257 489 1 SM PDF
257 489 1 SM PDF
Abstract
Application of membrane technology for separation processes has been an efficient optional to
produce a high quality of separation product. This process has been widely using in many field
of industry. Therefore, knowledge of this membrane preparation is important for controlling
the pore size of resulted membrane. This paper explained the basic concept of membrane
preparation via non-solvent induced phase separation (NIPS) process by immersion
precipitation. The effect of concentration of polyethersufone on the formation of cloud point of
dope solution in N-methylpirrolidone was investigated. Two kinds of non-solvent as water and
ethanol were used in order to study phase separation mechanism of polymer solution. Base on
the amount of non-solvent of water and ethanol needed for cloud point formation, the ternary
phase diagram can be performed. The experimental result indicated constant concentration of
polyethersulfone, amount of ethanol needed was higher than water to obtain cloud point
formation of polymer solution.
68
Nasrul Arahman / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2
sifat bahan dasar dan kondisi proses itu mobilitas molekul polimer akan tercapai
pembuatannya. Umumnya membran dibuat hanya untuk jarak yang sangat kecil (Wang,
dengan mengontrol pemisahan phasa dari dkk., 2008; Wienk, dkk., 1996).
larutan polimer dalam dua phasa: satu
polimer dengan konsentrasi tinggi, dan satu
lagi polimer dengan konsentrasi rendah. Non‐pelarut Pelarut
Phasa dengan konsentrasi tinggi membentuk
padatan dalam waktu sangat singkat dan
membentuk membran. Performansi dari
membran ini sangat tergantung dari Polimer + pelarut
morfologi membran yang terbentuk saat
Media support
pemisahan phasa dan proses pemadatan
(Van de Witte, dkk., 1996). Bak berisi non‐pelarut
Proses pembuatan membran dengan cara Gambar 1. Proses pembentukan membran
pemisahan phasa dapat dibedakan dalam dengan metode NIPS
dua katagori, yaitu dengan proses non-
solvent induced separation (NIPS), dan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
thermally induced phase separation (TIPS). mekanisme pemisahan phasa dari polimer
Proses secara NIPS itu sendiri dapat PES dalam proses pembentukan membran
dibedakan dalam tiga teknik lebih spesifik, dengan menggunakan larutan pelarut NMP.
yaitu metode air-casting of polymer Pemisahan phasa dari larutan polimer dapat
solution, precipitation from the vapor phase diketahui dengan memantau terbentuknya
dan immersion precipitation. Dari ketiga titik beku dari larutan polimer. Titik beku
macam teknik tersebut, immersion larutan polimer adalah suatu kondisi dimana
precipitation adalah metode yang paling bila sejumlah larutan non-solvent
effisien. Penelitian ini memfokuskan proses ditambahkan kedalam larutan polimer, maka
pembuatan membran secara NIPS dengan akan terjadi perubahan sifat dari larutan
metode immersion precipitation. Konsep tersebut. Biasanya berupa perubahan warna
dasar pembentukan membran dengan larutan dari transparan menjadi putih
metode immersion precipitation adalah suatu berkabut. Di samping itu juga terjadi
polimer dilarutkan dalam pelarut tertentu perubahan tingkat kekentalan dari larutan.
pada kondisi suhu kamar, setelah larutan Efek dari beberapa larutan non-solvent yaitu
bercampur homogen lalu dicetak pada media air dan etanol akan dikaji. Selanjutnya
support atau dialirkan melalui media berdasarkan data komposisi optimal dari
bentukan tertentu (spinneret) dan ketiga komponen larutan polimer (polimer +
selanjutnya dimasukkan ke dalam media pelarut + non-solvent) akan dibuat diagram
yang berisi larutan non-solvent. Proses tiga phasa. Informasi data-data awal ini
pemisahan phasa dan pembentukan dibutuhkan untuk menentukan komposisi
membran dapat terjadi dapat terjadi karena larutan polimer untuk membuat membran
induksi non-solvent kedalam larutan polimer. dalam skala besar.
Larutan non-solvent bisa berupa air atau
etanol. 2. Metodologi
69
Nasrul Arahman / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2
Larutan sampel polimer dibuat dalam dua proses pembentukan pori dan struktur
seri yaitu pertama untuk pengujian membran. Yang perlu diketahui adalah
menggunakan non-solvent air dan yang jumlah komposisi maksimal air yang
kedua untuk pengujian menggunakan non- dibutuhkan untuk bisa terjadinya pemisahan
solvent etanol. Selanjutnya campuran phasa, sehingga dapat diketahui pada saat
polimer diaduk menggunakan magnetic jumlah air berapa banyak larutan polimer
stirrer selama kurang lebih 3 jam sampai bisa membentuk padatan. Pada penelitian
didapatkan larutan yang benar-benar ini, jumlah air maksimal yang dibutuhkan
homogen berwarna transparan. Tahap sistem agar tejadinya proses pemadatan
selanjtunya mengukur penetrasi cahaya larutan polimer dapat diketahui dari
terhadap larutan polimer tadi menggunakan perubahan kondisi larutan dari bening
UV-Visible spektrofotometer (UV-Vis-Sp) transparan berubah menjadi putih berkabut.
yang diatur pada panjang gelombang 500 Kondisi ini menunjukkan pada batas jumlah
nm dan mencatat persen transmisinya. air melebihi maksimal tadi tidak bisa lagi
terlarut oleh sistem polimer dengan
Tabel 1. Komposisi larutan polimer komposisi tersebut.
Polietersulfon N-methylpirrolidon
(% berat) (% berat) 100
5 95
7 93 PES 5wt%
10 90
15 85 Transmittance (%) 80 PES 7wt%
PES 10wt%
PES 15wt%
Setelah mengukur persen transmisi cahaya,
60
ke dalam sampel larutan polimer tadi
masing-masing ditambahkan air untuk seri
pertama dan etanol untuk seri kedua. Air
atau etanol yang ditambahkan dalam jumlah
40
sangat kecil kira-kira 2-3 tetes dengan
mencatat beratnya. Saat penambahan air
atau etanol ini, larutan polimer pada bagian 20
yang tersentuh air atau etanol tadi akan
membentuk padatan berwarna tergantung
0 1 2 3 4
warna dasar polimer. Selanjutnya sampel Jumlah air yang ditambahkan (gr)
diaduk lagi menggunakan magnetic stirrer
sampai kembali menjadi homogen dan Gambar 2. Kurva penetrasi cahaya UV-Vis
spektrofotometer 500 nm untuk
transparan, dilanjutkan dengan mengukur
larutan polimer dengan penambah-
kembali transmisi cahaya. Pekerjaan an larutan non-solvent air
penambahan air atau etanol, pengadukan
dan pengukuran transmisi cahaya ini
dilakukan terus menerus berulang-ulang
sampai didapatkan larutan polimer yang 100
tidak bisa lagi larut sempurna. Artinya
larutan tersebut tidak bisa lagi homogen dan PES 5wt%
warna tidak transparan. Jika kondisi seperti 80
Transmittance (%)
PES 7wt%
ini sudah dicapai, berarti titik beku larutan PES 10wt%
polimer sudah diperoleh dan perlakuan bisa 60 PES 15wt%
dihentikan. Jumlah air atau etanol yang
ditambahkan dicatat setiap saat dan dihitung
jumlah totalnya. 40
70
Nasrul Arahman / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2
71
Nasrul Arahman / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2
Parameter solubilitas PES mendekati sama air/etanol. Ketiga axis menunjukkan fraksi
dengan parameter solubilitas etanol. Ini berat dari tiga komponen PES, NMP,
menyebabkan kompatibilitas yang lebih baik air/etanol. Titik-titik bulatan pada kurva
antara kedua komponen tersebut. Dua menunjukkan sistem larutan tiga phasa
komponen yang mempunyai kompatibilitas berada pada komposisinya masing-masing.
yang baik, menyebabkan proses pemisahan Untuk sistem PES/NMP/air, posisi titik beku
phasa antar dua cairan (liquid-liquid phase larutan berada medekati aksis polimer (PES)
separation) sulit terjadi(Fu, X., dkk., 2005). dan aksis pelarut (NMP). Ini menunjukkan
Demikian sebaliknya, PES mempunyai hanya dengan penambahan sedikit non-
parameter soluibilitas yang berbeda jauh solvent air kedalam larutan polimer, titik
dengan air, sehingga kedua komponen ini beku larutan dapat dengan cepat terbentuk.
tidak mempunyai kompatibilitas yang baik. Sebagai contoh, dengan komposisi persen
Dengan demikian proses pemisahan phasa berat PES 15%, jumlah air yang diperlukan
cairan-cairan (L-L phase separation) PES dan untuk dapat terjadi pemisahan phasa adalah
air dengan cepat dapat terjadi. Oleh karena 10%
itu jumlah air yang dibutuhkan lebih sedikit
dari pada etanol pada konsentrasi Untuk sistem larutan PES/NMP/etanol, posisi
polietersulfon yang sama untuk dapat titik beku larutan juga berada pada aksis
terbentuknya titik beku larutan polimer PES PES/NMP. Namun sedikit bergeser ke arah
dalam NMP. aksis non-solvent etanol. Hal ini disebabkan
jumlah non-solvent yang diperlukan untuk
Table 2. Parameter solubilitas komponen larutan terjadi pemisahan phasa lebih banyak
polimer. dibandingkan dengan sistem PES/NMP/air.
Sebagai contoh, dengan komposisi persen
Komponen Parameter solubilitas berat PES 15%, jumlah etanol yang
(MPa)1/2 diperlukan untuk terjadinya pemisahan
PES 21,9 phasa adalah 20% (berat). Seperti yang
Air 48,0 telah dikemukakan sebelumnya, hal ini
Etanol 26,1 disebabkan karena daya kelarutan etanol
dengan PES yang baik dibandingkan dengan
3.3. Diagram tiga phasa air. Sehingga tahapan pemisahan phasa
tidak mudah terjadi.
Pada proses pembuatan membran dengan
metode immersi presipitasi, semua 4. Kesimpulan
kemungkinan kombinasi dari tiga komponen
dalam larutan dapat diplot dalam bentuk Penelitian dasar proses pembentukan
diagram tiga phasa. Diaram phasa untuk membran dengan metode non-solvent
sistem yang sederhana adalah dibentuk dari induced phase separation telah dilakukan
tiga komponen berupa polimer, pelarut, dan dengan melarutkan polimer PES dalam
non-solvent. Hasil penelitian penentuan pelarut NMP. Pengaruh penambahan non-
diagram phasa sistem PES, NMP, air/etanol solvent air dan etanol dipelajari terhadap
diperlihatkan pada Gambar 5. pembentukan cloud point larutan. Diagram
tiga phasa sistem PES/NMP/air dan
PES/NMP/etanol telah ditentukan pada
berbagai tingkat konsentrasi polimer. Cloud
point larutan dapat dengan mudah terjadi
dengan penambahan non-solvent air. Non-
solvent etanol dibutuhkan lebih banyak oleh
sistem dari pada non-solvent air untuk dapat
terbentuknya cloud point larutan pada
konsentrasi polimer yang konstan.
Daftar Pustaka
72
Nasrul Arahman / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 2
(1999) Membrane formation Wang, X.L., Qian, H.J., Chen, L.J., Lu, Z.Y.,
mechanism based on precipitation Li, Z.S. (2008) Dissipative particle
kinetics and membrane morphology: dynamics simulation on the polymer
Flat and hollow fiber polysulfone membrane formation by immersion
membranes, Journal of Membrane precipitation, Journal of Membrane
Science, 155, 171-183. Science, 311, 251–258.
Madaeni, S. (1999) The application of Wang, Z-G., Xu, Z-K., Wan, L-S. (2006)
membrane technology for water Modulation the morphologies and
desinfection, Water Research, 33, 301- performance of polyacrylonitrile-based
308. asymmetric membranes containing
reactive groups: Effect of non-solvents
Mulder, M. (1996) Basic principles of in the dope solution, Journal of
membrane technology, 2nd edition, Membrane Science, 278, 447-456.
1996, Kluwer Academic Publishers,
London. Wang, D., Li, K., Teo, W.K. (1995)
Relationship between mass ratio of
Pearce, G. (2007) Introduction to nonsolvent-additive to solvent in
membrane: Manufacturers` membrane casting solution and its
comparison: part 1, Filtration+ coagulation value, Journal of
Separation, 44 (10), 36-38. Membrane Science, 98, 233-240
Pinnau, I., Freeman, B.D. (2000) Formation Wienk, I.M., Boom, R.M., Beerlage, M.A.M.,
and modification of polymeric Bulte, A.M.W., Smolders, C.A. (1996)
membranes: Overview, in Membrane Recent advances in the formation of
formation and modification, ed.: Ingo phase inversion membranes made
Pinnau and B.D. Freeman, American from amorphous or semi-crystalline
Chemical Society. polymer, Journal of Membrane
Science, 113, 361-371.
Van de Witte, P., Dijkstra, P.J., Van den
Berg, J.W.A., Feijen, J. (1996) Xu, Z-L., Qusay, F. A. (2004)
Review; Phase separation processes in Polyethersulfone (PES) hollow fiber
polymer solutions in relation to ultrafiltration membranes prepared by
membrane formation, Journal of PES/non-solvent/NMP solution, Journal
Membrane Science, 117, 1-31. of Membrane Science 233, 101–111.
73