925 2036 1 PB PDF
925 2036 1 PB PDF
ABSTRACT
Coffee bean are rich of secondary metabolits that able to inhibit free radical compounds. This antioxidant activity
may reduce many diseases correlated with it. The aims of this study were to determined the phytochemical content
and antioxidant activity of roasted coffee bean from Wamena and Moenemani regency, Papua. Roasted coffee bean
were extracted by maceration for 24 hr with methanol. DPPH assay was used to determine the antioxidant activity,
while the Harborne standard method was used for the phytochemical analysis. Result showed that Arabica roasted
coffee bean from Moanemani gave the higher antioxidant activity at 61,71%, but lower IC50 at 100,91 ppm.
Phytochemical investigation revealed that the bioactive compound from Moanemani and Wamena coffee bean
were similar, which composed of alkaloids, flavonoids, terpenoids, saponins, and tanins.
Key words: Arabica roasted coffee beans, phytochemical, antioxidant, DPPH method.
Oksibil kabupaten Pegunungan Bintang, kopi berada di masing-masing daerah. Penelitian ini
Arabika asal Tiom kabupaten Lanny Jaya dan kopi dilakukan di labotarorium Kimia Jurusan Kimia
Robusta asal Ambaidiru kabupaten Kepulauan FMIPA Universitas Cenderawasih.
Yapen. Keberadaan kopi-kopi tersebut diketahui
melalui Festival Kopi yang di-selenggarakan di Alat dan Bahan
Jayapura pada tahun 2018 lalu. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini
Pada umumnya kopi disajikan dalam bentuk adalah peralatan gelas laboratorium, blender,
biji kopi sangrai. Proses sangrai mempengaruhi neraca analitik, oven, spektrofotometer UV-Vis.
kualitas kopi, termasuk cita rasa, aroma, dan Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini
komposisi senyawa bioaktif yang juga berdampak antara lain : metanol, kloroform, H2SO4 pekat, HCl
pada aktivitas antioksidannya (Farah et al., 2005; pekat, CH3COOH anhidrat, Lautan FeCl3 1 %, 1,1-
Ewa et al., 2007; Bicho et al., 2011). Proses sangrai difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), pereaksi Wegner,
umumnya dilakukan pada suhu 200–240 oC dan pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff dan
menghasilkan biji kopi yang berwarna cokelat akuades.
disertai pelepasan aroma yang khas. Selama
proses sangrai terjadi perubahan komposisi Preparasi Sampel dan Ekstraksi
senyawa bioaktif, termasuk senyawa polifenol Biji kopi sangrai dihaluskan dengan
yang berperan sebagai antioksida akibat menggunakan blender untuk mendapatkan
terdegradasinya asam klorogenat, kafein, ukuran yang seragam. Serbuk biji kopi yang
trigonelin dan senyawa bioaktif lainnya diperoleh disimpan dalam wadah bersih dan
(Hečimović et al., 2011). Semakin tinggi suhu ditutup rapat.
proses sangrai, aktivitas antioksidannya semakin Sebanyak 200 gram serbuk kopi direndam
berkurang (Cammerer et al., 2006). dengan 600 mL metanol selama 24 jam dan diaduk
Aktivitas antioksidan biji kopi hijau jenis sesekali menggunakan magnetic stirrer. Kemudian
Arabika dan Robusta dalam fraksi Isopropanol: air ekstrak dipisahkan dari ampas dengan cara
(60 : 40) terhadap BHA berturut-turut adalah 92 % penyaringan. Ekstrak cair yang diperoleh
dan 88 % (Naidu et al., 2008). Aktivitas antioksidan selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator
dapat ditentukan melalui peredaman terhadap pada suhu 40 oC. Ektrak pekat yang diperoleh
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) disimpan dalam wadah bersih dan ditutup rapat
(Molynux, 2004) dan ditentukan secara untuk kemudian digunakan dalam analisis
spektrofotometri UV-Vis. Tujuan penelitian ini selanjutnya.
adalah untuk mengetahui kandungan senyawa
dan uji antioksidan biji kopi sangrai yang berasal Skrining Fitokimia
dari Wamena dan Moanemani. Informasi ini Skrining fitokimia dilakukan terhadap
sangat penting karena berkaitan dengan kualitas alkaloid, flavonoid, terpenoid ,saponin, polifenol
kopi dari suatu wilayah. dan tanin menggunakan metode Harborne dengan
beberapa modifikasi.
Alkaloid
METODE PENELITIAN Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 1 mL
larutan HCl 2 M dan 19 mL akuades, kemudian
Sampel dan Lokasi Penelitian dipanaskan selama 5 menit, campuran
Sampel biji kopi yang digunakan dalam didinginkan dan kemudian disaring. Filtrat yang
penelitian ini adalah biji kopi Arabika asal diperoleh dianalisis dengan pereaksi Wegner,
Wamena kabupaten Jayawijaya (Kopi Wamena) Meyer dan Dragendroff. Adanya alkaloid
dan biji kopi Arabika asal Moanemani kabupaten ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
Dogiyai (Kopi Moanemani). Masing-masing kopi cokelat dengan pereaksi Wegner, endapan kuning
tersebut diperoleh dari pasar tradisional yang
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 105
Tabel 1. Skrining fitokimia ekstrak biji kopi sangrai jenis Arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan
Moanemani, Papua.
Ekstrak biji kopi sangrai asal Ekstrak biji kopi sangrai asal
No Golongan Senyawa
Wamena Moanemani
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid + +
3 Terpenoid + +
4 Saponin + +
5 Tanin + +
Ket.: + : terdeteksi - : tidak terdeteksi
Tabel 2. Persen inhibisi ekstrak biji kopi sangrai jenis arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan
Moanemani, Papua.
Konsentrasi Inhibisi ekstrak kopi (%)
No
larutan uji (ppm) Asal Wamena Asal Moanemani Kontrol positif (BHA)
1. 25 25,60 14,66 78,68
2. 50 29,52 26,58 85,90
3. 75 45,30 41,94 87,66
4. 100 48,74 50,28 88,08
5. 125 53,30 61,92 88,57
6. 150 61,71 69,07 89,39
Tabel 3. Nilai IC50 ekstrak biji kopi sangrai jenis Arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan Moanemani,
Papua.
No Larutan uji Persamaan garis Nilai IC50 (ppm)
1. y = 0,2918 x + 18,495
Ekstrak biji kopi sangrai asal Wamena 107,97
R2 = 0,9577
2. Ekstrak biji kopi sangrai asal y = 0,4417 x + 5,4278
100,91
Moanemani R2 = 0,9886
sehingga ekstrak yang diperoleh pun semakin senyawa golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid,
banyak. Ekstrak cair dipisahkan dari ampasnya saponin, dan tanin. Pada uji alkaloid, larutan
dengan penyaringan dan dipekatkan dengan ekstrak ditambahkan larutan asam terlebih dahulu.
rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hal ini dikarena alkaloid bersifat basa sehingga
Ekstrak pekat yang diperoleh berwarna cokelat harus diekstrak dalam pelarut asam (Harborne,
kehitaman dengan tekstur yang lebih kental 1996). Hasil uji positif alkaloid dalam ekstrak biji
dengan rendemen sebesar 8,67 % untuk biji kopi kopi sangrai tersebut ditandai dengan
sangrai asal Wamena dan 7,17 % untuk biji kopi terbentuknya endapan cokelat kemerahan dengan
sangrai asal Moanemani. pereaksi Wagner, endapan putih dengan pereaksi
Mayer dan endapan jingga dengan pereaksi
Skrining Fitokimia Dragendroff. Endapan yang dihasilkan
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa merupakan kompleks kalium-alkaloid yang
kedua ekstrak biji kopi tersebut mengandung terbentuk dari reaksi antara ion logam kalium dari
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 107
Adanya tanin dalam ekstrak ditandai dengan dengan kata lain semakin banyak radikal bebas
terbentuknya warna hijau kehitaman dengan dari DPPH yang dapat dinertralkan. Penetralan
pereaksi FeCl3 1 %. Warna hijau kehitaman yang yang dilakukan terhadap radikal bebas
dihasilkan merupakan senyawa kompleks Fe- menyebabkan ikatan rangkap diazo pada DPPH
tanin yang terbentuk dari reaksi antara tanin dari akan berkurang sehingga terjadi penurunan nilai
ekstrak dengan ion Fe3+ dari pereksi FeCl3. absorbansi (Molyneux, 2004).
Adanya saponin dalam ekstrak ditandai Jumlah radikal bebas yang dihambat oleh
dengan terbentuknya busa setelah pengocokan larutan ekstrak dinyatakan dalam persen inhibisi.
terhadap ekstrak yang dilarutkan dalam air panas. Semakin besar konsentrasi larutan uji, semakin
Busa yang dihasilkan terbentuk dari reaksi antara besar pula persen inhibisinya. Hal ini
gugus hidrofobik dengan udara. Senyawa menunjukkan bahwa dengan bertambahknya
golongan saponin memiliki gugus hidrofilik yang konsentrasi larutan uji, maka semakin banyak
dapat berikatan dengan air dan gugus hidrofobik radikal bebas yang dapat dihambat. Gambar 3
yang dapat berikatan dengan udara. Pada nampak bahwa pada konsentrasi 150 ppm, ekstrak
penelitian ini, busa ekstrak biji kopi Wamena biji kopi sangrai asal Wamena dan Moanemani
terlihat lebih banyak dari busa pada ekstrak biji mampu menghambat radikal bebas berturut- turut
kopi Moanemani. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 61,71 dan 69,07 %. Sementara BHA yang
kandungan saponin dalam ekstrak biji kopi digunakan sebagai kontrol positif mampu
Wamena lebih banyak dibanding kopi Moanemani. menghambat radikal bebas sebesar 89,34 % pada
konsentrasi yang sama.
Aktivitas Antioksidan Nilai IC50, dari kedua ekstrak ditentukan
Analisis kualitatif menunjukkan bahwa kedua melalui analisis regresi linear terhadap kurva
ekstrak memiliki aktivitas antioksidan yang hubungan antara konsentrasi dan persen inhibisi.
ditunjukkan dengan memudarnya warna ungu Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai IC50
dari 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan lama ekstrak biji kopi sangrai asal Wamena dan
kelamaan berubah menjadi kuning. Perubahan Moanemani berturut–turut sebesar 107,97 dan
warna berbanding lurus dengan konsentrasi 100,91 ppm.
ekstrak yang digunakan. Semakin besar
konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk
meredam DPPH, perubahan warna semakin jelas KESIMPULAN
terlihat. Perubahan warna tersebut disebabkan
karena senyawa antioksidan yang terkandung Berdasarkan hasil penelitian dapat
dalam ekstrak biji kopi sangrai telah menetralkan disimpulkan bahwa ekstrak biji kopi Arabika asal
radikal bebas dari DPPH dengan cara memberikan Wamena dan Moanemani mengandung senyawa
protonnya kepada DPPH. Ketika radikal bebas alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin.
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil yang berwarna ungu Ekstrak biji kopi Arabika asal Wamena dan
menerima proton dari antioksidan maka senyawa Moanemani memiliki aktivitas antioksidan
tersebut akan menjadi senyawa non radikal 1,1- dengan nilai % inhibisi berturut–turut sebesar
difenil-2-pikrihidrasin yang berwarna kuning. 61,71 dan 69,07 % dengan nilai IC50 sebesar 107,97
Analisis kuantitatif aktivitas antioksidan dan 100, 81 ppm.
menunjukkan bahwa absorbansi yang diperoleh
berbanding terbalik dengan konsentrasi ekstrak.
Semakin besar konsentrasi larutan uji maka nilai UCAPAN TERIMA KASIH
absorbansinya semakin kecil. Hal ini disebabkan
karena semakin besar konsentrasi larutan uji maka Ucapan terima kasih disampaikan kepada
semakin banyak proton yang dapat disumbangan LPPM Universitas Cenderawasih yang telah
kepada 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH) atau mendanai penelitian ini melalui dana BOPTN
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 109
Uncen tahun 2017. Terima kasih juga disampaikan Marlina, D.S., V. Suryanti, dan Suyono., 2005. Skrining
kepada Ketua Jurusan dan Laboratorium Kimia fitikimia dan analisis kromatografi lapis tipis komponen
kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swart) dalam
FMIPA Uncen yang telah mengijinkan peneliti esktark etanol. Biofarmasi. 3(1): 26–31.
untuk melakukan penelitian di Laboratorium Mangiwa, S., A. Futwembun, dan P.M. Awak. 2014. Kadar
Kimia. asam klorogenat (CGA) dalam biji kopi arabika (Coffea
arabica) asal Wamena, Papua. Jurnal Ilmiah Kependidikan
Kimia "Hydrogen". 2(2): 313-317.
Mangiwa, S., dan A.E. Maryuni. 2015. Pengaruh suhu
DAFTAR PUSTAKA penyangraian terhadap kadar kafein dalam biji kopi
arabika (Arabica coffea). Prosiding Seminar Hasil
Belay, A., and A.V. Gholap. 2009. Characterization and Penelitian Pengembangan Ipteks dan Sains, LPPM Uncen.
determination of chlorogenic acid (CGA) in coffee beans Edisi 1, April 2015: 7-11.
by UV-Vis spectroscopy. African Journal of Pure and Mangiwa, S., dan Y.R. Yabansabra. 2016. Kadar trigonelin
Applied Chemistry. 3(11): 234-240. dalam biji kopi arabika (Coffea arabica) asal Wamena,
Bicho, N.C., A.E. Leitao, J.C. Rumalho, and F.C. Lidon. 2011. Kabupaten Jayawijaya, Papua. Jurnal SAINS dan
Identification of chemical clusters discriminator of roast Pengajaranya. 16(1): 29-34.
degree in arabica and robusta coffee beans. Journal Europa Minamisawa, M, S. Yoshida, and N. Takai. 2004.
Food Res Technology. Determination of biollogically active substances in
Cämmer, B., and L.W. Kroh. 2006. Antioxidant activity of roasted cofees using a diode-array HPLC system.
coffee brews. Eur Food Res Technol. 223: 469-474. Analytical Science. 20: 325-328.
Ewa, N., G. Budryn, and J. Kula. 2007. The effect of roasting Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical
method on headspace composition of Robusta coffee diphenylpicrylhydrazil (DPPH) for estimating
bean aroma. Eur Food Res Techol. 225: 9-19. antioxidant activity. Songklanarin J. Sci. Technol. 26(2):
Farah, A., T. Paulis, L. Trugo, and P.R. Martin. 2005. Effect 211-219.
roasting on the formation chlrogenic acid lactone in Naidu, M.M., G. Sulochanamma, S.R. Sampathu, and P.
coffea. Journal Agricultural and Food Chemistry. 53: 1505- Srinivas. 2008. Studies on extraction and antioxidant
1513. potential of green coffee. Food Chemistry. 107: 337-384.
Harborne, J.B. 1996. Metode fitokimia: Penuntun cara modern Svehla, D. 1990. Vogel: Buku teks analisis anorganik kualitatif
menganalisis tumbuhan. Cetakan kedua. Penterjemah: K. makro dan semimikro. Edisi Ke Lima. Penterjemah:
Padmawinata & I. Soediro. Penerbit ITB Press. Bandung. Setiono dan S. Pujiadmaka, P. Hadyana. Penerbit Kalman
Hečimović, I., A.B. Cvitanović, D. Horžić, and D. Komes. 2011. Media Nusantara. Jakarta.
Comparative study of poliphenols and caffeine in Tamilmani, P., and M.C. Pandey. 2015. Optimization and
different coffee varieties affected by degree of roasting. elaviation of phenolic coumpound and their antioxidant
Food Chemistry. 129: 991–1000. activity from coffee beans. International Journal of
Advanced Research. 3(4): 296–306.