Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

CALON AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA UMUM

NAMA KELOMPOK :
1. ___________________________
2. ___________________________
3. ___________________________
4.____________________________

PENYELENGGARA :
PT. PRIME SAFETY INDONESIA & KEMENAKERTRANS R.I
17 – 29 September 2012
PUSAT K3 HIPERKES, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA
1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................…. 3
A. Latar Belakang........................................................................................... 3
B. Maksud dan Tujuan.................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup.......................................................................................... 4
D. Dasar Hukum............................................................................................ 4

BAB II KONDISI.....................................................................................................…. 6
A. Gambaran Umum Tempat Kerja............................................................... 6
B. Temuan.................................................................................................... 6
B.1. Temuan Positif................................................................................... 6
B.2. Temuan Negatif.................................................................................. 8

BAB III ANALISA TEMUAN.................................................................................…… 10

BAB IV PENUTUP .......................................................................................……. 11


A. Kesimpulan .................................................................................……. 11
B. Saran .................................................................................……. 11

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu syarat untuk meningkatkan wawasan & pengetahuan bagi calon
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) Umum maka praktek kerja lapangan mutlak
untuk dilaksanakan, dengan melaksanakan praktek kerja lapangan ini seorang calon Ahli
K3 Umum dapat melihat secara langsung, mempelajari sekaligus mengetahui cara – cara
penanggulangan potensi bahaya listrik dan bahaya kebakaran
Dengan demikian calon Ahli K3 Umum dapat membandingkan antara ilmu
pengetahuan teori yang telah diperoleh dengan praktek kerja di lapangan yang
dilaksanakan di PT. NALCO INDONESIA Citeureup.
Dengan praktek kerja lapangan di PT. NALCO INDONESIA Citeureup, tentunya
membawa dampak positif baik untuk calon Ahli K3 Umum itu sendiri maupun untuk
perusahaan. Dalam Hal ini calon AK3 umum dapat mengembangkan kemampuan &
pengetahuan tentang K3 dan melihat secara langsung perusahaan yang sudah punya
komitmen untuk mengutamakan keselamatan. Dengan mengembangkan kemampuan dan
pengetahuan lewat pelatihan yang diadakan oleh PJK3 bekerjasama dengan Depnaker
peserta diharapkan mampu menyelesaikan pendidikan teori selama 120 jam dan
mengikuti seminar serta praktek kerja lapangan. Dengan kerjasama tersebut diharapkan
calon AK3 mampu menjadi pengawas setelah lulus dari training dan sertifikasi sehingga
bisa bermanfaat untuk mengembangkan karir dibidang K3. Dari praktek kerja lapangan
tersebut juga perusahaan tempat paktek diharapkan memperoleh manfaat lewat temuan-
temuan dilapangan yang disampaikan oleh peserta PKL untuk dijadikan sebagai koreksi
dan peserta PKL dapat memberikan saran dan kritikan yang dapat membangun dalam
bidang K3 perusahaan tersebut.

B. Maksud dan Tujuan.


Observasi Norma K3 pencegahan, pengendalian, pengurangan resiko seminimal
mungkin dan sekaligus menerapkan UU. NO.1 TAHUN 1970 di tempat kerja. Oleh karena
itu seorang Ahli K3 umum harus memiliki pengetahuan teknis K3 secara keseluruhan
sehingga mampu merencanakan, memeriksa, menerapkan system teori – teori bahkan
melakukan praktek kerja nyata baik di lapangan maupun sampai ke top manajemen.
Melalui praktek kerja lapangan ini diharapkan Calon Ahli K3 Umum dapat
memahami ketentuan Undang-undang tentang pengawasan K3 Penanggulangan Potensi
Bahaya Listrik dan Kebakaran sehingga mampu menjalankan tugas pembinaan dan
pengawasan sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 01 Tahun 1970 dan peraturan
perundangan yang lain yaitu :
1. Kep-75/MEN/2002, tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI-04-0225-2000) mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 di tempat
kerja

3
2. Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999, tentang penanggulangan kebakaran di
tempat kerja

Melalui program Praktek Kerja Lapangan, diharapkan Calon Ahli K3 Umum dapat:
1. Mencari potensi bahaya yang ada di PT. NALCO INDONESIA untuk pengendalian,
pencegahan, pengurangan supaya tidak terjadi Kecelakaan.
2. Menerapkan dan membandingkan ilmu yang telah di dapatkan dalam kursus K3
Umum baik secara teori maupun secara praktek.
3. Melihat sejauh mana apakah system manajemen / Penerapan aturan K3 /
peralatannya dan pekerjanya di tempat kerja sudah melaksanakan System K3
secara benar.

C. Ruang Lingkup.
Sehubungan dengan pelaksanaan praktek kerja lapangan yang sangat terbatas
waktunya serta keterbatasan Ilmu pengetahuan K3 di bidang Penanggulangan potensi
bahaya listrik dan bahaya Kebakaran agar mampu menjalankan tugas & fungsi sebagai
pengawas K3 Umum mencakup aspek Normatif, Administratif, dan aspek dasar teknik K3.

D. Dasar Hukum
Tugas pokok Calon Ahli AK3 Umum adalah menjalankan pengawasan peraturan
dan perundang – undangan di bidang ketenaga kerjaan termasuk kategori kerja, dimana
kejadian Unsafe Condition & Unsafe Act yang dapat mengancam keselamatan jiwa & raga
setiap saat juga dapat merugikan perusahaan itu sendiri sekaligus Lingkungan sekitar.
Peraturan dan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan K3 Listrik, dan
Kebakaran adalah :
1. UU No.1 Tahun 1970
2. Kep-75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar nasional Indonesia (SNI-04-0225-
2000) mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 di tempat kerja
3. Permenakertrans No.02 tahun 1989
4. Permenakertrans No. 03 tahun 1999
5. Keputusan Dirjen No. 311 tahun 2002
6. Keputusan Dirjen No. 407 tahun 1999
7. Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran di
tempat kerja
8. Permenaker No. 04 tahun 1980
9. Permenaker No. 02 tahun 1983
10. Kepmenaker No. 186 tahun 1999
11. Instruksi menteri No. 11 tahun 1997
4
BAB 2
KONDISI

A. Gambaran Umum Tempat Kerja


PT NALCO INDONESIA Citeureup adalah salah satu provider proses dan solusi
pengelolaan air terbesar di dunia dengan memberikan jasa antara lain otomatisasi, pakan
dan kontrol, filtrasi dan sistem pertukaran ion, konsultasi engineering serta manajemen
lingkungan. Berdiri sejak tahun 1986 dan produksi pertama dilakukan pada tanggal 26
Juni 1987 yang berlokasi di Desa Karang Asem Timur, Citeureup – Bogor, Jawa Barat.
Dengan total area 2 Ha yang terdiri dari area produksi, kantor, laboratorium dan gudang
seluas 1 Ha dan lahan terbuka hijau seluas 1 Ha. Perusahaan ini telah memiliki serifikat
sistem manajemen kualiti (ISO 9001), lingkungan (ISO 14001) dan K3 (OHSAS 18001).
PT NALCO INDONESIA juga telah memiliki sertifikat halal dan telah mendapatkan
Bendera Emas untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

PT NALCO INDONESIA memiliki karyawan sebanyak 46 orang dengan


memberlakukan 1 shift jam kerja (08-00 s/d 17.00). Untuk mendukung pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perusahaan telah memiliki SHE Manager yang
bersertifikat AK3 Kimia dan 2 orang safety officer.

B. TEMUAN

B.1. Temuan Positif


No Temuan positif Foto Temuan Positif
1 Instalasi Listrik sesuai
dengan Puil 2000

2 Sistem Grounding
berfungsi dengan baik

5
3 Ruang Genset baik dan
terawat

4 Memiliki penyalur petir


yang tersambung dengan
sambungan ukur

5 Memiliki hydrant yang ada


berfungsi dan siap
digunakan

6 Memiliki 65 APAR

6
7 Memiliki detektor panas di
setiap plant dan
gudangnya

8 Alarm kebakaran otomatis

9 Memiliki Rencana Tanggap


Darurat (Emergercy
Response Plan)
10 Memiliki Tim Tanggap
Darurat (Emergency
Response Team)
11 Telah dilakukan
Emergency drill terkait
dengan bahaya kebakaran

B.2. Temuan Negatif


No Temuan Negatif Foto Temuan Negatif
1 Ditemukan sambungan
kabel yang tidak sesuai
dengan ketentuan

2 Tidak memiliki wireing


diagram
3 Ditemukan APAR yang
tidak memiliki taging

7
4 Ditemukan APAR yang
Low Pressure

5 Ditemukan Hydrant
terhalang oleh tumpukan
material

6 Ditemukan ruang pompa


Hydrant tidak dilengkapi
dengan Prosedur
Operasional
7 Ditemukan update
inspeksi Hydrant tidak
tercantum dalam taging
hydrant
8 Ditemukan Valve pipa
bertekanan yang tidak
dilengkapi dengan SOP
(Standar Operasional
Prosedur)
9 Ditemukan tabung berisi
Acitelyne yang tidak
diletakkan sesuai standar
keamanan (tidak memiliki
tutup dan tidak diikat)

10 Ditemukan 2 (dua) orang


petugas listrik yang
belum memiliki sertifikasi
kompetensi AK3 Listrik.

8
BAB 3
ANALISA TEMUAN

N Lokasi Temuan (Sumber Analisa Proteksi Saran / Peraturan


o Bahaya/Hazard) Bahaya Pengendalian Perundangan
1 Work shop Ditemukan Korsleting yang Sebaiknya - UU No. 01/1970, psl
sambungan kabel dapat menggunakan 3hrf. q
pada dispenser mengakibatkan kabel utuh - Kep. 75/Men/2002, psl
yang tidak sesuai tersengat listrik (tanpa 2 (1)
dengan ketentuan dan kebakaran sambungan)
2 Umum Tidak memiliki peta Sulit dalam Dibuat dan - UU No. 01/1970, psl 3
jaringan listrik mengidentifikasi disosialisasika hrf. r; psl 4 (1)
kerusakan pada n peta detil
jaringan listrik jaringan listrik
3 Warehouse Ditemukan APAR APAR tidak Lakukan - UU No. 01/1970
yang tidak memiliki siap/tidak layak pengecekan - Kep 186/Men/1999, psl
taging saat digunakan APAR secara 2 (4) hrf. c
dalam keadaan reguler serta - Per-04/Men/1980, psl
darurat di 12
dokumentasik
an secara
jelas
4 Manufacture Ditemukan APAR APAR tidak Lakukan - UU No. 01/1970
yang Low Pressure dapat digunakan pengecekan - Kep 186/Men/1999, psl
saat dalam APAR secara 2 (4) hrf. c
keadaan darurat reguler serta - Per-04/Men/1980, psl
di 12
dokumentasik
an secara
jelas
5 Belakang Ditemukan Hydrant Hydrant tidak Lakukan - UU No. 01/1970, psl 3
Main office terhalang oleh siap/sulit untuk housekeeping hrf. p
tumpukan material menjangkau / penataan
sumber material yang
kebakaran benar
6 Water pump Ditemukan ruang Kesalahan dalam Prosedur - UU No. 01/1970, psl 3
pompa Hydrant pengoperasian harus tersedia hrf. m
tidak dilengkapi alat unit
dengan Prosedur
Operasional
7 Parking lot Ditemukan update Hydrant tidak Lakukan - UU No. 01/1970

9
inspeksi Hydrant siap/tidak layak pengecekan - Kep 186/Men/1999, psl
tidak tercantum saat digunakan Hydrant 2 (4) hrf. c
pada taging dalam keadaan secara reguler
hydrant darurat serta di
dokumentasik
an secara
jelas
8 Waste Ditemukan Valve Kesalahan dalam Prosedur - UU No. 01/1970, psl 3
location pipa bertekanan pengoperasian harus tersedia (m)
yang tidak alat unit
dilengkapi dengan
Prosedur
Operasional
9 Workshop Ditemukan tabung Dapat Tabung - UU No. 01/1970,
berisi Acitelyne menimbulkan acitelyne wajib - Kep-186/Men/1999, psl
yang tidak bahaya terikat dan 2 (2), psl 2 (4) hrf. c
diletakkan sesuai peledakan dan mempunya
standar keamanan kebakaran safety valve
(tidak memiliki
tutup dan tidak
diikat)
10 Umum Ditemukan 2 (dua) Perusahaan tidak Seluruh - UU No. 01/1970
orang petugas mematuhi petugas wajib - Kep-311/BW/2002
listrik yang belum peratuan dan memiliki
memiliki sertifikasi petugas tidak kompetensi
kompetensi AK3 kompeten dalam sesuai dengan
Listrik. menjalankan pekerjaannya
tugasnya

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, maka kami mendapatkan kesimpulan
bahwa :
1. PT NALCO Indonesia sudah menerapkan K3 dengan baik, proses
pengendalian terjadi kecelakaan dan terintegrasi dengan karyawan.
2. Petunjuk mengenai APAR harus mengikuti ketentuan dalam negeri.
3. Petugas kelistrikan dan AK3 Umum di PT NALCO Indonesia belum ada

B. Saran
Adapun saran yang bisa kami sampaikan pada PT NALCO Indonesia,
sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja yaitu :
1. Pertahankan dan tingkatkan prestasi yang sudah diraih dalam bidang safety.
2. Pengecekan secara berkala serta pemberian taging yang lengkap dan jelas
khususnya terhadap peralatan pemadam kebakaran seperti Hydrant dan
APAR perlu di tingkatkan agar peralatan tersebut selalu siap setiap saat jika
dibutuhkan.
3. Sistem penyambungan khususnya pada kabel listrik agar disesuaikan
dengan SNI.
4. Perusahaan wajib memiliki petugas listrik yang telah memiliki sertifikasi
kompetensi di bidang kelistrikan.

11

Anda mungkin juga menyukai