OLEH :
ELSIE SOLAIKA
2019.NS.B.07.009
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
ii
iii
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBIMBING PRAKTIK
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................
2
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................
2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................
2
1.4.1 Teoritis............................................................................................................
2
1.4.2 Praktis.............................................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
4
2.1 Konsep Dasar Sectio Caesaria........................................................................
4
2.1.1 Definisi Sectio Caesaria (SC).........................................................................
4
2.1.2 Jenis – Jenis....................................................................................................
4
2.1.3 Etiologi...........................................................................................................
5
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................
6
2.1.5 Tekhnik Penatalaksanaan...............................................................................
9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Komplikasi..............................................................
11
2.1.7 Penatalaksanaan..............................................................................................
11
BAB 3 MANAJEMEN KEPERAWATAN..........................................................
15
3.1 Pengkajian......................................................................................................
15
3.1.1 Identitas atau biodata klien.............................................................................
15
3.1.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................
17
iii
iv
1
2
ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan prosedur sebelum operasi sectio
caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu yang akan dirasakan
selanjutnya setelah operasi sectio caesarea. Selain itu perawat diharapkan untuk
dapat mengatasi masalah keperawatan yang timbul agar tidak timbul infeksi silang.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Memberikan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama di
bidang keperawatan agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman dan masyarakat.
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama di
bidang keperawatan agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan
jaman dan masyarakat.
1.4.2.3 Bagi Wahana Praktik
Memberikan informasi yang berguna dalam meningkatkan pengetahuan
tentang berbagai masalah yang terjadi lahan praktik terutama masalah penyakit Ny. I
dengan diagnosa post SC + Plasenta Previa pada klien kelolaan agar dapat
terselesaikan dengan baik.
1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan (Akademik)
Digunakan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
3) Myoma uteri
4) Infeksi intra uteri berat
2.1.3 Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
2.1.3.1 CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2.1.3.2 PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
2.1.3.3 KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah
dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
2.1.3.4 Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
2.1.3.5 Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6
PATHWAY
8
9
(3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
(4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
(5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke 5 pasca operasi.
4) Fungsi gastrointestinal
(1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
(2) Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
(3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
(4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
5) Perawatan fungsi kandung kemih
(1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam
(2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
(3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urin jernih.
(4) Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral
per hari sampai kateter dilepas
(5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6) Pembalutan dan perawatan luka
(1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut
(2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkan
(3) Ganti pembalut dengan cara steril
(4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
(5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit
dilakukan pada hari kelima pasca SC
7) Jika masih terdapat perdarahan
(1) Lakukan masase uterus
(2) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60
tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
13
8) Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam :
a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c. Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9) Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
(1) Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
(2) Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
(3) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
(4) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
10) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
11) Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
(1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
(2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
(3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
(4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
(5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
(6) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
(7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
(8) pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi
obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin disebab-
kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan karena tekanan
diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan
mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu
memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
(9) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan
kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi
dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk
mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
14
(10) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi
nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus
dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan
(11) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau
general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes
laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan
abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole.
BAB 3
MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
3.1.1 Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
(4) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat.
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
16
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g) Pola penagulangan sters
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
(2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
(3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
(4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
(5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
(6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola
mamae dan papila mamae
(7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
(8) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
(9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
(10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
(11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
melakukannya.
5 Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
6 Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. I
Tempat/Tgl lahir : Palangka Raya, 15 Juni 1987
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak /Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Gol. Darah :O
Alamat : Petuk Katimpun
Diagnosa Medis : Post SC + Plasenta Previa
Penghasilan perbulan : ± Rp. 1.000.000,-
Tanggal masuk RS : 4 Maret 2020
Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2020
Nomor Medrek : 33.75.12
4.1.2 Identitas Suami
Nama : Tn. I
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak / indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : swasta
Gol. Darah :A
Alamat : Petuk Katimpun
Keterangan :
= klien
= laki-laki
= perempuan
= tinggal serumah
= hubungan keluarga
5) Riwayat obstetric dan ginekologi
(1) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Menstruasi :
- Menarche : 13 - lamanya haid :± 6-7 hari
- Siklus : 28 - banyaknya : 2 kali ganti pembalut
- Sifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe) : merah bergumpal
pada hari pertama dan selanjutnya darah biasa dan ada nyeri haid
- HPHT : 6 Juni 2019
- Tafsiran persalinan : 10 Maret 2020
b) Riwayat Perkawinan : (suami dan isteri)
- Lamanya pernikahan : 18 tahun
- Pernikahan yang ke : pertama
c) Riwayat Keluarga Berencana :
- Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil : KB Suntik
23
H L N B
- BB : 60 kg
- Tinggi badan : 154 cm
- Kesadaran : Compos menthis
- Turgor kulit : normal <2 detik
2) Kepala - Warna rambut : Hitam
- Keadaan : bersih
3) Muka - Oedema : Tidak ada
- Cloasma gravidarum : Ada
4) Mulut- Mukosa mulut & bibir : Lembab
- Keadaan gigi : Baik
- Fungsi pengecapan : Baik
- Keadaan mulut : Baik
- Fungsi menelan : Baik
5) Mata - Konjunctiva : merah muda
- Sklera : Normal, putih
- Fungsi penglihatan : Baik
6) Hidung - Pendarahan/peradangan : Tidak ada
- Keadaan/kebersihan : Bersih
7) Telinga - Keadaan : Baik
- Fungsi pendengaran : Baik
8) Leher - Pembesaran kel. Tyroid : Tidak ada
- Distensi vena jugularis : Tidak ada
- Pembesaran KGB : Tidak ada
9) Daerah dada - Suara napas : vesikuler
- Jantung dan paru - Bunyi jantung : Normal
- Retraksi dada :
- Payudara - Perubahan : Membesar
- Bentuk buah dada : Bulat
- Hyperpigmentasi areola : Ada
- Keadaan puting susu : Baik
- Nyeri/tegang : Tidak ada
- Skala nyeri : Tidak ada
10) Abdomen - TFU : 2 jari dibawah pusat
- Kontraksi uterus : Baik,
- Konsistensi uterus : Teraba bundar dan keras
- Posisi uterus :-
- Diastasis RA :-
25
b) Pola eliminasi
(a) Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : 1x/ hari
- Warna : kekuningan
- Bau :-
- Konsistensi : lembek
- Masalah / keluhan : tidak ada
(b) Buang Air Kecil (BAK)
- Frekuensi : 3x/hari
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : Amoniak
- Masalah / keluhan : Tidak ada
c) Pola tidur dan istirahat
- Waktu tidur : Siang 2 jam, malam 7-8 jam
- Lama tidur : 6-10 jam
- Kebiasaaan pengantar tidur : Tidak ada
- Kebiasaaan saat tidur : Tidak ada
- Kesulitan dalam tidur : Tidak ada
d) Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Tidak ada
- Olah raga : Tidak ada
- Mobilisasi dini : ada
- Kegiatan di waktu luang : Tidak ada
- Menyusui (posisi, cara, frekuensi) : Tidak ada
- Klien tampak terbaring ditempat tidur
- Mobilisasi klien dibantu keluarga
e) Personal Hygiene
- Kulit : Normal, sawo matang
- Rambut : Hitam
- Mulut dan gigi : Lembab dan bersih
- Pakaian : Baik, rapi
- Kuku : Bersih
f) Ketergantungan fisik
- Merokok : Tidak ada
- Minuman keras : Tidak ada
- Obat-obatan : Tidak ada
28
29
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : -
f. Sistem nilai-nilai kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan
- Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk anda: Klien
mengatakan penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi)
sebutkan : Melakukan ibadah
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah
Sakit, sebutkan : Berdoa
(6) Pemeriksaan Penunjang
4.3 PENGOBATAN
Nama Obat Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi
Elsie Solaika
ANALISIS DATA
Hambatan mobilitas
fisik
32
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.I
Ruang Rawat : Ruang Cempaka
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. nyeri akut Setelah 1. Mengungkapkan nyeri 1. Observasi tanda-tanda 1. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan dilakukan di perutnya berkurang vital umum dan tanda-tand vital
tindakan selama 2. Dapat melakukan 2. Observasi intensitas, 2. Pengkajian yang spesifik
terputusnya
1x7 jam tindakan untuk karakteristik, dan derajat membantu memilih
kontinuitas jaringan. diharapkan klien mengurangi nyeri nyeri intervensi yang tepat
mengatakan 3. Kooperatif dengan 3. Ajarkan teknik distraksi 3. Pengurangan persepsi nyeri
nyeri berkurang tindakan yang dan relaksasi 4. Mengurangi onset terjadinya
atau hilang dilakukan 4. Kolaborasi pemberian nyeri dapat dilakukan dengan
4. TTV dalam batas analgetik pemberian analgetika oral
normal ; Suhu : 36- maupun sistemik dalam
37⁰C, TD : spectrum luas/spesifik
120/80mmHg, RR :
18-20x/menit, Nadi :
80-100 x/menit
30
34
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. I
Ruang Rawat : Ruang Cempaka
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Hambatan Setelah 1. Klien mampu 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Untuk menentukan tindakan
mobilitas fisik dilakukan melakuakan aktivitas klien untuk beraktivitas, selanjutnya.
berhubungan tindakan selama secara mandiri kekuatan otot. 2. Meminimalkan mobilisasi
dengan luka post 1x7 jam 2. Mobilisasi klien 2. Bantu klien dalam berat yang dilakukan klien
SC diharapkan klien dibantu minimal memenuhi mobilisasinya 3. Untuk mengetahui kegiatan,
klien dapat 3. Mobilisasi klien 3. Anjurkan klien melakukan mobilisasi yang sudah
melakukan dilakukan sendiri mobilisasi sesuai dilakukan klien
aktifitas tanpa 4. Hari pertama klien kemampuan 4. Meminimalkan terjadinya
ada komplikasi dapat miring kiri dan 4. Anjurkan klien untuk kelelahan.
dengan seperti kanan mobilisasi secara bertahap
miring kanan 5. Hari kedua klien dapat
dan miring kiri duduk
6. Hari ketiga klien dapat
belajar berjalan 1
31
1
35
P : Lanjutkan intervensi
36
P : Lanjutkan intervensi
33
37
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Evaluasi ( S O A P I E R ) Paraf
5 Maret 2020 Diagnosa 1
S :
38
Klien mengatakan nyeri berkurang dari kemaren
P = nyeri karena luka post operasi
Q = seperti ditusuk-tusuk
R = abdomen kanan
S = skala 2 (ringan) 35
T = nyeri terasa saat klien bergerak
O :
- TTV
TD = 120/80 mmHg
N = 88x/m
RR = 22x/m
S = 36,4x/m
- Klien bisa melakukan teknik distraksi dan relaksasi saat nyeri datang
- Klien tampak meringis jika bergerak
- Injeksi analgetik ketorolac 30mg
P : Lanjutkan intervensi
I :
1. Mengobservasi intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
2. Mempertahankan tirah baring selama masa akut.
Kolaborasi pemberian obat :
1. Mengobservasi intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
2. Mengajarkan teknik distraksi E :
E :
Klien tampak tenang, Klien dapat berbaring dan berjalan TTV TD= 120/80 mmHg, N =
88x/m, RR= 22x/m, S= 36,4x/m
R :
Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi masalah misalnya 34
Mengobservasi intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri dan Mengajarkan teknik distraksi .
5 Maret 2020 Diagnosa 2
S:
Klien mengatakan mulai dapat bergerak sedikit-sedikit
O:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak berbaring ditempat tidur
- Mobilisasi klien tampak masih dibantu keluarga
- Klien mulai belajar duduk
CATATAN PERKEMBANGAN
36
40
R:
Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi masalah misalnya dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
37
41
R :
1. Melakukan perawatan luka.
2. Menerangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Selatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan