Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN 2086-3314

Vol 11, No 2, Halaman: 103–109 E-ISSN 2503-0450


Oktober 2019 DOI: 10.31957/jbp.925
http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JBP

Skrining Fitokimia dan Uji Antioksidan Ekstrak Biji Kopi Sangrai


Jenis Arabika (Coffea arabica) Asal Wamena dan Moanemani,
Papua
SEPTIANI MANGIWA*, AGNES E. MARYUNI
Program Studi Kimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura

Diterima: 25 Juli 2019 – Disetujui: 23 Oktober 2019


© 2019 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih

ABSTRACT

Coffee bean are rich of secondary metabolits that able to inhibit free radical compounds. This antioxidant activity
may reduce many diseases correlated with it. The aims of this study were to determined the phytochemical content
and antioxidant activity of roasted coffee bean from Wamena and Moenemani regency, Papua. Roasted coffee bean
were extracted by maceration for 24 hr with methanol. DPPH assay was used to determine the antioxidant activity,
while the Harborne standard method was used for the phytochemical analysis. Result showed that Arabica roasted
coffee bean from Moanemani gave the higher antioxidant activity at 61,71%, but lower IC50 at 100,91 ppm.
Phytochemical investigation revealed that the bioactive compound from Moanemani and Wamena coffee bean
were similar, which composed of alkaloids, flavonoids, terpenoids, saponins, and tanins.
Key words: Arabica roasted coffee beans, phytochemical, antioxidant, DPPH method.

PENDAHULUAN fenolik seperti kafein, asam klorogenat, kumarin,


ferulik dan asam sinapik (Hečimović et al., 2011;
Industri minuman kopi di dunia terus Tamilmani, et al., 2015). Kualitas biji kopi dan
tumbuh dan berkembang dengan berbagai variasi aktivitas antioksidan ditentukan oleh komposisi
pengolahan, penyajian dan rasa. Kopi tidak saja polifenol dalam biji kopi (Belay et al., 2009;
memiliki aroma dan rasa yang khas, tetapi juga Hečimović et al., 2011; Tamilmani et al., 2015).
berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Khasiat tersebut Komposisi polifenol dipengaruhi oleh jenis, cara
berasal dari senyawa-senyawa bioaktif yang pengolahan biji kopi dan letak geografis. Salah
terkandung di dalamnya. Senyawa–senyawa satu senyawa polifenol yang ditemukan dalam
tersebut, antara lain: kafein, asam klorogenat, kopi dalam jumlah cukup banyak dan diyakini
trigonelin, asam nikotin, asam kuinolik, tanin, sebagai penyumbang aktivitas antioksidan
asam pirogalik dan lain sebagainya (Minamisawa terbesar adalah asam klorogenat.
et al., 2004). Dua jenis kopi yang umumnya digunakan
Kopi mengandung senyawa polifenol dalam industri minuman, yaitu kopi Arabika dan
antioksidan yang tinggi yang berasal dari asam kopi Robusta. Di Papua ditemukan beberapa jenis
kopi Arabika dan Robusta antara lain: kopi
Arabika asal Wamena kabupaten Jayawijaya (kopi
* Alamat korespondensi: Wamena), kopi Arabika asal Moanemani
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Cenderawasih, kabupaten Dogiyai (Kopi Moanemani), kopi
Jayapura, Kampus Baru Uncen-Waena, Jl. Kamp. Wolker, Arabika asal Obayo kabupaten Dogiyai, kopi
Jayapura Papua 99358, +6281344210486. Arabika asal Nemangkawi, Timika kabupaten
septhy.mangiwa@yahoo.com
Mimika (Amugme Gold), kopi Arabika asal
104 JU R N A L BI O L O G I PA P U A 11(2): 103–109

Oksibil kabupaten Pegunungan Bintang, kopi berada di masing-masing daerah. Penelitian ini
Arabika asal Tiom kabupaten Lanny Jaya dan kopi dilakukan di labotarorium Kimia Jurusan Kimia
Robusta asal Ambaidiru kabupaten Kepulauan FMIPA Universitas Cenderawasih.
Yapen. Keberadaan kopi-kopi tersebut diketahui
melalui Festival Kopi yang di-selenggarakan di Alat dan Bahan
Jayapura pada tahun 2018 lalu. Alat yang diperlukan dalam penelitian ini
Pada umumnya kopi disajikan dalam bentuk adalah peralatan gelas laboratorium, blender,
biji kopi sangrai. Proses sangrai mempengaruhi neraca analitik, oven, spektrofotometer UV-Vis.
kualitas kopi, termasuk cita rasa, aroma, dan Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini
komposisi senyawa bioaktif yang juga berdampak antara lain : metanol, kloroform, H2SO4 pekat, HCl
pada aktivitas antioksidannya (Farah et al., 2005; pekat, CH3COOH anhidrat, Lautan FeCl3 1 %, 1,1-
Ewa et al., 2007; Bicho et al., 2011). Proses sangrai difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), pereaksi Wegner,
umumnya dilakukan pada suhu 200–240 oC dan pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff dan
menghasilkan biji kopi yang berwarna cokelat akuades.
disertai pelepasan aroma yang khas. Selama
proses sangrai terjadi perubahan komposisi Preparasi Sampel dan Ekstraksi
senyawa bioaktif, termasuk senyawa polifenol Biji kopi sangrai dihaluskan dengan
yang berperan sebagai antioksida akibat menggunakan blender untuk mendapatkan
terdegradasinya asam klorogenat, kafein, ukuran yang seragam. Serbuk biji kopi yang
trigonelin dan senyawa bioaktif lainnya diperoleh disimpan dalam wadah bersih dan
(Hečimović et al., 2011). Semakin tinggi suhu ditutup rapat.
proses sangrai, aktivitas antioksidannya semakin Sebanyak 200 gram serbuk kopi direndam
berkurang (Cammerer et al., 2006). dengan 600 mL metanol selama 24 jam dan diaduk
Aktivitas antioksidan biji kopi hijau jenis sesekali menggunakan magnetic stirrer. Kemudian
Arabika dan Robusta dalam fraksi Isopropanol: air ekstrak dipisahkan dari ampas dengan cara
(60 : 40) terhadap BHA berturut-turut adalah 92 % penyaringan. Ekstrak cair yang diperoleh
dan 88 % (Naidu et al., 2008). Aktivitas antioksidan selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaporator
dapat ditentukan melalui peredaman terhadap pada suhu 40 oC. Ektrak pekat yang diperoleh
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) disimpan dalam wadah bersih dan ditutup rapat
(Molynux, 2004) dan ditentukan secara untuk kemudian digunakan dalam analisis
spektrofotometri UV-Vis. Tujuan penelitian ini selanjutnya.
adalah untuk mengetahui kandungan senyawa
dan uji antioksidan biji kopi sangrai yang berasal Skrining Fitokimia
dari Wamena dan Moanemani. Informasi ini Skrining fitokimia dilakukan terhadap
sangat penting karena berkaitan dengan kualitas alkaloid, flavonoid, terpenoid ,saponin, polifenol
kopi dari suatu wilayah. dan tanin menggunakan metode Harborne dengan
beberapa modifikasi.
Alkaloid
METODE PENELITIAN Sebanyak 0,5 g ekstrak ditambahkan 1 mL
larutan HCl 2 M dan 19 mL akuades, kemudian
Sampel dan Lokasi Penelitian dipanaskan selama 5 menit, campuran
Sampel biji kopi yang digunakan dalam didinginkan dan kemudian disaring. Filtrat yang
penelitian ini adalah biji kopi Arabika asal diperoleh dianalisis dengan pereaksi Wegner,
Wamena kabupaten Jayawijaya (Kopi Wamena) Meyer dan Dragendroff. Adanya alkaloid
dan biji kopi Arabika asal Moanemani kabupaten ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
Dogiyai (Kopi Moanemani). Masing-masing kopi cokelat dengan pereaksi Wegner, endapan kuning
tersebut diperoleh dari pasar tradisional yang
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 105

dengan pereaksi Meyer dan endapan merah jingga Analisis Data


dengan pereaksi Dragendroff. Fitokimia masing-masing ekstrak dianalisis
Flavonoid berdasarkan hasil reaksi antara larutan uji dan
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dengan 10 reagen tertentu. Hasil reaksi dapat berupa adanya
mL metanol panas, kemudian ditambahkan 0,1 g perubahan warna, terbentuknya endapan maupun
serbuk Mg dan 5 tetes HCl pekat. Adanya terbentuknya terbetuknya busa. Sementara itu,
Flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya aktivitas antioksidan secara kualitatif dianalisis
warna jingga, merah muda atau merah tua yang dengan metode DPPH dan aktivitas secara
tidak hilang dalam waktu 3 menit. kuantitatif ditentukan melalui analisis regresi
Terpenoid linear terhadap hasil pengukuran absorbansi.
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 5
mL kloroform dan 5 mL asetat anhidrat, kemudian
ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 pekat melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
dinding tabung reaksi. Adanya terpenoid
ditunjukkan dengan terjadinya warna merah, Biji kopi Arabika asal Wamena Kabupaten
jingga atau ungu. Jayawijaya (Kopi Wamena) dan kopi Arabika asal
Saponin Moanemani kabupaten Dogiyai (Kopi Moanemani)
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 20 yang digunakan dalam penelitian ini berupa biji
mL air panas, kemudian didinginkan dan kopi sangrai. Kedua jenis biji kopi sangrai tersebut
disaring. Filtrat yang diperoleh dikocok kuat–kuat berwarna kecokelatan dan beraroma khas. Tahap
selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan awal dalam penelitian ini dimulai dengan
dengan terbentuknya buih yang stabil. menghaluskan biji kopi untuk mendapatkan
Tanin ukuran serbuk yang seragam sehingga
Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 20 memudahkan proses ekstraksi. Semakin kecil
mL air panas, kemudian didinginkan dan disaring. ukuran partikel suatu bahan, maka luas
Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan 2 -3 permukaannya semakin besar sehingga
tetes larutan FeCl3 1 %. Adanya tanin ditunjukkan memudahkan pelarut untuk mengekstrak
dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, komponen yang diinginkan. Diharapkan proses
biru atau hitam yang kuat. ekstraksi dapat terjadi secara maksimal.
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
Uji Aktivitas Antioksidan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Proses
Sebanyak 6,25 mg ekstrak dilarutkan ke maserasi dilakukan pada suhu ruang sehingga
dalam 250 metanol untuk mendapatkan larutan uji dapat mengurangi resiko terhadap kerusakan
dengan konsentrasi 250 ppm. Masing-masing senyawa metabolit sekunder dalam biji kopi
larutan uji tersebut diencerkan dengan metanol sangrai. Pemilihan metanol sebagai pelarut karena
untuk mendapatkan larutan uji dengan metanol merupakan pelarut yang dapat
konsentrasi 25, 50, 75, 100, 125, dan 150 ppm. mengekstrak senyawa-senyawa metabolit
Larutan uji berbagai konsentrasi direaksikan sekunder dengan baik.
dengan larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) Berlangsungnya proses ekstraksi senyawa
0,1 mM dengan perbandingan 1 : 3, kemudian metabolit sekunder dalam biji kopi sangrai
homogenkan dan diinkubasi selama 30 menit. metanol ditunjukkan adanya perubahan warna
Absorbansi campuran larutan tersebut diukur pelarut menjadi cokelat kehitaman. Perubahan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada warna tersebut disebabkan karena adanya
gelombang 517 nm. Pengukuran absorbansi distribusi senyawa kimia dalam biji kopi sangrai
blanko dilakukan terhadap metanol dan ke dalam metanol (pelarut). Semakin banyak
pengukuran kontrol positif dilakukan terhadap senyawa kimia yang terdistribusi ke dalam
BHA. metanol maka proses ekstraksi semakin maksimal
106 JU R N A L BI O L O G I PA P U A 11(2): 103–109

Tabel 1. Skrining fitokimia ekstrak biji kopi sangrai jenis Arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan
Moanemani, Papua.
Ekstrak biji kopi sangrai asal Ekstrak biji kopi sangrai asal
No Golongan Senyawa
Wamena Moanemani
1 Alkaloid + +
2 Flavonoid + +
3 Terpenoid + +
4 Saponin + +
5 Tanin + +
Ket.: + : terdeteksi - : tidak terdeteksi

Tabel 2. Persen inhibisi ekstrak biji kopi sangrai jenis arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan
Moanemani, Papua.
Konsentrasi Inhibisi ekstrak kopi (%)
No
larutan uji (ppm) Asal Wamena Asal Moanemani Kontrol positif (BHA)
1. 25 25,60 14,66 78,68
2. 50 29,52 26,58 85,90
3. 75 45,30 41,94 87,66
4. 100 48,74 50,28 88,08
5. 125 53,30 61,92 88,57
6. 150 61,71 69,07 89,39

Tabel 3. Nilai IC50 ekstrak biji kopi sangrai jenis Arabika (Coffea arabica) asal Wamena dan Moanemani,
Papua.
No Larutan uji Persamaan garis Nilai IC50 (ppm)
1. y = 0,2918 x + 18,495
Ekstrak biji kopi sangrai asal Wamena 107,97
R2 = 0,9577
2. Ekstrak biji kopi sangrai asal y = 0,4417 x + 5,4278
100,91
Moanemani R2 = 0,9886

sehingga ekstrak yang diperoleh pun semakin senyawa golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid,
banyak. Ekstrak cair dipisahkan dari ampasnya saponin, dan tanin. Pada uji alkaloid, larutan
dengan penyaringan dan dipekatkan dengan ekstrak ditambahkan larutan asam terlebih dahulu.
rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hal ini dikarena alkaloid bersifat basa sehingga
Ekstrak pekat yang diperoleh berwarna cokelat harus diekstrak dalam pelarut asam (Harborne,
kehitaman dengan tekstur yang lebih kental 1996). Hasil uji positif alkaloid dalam ekstrak biji
dengan rendemen sebesar 8,67 % untuk biji kopi kopi sangrai tersebut ditandai dengan
sangrai asal Wamena dan 7,17 % untuk biji kopi terbentuknya endapan cokelat kemerahan dengan
sangrai asal Moanemani. pereaksi Wagner, endapan putih dengan pereaksi
Mayer dan endapan jingga dengan pereaksi
Skrining Fitokimia Dragendroff. Endapan yang dihasilkan
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa merupakan kompleks kalium-alkaloid yang
kedua ekstrak biji kopi tersebut mengandung terbentuk dari reaksi antara ion logam kalium dari
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 107

atom nitrogen yang mempunyai pasangan


elektron bebas yang dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi
dengan ion logam (Marliana et al., 2005).
Warna cokelat kemerahan yang
terbentuk dengan pereaksi Wagner
merupakan warna dari I3 yang dihasilkan
-

dari reaksi I2 dengan I- dari KI dalam


pembuatan pereaksi Wagner. Sementara itu,
Gambar 1. Struktur 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil dan
warna putih yang terbentuk dengan
struktur 1,1-difenil-2-pikrilhidrasin (Molynux, 2004).
pereaksi Meyer merupakan warna dari
kompleks kalium tetraiodomerkurat (II)
yang dihasilkan dari reaksi antara larutan
HgCl2 dengan larutan KI yang digunakan
dalam pembuatan pereaksi Meyer. Dimana
dalam pembuatan pereaksi Meyer, larutan
HgCl2 direaksikan dengan larutan KI dan
menghasilkan larutan HgI2. Ketika larutan
KI ditambahkan secara berlebih maka akan
terbentuk kompleks kalium tetraiodo-
merkurat (II) yang berwarna putih.
Pembentukan kompleks disebabkan oleh
melarutnya endapan dalam reagen yang
berlebihan (Svehla, 1990). Sedangkan warga
jingga yang terbentuk dengan pereaksi
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi larutan uji terhadap Dragendroff merupakan warna dari ion
absorbansi pada 517 nm. tetraiodobismutat yang terbentuk dari
reaksi antara Bi(NO3)3 dan KI yang
digunakan dalam pembuatan reagen
Dragendroff.
Hasil uji positif flavonoid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna jingga ketika
ekstrak direaksikan dengan logam Mg dan
HCl. Pada pengujian ini, terbentuk
gelembung-gelembung yang merupakan
gas H2 yang dihasilkan dari reaksi logam
Mg dengan HCl. Logam Mg dan HCl
mereduksi intibenzo.
Adanya terpenoid dan steroid
ditunjukkan dengan perubahan warna
menjadi hijau pekat dengan penambahan
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi larutan uji terhadap
asetat anhidrat serta tebentuknya cincin
persen inhibisi radikal bebas DPPH.
berwarna cokelat pada batas larutan saat
ditambahkan H2SO4 pekat. Perubahan
warna disebabkan karena terjadinya
masing–masing pereaksi dengan alkaloid yang oksidasi pada senyawa terpenoid dan steroid
terdapat dalam ekstrak. Alkaloid mengandung melalui pembantukan ikatan rangkap terkonjugasi.
108 JU R N A L BI O L O G I PA P U A 11(2): 103–109

Adanya tanin dalam ekstrak ditandai dengan dengan kata lain semakin banyak radikal bebas
terbentuknya warna hijau kehitaman dengan dari DPPH yang dapat dinertralkan. Penetralan
pereaksi FeCl3 1 %. Warna hijau kehitaman yang yang dilakukan terhadap radikal bebas
dihasilkan merupakan senyawa kompleks Fe- menyebabkan ikatan rangkap diazo pada DPPH
tanin yang terbentuk dari reaksi antara tanin dari akan berkurang sehingga terjadi penurunan nilai
ekstrak dengan ion Fe3+ dari pereksi FeCl3. absorbansi (Molyneux, 2004).
Adanya saponin dalam ekstrak ditandai Jumlah radikal bebas yang dihambat oleh
dengan terbentuknya busa setelah pengocokan larutan ekstrak dinyatakan dalam persen inhibisi.
terhadap ekstrak yang dilarutkan dalam air panas. Semakin besar konsentrasi larutan uji, semakin
Busa yang dihasilkan terbentuk dari reaksi antara besar pula persen inhibisinya. Hal ini
gugus hidrofobik dengan udara. Senyawa menunjukkan bahwa dengan bertambahknya
golongan saponin memiliki gugus hidrofilik yang konsentrasi larutan uji, maka semakin banyak
dapat berikatan dengan air dan gugus hidrofobik radikal bebas yang dapat dihambat. Gambar 3
yang dapat berikatan dengan udara. Pada nampak bahwa pada konsentrasi 150 ppm, ekstrak
penelitian ini, busa ekstrak biji kopi Wamena biji kopi sangrai asal Wamena dan Moanemani
terlihat lebih banyak dari busa pada ekstrak biji mampu menghambat radikal bebas berturut- turut
kopi Moanemani. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 61,71 dan 69,07 %. Sementara BHA yang
kandungan saponin dalam ekstrak biji kopi digunakan sebagai kontrol positif mampu
Wamena lebih banyak dibanding kopi Moanemani. menghambat radikal bebas sebesar 89,34 % pada
konsentrasi yang sama.
Aktivitas Antioksidan Nilai IC50, dari kedua ekstrak ditentukan
Analisis kualitatif menunjukkan bahwa kedua melalui analisis regresi linear terhadap kurva
ekstrak memiliki aktivitas antioksidan yang hubungan antara konsentrasi dan persen inhibisi.
ditunjukkan dengan memudarnya warna ungu Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai IC50
dari 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan lama ekstrak biji kopi sangrai asal Wamena dan
kelamaan berubah menjadi kuning. Perubahan Moanemani berturut–turut sebesar 107,97 dan
warna berbanding lurus dengan konsentrasi 100,91 ppm.
ekstrak yang digunakan. Semakin besar
konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk
meredam DPPH, perubahan warna semakin jelas KESIMPULAN
terlihat. Perubahan warna tersebut disebabkan
karena senyawa antioksidan yang terkandung Berdasarkan hasil penelitian dapat
dalam ekstrak biji kopi sangrai telah menetralkan disimpulkan bahwa ekstrak biji kopi Arabika asal
radikal bebas dari DPPH dengan cara memberikan Wamena dan Moanemani mengandung senyawa
protonnya kepada DPPH. Ketika radikal bebas alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin.
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil yang berwarna ungu Ekstrak biji kopi Arabika asal Wamena dan
menerima proton dari antioksidan maka senyawa Moanemani memiliki aktivitas antioksidan
tersebut akan menjadi senyawa non radikal 1,1- dengan nilai % inhibisi berturut–turut sebesar
difenil-2-pikrihidrasin yang berwarna kuning. 61,71 dan 69,07 % dengan nilai IC50 sebesar 107,97
Analisis kuantitatif aktivitas antioksidan dan 100, 81 ppm.
menunjukkan bahwa absorbansi yang diperoleh
berbanding terbalik dengan konsentrasi ekstrak.
Semakin besar konsentrasi larutan uji maka nilai UCAPAN TERIMA KASIH
absorbansinya semakin kecil. Hal ini disebabkan
karena semakin besar konsentrasi larutan uji maka Ucapan terima kasih disampaikan kepada
semakin banyak proton yang dapat disumbangan LPPM Universitas Cenderawasih yang telah
kepada 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH) atau mendanai penelitian ini melalui dana BOPTN
MANGIWA & MARYUNI, Skrinig Fitokimia dan Uji Antioksidan Kopi 109

Uncen tahun 2017. Terima kasih juga disampaikan Marlina, D.S., V. Suryanti, dan Suyono., 2005. Skrining
kepada Ketua Jurusan dan Laboratorium Kimia fitikimia dan analisis kromatografi lapis tipis komponen
kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swart) dalam
FMIPA Uncen yang telah mengijinkan peneliti esktark etanol. Biofarmasi. 3(1): 26–31.
untuk melakukan penelitian di Laboratorium Mangiwa, S., A. Futwembun, dan P.M. Awak. 2014. Kadar
Kimia. asam klorogenat (CGA) dalam biji kopi arabika (Coffea
arabica) asal Wamena, Papua. Jurnal Ilmiah Kependidikan
Kimia "Hydrogen". 2(2): 313-317.
Mangiwa, S., dan A.E. Maryuni. 2015. Pengaruh suhu
DAFTAR PUSTAKA penyangraian terhadap kadar kafein dalam biji kopi
arabika (Arabica coffea). Prosiding Seminar Hasil
Belay, A., and A.V. Gholap. 2009. Characterization and Penelitian Pengembangan Ipteks dan Sains, LPPM Uncen.
determination of chlorogenic acid (CGA) in coffee beans Edisi 1, April 2015: 7-11.
by UV-Vis spectroscopy. African Journal of Pure and Mangiwa, S., dan Y.R. Yabansabra. 2016. Kadar trigonelin
Applied Chemistry. 3(11): 234-240. dalam biji kopi arabika (Coffea arabica) asal Wamena,
Bicho, N.C., A.E. Leitao, J.C. Rumalho, and F.C. Lidon. 2011. Kabupaten Jayawijaya, Papua. Jurnal SAINS dan
Identification of chemical clusters discriminator of roast Pengajaranya. 16(1): 29-34.
degree in arabica and robusta coffee beans. Journal Europa Minamisawa, M, S. Yoshida, and N. Takai. 2004.
Food Res Technology. Determination of biollogically active substances in
Cämmer, B., and L.W. Kroh. 2006. Antioxidant activity of roasted cofees using a diode-array HPLC system.
coffee brews. Eur Food Res Technol. 223: 469-474. Analytical Science. 20: 325-328.
Ewa, N., G. Budryn, and J. Kula. 2007. The effect of roasting Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical
method on headspace composition of Robusta coffee diphenylpicrylhydrazil (DPPH) for estimating
bean aroma. Eur Food Res Techol. 225: 9-19. antioxidant activity. Songklanarin J. Sci. Technol. 26(2):
Farah, A., T. Paulis, L. Trugo, and P.R. Martin. 2005. Effect 211-219.
roasting on the formation chlrogenic acid lactone in Naidu, M.M., G. Sulochanamma, S.R. Sampathu, and P.
coffea. Journal Agricultural and Food Chemistry. 53: 1505- Srinivas. 2008. Studies on extraction and antioxidant
1513. potential of green coffee. Food Chemistry. 107: 337-384.
Harborne, J.B. 1996. Metode fitokimia: Penuntun cara modern Svehla, D. 1990. Vogel: Buku teks analisis anorganik kualitatif
menganalisis tumbuhan. Cetakan kedua. Penterjemah: K. makro dan semimikro. Edisi Ke Lima. Penterjemah:
Padmawinata & I. Soediro. Penerbit ITB Press. Bandung. Setiono dan S. Pujiadmaka, P. Hadyana. Penerbit Kalman
Hečimović, I., A.B. Cvitanović, D. Horžić, and D. Komes. 2011. Media Nusantara. Jakarta.
Comparative study of poliphenols and caffeine in Tamilmani, P., and M.C. Pandey. 2015. Optimization and
different coffee varieties affected by degree of roasting. elaviation of phenolic coumpound and their antioxidant
Food Chemistry. 129: 991–1000. activity from coffee beans. International Journal of
Advanced Research. 3(4): 296–306.

Anda mungkin juga menyukai