Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Pengertian Tumor dan Kista Payudara

Payudara merupakan organ penting dalam kehidupan manusia sejak

dari neonatus atau periode bayi yaitu untuk kelanjutan kehidupan

sehubungan dengan produksi ASI yang dibutuhkan pada periode itu sampai

masa kehidupan dewasa, dimana payudra sebagai salah satu lambang

keperempuanan ( Anwar, 2011 ).

Payudara mempunyai dua jenis jaringan utama, yaitu jaringan

glandular dan jaringan pendukung.

Bagian glandular pada payudara mencakup lobula dan duct . Pada

wanita yang menyusui, sel – sel lobula mampu memproduksi ASI. ASI

kemudian bergerak melalui duct yang memang merupakan tabung kecil

yang membawa susu dari lobula ke puting, setiap payudara mempunyai

duct yang berhubungan dengan puting.

Jaringan pendukung payudara dari payudara adalah jaringan lemak

(fatty tissue) dan jaringan serat konektif (fibrosus connective tissue) yang

berperan untuk membentuk ukuran dan bentuk payudara ( Pamungkas,

2011 ).

Secara fisiologis payudara wanita sangat penting untuk fungsi

reproduksi, antara lain sebagai makanan atau susu bayi ( breast feeding ).

11
12

Selain itu, terutama pada masa gadis, payudara memegang peran dalam

fungsi estetik dan penarik seksual ( Sexual appeal ) ( Bustan, 2007 ).

Tumor (benjolan) pada payudara, terutama jenis yang ganas pada

umumnya tidak memiliki gejala awal dan hanya dapat dideteksi melalui

pemeriksaan fisik secara teliti atau skrining menggunakan mamografi.

Selama fase premenstruasi, kebanyakan wanita mengalami pembesaran

serta benjolan pada payudaranya serta payudara menjadi mengeras. Hal ini

dapat mengaburkan pemeriksaan payudara untuk mencari benjolan yang

dicurigai. Pemeriksaan sebaiknya diulangi lagi satu bulan kebmudian atau

setelah periode menstruasi berikutnya (Nugroho, 2011).

Payudara terletak di daerah dada, antara iga ke-2 sampai iga ke-6

secara vertikal dan antara tepi sternum dengan linea aksilaris media secara

horisontal. ukuran diameter payudara berkisar sekitar 10-12 cm, dan

ketebalan anatar 5 sampai 10 cm, jaringan payudara juga dapat berkembang

sampai aksila yang disebut axillary tail of spence.

Kista payudara yang sederhana bisa saja berukuran besar bila

dibandingkan dngan kista multipel kecil-kecil pada penyakit fibroistik.

Kista dapat bermanifestasi sebagai benjolan yang muncul mendadak.

Seringkali sewaktu payudara ditandai, kista tampak banyak (multipel), ini

paling sering dijumpai pada perempuan dalam usia tiga puluh atau empat

puluhan, yang saat ini lebih sering menjadi periode usia hamil ketimbang

zaman nenek moyang kita dahulu. Kami beramsumsi bahwa alasan

mengapa kista tidak dijumpai dalam kehamilan sebanyak dalam populasi


13

kaum perempuan yang tidak hamil adalah karena kista sederhana pada

intinya merupakan perubahan degeneratif pada payudara, berlawanan

dengan apa yang terjadi dalam kehamilan (Hollingwort, 2012).

Secara klinis bentuknya bulat seperti telur, ditemukan pada kurang

lebih 30% pada perempuan usia 35 sampai dengan 50 tahun. Dapat berupa

kista kecil, subklinis hanya kelihatan pada sonografi atau mikroskop, akan

tetapi kurang lebih 25% dapat berupa kista besar, bulat seperti telur dengan

konsistensi kistik dan relatif dapat digerakkan(Anwar, 2011)

Galaktokel lebih sering dijumpai dalam kehamilan dan bermanifestasi

sebagai benjolan lonjong dengan permukaan rata sama seperti kista

sederhana. Diagnosis pada keduanya ditegakkan dengan pungsi jarum dan

aspirasi (Hollingwort, 2012).

2. Anatomi Payudara

Paudara merupakan kelenjar sebasea berukuran besar dan telah

dimodifikasi yang berda didalam fasia superfisialis dinding dada anterior.

dengan berat rata-rata adalah 200-300 gram selama masih mengalami

menstruasi, terdiri dari 20% kelenjar dan 80% lemak dan jaringan ikat,

jaringan payudara bersifat sensitif terhadap perubahan kadar hormon yang

bersifat siklik. Wanita seringkali mengalami nyeri payudara dan perasaan

penuh selama fase luteal dari siklus. Gejala-gejala pramenstruasi

disebabkan oleh peningkatan aliran darah, pembesaran vaskular dan retensi

air. Estrogen bertanggung jawab untuk tahap awal perkembangan payudara


14

akan tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan kadar progesteron

dewasa (Norwitz, 2008).

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,

diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susus untuk

nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang

beratnya sekitar 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800

gram, payudara disebut pula glandula mamalia yang ada baik pada wanita

maupun pria. Umumnya pada pria tidak berkembang kecuali terdapat

rangsangan hormon dan pada wanita terus berkembang pada pubertas,

sedangkan pada kehamilan terus berkembang pada masa menyusui.

a. Letak

Setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa

kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis

dinding rongga dada yang disangga oleh legamentum suspensorium.

b. Bentuk

Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan

mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila

c. Ukuran

Ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung

pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu

payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainnya.

Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara

laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. payudara yang


15

matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis

dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu

karena untuk kelangsungan hidup keturunannya karena Air Susu Ibu (

ASI ) adalah makanan bayi yang paling utama pada bulan-bulan

pertama kehidupan.

gambar 2.1 Anatomi payudara

Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut:

a. Kalang payudara

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang

disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.

Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan.

Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat maka warnanya jingga

kemerahan, bila kulitnya kehitaman makawarnanya lebih gelap.

Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak

dan mentogomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar

selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan

yang dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang


16

payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat

penampungan air susu.

b. Puting susu

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi

bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada

tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari

duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh

getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler

sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan mamadat dan

menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang

longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.

Payudara terdiri dari 15-25 lobus, masing-masing lobulus terdiri

dari 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing dari lobulus terdiri dari

10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air

susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon(Sukarni, 2013).

c. Kauda

Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila

d. Areola

Adalah saerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan

mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki

garis tengah kira-kira 2,5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu yang

berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan

pigmen pada kulitnya.


17

e. Alveoli

Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian

dari Alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, Sel plasma, sel otot

polos, dan pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus. Masing-

masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing

lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan

dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga menyerupai suatu

pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),

kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran lebih besar

(duktus laktiferus).

f. Duktus laktiferus

Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus

laktiferus.

g. Ampulla

Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan

tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.

h. Lanjutan setiap duktus laktiferus

Meluas dari ampula sampai muara papilla mamae (Sunarsih,2013).

3. Pertumbuhan Abnormal payudara

a. Kelainan kongenital

1) Paling sering ditemukan pada kedua jenis kelamin adalah

a) Politelia (Accecory nipple)

b) Ectopic nipple dapat terjadi disepanjang milk streak


18

c) Milk way dari aksila sampai ke inguinal dan ini biasa disalah

artikan sebagai nevus pigmentosus.

2) Kelenjar payudara tambahan (true acessory mammae gland) jarang

terjadi, biasanya terletak didaerah aksila/ketiak. Pada kehamilan dan

laktasi, payudara tambahan ini (mammary aberrant) dapat

membengkak, bahkan berfungsi apabila ada nipple-nya.

3) Hipolpasia adalah kurang berkembangnya payudara, dan bila tidak

ada secara kongenital dimanakan “a mastia”

4) Apabila jaringan payudara tidak timbul tapi ada nipple ini

dimanakan “amastia”

b. Kelainan yang didapatkan (acquired abnormality)

Penyebab yang palingg banyak dan sebenarnya dapat dihindari

adalah tindakan iatrogenik berupa biopsi pada payudara yang sedang

tumbuh pada massa pubertas misalnya eksisi tumor. Juga penggunaan

terapi radiasi pada masa pertumbuhan misalnya pada hemangioma

dinding dada atau payudara atau kelainan intratorakal dapat

menyebabkan amastia. Disamping itu, akibat luka bakar dada yang

menyebabkan kontraktur juga dapat menimbulkan keadaan deformitas

(Anwar, 2011).

4. Benjolan jinak pada payudara

Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan

hormon pada perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan

reproduksi. Terdapat 3 siklus kehidupan yang dapat menggambarkan


19

perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita yang berkaitan dengan

perubahan payudara yaitu :

a. Fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan

stoma payudara. pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan atau

FAM dan juvenil hipertropi (perkembangan payudara berlebihan).

b. Periode reproduksi matang (25-40 tahun), perubahan siklus hormonal

mempengaruhi kelenjar dan stroma payudara.

c. Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak

usia 35-55 tahun.

5. Jenis benjolan jinak pada payudara

a. Penyakit Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia

adalah benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar

wanita. Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Penyakit

fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun

(>50%) (Nugroho, 2011).

Nama ini digunakan untuk berbagai perubahan dipayudara

perempuan yang berkisar dari kelainan tidak berbahaya hingga pola

yang berkaitan dengan peningkatan resiko karsinoma payudara.

sebagian kelainan ini fibrosis stroma dan mikro atau makro kista

menyebabkan benjolan yang dapat diraba. Telah diterima secara luas

bahwa ragam kelaianan ini adalah akibat dari peningkatan dan distrosi

perubahan siklik payudara yang terjadi secara normla selama daur haid.
20

Secara tradisional, kelainan pada payudara ini pernah diberi nama

penyakit fibrokistik, namun para dokter sangat keberatan dengan nama

ini. Sebagian besar perubahan yang tercakup dalam diagnosis penyakit

fibrokistik kurang memiliki makna klinis, kecuali bahwa perubahan

tersebut menyebabkan nodularitas.

Diluar silang pendapat semantik ini benjolan yang timbul oleh

berbagai pola perubahan fibrokistik harus dibedakan dengan kanker,

dan pembedaan atas lesi yang ringan dan tidak terlalu ringan dilakukan

dengan pemeriksaan bahan aspirasi jarum halus atau secara lebih pasti

dengan biopsi dan evaluasi holistik (Robbins,2012).

1) Tanda dan gejala

a) Benjolan fibrokistik biasanya multipel (lebih dari satu), keras,

serta teraba dan berfluktuasi sesuai dengan siklus menstruasi.

b) Biasanya payudara lebih teraba keras dan benjolan pada

payudara membesar sesaat sebelum menstruasi.

c) Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi

selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki

fase menopause (Nugroho,2011).

2) Perubahan Nonproliferatif

a) Kista dan fibrosis

Perubahan nonproliferasi merupakan kelainan tipe tersering,

ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa disertai oleh

dilaktasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran.


21

b) Morfologi

Secara mikroskopis, dapat terbentuk satu kista besar

dipayudara, tetapi perubahan ini biasanya multifokal dan sering

bilateral. Daerah yang terkena memperlihatkan nobularitas

disekret dan densitas yang batasnya kabur. Kista memiliki garis

tengah bervariasi mulai dari lebih kecil dari pada 1 sampai 5 cm.

Jika tidak dibuka, kista berwarna cokelat sampai biru (blue

dome cysts) dan terisi oleh cairan serosa keruh. Produk

sekretorik didalam kista dapat mengalami klasifikasi sehingga

tampak sebagai mikrokalsifikasi pada mamogram. Secara

histologis, pada kista kecil, epitel lebih kuboid hingga silindris

dan kadang-kadang berlapis-lapis dibeberapa tempat. Pada kista

yang lebih besar, epitel mungkin menggepeng atau bahkan

atrofi total. Kadang-kadang, poliferasi epitel ringan

menyebabkan penumpukan massa atau tonjolan papilaris kecil.

Kista umumnya dilapisi oleh sel poli gonal besar dengan

sitoplasma eosinofilik granuar serta nukleus kecil, bulat, dan

sangat kromatik (mtasplasia apokrin) hal ini hampir selalu jinak

(Robbins, 2012).

Stroma mengelilingi semua bentuk kista biasanya terdiri

atas jaringan fibrosa yang kehilangan gambaran miksomatosa.

Infiltrat limfosit stroma sering ditemukan pada lesi ini dan

varian lain peruubahan fibrokistik.


22

3) Perubahan Proliferatif

a) Hiperplasis Epitel

Istilah ini mencakup serangkaian lesi poliferasi didalam

duktulus, duktus terminalis, dan kadang-kadang lobulus

payudara. Sebagian hiperplasia atipikal yang memiliki resiko

signifikan, setaraf dengan keparahan dan atipikalitas perubahan.

Hiperplasia epitel sering disertai oleh varians histologik

perubahan fibrokistik, tetapi bagaimanapun hiperplasia ini

berada di garis depan pada perubahan histologik.

Hiperplasia epitel sendiri jarang menyebabkan timbulnyya

massa payudara yang secara klinis diskret. Kadang-kadang,

kelainan ini menyebabkan mikroklasifikasi pada mamografi,

yang menimbulkan ke khawatiran akan adanya kanker.

Nobularitas semacam ini biasanya berkaitan dengan varian

lain perubahan fibrokistik, namun papilomatosis yang

berlebihan mungkin menyebabkan pengeluaran dischrage

serosa atau serosanguinosa dari puting.

b) Adenosis Sklerotikans

Varian ini lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan

kista dan hiperlasia, tetapi sinifikan karena gambaran klinis dan

morfogiknya mungkin mirip dengan karsinoma. Di lesi ini

tampak mencolok fibrosis intralobularis serta proliferai duktulus

kecil dan asinus (Robbins, 2012).


23

b. Papiloma Intraduktal

Papiloma Intraduktal adalah benjolan jinak yang biasanya soliter

(satu) dan biasanya ditemukan pada kelenjar utama dekat puting pada

lokasi subareolar (sekitar puting). Papiloma intraduktal sering terjadi

pada dekade ke empat. Wanita tersebut dapat mengeluhkan keluarnya

cairan berupa darah dari salah satu payudara tanpa terabanya massa

atau benjolan dipayudara. Benjolan yang ada biasanya tidak teraba

karen biasanya berukuran < 5 mm. Mamogram sebaiknya dilakukan

untuk menyingkirkan keganasan karena biasanya keganasan memiliki

gejala keluarnya darah dari puting.

Untuk penatalaksanaanya yaitu :

1) Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara

merupakan terapi utama. Hal ini dapat dilakukan dengan bius

lokal.

2) Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil atipikal

hiperplasia pada papiloma ini, maka resiko kanker payudara

meningkat dibandingkan dengan hasil penyakit proliferatif

dengan atipia.

c. Nekrosis lemak

Benjolan jinak pada payudara yang terjadi akibat trauma (tumpul

atau operasi) pada jaringan lemak payudara, berupa benjolan dengan

konsistensi keras, bulat, kulit disekitar benjolan dapat memerah atau


24

memar dan dimple, benjolan tersebut tidak akan berubah jadi keganasan

dan dapat terjadi pada perempuan pada setiap tingkatan usia.

Pada kasus nekrosis lemak yang sudah dipastikan dengan gambaran

mamografi dan USG dapat dilakukan tindakan konservatif dengan

massage. Bila massa < 2 cm, diharapkan dengan massage bisa hilang

dan bila da masa > 2 cm biasanya hanya mengecil dan dapat dilanjutkan

dengan eksisi atau liposuksion.

d. Kista payudara

Berasal dari unit lobulus terminal. Kista yang besar dengan dinding

tipis, teratur, biasanya tidak ada yang berhubungan dengan terjadinya

kanker payudara oleh karena itu, dapat diobservasi saja.

Kadang-kadang kista ini sukar dibedakan secara klinis ataupun

dengan mamografi dengan solid tumor sehingga diperlukan

pemeriksaan sonografi disertai FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)

untuk pemeriksaan sitologi yang akiurasinya cukup tinggi.

Pada kista yang kompleks (complicated cyst) pada pemeriksaan

sonografi memperlihatkan adanya internal eko, dinding tipis dan tebal

bersepta-septa dan dinding ireguler dan tidak adanya posterior

anhancement, kemungkinan keganasan berkisar hanya 0,5%, akan

tetapi, pada kista disertai pertumbuhan dalam kista, harus dicurigai

sebagai neoplasma dan diperlakukan seperti solid tumor sehingga perlu

dilakukan core needle biopsy atau eksisi biopsi (Anwar, 2011).


25

e. Fibroadenoma

Fibroadenoma atau sering dikenal dengan Fibroadenoma Mamma

(FAM) merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada

payudara wanita. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita muda dan

remaja. Sebelum usia 25 tahun, FAM lebih sering terjadi dibandingkan

kista payudara. FAM jarang terjadi setelah masa menopause, yang

berarti bahwa FAM responsif terhadap rangsangan esktrogen.

1) Tanda dan gejala

a) Biasanya terjadi pada usia muda 20-an yang diawali dengan

penemuan massa yang tidak terasa sakit saat mandi dan.

b) Pertumbuhan massa biasanya sangat lambat (Norwitz, 2008)

c) Fibroadenoma dapat multipel

d) Biasanya wanita muda menyadari terdapat benjolan pada

payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan

benjolan berdiameter 2-3 cm, namun Fibroadenoma dapat

tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (Giant Fibroadenoma)

e) Pada pemeriksaan, benjolan fibroadenoma kenyal dan halus.

Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah,

nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak

menyebabkan pengerutan kulit payudara atau pun retraksi

puting (puting masuk), benjolan tersebut berlobus-lobus.

f) Pemeriksaan mamografi menghasilkan gambaran yang jelas

jinak berupa rata dan memiliki batas yang jelas.


26

g) Wanita dengan fibroadenoma simpel tanpa penampakan

histologi komplek dan tanpa penyakit proliferatif pada parenkim

payuadara tidak memiliki peningkatan risiko kanker payudara.

2) Penatalaksanaan

Pada saat Fibroadenoma diketahui, didiagnosis ini dikonfirmasi

dengan biopsi atau analisis sitologi (sel). Biopsi tersebut dapat

mengkonfimasi adanya sel keganasan (Nugroho, 2011).

3) Pengobatan

Jika etioligi tidak dapat ditetapkan dengan aspirai jarum halus

(Fine-needle aspiration, FNA), maka pengambilan melalui

pembedahan diindikasikan. Setiap massa yang meningkatkan

ukurannya secara cepat harus diangkat. Demikian untuk setiap

massa padat yang ditemukan pada wanita berusia lebih dari 30

tahun.

f. Tumor Filodes Jinak

Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor

fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan

dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5

atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan

biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan

dengan fibroadenoma. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes

biasanya lebih besar dari fibroadenoma, mungkin karena pertumbuhan

yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa


27

tumor filodes ninak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar

40%.

1) Penatalaksanaan

a) Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin

membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara).

b) Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.

Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes

ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan

agar tidak ada sel keganasan yang tersisa (Nugroho 2011).

6. Penyakit – penyakit payudara

a. Mamaria Displasia

Malaria Displasia adalah gangguan payudara yang paling umum

kira – kira 50% wanita berumur 30 - 50 tahun terkena, tetapi jarang

terjadi pada wanita pasca menopause. malaria displasia ditandai oleh

massa payudara bilateral, biasanya multipel dan nyeri. Flaktulasi

ukuran massa dan rasa tidak nyaman terjadi agak cepat dan biasanya

berhubungan dengan siklus menstruasi, dengan nyeri paling hebat dan

ukuran massa paling besar terjadi selama interval pramenstruasi.

Sebenarnya rasa sakit, flukturasi ukuran dan banyaknya massa paling

berguna untuk membedakan proses ini dengan karsinoma dan

fibronema. Mamografi sering kali digunakan untuk membuat diagnosis

klinis, dan wanita kurang lebih 25 tahun dengan mamaria displasia

sebaiknya menjalani mamografi dasar. Biopsi mungkin diperlukan


28

untuk lesi secara memadi. Ultrasonografi juga dapat membantu

membedakan lesi kistik vs solid.

Kista payudara kadang – kadang mencapai ukuran tertentu

sehingga memerlukan aspirasi dengan anestesi lokal. Cairan yang

diaspirasi harus diperiksa secara sitologi. Jika tidak diperoleh cairan

atau jika cairan berdarah atau jika massa tetap ada, biopsi merupakan

indikasi. Dimasa lampau, digunakan androgen dosis rendah untuk

mengobati gangguan ini, tetapi sering timbul efek samping yang tidak

diinginkan (maskulinisasi). Penggunaan medroksiprogesteron asetat 5-

10 mg per oral setiap hari selama 5-10 hari pada akhir setiap siklus

mungkin bermanfaat.

b. Fibroadenoma Payudara

Fibroadenoma Payudara adalah massa jinak tidak nyeri tekan, solid

(kokoh), discrete, biasanya unilateral (10% - 15% bilateral) dan soliter

(tunggal) yang umum terjadi pada umur 20 – 40 tahun. fibroadenoma

biasanya berdiameter 1 – 5 cm. Tumor ini lebih sering dan cenderung

terjadi pada umur lebih awal pada kulit hitam dibandingkan kulit putih

atau oriental. Fibroadenoma terdiri atas jaringan fibrosa dan glandular.

Pertumbuhan tumor dirangsang oleh kehamilan, dan regresi terjadi pada

masa menaupose (seringkali dengan klasifikasi). Fibroadenoma harus

dibedakan dengan mamaria displasia dan karsinoma payudara.

Penatalaksanaan berupa eksisi dengan anestesi lokal.


29

Sistosarkoma filodes (miksoma mamaria raksasa) adalah suatu

jenis fibroademoma payudara dengan stroma seluler poliferatif yang

tidak lazim. Dapat tumbuh cepat menjadi besar. Sitosarkoma filodes

jarang ganas, tetapi dapat berulang jika tidak dieksisi dengan lengkap.

Karena itu batas eksisi harus luas.

c. Mastitis Purpuralis

Mastitis Purpuralis biasanya ditandai dengan peradangan unilateral,

umumnya terlokalisir, disertai demam, nyeri setempat, nyeri tekan dan

eriterna segmental. Seringkali masih terdapat fisura pada putting

(tempat masuk bakteri). Kuman penyebab yang umum adalah

Staphylococcus aureus hemolitikus. karena itu harus menggunakan

terapi antibiotika yang resisten terhadap penisilinase (misalnya

oksalisin, sefalotin).

d. Karsinoma Payudara

Umur rata – rata dan median kejadian kanker payudara adalah 60-

61 tahun etiologinya masih belum diketahui. Faktor resiko kejadian

kanker payudara yang sebagian besar didasarkan pada riwayat pasien

dan riwayat keluarga. Unopposed estrogen dapat menigkatkan resiko

kanker payudara, tetapi efek onkotiknya tidak terlalu berhubungan

seperti hubungan antara ekstrogen dengan karsinoma endometrium.

Meskipun terdapat beberapa penyebab, kontrasepsi oral tampaknya

tidak memperbesar resiko Kanker payudara.


30

Sebagian besar karsinoma payudara berasal dari lapisan epitel

sistem duktus payudara. Jika asal sel kanker adalah duktus berukuran

besar atau sedang disebut duktal (kira–kira 90%), jika berasal dari

epitelium duktus terminalis lobular disebut lobular. Beberapa subtipe

histologis kanker payudara sudah dikenali. Namun 70 - 80 % adalah

karsinoma duktal infiltratif non spesifik, dan tipe histologik hanya

sedikit mempengaruhi prognosis seperti yang digambarkan dlam

stadium tumor. kanker payudara bersifat multisentrik, yaitu dapat

dikenali lebih dari satu fokus ganas pada payudara yang sama pada 40

% pasien, dan pada payudara yang lain pada kira–kira 2 % pasien.

Insiden kemungkinan kanker terjadi kemudian pada payudara sisi yang

lain adalah 5 % - 8 %.

Kira – kira 45 % kanker payudara terjadi dikuadran luar atas, 25 %

didaerah tengah (periareolar atau subareolar), 15 % di kuadran dalam

atas, 10 % dikuadran luar bawah dan 5 % dikuadran dalam bawah (

Benson, 2008 ).

Tabel 2.1 Insiden dan puncak penyakit jinak payudara

Jenis Insiden Puncak Gejala-gejala


(%) (tahun)
Mamaria 30-50 Massa solid atau kistik, nyeri,
displasia Kira-kira bilateral dengan variabilitas siklik
50
Fibroadenoma 2-3 20-40 Biasanya massa unilateral (10-
15% bilateral), keras, mempunyai
ciri khusus, soliter, tidak nyeri
tekan
Papiloma 3-5 45-55 Discharge puting berdarah, serosa
31

intraduktal atau keruh dari duktus tanpa teraba


massa
Nekrosis lemak >5 Umur Separuh dengan riwayat trauma,
berapapun ekimosis, retraksi kulit, atau nyeri
tekan setempat
Estasia duktus Kira-kira 1 50-60 Massa bilateral, lunak, mungkin
mamaria ada retraksi puting, pembesaran
kelenjar aksila
Makromastia <0.1 Pubertas Pembesaran difus dengan
pertumbuhan berlanjut
Galaktokel Kira-kira 2 Perilaktasi Dilatasi duktus kistik
abses payudara Laktasi Unilateral, peradangan setempat,
demam, rasa sakit, nyeri tekan,
eritema segmental, disebabkan
oleh staphylococcus aureus, pada
keadaan tidak menyusui harus
biopsi

7. Faktor Resiko

Beberapa wanita merasakan nyeri payudara disekitar masa ovulasi

(pelepasan sel telur) yang terus berlanjut sampai masa menstruasi tiba,

salah satu faktor resiko yaitu :

a. Kehamilan

Semakin tua memiliki anak pertama, semakin besar resiko untuk

terkena kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum

pernah melahirkan anak resiko terkena kanker payudara juga akan

meningkat.

b. Pengaruh hormon

Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon

estrogen saja atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih

setelah menopause akan memiiki peningkatan resiko mengembangkan

kanker payudara.
32

c. Menyusui

Menyusui merupakan salah satu faktor penting yang

memberikan proteksi terhadap ibu. Hal ini perlu dikampanyekan

kepada kaum ibu sehingga upaya laktasi akan memberi dampak ganda,

meningkatkan kesehatan bayi dan juga dapat menghindarkan ibu dari

kanker payudara ( Bustan, 2007 ).

d. Riwayat Keluarga dan genetika

Sekitar 5-10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi

khereditas spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinan membawa

gen kerentanan kanker payudara sebelum menopause, memiliki

riwayat keluarga yang signifikan (yaitu banyak anggota keluarga

terjangkit sebelum menopause) atau bersal dari etnik tertentu

(Robbins,2012).

Jika ibu, saudara perempuan, adik, kaka memiliki kanker

payudara (terutama sebelum usia 40 tahun), resiko kanker payudara

lebih tinggi. Resiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu

anggota keluarga inti yang terkena kanker payudara dan semakin muda

ada anggota keluarga yang terkena kanker maka semakin besar

penyakit tersebut bersifat keturunan ( Mulyani, 2013 ).

e. Riwayat fibrokistik

Wanita dengan adenosis, fibroadenoma serta fibrosis tidak ada

peningkatan resiko terjadinya kanker payudara. Sedangkan pada


33

hiperplasis dan papiloma resiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali,

sedangkan pada hiperplasia atipik resiko meningkat hingga 5 kali.

f. Alkohol

Wanita yang mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena

kanker payudara karena alkohol menyebabkan pelemakan hati,

sehingga hati bekerja lebih keras dan sehingga lebih sulit memproses

estrogen agar keluar dari tubuh.

g. Faktor lingkungan

Pengaruh lingkungan diisyaratkan oleh insiden kanker payuadara

yang berbeda-beda dalam kelompok yang secara genetis homogen dan

perbedaan geografik dalam prevalensi. Faktor lingkungan lain yang

penting adalah iradiasi dan esktogen eksogen karena pada perempuan

yang diradiasi untuk penyakit hodgkin saat remaja dan usi 20 tahunan

akan terjangkit kanker payudara, tetapi resiko untuk perempuan yang

diterapi pada usia setelah itu tidak meningkat. dosis radiasi yang

rendah pada penapisan mamografi hampir tidak berefek pada insidensi

kanker payudara.

h. Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk

tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi

terhadap kekerapan kanker ini dinegara-negara barat bukan berat serta

perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini (Shadine,2012).


34

Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan melakukan

olahraga dan makan berkalori rendah, jalan kaki (jogging) adalah

olahraga yang terpilih dalam mengontrol berat badan (Bustan, 2007).

8. Pencegahan

Pencegahan Kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insiden

kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka

kematian akibat kanker payudara itu sendiri. Adapun strategi pencegahan

yang dilakukan antara lain:

a. Pencegahan Primer

Merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena

dilakukan pada seseorang yang sehat melalui upaya untuk

menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor resiko.

Pencegahan primer dapat berupa deteksi dini, SADARI serta

melaksanakan pola hidup sehat untuk mencegah penyakit kanker

payudara.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko

untuk terkena kanker payudara. pada setiap wanita normal serta

memiliki siklus haid normal, mereka merupakan populasi at risk dari

kanker payudara. Pencegahan ini dilakukan dengan melakukan deteksi

dini berupa skrining melalui mammografi yang diklaim memiliki

akurasi 90 % tetapi keterpaparan terus-menerus pada mamografi pada


35

wanita yang sehat itu tidak baik karena merupakan salah satu faktor

resiko terjadinya kanker payudara.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier biasanya diarakan pada individu yang telah

positif menderita kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat

penderita kanker payudara sesuai dengan stadium kanker payudara

dengan tujuan untuk mengurangi kecatatan dan memperpanjang

harapan hidup penderita . Ini berperan penting untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita dan mencegah komplikasi penyakit serta

meneruskan pengobatan ( Mulyani,2013 )

Sebagai catatatan penting, perubahan pada apapun pada

payudara harus disikapi dengan hati-hati. Oleh karena itu, cegahlah

timbulnya gangguan gangguan kesehatan pada payudara dengan

beberapa cara berikut :

a. Buat catatan bulanan

Keteraturan siklus menstruasi dapat diketahui dengan cara

menghitung hari, bukan berdasarkan tanggal tiap bulanya. Segera

temui dokter bila menemukan hal-hal berikut ini :

1) Siklus haid kurang dari 14 hari atau lebih dari 35-40 hari

sekali.

2) Lamanya haid lebih dari 14 hari

3) Volume darah haid sangat banyak ( sampai-sampai ganti

pembalut sampai 10 kali perhari )


36

b. Hindari makanan tinggi lemak

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kemungkinan

wanita yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak untuk terkena

kanker payudara akan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka

yang banyak mengkonsumsi makanan yang rendah lemak. Namun,

belum diketahui apakah diet rendah lemak benar-benar mencegah

kanker payudara atau tidak.

Hal ini terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan

yang tidak dipecah dalam tubuh, sehingga menyebabkan hormon

estrogen ditubuh tidak bisa bekerja dengan baik. Akibatnya, bisa

memudahkan tumbuhnya kista ( benjolan yang berongga dn berisi

cairan yang kental menyerupai bubur ), miom ( tumor jaringan

otot ), dan gangguan lain pada organ yang aktivitasnya

berhubungan dengan hormon estrogen, termasuk payudara (

Pamungkas, 2011 ).

c. Menjaga berat badan ideal

Untuk menjaga berat badan ideal dengan cara hindari

mengalami kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan,

karena kegemukan dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

Selain itu, hindari juga kenaikan berat badan mendadak setelah

usia 18 tahun karena beresiko besar.

d. Pemberian ASI
37

Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama

mungkin dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Ini

disebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi

hormon oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon

estrogen karena hormon estrogen memegang peranan penting

dalam perkembangan sel kanker payudara.

e. Memilih diet dengan mengkonsumsi syuran, buah-buahan dan

kacang-kacangan serta mengurangi konsumsi makanan berkanji

yang diproses.

f. Mengurangi konsumsi makanan dan gula yang diproses,

mengkonsumsi makanan lebih dari tujuh hidangan yang terdiri

dari berbagai sereal, kacang-kacangan, tumbuhan berakar dan

berubi. Ahli nutrisi mengatakan, bagian terbesar diet seharusnya

dari makanan ini. Jika diproses secara minimal, makanan seperti

sereal dan nasi, menawarkan lebih banyak serat dan nutrisi

penting. Makanan berubi seperti kentang dan jalar, makanan

berakar seperti lobak, juga dikaitkan sebagai pelindung kanke.

Kacang pula merupakan makanan kaya protein dan sumber

tambaan diet mencegah kanker.

g. Kurangi konsumsi daging merah kurang dari 3 ons sehari. Lebih

baik memilih ikan, ayam atau daging yang bukan dari hewan

ternak untuk menggantikan daging merah. Konsumsi daging

merah seperti, daging sapi, domba, kambing dan sejenisnya dapat


38

meningkatkan resiko kanker kolon, rectum, payudara, prostat dan

ginjal. Bahkan kandungan lemak yang tinggi dalam daging merah

juga dapat menyebabkan banyak kanker lain.

h. Menyimpan makana yang cepat rusak dalam lemari es. Ada

penelitian membuktikan bahwa makanan yang disimpan

dipendingin dapat mengurangi kebutuhan garam sebagai pengawet

dan sekaligus mengurangi resiko kanker perut.

i. Mengurangi makanan yang di salai. Makanan salai terutama

daging dan ikan dapat mengakibatkan produksi senyawa

heterocyclic aromatic yang bisa menyebabkan kanker. Makanan

yang diawetkan dengan nitrit pula memiliki nitrosamina yang

berpotensi menyebabkan kanker. senyawa lain yang berbahaya

akibat pembakaran kayu ditemukan dalam makanan yang diasapi.

j. Metode memasak dengan suhu rendah seperti mengukus, merebus,

dan memanggang dianggap baik untuk dikonsumsi dan baik pula

untuk kesehatan.

k. Menghentikan mengkonsumsi alkohol karena dengan

mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko kanker mulut,

farinks, esofagus, hati, kolon, rectum dan payudara.

l. Menggunakan minyak sayur yang sesuai secara sederhana dan

membatasi konsumsi makanan yang berlemak terutama dari

sumber hewani. Mengkonsumsi makanan tinnggi lemak

meningkatkan resiko kanker paru-paru, kolon, payudara dan


39

prostat. Jika ingin menambah lemak dalam makanan ganti dengan

minyak sayur.

m. Ketika ditempat kerja atau dimanapun lakukanlah aktivitas fisik

jangan duduk saja ditempat kerja. Malakukan olahraga ringan

setiap harinya dan melakukan latihan setidaknya satu jam. Para

pakar mengatakan, aktivitas fisik yang sering membantu

mencegah kanker kolon, kanker payudara serta kanker paru-paru.

Aktivitas fisik juga membantu mengontrol berat badan dan

mencegah kanker yang berhubungan dengan kegemukan.

n. Hindari merokok atau mengunyah tembakau karena tembakau

merupakan penyebab utama kanker paru-paru dan kemungkinan

menyebabkan kanker mulit, tenggorokan.

o. Menghiondari stress, selalu berfikir positif dalam segala hal

karean stress dapat memunculkan penyakit yang ada pada diri kita

( Mulyani, 2013 ).

p. Rajin melakukan SADARI

Dengan melakukan SADARI atau pemeriksaan payudara

sendiri kankerpayudara dapat ditemukan secara dini serta dengan

dilakukannya pemeriksaan mamografi. Wanita yang dianjurkan

untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita sejak pertama

kali mengalami haid ( Mulyani, 2013 ).

Adapun tahap-tahap melakukan SADARI adalah sebagai

berikut :
40

1) Amati

Lakukan pemeriksaan didepan kaca

Berdiri didepan kaca, lengan terletak disamping badan.

Perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Normal jika ukuran

satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian, perhatikan juga

bentuk puting dan warna kulit. Lakukan hal yang sama

dengan posisi tangan yang berbeda-beda ( kedua tangan

diangkat, tangan diletakkan dipiggang, atau badan sedikit

membungkuk ). Lakukan hal ini saat mandi atau sedang

bercerrmin sehingga seorang perempuan dapat mengenali

bentuk payudara.

2) Rasakan

Berbaring dengan bantal dibawah pundak kiri. Letakkan

tangan kanan dibelakang kepala membentuk sudut 90 derajat.

Gunakan 3 jari tangan kiri untuk merasakan benjolan atau

penebalan kulit pada payudara. Tekan dengan baik pada

payudara. Pelajari bagaiamana rasa payudara pada biasanya.

Jari dapat memilih beberapa arah jelajah, melingkar,

naik-turun, dan pilah-pilah. Langkah ini memastikan anda

telah menjelajahi seluruh area dan membantu untuk

mengingatkan bagaimana keadaan payudara. Sekarang periksa

payudara kiri dengan 3 jari tangan kanan ( Bustan, 2007 ).


41

3) Tahap-tahap SADARI

Sumber, Shadine, 2012


Gambar 2.2

a) Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua

payudara. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang

tidak biasa seperti cairan dari puting susu, pengerutan,

penarikan atau pengelupasan kulit.

b) Angkatlah kedua tangan keatas kepala. Perhatikan, apakah ada

kelainan pada kedua puting atau payudara.

c) Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke

arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.

Periksa kembali, apakah ada perubahan atau kelainan pada

kedua payudara atau puting.

d) Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan

kiri untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati

dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi sisi luar,

tekanan ujung jari tangan membentuk lingkaran-lingkatan kecil


42

dan pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar payudara.

Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan

ketiak, termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap

benjolan yang tidak biasa atau benjolan di bawah kulit.

e) Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan

payudara untuk melihat apakah ada cairan atau darah yang

keluar dari puting payudara. Lakukan hal yang sama pada

payudara kiri.

f) Mengulangi langkah diatas dengan posisi berbaring.

Berbaringlah di tempat denngan permukaan rata, berbaringlah

dengan lengan kanan di belakang kepala dan bantal kecil atau

lipatan handuk diletakkan dibawah pundak. Posisi ini

menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan

lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti

tahap diatas. Lakukan pula pada payudara kiri (Mulyani,2013).


43

9. Patofisiologi
Payudara

Abnormal Normal

1. Terdapat benjolan Tidak terdapat benjolan


2. Keluar cairan dari
puting susu
3. Berubah warna
4. Berubah bentuk
5. Pembengkakan
payudara Faktor Resiko

1. Kehamilan
2. Pengaruh hormon
3. Menyusui
4. Riwayat keluarga
Deteksi: 5. Riwayat Fibrokistik
6. Alkohol
SADARI 7. Faktor lingkungan
CBE (Clinical Breast 8. Obesitas
examination)
Pemeriksaan Fisik
Ultrasound ( USG ) Payudara
Mammogram
Biopsi
Mastitis Purpuralis
Mamaria Displasia
Penyakit Fibrokistik
Tumor Jinak
Tumor Ganas Papiloma Intraduktal
Fibroadenoma Mammae

Bagan 2.1 Patofisiologi Payudara

Sumber: (Mulyani,2013)
44

10. Pathway

Fibroadenoma
Payudara

Ciri-ciri
Benjolan Multipel
Kenyal, halus Penatalaksanaan

membesar sesaat sebelum


menstruasi
Berdiameter 2-3 cm Fine-needle aspiration, FNA

Pembedahan

Bagan 2.2 Pathway Fibroadenoma


Sumber :
( Nugroho,2011), (Norwitz, 2008)
45

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai

dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Kebidanan

a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang

lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif

terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien.

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehtannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana

individu.
46

g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan kolaborasi dan merujuk klien untuk mndapatkan asuhan

selanjutnya.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

(Mufdilah,2012).

3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu:

a. Langkah I ( Pertama ): Pengumpulan data dasar

Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah

berikutnya. Mengumpulkan data adlaah menghimpun informasi tentang

klien atau orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang

tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang

rumit karena sifat manusia yang komplek. Data yang tepat adalah yang

relefan dengan situasi yang sedang ditinjau. Data yang mempunyai

pengaruh atas atau berhubungan dengan situasi yang sedang ditinjau.

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan

dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Pasien

adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber


47

data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah

data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga.

Teknik pengumpulan data ada tiga yaitu:

1) Observasi

Adalah pengumpulan data melalui indera : penglihatan

(perilaku. tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pedengaran

(bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),

perabaan (suhu badan, nadi).

2) Wawancara

Adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada

pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting

diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data

yang relefan.

3) Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen atau alat

pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka,

irama, kuantitas. Misalnya : tinggi bdan dengan meteran, berat

badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter

(Mufdilah,2012).

b. Langkah II ( Kedua ): Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasrkan interpretasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
48

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik.

Langkah awal perumusan masalah atau diagnosa kebidanan adalah

pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan dan

menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta.

Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta atau

kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai sesuatu

dibandingkan degan standar. Standar adalah aturan atau ukuran yang

telah diterima secara umum dan digunakan sebagai dasar perbandingan

dalam kategori yang sama.

Masalah atau diagnosa adalah suatu pernyataan dari masalah pasien

atau klien yang nyata atau potensial dan membutuhkan tindakan. Dalam

pengertian yang lain masalah atau diagnosa adalah pernyataan yang

menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan dengan keadaan

kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan

yang bercorak negatif (Mufdilah,2012).

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosa kebidanan :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

3) Memiliki ciri khas kebidanan.


49

4) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan.

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

c. Langkah III ( Ketiga ) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah

potesial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV ( Keempat ) : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan

yang memerlukan penanganan segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi

dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien

untuk menentukan asuhan pasien yang paling tepat. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e. Langkah V ( Kelima ) : Merencanakan asuhan yang komprehensif atau

menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lelanjutan


50

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang diidentifikasi atau

antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak

dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan

maupun wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya wanita itulah

yang akan melaksanakan rencna itu atau tidak (Mufdilah,2012).

Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan

yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar, berdasarkan

pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to date serta divalidasikan

dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan wanita tersebut dan apa

yang tidak diinginkan.

Perencanaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah

sebagai berikut: tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang

berisi tentang sasran atau target dan hasil yang akan dicapai,

selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah atau

diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.

f. Langkah VI ( Keenam ) : Melaksanakan perencanaan dan

penatalaksaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian dilakukan oleh klien, atau

anggota tim kesehatan yang lainnya. Jika bidan tidak melakukannya


51

sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya ( mamastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan

keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami

komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya

rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. manajemen yang

efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan

(Mufdilah,2012).

Contoh VI:

Data : Ibu melahirkan satu kali, usia 35 tahun, terdapat benjolan

daerah payudara, terasa nyeri dan sakit, lebar kurang lebih 5 cm,

TD 120/70 mmHg

Diagnosis : P1A0 umur 35 tahun dengan Fibroadenoma Mammae,

tindakan antisipasi :

1) Pasang infus untuk proses persiapan tindakan selanjutnya

2) Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis bedah

3) Berikan terapi sesuai dengan adfis dokter

Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi masalah

atau diagnosa potensial yang diidentifikasikan sudah tepat.

g. Langkah VII ( Ketujuh ) : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dri asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan


52

apakan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagai sebagian belum efektif.

Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu

mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen

tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan

berikutnya (Mufdilah,2012).

4. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan

a. Pengertian

Dokumentasi dalam asuhan kebidanan adalah suatu pencatatan

yang lengkap dan akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat

dan dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan

kebidnan).

b. Fungsi dokumentasi

1) Sebagai bukti yang sah atas asuhan

2) Sebagai sarana komunikasi

3) Sebagai sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis

kejadian dan kondisi

4) Sebagai sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian


53

c. Yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi

1) Jangan mencoret-coret tulisan yang salah

2) Jangan memberikan komentar atau menulis hal yang bersifat

mengkritik klien atau tenaga kesehatan lain

3) Koreksi terhadap kesalahan dibuat dengan segera mungkin

4) Catat hanya fakta

5) Semua catatan harus ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa

yang lugas (hindari jargon)

d. Prinsip dan teknik pencatatan

1) Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran

2) Menulis dengan tinta hitam

3) Menulis tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang

dilakukan

4) Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan

pemeriksaan oleh orang yang melakukan

5) Hasil temuan digambarkan secara jelas

6) Interpretasi data obyektif harus didukung oleh observasi

7) Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup

8) Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus,

(ditutup, atau ditipp’ex) seharusnya pada bagian yang salah hanya

dicoret lalu diberi paraf dan tanggal.


54

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Lingkup praktik kebidanan adalah terkait erat dengan fungsi, tanggung

jawab dan aktifitas bidan yang telah mendapatkan pendidikan, kompeten dan

memiliki kewenangan untuk melaksanakannya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 kewenangan bidan adalah :

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan

yang meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu;

2. Pelayanan kesehatan anak; dan

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam

pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana; dan

2. Memberi alat kontrasepsi oral dan kondom.

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Standar Profesi

Bidan Nomor: 369/MENKES/SKIII/2007

Asuhan pada ibu atau wanita dengan gangguan reproduksi


55

Kompetensi ke-9: Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu

dengan gangguan sistem reproduksi.

Pengetahuan Dasar

1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS), HIV/AIDS.

2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang

lazim terjadi.

3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi :

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Keterampilan Dasar

1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem

reproduksi.

2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus

spontan (bila belum sempurna).

3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat ada wanita atau

ibu dengan gangguan system reproduksi.

4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan

pada gangguan system reproduksi meliputi : keputihan, perdarahan

tidak teratur dan penundaan haid.

5. Mikroskop dan penggunaannya.

6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.


56

Ketrampilan Tambahan

1. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.

2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009

Pasal 71

(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental,

dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi

pada laki-laki dan perempuan.

(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;

b. Pengaturan kehamilan, alat konstrasepsi, dan kesehatan seksual; dan

c. kesehatan sistem reproduksi.

(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi

dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yaitu

yang ditujukan untuk menyelamatkan jiwa.


57

Lingkup praktik bidan adalah pada BBL, bayi, balita, anak perempuan,

renaja putri, wanita pranikah, wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas,

wanita pada masa interval dan wanita menopause (Mufdilah,2012).

Anda mungkin juga menyukai