Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK II

REGULASI KEUANGAN PEMERINTAH


Kelompok 8

Oleh:
NAMA :
Ade Lestari (A1C018003)
Baiq Aprilia Saqinah (A1C018019)
Baiq Fariesta Auliantari (A1C018022)
Ema Ratnasari (A1C018046)

KELAS : A / Akuntansi Reguler Pagi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2019/2018
Keuntungan dan manfaat regulasi
A. Pengerian regulasi
Regulasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengendalikan
masyarakat dalam aturan tertentu. Regulasi banyak digunakan untuk
menggambarkan peraturan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Istilah regulasi memiliki artian yang cukup luas. Regulasi banyak
diterapkan pada peraturan hukum negara, perusahaan dan organisasi.
Terminologi keuangan publik yaitu dapat diartikan sebagai keuangan
negara. Keuangan negara yang artinya aktivitas finansial pemerintah.
Keuangan negara menurut UU 17/2003 “semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara


Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi
obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi
subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara,  dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana
tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan,
Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara.

B. Teknik penyusunan regulasi

Dengan demikian gambar tersebut dapat diperjelas dengan :


a. Pendahuluan
Perancang regulasi publik wajib mampu mendeskripsikan latar belakang
perlunya disusun regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena
adanya permasalahan atau tujuan yang dicapai.
b. Mengapa Diatur?
Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai isu terkait yang
membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan mengapa isu
tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik perlu disusun.
c. Permasalahan dan Misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas
suatu permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan
regulasi publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud
komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi rumusan solusi
permasalahan yang ada.
d. Dengan Apa Diatur?
Setiap permasalahan harus dirumuskan dengan jenjang regulasi yang akan
mengaturnya, sehingga permasalahan tersebut segera dapat disikapi dan
ditemukan solusi yang tepat sasaran.
e. Bagaimana Mengaturnya?
Substansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan
bagaimana solusi atas permsalahan yang ada akan dilaksanakan. Dengan
demikian, regulasi publik yang disusun benar-benar merupakan wujud
kebijakan organisasi publik dalam menghadapi berbagai permasalahan
publik yang ada.
f. Diskusi/ Musyawarah
Diskusi merupakan salah satu tahapan dalam menyusun atau penetapan
regulasi. Materi yang dibahas akan benar-benar menggambarkan
permasalahan yang ada dan aspirasi masyarakat. Forum diskusi
penyusunan regulasi biasanya telah ditetapkan sebagai bagian dari proses
penyusunan regulasi organisasi publik.
g.  Catatan
Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan
sebelumnya. Hasil catatan ini akan menjadi wujud tindak lanjut dari
keputusan organisasi publik menyangkut bagaimana regulasi publik akan
dihasilkan dan dilaksanakan terkait isu atau permasalahan yang dihadapi.
C. Apakah Alasan Penyusunan Regulasi Pemerintah
Perancang publik wajib mendeskripsikan latar belakang perlunya disusun
regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena memiliki masalah
atau tujuan yang dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya berbagai
isu terkait yang membutuhkan tindakan khusus dari organisasi publik.
Pertama yang harus dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan
mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik perlu
disusun.
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas
suatu permasalahan telah dapat dirumuskan.
Keuntungan dan Manfaat Regulasi
1. Keberadaan regulasi atau peraturan perundang-undangan inilah
yang dapat menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan keuangan
negara yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah daerah agar
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemberi amanat.
Namun, khusus untuk pengelolaan keuangan daerah maka harus
dilengkapi dengan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah
(Gubernur/Bupati/ Walikota) yang akan digunakan sebagai dasar
pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah yang bersangkutan.
2. Antara pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam
penetapan keijakan fiskal dan kebijakan moneter
3. Antara pemerintah pusat dan daerah,kewajiban pengalokasian
dana dari adanya perimbangan dari pusat ke daerah
4. Pemerintah dapat memberikan / menerima/ pinjaman / hibah
perusahaan negara / daerah setelah mendapat persetujuan DPR/D
5. untuk memberikan arah dan pokok-pokok kebijakan yang harus
diperhatikan dan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam menentukan
kebijakan, teknis penyusunan dan penetapan APBD. Dengan demikian
dalam penyusunan RKA yang merupakan bahan penyusunan APBD harus
memperhatikan dan berpedoman pada Permendagri tersebut.
Dampak negatif :
1. Dengan adanya pembagian dana masih banyak daerah2 yang
tidak tersentuh.
2. Kurang nya data secara terpinci contohnya dikampung kampong.

Sejarah singkat regulasi keuangan pemerintah


A. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa
Era pra Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan
Pengawasan Keuangan Daerah. Tidak terdapat pemisahan secara konkrit
antara eksekutif dan legislatif (Pasal 13 ayat 1).
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
- Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
a) Perbandingan anggaran dan realisasi
b) Perbandingan standar dan realisasi
c) Target prosentase fisik proyek. Perhitungan APBD terpisah dari
pertanggungjawaban Kepala Daerah (terdapat dalam pasal 33).
3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual
Administrasi Keuangan Daerah.
4. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
5. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan
APBD. Bentuk laporan perhitungan APBD :
 Perhitungan APBD, Nota Perhitungan
 Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan
(PP/1975)
6. Kepmendagri No.903-057/1988 tentang Penyempurnaan Bentuk
dan Susunan Anggaran Pendapatan Daerah Masuk dalam Pos Penerimaan
Pembangunan. Pinjaman (Pemda/BUMD) diperhitungkan sebagai
pendapatan daerah. Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/D
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD, berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, disampaikan kepada
DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan (setidak-tidaknya) :
 Laporan Realisasi APBN/APBD,Neraca, Laporan Arus Kas, dan
 Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan
negara/daerah dan badan lainnya).
B. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah
untuk mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik
Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
 Penataan peraturan perundang-undangan, Penataan kelembagaan,
Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan ·
Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
C. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Paradigma
“Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan akuntansi
dalam praktik pemerintah untuk kegunaan Good Governance. Terdapat
tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara. mengatur mengenai
semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan pengelolaan
kekayaan Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan
anggaran kementrian/lembaga Negara (Andayani, 2007)
2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan mengatur pengguna
anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini mengatur
tentang pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang,
utang, 20 piutang, pengelolaan investasi pemerintah dan pengelolaan
keuangan badan layanan hukum. (Andayani, 2007)
3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara mengatur
tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
yang dilaksanakan oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan
laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada DPRD.
(Andayani, 2007) .
Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada
ketiga Undangundang di atas, yaitu :
 Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja, Keterbukaan dalam setiap
transaksi pemerintah.
 Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam
pelaksanaan pemeriksaan, Pemberdayaan manajer profesional.
Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :
1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan
Nasional, UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dengan Daerah, UU No.24/2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Hal-hal Baru dan/atau Perubahan Mendasar dalam Ketentuan
Pengelolaan Keuangan Negara yang Diatur dalam Undang-undang
ini
Perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara yang
diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan ruang lingkup
keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan negara,
kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri
Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD,
ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,
pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank
sentral, pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan
hubungan keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara,
perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana
masyarakat.
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi kewenangan yang bersifat
umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk membantu
Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku
Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan
kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah.
Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.
Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD
Penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-undang
ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah,
penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan
dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja
dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran,
penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
menengah dalam penyusunan anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan
ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi
untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran
tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan
pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai
penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
Asas umum pengelolaan keuangan daerah

 Keuangan daerah dikelola secara tertib pada peraturan perundang-


undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat.
 Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bahwa keuangan
daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan
bukti-bukti administrasi
 Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
 Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian
hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil.
 Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian
keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
 Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat
harga yang terendah.
 Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang keuangan daerah.
 Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
 Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keseimbangan
distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
 Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan atau
suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
 Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
 Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD, menetapkan
kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
b. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang,menetapkan
bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
c. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah, menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang
dan piutang daerah
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan
dan memerintahkan pembayaran.
koordinator pengelolaan keuangan daerah
1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan
dengan peran clan fungsinya dalam membantu kepala daerah menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
2) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas koordinasi
di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; e. tugas-tugas pejabat
perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah; dan
3) penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Selain mempunyai tugas
koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekretaris daerah
mempunyai tugas:
a. memimpin TAPD, menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah, memberikan
persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan
e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab
atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
kepada kepala daerah.
Review UU Nomor 17 tahun 2003, UU Nomor 33 tahun 2004, dan
Pemendagri Nomor 13 tahun 2006
A. NOMOR 17 TAHUN 2003
Dasar pemikiran
Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam
alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk
pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam
berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut
menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.

Hal-hal Baru dan/atau Perubahan Mendasar dalam Ketentuan


Pengelolaan Keuangan Negara yang Diatur dalam Undang-undang
ini
Hal-hal baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan
negara yang diatur dalam undang-undang ini meliputi pengertian dan
ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan
negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri
Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD,
ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,
pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan
keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan
daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat,
serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

B. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004


Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah diatur dengan Undang-Undang
yang mengatur tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah adalah:
1. UU Nomor 32 tahun 1956 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Negara dengan Daerah-daerah, yang Berhak Mengurus Rumah-
tangganya Sendiri. (Sudah dicabut, tidak berlaku)
2. UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. (Sudah dicabut, tidak berlaku)
3. UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. (Masih berlaku)

Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
adalah:
a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan diselenggarakan otonomi seluas-luasnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, dan antar Pemerintahan Daerah perlu diatur secara
adil dan selaras;
c. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui
penyediaan sumber pendanaan berdasarkan kewenangan Pemerintah
Pusat dan Tugas Pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berupa sistem keuangan yang
diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab
yang jelas antarsusunan pemerintahan;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sudah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga perlu diganti;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c dan
huruf d, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Penjelasan UU 33/2004
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri
atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money
follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti
fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing tingkat pemerintahan.
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah.Pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif
serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya
pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan
Pemerintahan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Revisi atas Permendagri 13/2006
Secara legal formal, Pemerintah mengakui bahwa Permendagri 59/2007
merupakan perubahan atas Permendagri 13. Hal ini dinyatakan pada
bagian Menimbang poin b dalam Permendagri 59: bahwa dalam rangka
memenuhi aspirasi daerah dan permalahan teknis dalam pengelolaan
keuangan daerah perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Permendagri
13… Namun, secara faktual (de facto), revisi terhadap Permendagri 13
sudah dilakukan sebelum Permendagri 59 diterbitkan. Berikut dua
Permendagri yang memberikan “warna” perubahan yang cukup
signifikan, setidaknya terhadap persepsi dan sikap aparatur Pemda:
Pokok-pokok perubahan Permendagri 13/2006 dalam Permendagri
59/2007:
1. Aspek Anggaran
Memperpendek jadual penyusunan anggaran dengan cara meringkas
proses dan konten KUA-PPAS, sehingga istilah PPA dihapus, Tatacara
pemberian kode program dan kegiatan dalam pengisian RKA,
Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode
rekeningnya, Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD
penyusunan RKAdipisahkan antara RKA sebagai SKPD dan RKA
sebagai pemerintah daerah(RKA PPKD).
2. Aspek Pelaksanaan APBD
Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD juga ikut berubah, mengikuti
perubahan alur pengerjaan RKA. Penomoran DPA juga ikut berubah
karena adanya perubahan pada pemberian kode program dan kegiatan
1. Aspek Penatausahaan
penatausahaan penerimaan. Penyederhanaan proses pertanggungjawaban
fungsional ke BUD, sehingga tercipta proses yang lebih efisien. Hal ini
dilihat dari dihapusnyabuku pembantu per rincian objek penerimaan yang
harus dilampirkan dalam SPJ fungsional. penatausahaan pengeluaran.
Penegasan SPD diberikan kepada SKPD secarar periodic (bulanan,
triwulan, semesteran) tergantung pada ketersediaan dana. Perubahan
format SPD, SPP UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP
LS barang dan jasa dan ada penambahan format SPP LS belanja tidak
langsung PPKD.
2. Aspek Akuntansi dan Pelaporan
Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemda untuk menyusun sistem
akuntansi, dengan dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang
digunakan untuk catatan akuntansi. Sudah diterapkannya prinsip harga
perolehan pada perolehan aktiva tetap.Adanya contoh format neraca
untuk SKP
DAFAR PUSTAKA
http://awaluakuntansi.blogspot.com/2016/07/regulasi-keuangan-publik.html

http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR
%20DOSEN/AKTPBLK/ND/REGULASI%20KEUANGAN%20SEKTOR
%20PUBLIK%20DI%20INDONESIA.html

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/17tahun2003uu.html

https://www.academia.edu/35442765/MAKALAH_REGULASI_KEUANGAN_S
EKTOR_PUBLIK.html

Anda mungkin juga menyukai