahan masalah siswa
kelas VII pada materi aritmatika sosial yang ditinjau dari keaktifan siswa
dalam pembelajaran.

Sumber data dalam penelitian ini berupa data deskriptif yang berdasarkan hasil
tes dan wawancara serta langkah-langkah penyelesaian soal yang dikerjakan siswa
kelas VII SMP N 13 Semarang yang terdiri dari 32 siswa. Selanjutnya data
diperoleh dari wawancara.

G. Teknik Sampling
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang lebih
sering digunakan adalah purposive sampling. purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Dalam penelitian ini,
memilih sampel pada materi aritmatika sosial lebih tepat dilakukan dengan sengaja
atau bertujuan yakni dengan purposive sampling.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, karena peneliti
merasa sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti
oleh peneliti. Peneliti disini akan memilih sanpel berdasarkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika dan melihat hasil tes tertulis yang sudah diberikan.
H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati secara
langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang ditinjau dari keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika.
2. Metode Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah siswa. Tes dalam penelitian berupa soal tes dengan bentuk uraian.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu di uji cobakan pada validator, agar data
yang di peroleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Tes di susun oleh peneliti
oleh peneliti dengan langkah-langkah pembuatan soal tes sebelum soal
tersebut digunakan untuk mengambil data sebagai berikut :
a. Membuat kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal di susun berdasarkan indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis.
b. Menentukan bentuk dan model tes
Tes yang akan digunakan oleh peneliti berupa tes uraian. Masing-masing
soal akan di susun berdasarkan indikator-indikator pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Setiap soal di berikan skor untuk
setiap poinnya berdasarkan pada indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
c. Menetapkan banyaknya item soal
d. Menyusun soal tes sesuai dengan jumlah yang telah di rancang dalam kisi-
kisi soal.
e. Mengujicobakan soal tes
3. Angket
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan pemecahan masalah siswa. Angket berisi daftar pertanyaan yang
secara tertulis terdiri dari item-item pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian dan akan dijawab oleh responden penelitian yaitu siswa kelas VII
SMP N 13 Semarang.
4. Wawancara
Menurut Moleong wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus di teliti dan untuk mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil. Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka
digunakan recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.
Sehingga hasil wawancara menunjukkan keabsahan dan dapat di organisir
dengan baik unuk analisi selanjutnya. Metode ini digunakan mewawancari
guru yang mengampu pada mata pelajaran matematika kelas VII SMP N 13
Semarang.
5. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menghimpun data-data
dokumentasi di lapangan penelitian yakni berupa data-data statistik sekolah,
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono,2012). Analisis merupakan langkah yang dilakukan
setelah semua data terkumpul. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara induktif dan terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Tujuan analisis adalah memfasilitasi interprestasi data dan membuat data bermakna.
Semua teknik bertujuan memecahkan data menjadi terurai, mengkonfigurasi data dan
mengatur data yang memungkinkan peneliti untuk melihat sesuatu yang baru atau
melihat yang spesifik. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan


pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulannya
dapat ditarik dan di verivikasi. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran informasi yang jelas dari data tersebut sehingga
peneliti dapat membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah :

a. Mengoreksi hasil tes siswa kemudian mengklasifikasikan sesuai dengan


kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
b. Hasil tes siswa merupakan data mental yang di transformasikan pada
catatan sebagai bahan untuk wawancara.
c. Hasil wawancara di sederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik
kemudian di transformasikan dalam catatan.
d. Pengkodingan hasil tes siswa dan wawancara.
2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang disusun kemudian


memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data dilakukan dengan mengumpulkan data yang sudah terorganisir
dan trgategori yang memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan.
Penyajian data dalam penelitian ini, peneliti memilih menyajikan data dalam
bentuk tabel dan wawancara. Data yang disajikan dalam bentuk tabel
merupakan hasil dari pengelompokkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dari keaktifan saat pembelajaran. Kemudian hasil penyajian
data yang dianalisis disimpulkan berupa data temuan, sehingga mampu
menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

3. Menarik Kesimpulan

Menurut Sugiyono, kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang


diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada atau
berupa gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap sehingga diteliti menjadi jelas.Penarikan kesimpulan dalam penelitian
ini dilakukan dengan menyimpulkan data yang disajikan dan disesuaikan
dengan rumusan masalah yang telah di tetapkan. Pada tahap penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan hasl jawaban siswa
dengan hasil wawancara. Setelah data hasil tes tertulis dan wawancara
dibandingkan, maka dapat ditarik kesimpulan tentang pemecahan masalah
siswa pada materi aritmatika sosial.

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Validitas data adalah teknik yang dilakukan untuk menguji keabsahan data.
Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data(validasi) yang dilakukan
menggunakan uji keabsahan data yang telah dijelaskan di Bab II. Untuk menentukan
keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Menurut Sugiyono dalam penelitian
kualitatif uji keabsahan data meliputi :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
sejawat, analisis kasus negative dan memberrcheck (Sugiyono, 2012:368).
Uji kredibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
triangulasi. Triangulasi yakni berupaya untuk mengecek kebenaran data
tertentu dan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain,
pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan
dengan metode berlainan dengan berbagai cara. Ada 3 jenis triangulasi
yaitu :
a. Triangulasi sumber
Pada penelitian ini, Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Pada penelitian kualitatif data dari beberapa sumber
tidak bisa dirata-ratakan, tetapi di deskripsikan dan dikategorikan. Data
yang telah di analisis oleh peneliti dapat dihasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya di mintakan kesepakatan dengan sumber data tersebut.
b. Triangulasi teknik
Pada penelitian ini, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara,
kemudian di cek dengan melakukan observasi, dokumentasi atau
kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lainnya. Triangulasi teknik pada
penelitian ini berarti peneliti melakukan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
c. Triangulasi waktu
Dalam penelitian waktu juga sangat mempegaruhi kredibilitas data.
Misalnya data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari
pada saat narasumber masih segar yang belum banyak masalah, sehingga
narasumber akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel.
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakkan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda.
2. Keteralihan (Tranferability)

Pemeriksaan keterlihan data dalam penelitian ini dilakukan dengan


teknik uraian rinci yaitu melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat
mungkin yang menggambarkan konteks lokasi penelitian di selenggarakan.
Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut
sehingga pembaca dapat memutuskan dan mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut ke tempat lain. Dalam penelitian ini, untuk melakukan keteralihan,
peneliti harus mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam
konteks yang sama.

3. Kebergantungan (Dependability)
Uji kebergantungan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering
terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan sehingga
tidak bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji
kebergantungannya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi ada
datanya , maka penelitian tersebut tidak dependable di lapangan.
4. Kepastian (Confirmability)
Uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan, segingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabiliti bearti menguji
hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini menguji konfirmabiliti jangan sampai
proses penelitian ada tetapi datanya ada. Hal yang peneliti akan lakukan
untuk menguji kepastian ini adalah dengan melakukan seminar terbuka
dan mengundang teman sejawat, pembimbing serta pembahas.

Dalam penelitian ini juga digunakan triangulasi waktu yang dilakukan dengan
mengecek dan membandingkan data dengan cara mengamati kemampuan pemecahan
masalah matematis ditinjau dari keaktifan siswa dalam waktu yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Sariningsih, R., & Purwasih, R. (2017). Pembelajaran Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self
Efficacy Mahasiswa Calon Guru. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1
(1), 163-177.
Andayani, Fitrie & Lathifah, Adiska Nadiyah. (2019). Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Aritmatika
Sosial. Jurnal Cendikia : Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 1 Mei 2019, pp,
1-10.
Wibowo, Nugroho. (2016). Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui
Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di SMK N 1 Saptosari. Jurnal Electronic,
Informatic, and Vocational (ELIVINO). Vol. 1, No. 2, Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai