Anda di halaman 1dari 5

ARISAN

Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arisan adalah pengumpulan uang atau
barang yang bernilai sama oleh beberapa orang, lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut
dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.

Ini sama dengan pengertian yang disampaikan Ulama dunia dengan istilah jum’iyyah al-
Muwazhzhafin atau al-qardhu al-ta’awuni. Jum’iyyah al-muwazhzhafin dijelaskan para
Ulama sebagai bersepakatnya sejumlah orang dengan ketentuan setiap orang membayar
sejumlah uang yang sama dengan yang dibayarkan yang lainnya. Kesepakatan ini dilakukan
pada akhir setiap bulan atau akhir semester (enam bulan) atau sejenisnya, kemudian semua
uang yang terkumpul dari anggota diserahkan kepada salah seorang anggota pada bulan
kedua atau setelah enam bulan –sesuai dengan kesepakatan mereka-. Demikianlah seterusnya,
sehingga setiap orang dari mereka menerima jumlah uang yang sama seperti yang diterima
orang sebelumnya. Terkadang arisan ini berlangsung satu putaran atau dua putaran atau lebih
tergantung pada keinginan anggota.

Hukum arisan secara syariah yaitu arisan merupakan muamalat yang belum pernah di bahas
dalam alquran dan assunah secara langsung, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum
asal muamalah yaitu dibolehkan. Para ulama mengemukakan hal tersebut dalam kaedah fikih
yang berbunyi “pada dasarnya hukum transaksi dan muamalah itu adalah halal dan boleh ”
(sa’dudin muhammad al kiybi).

Pengundian arisan juga dibahas dalam riwayat H.R muslim dari aisyah ia berkata “Rasullulah
SAW apabila pergi beliau mengadakan undian di antara istri-istrinya, lalu jatuhlah undian itu
kepada Aidyah dan Hafsah, kemudian keduanya pergi bersama beliau”jika di pahami secara
cermat, Nabi saw memilih diantara istri beliau untuk dibawa berpergian dengan cara
mengundi (qur’ah) tentu cara itu hukumnya halal karena pada undian itu tidak ada
pemindahan hak, dan tidak ada perselisihan milik, maka jika pengundian di dalam arisan
tidak ada pemindahan hak dan perselisihan milik maka hukumnya halal.

Dilihat dari sisi substansi pada hakekatnya arisan merupakan akad pinjam meminjam lebih
tepatnya akad al-qardh yaitu (utang-piutang). Dengan demikian uang arisan yang diambil
oleh orang yang mendapat atau memenangkan undian itu adalah utangnya. Dan wajib untuk
memenuhi kewajibannya dengan membayar sejumlah uang secara berkala sampai semua
anggota mendapatkan hak atas arisan tersebut.

Didalam arisan juga termasuk ta’awun (tolong menolong), seperti arisan kurban atau akikah
karena dapat dicapai dengan cara arisan, seseorang secara langsung belum mempunyai biaya
untuk kurban atau akikah dengan arisan tersebut dapat membayar secara berangsur untuk
akikah dan qurban.

Arisan yang dilakukan secara syariah dapat dilakukan dengan cara seperti berikut yaitu pihak
yang menyelenggarakan arisan jelas dan ada pihak yang memberikan jaminan atas
terselenggaranya arisan tersebut, setiap peserta sepakat mengeluarkan sejumlah uang secara
berkala dalam waktu tempo tertentu, setiap pesrta arisan sepakat mendapatkan sejumlah uang
yang setara dengan jumlah yang akan atau pernah mereka keluarkan, penentuan pemenang
disepakati dengan cara mengundi dengan ketentuan di dalam pengundian tidak ada
pemindahan hak dan perselisihan, arisan yang didalamnya memiliki banyak manfaat seperti
menyambung silahturahmi antar sesama peserta arisan, baik jarak dekat atau jauh,sebagai
tempat latihan menabung jika kita sebagai orang yang sulit menabung maka arisan dapat
dijadikan latihan untuk menabung karena setiap bulan kita menyisihkan uang untuk
dibayarkan dalam arisan, bertukar informasi antara peserta arisan, mengadakan pengajian
rutin bersamaan dilakukannya arisan, menyisihkan uang untuk infak pada waktu arisan
setelah uang terkumpul maka uang tersebut bisa disumbangkan kepada pihak yang
membutuhkan,ketika dalam arisan tidak boleh membicarakan aib orang lain,arisan juga tidak
boleh mengandung unsur maysir, judi, dan spekulasi yang didalamnnya ada pihak yang di
untungkan dan pihak yang dirugikan,tidak menerapkan bunga (riba) dalam arisan atau
pembayaran, tidak boleh bersifat riya yang bertujuan untuk memamerkan ketika
arisan. Dengan dilakukannya arisan sesuai  syariah maka insyaallah arisan yang dilakukan di
bolehkan di dalam islam

Tetapi walaupun begitu, ada sebagian bentuk arisan yang diharamkan dalam Islam, karena
mengandung riba, penipuan dan merugikan pihak lain.Contohnya :

Pertama : Arisan Motor Dengan Sistem Lelang

Maksud Arisan Sepeda Motor Dengan Sistem Lelang yaitu pemenang arisan adalah yang
mengajukan harga tertinggi.  Adapun kelebihan harga lelang dari harga asli sepeda motor
disimpan oleh penyelenggara untuk diberikan lagi ke peserta arisan dengan cara dibelikan
sepeda motor lagi.  Sehingga arisan yang asalnya selesai 20 kali pembayaran, bisa selesai
sebelum itu, dikarenakan adanya uang kelebihan.

Misalnya arisan motor yang diselenggaran oleh salah satu lembaga dengan standar harga
yang mengacu kepada “New Shogun” yaitu Rp. 13.635.000,-. Peserta diwajibkan menyetor
Rp.250.000,- setiap bulannya selama 48  kali. Dengan setoran sebesar itu panitia arisan masih
mengiming-imingi beberapa hadiah. Sehingga kalau ditotal setiap peserta akan menyetor
Rp.250.000,- x 48  =   Rp. 12.000.000,-. Untuk mendapatkan motor tersebut, peserta
diwajibkan lagi membayar lelang minimal Rp. 3.500.000,-  sehingga jumlah total yang harus
dibayar peserta adalah Rp. 15.500.000,-.  Berarti selisisih harga lelang dengan harga asli
adalah sebesar Rp. 1.865.000,-. Peserta yang kepingin mendapatkan motor cepat, maka harga
lelangnya harus lebih tinggi.

Bentuk arisan di atas hukumnya haram, karena ada sebagian anggota yang membayar lebih
banyak dari yang lain, padahal arisan itu identik dengan hutang, sehingga kelebihan
pembayaran dikatagorikan riba yang diharamkan. Selain itu ada unsur mengambil harta orang
lain tanpa hak, jika panitia mengambil  keuntungan dari discount pembelian dari setiap motor
yang dibelinya, padahal itu adalah haknya para peserta.

Kedua : Arisan Berantai ( Program Investasi Bersama )

Yang dimaksud arisan berantai atau sering juga disebut dengan Program Investasi Bersama
adalah setiap peserta harus mengirim uang dalam jumlah tertentu, umpamanya Rp.20.000,-
kepada 4 anggota arisan lain yang sudah ditentukan.
Gambaran cara kerjanya sebagai berikut : 1. Peserta mengirim uang ke  4 orang anggota , 2.
merubah isi surat dengan cara memasukkan nama dirinya pada urutan paling bawah dan
menaikkan urutan peserta sebelumnya satu tingkat sehingga peserta pada urutan pertama
yang dikirimi uang keluar dari daftar urutan calon penerima uang.3. mengirim surat yang
telah dirubah isinya tersebut ke orang lain sebanyak-banyaknya.4. setelah peserta tersebut
sampai pada urutan pertama, dia akan menerima uang kiriman dari peserta baru yang
jumlahnya tergantung pada jumlah surat yang dikirimkannya dulu.

Perkiraannya jika dalam satu minggu masing-masing orang melakukan promosi terhadap 20
orang member baru, kemudian masing-masing orang tadi mensponsori 20 orang, dan
seterusnya (terjadi duplikasi 4 kali), maka setiap peserta yang hanya menyetor Rp 80.000,-
tersebut akan mendapatkan keuntungan  Rp. 400.000,-, sampai Rp. 3.200.000.000,- dalam
rentang satu sampai empat bulan.

Hukum arisan berantai seperti di atas adalah haram, karena merupakan bentuk perjudian
terselubung.  Di sini seorang peserta menaruh uang dalam jumlah tertentu dan tidak
mengetahui secara jelas berapa uang yang akan diterimanya. Begitu juga peserta yang tidak
mendapatkan member baru, akan rugi karena tidak ada orang yang akan mengirim uang ke no
rekeningnya. Dan itulah hakekat perjudian.

Arisan berantai dengan menggunakan istilah Investasi Bersama adalah bentuk penipuan,
karena dalam investasi, harus ada barang yang dikembangkan atau diperjual-belikan,
kemudian keuntungannya dibagi kepada peserta menurut besar dan kecilnya saham yang
diberikan. Dalam arisan berantai ini tidak ada barangnya sehingga hanya berkutat di uang
saja. Inilah hakekat perjudian. Wallahu A’lam.

ASURANSI

Asuransi merupakan perdagangan atau jaminan yang diberikan dari penanggung pada yang
menanggung resiko kerugian sebagaimana seperti yang sudah ditetapkan dalam surat
perjanjian seperti, kerusakan, pencurian, kebakaran dan sebagainya atau bahkan kehilangan
jiwa atau kecelakaan lain.

A. Asuransi merupakan hal haram apapun wujudnya termasuk asuransi jiwa. Pendapat
tersebut telah dikemukakan oleh Sayyid Sabiq Abdullah al-Qalqii Yusuf Qardhawi dan juga
Muhammad Bakhil al-Muth’i. Sementara beberapa alasan mengapa asuransi dikatakan haram
adalah sebagai berikut:

 Asuransi terkandung unsur yang belum pasti.


 Asuransi sama dengan judi: Seperti yang kita ketahui, judi memiliki unsur taruhan
dan sama halnya dengan premi yang ditanam sehingga sama dengan judi.
 Asuransi terkandung unsur riba atau renten: Asuransi juga mengandung unsur ruba
fadhel atau riba perniagaan sebab adanya sesuatu yang terlalu berlebihan dan juga riba
nasi’ah atau riba karena penundaan secara bersamaan.
 Asuransi mengandung unsur pemerasan sebab apabila pemegang pois tidak dapat
melanjutkan pembayaran, maka pembayaran premi yang sudah dibayarkan akan hilang atau
dikurangi.
 Premi yang sudah dibayarkan akan diputar kembali dalam praktek riba.
 Hidup dan mati manusia dijadikan sebagai bisnis dan ini sama halnya dengan
mendahului takdir Allah SWT.

Terdapat bentuk memakan harta yang batil: Dalam asuransi juga mengandung bentuk
memakan harta orang lain yang dilakukan dengan jalan kebhatilan dan pihak asuransi
mengambil harta akan tetapi tidak selalu memberikan timbal balik. Padahal, di dalam akad
mu’awadhot atau yang terdapat di dalam syarat keuntungan haruslah memiliki timbal balik
dan jika tidak, maka masuk dalam keumuman firman Allah Ta’ala, “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku saling ridho di antara kamu” (QS. An Nisa’: 29).
Tentu setiap orang tidak ridho jika telah memberikan uang, namun tidak mendapatkan timbal
balik atau keuntungan.

Selain itu, juga terdapat sisi ghoror lainnya dari sisi besaran yang dikatakan sebagai timbal
balik yang bisa diperoleh dan besarnya sendiri tidak diketahui dengan pasti. Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam juga sudah melarang jual beli yang memiliki kandungan ghoror atau
spekulasi tinggi seperti yang ada dalam hadits Abu Hurairah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melarang dari jual beli hashoh (hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan
melarang dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidak jelasan)” (HR. Muslim no.
1513).

B. Praktek asuransi diperbolehkan dan dikemukakan oleh Abd. WWahab Khalaf Mustafa
Akhmad Zarqa Muhammad Yusuf Musa dan juga Abd. Rakhman isa. Sementara alasan
diperbolehkannya asuransi adalah sebagai berikut:

 Terjadi kesepakatan dan kerelaan dari kedua belah pihak.


 Tidak terdapat nash yang melarang praktek asuransi.
 Asuransi termasuk ke dalam akda mudhrabah.
 Memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
 Asuransi bisa digunakan untuk kepentingan umum karena premi yang sudah
terkumpul bisa diinvestasian sebagai proyek produktif dan juga pembangunan.
 Asuransi termasuk ke dalam jenis koperasi.
 Asuransi dianalogikan dengan sistem pensiun seperti pada taspen.

C. Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan, sedangkan yang bersifat komersil


diharamkan. Pendapat ketiga ini dikemukakan oleh Muhammad Abdu Zahrah yakni dengan
alasan serupa dengan pendapat yang pertama untuk asuransi bersifat komersil dan sama
pendapatnya untuk pendapat kedua dalam asuransi yang bersifat sosial. Alasan dari golongan
yang mengungkapkan asuransi syubhat sebab tidak terdapat dalil tegas yang mengharamkan
atau tidak mengharamkan asuransi tersebut. Dari beberapa ulasan diatas bisa dipahami jika
urusan tentang asuransi masih menimbulkan keraguan sehingga agak sulit untuk menentukan
pilihan mana yang paling mendekati dengan hukum yang benar.
Jenis Asuransi Berdasarkan Syariah

Sebagai alternatif baru yang ditawarkan, sekarang ini juga terdapat asuransi yang sesuai
dengan ketentuan Islam dan dalam urusan ini, hedaknya tetap berpegang pada sabda Nabi
Muhammad SAW, “Tinggalkan hal-hal yg meragukan kamu kepada hal-hal yang tidak
meragukan kamu.”

Asuransi menurut ajaran Islam yang sudah mulai dilaksanakan dan digalakkan seperti yang
sudah dilakukan beberapa asuransi Indonesia yang menganut sistem berbeda yakni memakai
sistem mudharabah. Sementara dalam asuransi takaful berdasarkan syariah terdiri dari
beberapa jenis, diantaranya:

1. Takaful Kebakaran

Asuransi takaful kebakaran memberikan perlindungan pada harta benda seperti kantor, toko,
industri, kerugian karena kebakaran, jatuhnya pesawat terbang, ledakan gas, tersambar petir,
pabrik dan sebagainya.

2. Takaful Pengangkutan Barang

Asuransi dalam bentuk ini akan memberikan perlindungan untuk kerugian harta benda dalam
pengiriman barang dan dalam pengiriman tersebut terjadi kecelakaan atau musibah.

3. Takaful keluarga

Asuransi takaful keluarga meliputi takaful berencana pembiayaan jangka panjang seperti
pendidikan, kesehatan, umroh, wisata dan takaful perjalanan haji. Dana yang sudah
terkumpul dari peserta asuransi ini nantinya akan diinvestasikan sesuai dengan prinsip
syariah. Setelah itu, hasil yang didapat dari cara mudharabah akan dibagi untuk seluruh
peserta dan juga untuk perusahaan.

https://www.kompasiana.com/anianicajanuarti/arisan-dalam-kaca-mata-syariah-halal-
atau-haram-dan-bagaimana-arisan-yang-dilakukan-secara-
syariah_54f6de7ca33311c65c8b4afa

https://almanhaj.or.id/3818-arisan-dalam-pandangan-islam.html

https://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/166/hukum-arisan-dalam-islam/

https://dalamislam.com/hukum-islam/asuransi-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai