Oleh:
NAMA :
Ade Lestari (A1C018003)
Baiq Aprilia Saqinah (A1C018019)
Baiq Fariesta Auliantari (A1C018022)
Ema Ratnasari (A1C018046)
Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
adalah:
a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan diselenggarakan otonomi seluas-luasnya dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, dan antar Pemerintahan Daerah perlu diatur secara
adil dan selaras;
c. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui
penyediaan sumber pendanaan berdasarkan kewenangan Pemerintah
Pusat dan Tugas Pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berupa sistem keuangan yang
diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab
yang jelas antarsusunan pemerintahan;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sudah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan serta tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga perlu diganti;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c dan
huruf d, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Penjelasan UU 33/2004
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri
atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money
follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti
fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing tingkat pemerintahan.
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan
Daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah.Pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan agar terlaksana secara efisien dan efektif
serta untuk mencegah tumpang tindih ataupun tidak tersedianya
pendanaan pada suatu bidang pemerintahan, maka diatur pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan
Pemerintahan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Revisi atas Permendagri 13/2006
Secara legal formal, Pemerintah mengakui bahwa Permendagri 59/2007
merupakan perubahan atas Permendagri 13. Hal ini dinyatakan pada
bagian Menimbang poin b dalam Permendagri 59: bahwa dalam rangka
memenuhi aspirasi daerah dan permalahan teknis dalam pengelolaan
keuangan daerah perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Permendagri
13… Namun, secara faktual (de facto), revisi terhadap Permendagri 13
sudah dilakukan sebelum Permendagri 59 diterbitkan. Berikut dua
Permendagri yang memberikan “warna” perubahan yang cukup
signifikan, setidaknya terhadap persepsi dan sikap aparatur Pemda:
Pokok-pokok perubahan Permendagri 13/2006 dalam Permendagri
59/2007:
1. Aspek Anggaran
Memperpendek jadual penyusunan anggaran dengan cara meringkas
proses dan konten KUA-PPAS, sehingga istilah PPA dihapus, Tatacara
pemberian kode program dan kegiatan dalam pengisian RKA,
Reklasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, beserta kode
rekeningnya, Penegasan alur pengerjaan RKA SKPD, pada SKPKD
penyusunan RKAdipisahkan antara RKA sebagai SKPD dan RKA
sebagai pemerintah daerah(RKA PPKD).
2. Aspek Pelaksanaan APBD
Alur pengerjaan DPA SKPD dan SKPKD juga ikut berubah, mengikuti
perubahan alur pengerjaan RKA. Penomoran DPA juga ikut berubah
karena adanya perubahan pada pemberian kode program dan kegiatan
1. Aspek Penatausahaan
penatausahaan penerimaan. Penyederhanaan proses pertanggungjawaban
fungsional ke BUD, sehingga tercipta proses yang lebih efisien. Hal ini
dilihat dari dihapusnyabuku pembantu per rincian objek penerimaan yang
harus dilampirkan dalam SPJ fungsional. penatausahaan pengeluaran.
Penegasan SPD diberikan kepada SKPD secarar periodic (bulanan,
triwulan, semesteran) tergantung pada ketersediaan dana. Perubahan
format SPD, SPP UP/GU/TU, SPP LS gaji dan tunjangan, SPP
LS barang dan jasa dan ada penambahan format SPP LS belanja tidak
langsung PPKD.
2. Aspek Akuntansi dan Pelaporan
Memberikan ruang gerak yang luwes bagi pemda untuk menyusun sistem
akuntansi, dengan dihapusnya beberapa pasal tentang buku-buku yang
digunakan untuk catatan akuntansi. Sudah diterapkannya prinsip harga
perolehan pada perolehan aktiva tetap.Adanya contoh format neraca
untuk SKP
DAFAR PUSTAKA
http://awaluakuntansi.blogspot.com/2016/07/regulasi-keuangan-publik.html
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR
%20DOSEN/AKTPBLK/ND/REGULASI%20KEUANGAN%20SEKTOR
%20PUBLIK%20DI%20INDONESIA.html
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/17tahun2003uu.html
https://www.academia.edu/35442765/MAKALAH_REGULASI_KEUANGAN_S
EKTOR_PUBLIK.html