Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM LENGKAP

EKOMORFOLOGI HEWAN
ACARA I-III

Disusun Oleh :
Nama : Vestidhia Yunisya Atmaja
NIM : 16/401983/PBI/01432

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOMORFOLOGI HEWAN

ACARA II
Resume Jurnal
PENGARUH SALINITAS TERHADAP IKAN SIDAT
(Anguila spp.)

Disusun Oleh :
Nama : Vestidhia Yunisya Atmaja
NIM : 16/401983/PBI/01432

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS BIOLOGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
PENDAHULUAN

Anguilla spp. merupakan kelompok spesies yang termasuk dalam Famili


Anguillidae. Kelompok ikan ini dicirikan dengan bentuk tubuh yang memanjang,
memiliki sirip dorsal yang memanjang dari cranial ke caudal, sirip anal membentuk
tepian yang menyatu (rounded), sirip pectoral berukan kecil yang membantu
navigasisaat menyusuri dasar sungai, dan kulit yang halus (sisik berukuran kecil).
Anggota dari famili ini bersifat katadromus yaitu sebagian besar masa hidupnya
dihabiskan di perairan tawar dan kembali kelaut untuk bertelur. Diketahui bahwa ikan
ini akan meninggalkan perairan laut setelah bermetamorfosis menjadi larva glass eel,
dan mulai bermigrasi ke perairan tawar (melalui sungai) dan tumbuh menjadi pre-adult
silver eel. Selama fase silver eel, gonad ikan ini mulai mengalami maturi dan mulai
menuju muara sungai dan berakhir di laut untuk bertelur. Area bertelur ini menjadi
tempat sidat mati setelah bertelur.
Anguilla spp. dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber protein tinggi yang
biasanya dikonsumsi oleh negara di Asia dan Eropa. Pemanfaatan ini mengakibatkan
penurunan jumlah Anguilla spp. di alam. Dalam 20 tahun terakhir, hasil panen ikan
sidat mengalami penurunan kurang lebih 90% dikarenakan kerusakan habitat dan
overharvesting. Komersialnya ikan sidat sebagi ikan konsumsi, dilakukan berbagai
penelitian mengenai biologis ikan tersebut. Namun masih terbatasnya penelitian
mengenai perilakuk ikan sidat dalam bermigrasi, reproduksi, dan pemilihan
habitat.Diketahui bahwa deteksi trace element pada mikrostruktur otolith ikan tersebut
dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan mengenai siklus hidup ikan sidat,
indikator lingkungan (suhu dan salinitas) dan kondisi fisiologis (ontogeny dan migrasi).
Deposisi strontium (Sr) dan kalsium (Ca) dalam otolith selama masa pertumbuhan ikan
sidat akan bervariasi antara ketika mereka berada dihabitat air tawar dan laut. Perairan
air tawar mengandung kadar Sr yang lebih rendah dibandingkan dengan air laut. Rasio
Sr terhadap Ca dalam otolith sidat pada fase elver (fase pigmentasi) secara langsung
berkaitan dengan ambang batas salinitas. Dalam penelitian tersbut disimpulkan bahwa
ratio tersebut dapat digunakan untuk menentukan pergerakan individu fase pigmentasi
pada habitat dengan kadar salinitas berbeda
Salinitas merupakan faktor lingkungan utama yang membentuk struktur
komunitas ikan dan memperngaruhi pertumbuhannya. Sidat diketahui mampu untuk
bertahan hidup dengan perubahan salinitas yang drastis karena perilakunya yang
bermigrasi dari perairan tawar ke laut. Menurut Wilson et al. (2004) menunjukkan
bahwa migrasi dari laut ke perairan air tawar membutuhkan delay time sebelum ikan
sidat ini benar-benar memasuki habitat periran tawar. Pernyataan tersebut
mengindikasikan bahwa glass eel menunjukkan toleransi variasi salinitas dengan
kemampuan osmoregulasinya. Pembuatan resume jurnal ini bertujuan untuk
mempelajari perilaku ikan sidat (Anguilla spp.) terkait dengan faktor lingkungan berupa
salinitas.

PEMBAHASAN
Migrasi Anguilla spp. – Migrasi ikan umumnya dijelaskan oleh perbedaan
kelimpahan makanan antara laut dan air tawar. Sidat bermigrasi ke arah hulu (habitat air
tawar) dengan produktivitas yang lebih tinggi untuk pertumbuhan sebelum kembali ke
laut untuk berkembang biak. Oleh karena itu, perubahan latitudinal dapat memprediksi
bahwa populasi sidat di laut akan terbentuk pada lintang yang lebih tinggi dimana
produktivitas habitat air tawar lebih rendah dibandingkan dengan lautan. Pada penelitian
Tsukamoto & Arai (2001), menunjukkan bahwa terdapat 3 macam migrasi pada ikan
sidat yaitu secondary migrant, transient, dan estuarine resident. Hal ini menunjukkan
bahwa Anguilla spp. memiliki strategi migrasi yang fleksibel, dengan tingkat plastisitas
perilaku yang tinggi serta kemampuan untuk memanfaatkan range salinitas saat
juvenile. Pada penelitian Tsukamoto & Arai (2001),ditemukan sampel Anguilla yang
sulit diketahui asalnya karena kompleksitas sejarah sikul hidupnya. Hal ini dapat deteksi
dengan pengukuran perubahan kadar rasio Sr/Ca dalam otolith. Anguilla yang berasal
dari estuari memiliki rasio Sr/Ca yaitu sekitar 5 × 10-3. Sedangkan populasi air tawar
dengan range rasio antara 0 × 10-3 - 5 × 10-3. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa Anguilla spp. dapat hidup dimuara dan dapat datang-kembali lagi
dari perairan tawar dan asin. Pengelompokkan Anguilla sebagai hewan katadromus
perlu revisi, karena terdapat bukti yang jelas bahwa gerakan mereka ke air tawar bukan
suatu jalur migrasi wajib. Anguilla didefinisikan sebagai katadromi fakultatif, dengan
populasi laut dan muara sebagai ecofenotip.

Hubungan Salinitas dan Lokomosi – Pada penelitian tersebut diketahui,


sampel sidat yang diambil (ikan yang baru tiba dari perairan laut) lebih memilih habitat
perairan tawar dibandingkan laut. Pada uji kedua, glass eel dengan aktivitas pergerakan
yang tinggi konstant, lebih memilih perairan tawar dibandingkan laut. Sedangkan ketika
ikan ini dlam aktivitas lokomosi yang rendah, ia memilih perairan laut dibandingkan
tawar. Lokomosi merupakan perilaku yang sangat berkaitan dengan migrasi. Preferensi
habitat perairan tawar pada ikan yang aktivitas lokomosinya tinggi mendukung
pembentukan koloni di perairan air tawar. Sebaliknya, aktvitas lokomosi yang rendah
dan preferensi perairan laut mendukung maturasi dini di perairan laut. Dalam penelitian
menunjukkan preferensi salinitas terkait dengan aktivitas lokomosi dan mengontrol
perilaku distribusi habitat.
Secara fisiologis aktivitas lokomosi dan preferensi salinitas dipengaruhi oleh
hormon. Pada glass eel, penambahan hormon tiroid mempengaruhi perilaku lokomosi
dan migrasi (Edeline et al., 2004). Namun dalam penelitian ini, glass eel sampel
melakukan perubahan preferensi salinitas namun tetap mempertahankan aktivitas
lokomosinya. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi aktivitas lokomosi dan preferensi
salinitas diatur secara terpisah. Regulasi ini dapat juga melibatkan growth hormone dan
kortisol, dimana kedua hormon tersebut mempengaruhi kativitas lokomosi pada ikan
teleostei (Overli et al., 2002).
Hubungan Preferensi Salinitas dan Pertumbuhan - Dalam penelitian ini,
pertumbuhan dipengaruhi secara signifikan dengan preferensi salinitas. Anguilla yang
diberi perlakuan SWC (2 kompartemen berisi sama-sama air laut) memiliki
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan FWC (2 kompartemen berisi sama-sama
air tawar) dan PCC (2 kompartemen berisi 1 air laut dan 1 air tawar). Pertumbuhan sidat
PCC tidak berbeda nyata dengan sidat SWC. Pola pertumbuhan ini menunjukkan proses
intermediet antara belut SWC dan FWC, yang dapat menyebabkan gaya hidup nomad
(dapat bermigrasi antara habitat laut, muara dan ait tawar pada skala waktu musiman
dan tahunan). Kemungkinan besar, hubungan antara preferensi salinitas Anguilla spp.
dan tingkat pertumbuhan tidak hanya terkait dengan kontrol hormon endokrin tetapi
juga faktor genetik. Penelitian terkini tentang Anguilla anguilla menunjukkan bahwa
individu dengan lokus allozyme heterozigot memiliki pertumbuhan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan individu homozigot (Pujolar et al., 2005). Hasil ini
menunjukkan bahwa, pada sidat SWC dengan heterozigositas alozim yang tinggi dapat
meningkatkan preferensi kadar salinitas tinggi dengan tingkat pertumbuhan tinggi
(Edelin et al., 2005).

SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan preferensi salinitas sidat
terkait dengan aktivitas lokomotor dan pertumbuhannya. Hal ini menunjukkan
mekanisme ekologis untuk mengendalikan pola distribusi habitat dan pertumbuhan yang
diamati pada populasidi alam. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa preferensi
salinitas sidat menunjukkan sifat perilaku yang penting untuk pengendalian plastisitas
kehidupan belut di habitat kontinental.

DAFTAR ACUAN
Tsukamoto, K. & T. Arai. 2001. Facultative catadromy of the eel Anguilla japonica
between freshwater and seawater habitats. Marine Ecology Progress Series, 220:
265–276.
Edeline, E., S. Dufour, & P. Elie. 2005. Role of glass eel salinity preference in the
control of habitat selection and growth plasticity in Anguilla Anguilla. Marine
Ecology Progress Series, 304: 191–199.
Overli, O., S. Kotzian, & S. Winberg. 2002. Effects of cortisol on
aggression and locomotor activity in rainbow trout. Horm
Behav., 42:53–61
Pujolar, J. M., G. E. Maes, C. Vancoillie, F. A. Volckaert. 2005. Growth rate correlates
to individual heterozygosity in the European eel, Anguilla Anguilla L. Evolution,
59:189–199
Wilson, J. M., J. C. Antunes, P. D. Buça, & J. Coimbra. 2004. Osmoregulatory
plasticity of the glass eel of Anguilla anguilla: freshwater entry and changes in
branchial ion-transport protein expression. Can J Fish Aquat Sci, 61:432–442.

Anda mungkin juga menyukai