Perencanaan Pengelolaan Sampah
Perencanaan Pengelolaan Sampah
DOSEN PENGAMPU
IR. SURYONO, MT
DISUSUN OLEH
DAVID ROTTIE (18021102080)
AXEL JACOBUS (18021102052)
FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
A. DEFINISI SAMPAH
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sampah adalah barang
atau benda yang dibuang karena sudah tidak dipakai lagi. Sampah dihasilkan dari
aktivitas yang dilaksanakan di bangunan-bangunan, khususnya bangunan yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya seperti rumah tangga,
pabrik, hotel, restoran, rumah sakit, supermarket, dan lainnya. Pengertian sampah
berdasarkan Kamus Lingkungan yang terbit pada tahun 1994 yaitu bahan yang
tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama
manufaktur (suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang
jadi untuk dijual) atau materi berlebihan atau buangan.
B. PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, zat cair, gas atau radioaktif
dengan metode khusus untuk masing-masing zat. Praktik pengelolaan sampah
berbeda-beda antara negara maju dan berkembang. Berbeda pula antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan, antara daerah perumahaan dan daerah industri.
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Sementara
untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak
hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area. Sampah dapat dibedakan berdasakan sifatnya, bentuknya, dan
sumbernya.
C. JENIS-JENIS SAMPAH
1. Sampah Berdasarkan Sifatnya
a. Sampah Padat
Sampah padat merupakan segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urin, dan sampah cair. Sampah padat dapat berupa sampah
rumah tangga, misalnya sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,
gelas, dan lain-lain. Menurut bahannya, sampah ini dapat
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang yang
mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, dan
sebagainya. Sedangkan anorganik dapat berupa kantong plastik, botol
plastik, kaleng, dan lain-lain. Berdasarkan kemampuan untuk diurai
oleh alam (biodegradability) maka dapat dibagi lagi menjadi sebagai
berikut:
i. Biodegradable
Sampah jenis ini mampu diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, misalnya sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian, dan perkebunan.
ii. Non-boidegradable
Sampah jenis ini tidak dapat diuraikan oleh proses biologi.
Sampah Non-Biodegradable dapat dibagi lagi menjadi dua sebagai
berikut:
- Recyclable
Merupakan sampah yang dapat diolah dan digunakan
kembali karena memiliki nilai secara ekonomi, seperti plastik,
kertas, pakaian dan lain-lain.
- Non-recyclable
Merupakan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dapat diolah atau diubah kembali, seperti tetra packs,
carbon paper, thermo coal, dan lain-lain.
Gambar 1.5. Sampah Non-recycleable
Sumber:http://asjinternational.tradeindia.com
b. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah dipakai dan tidak
diperlukan lagi kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Sampah cair ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
i. Limbah Hitam
Sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung pathogen yang berbahaya.
a. Sampah Alam
Sampah alam merupakan sampah yang diproduksi di kehidupan
luar yang diintegrasikan melalui proses daur ulang alami. Misalnya
dedaunan kering yang gugur yang berada di hutan, akhirnya berubah
menjadi tanah.
D. Sistem Sampah
1. Sistem Sampah di Rumah Tinggal
Dalam bangunan rumah tinggal, sampah dibuang di tempat sampah
dalam rumah, kemudian dikumpulkan dalam bak sampah dalam site untuk
dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir).
Selain adanya Trash Chute, terdapat pula Linen Chute. Linen Chute
berhubungan erat dengan laundry. Linen Chute banyak dipergunakan pada Hotel,
Rumah Sakit, Apartemen dan sebagainya.
Sebagai dasar acuan standar internasional design dari linen chutes harus
mengacu pada NFPA 82. Banyak ditemukan dimana linen chutes di pasang tanpa
memperhatikan regulasi dari NFPA 82 tersebut. Standard acuan ini diperlukan
mengingat bahwa linen chutes “‘sarat” pada penyebaran api (pada saat
kebakaran), Dimana proteksi diperlukan dalam mendesain linen chutes itu sendiri,
baik pada chutenya, intake door, doscharge door, safetynya, serta system lainnya
yg berkaitan dimana itu semua juga disesuaikan dengan kreteria diatas dalam
menunjang effisiensi dan kenyamanan tentunya menjadi acuan dalam mendesign
linen chutes dengan baik. tabung lingkaran harus menghindari banyaknya sudut-
sudut patahan dan sebaiknya harus tegak lurus 180 derajat
i. Primary Chamber
Metode yang diterapkan pada sistem sanitary landfill lebih sulit dan
kompleks dibandingkan dengan system terdahulu (open dumping) karena
memerlukan perlakuan khusus dan konstruksi tertentu. Pada metode ini sampah
dibuang ke dalam daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun
dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Pada sistem ini penutupan sampah dengan
lapisan tanah dilakukan pada setiap akhir hari operasi, sehingga setelah operasi
berakhir tidak akan terlihat adanya timbunan sampah. Dengan cara ini, pengaruh
timbunan sampah terhadap lingkungan akan sangat kecil. Dalam pengaplikasian
teknik ini pada awalnya memerlukan biaya yang cukup besar untuk konstruksinya.
Namun jika melihat manfaat yang dihasilkan dari teknik pengolahan sampah ini
sangat besar. Dengan menggunakan teknik sanitary landfill ini dapat
meminimalisir dampak negatif yang dihasilkan sampah terhadap lingkungan.
i. Metode Area
Dapat diterapkan pada site yang relatif datar. Sampah
membentuk sel-sel sampah yang saling dibatasi oleh tanah
penutup. Setelah pengurugan akan membentuk slope. Penyebaran
dan pemadatan sampah berlawanan dengan kemiringan.
Lining system
Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke
dalam tanah yang akhirnya bisa mencemari tanah. Biasanya lining
system terbuat dari compacted clay, geomembran, atau campuran
tanah dengan bentonite.
Leachate collection system
Dibuat di atas lining system dan berguna untuk mengumpulkan
leachate dan memompa keluar sebelum leachate menggenang di lining
system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate yang
dipompa keluar melalui sumur yang disebut leachate extraction
system.
Keuntungan :
Kerugian :
Dampak positif:
Dampak negatif:
Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan
untuk tujuan lain
Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat
mencemari sumber air
Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan
zat-zat atau polutan sampah
Penyumbatan badan air
Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing
liar)
Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme
penyebar penyakit
Gas yang dihasilkan dalam peroses penguraian akan terperangkap
dalam tumpukan sampah dpat menimbulkan ledakan jika mencapai
kadar dan tekanan tertentu.
2. Permasalahan
1. Timbulan Sampah
Timbulan sampah (volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari
jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu) dari masing-masing
sumber sampah bervariasi satu dengan yang lain, seperti terlihat dalam standar
pada Tabel 2.6. Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah
merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan
persampahan di suatu wilayah. Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan
berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sepertI:
− Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan
sampahnya
− Musim: di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada
musim panas
− Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah
pada musim dingin
− Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5
kg/orang/hari
− Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 L/orang/hari, atau = 0,3 –
0,4 kg/orang/hari
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari
rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah
tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap
orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan,
pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah
mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah
non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian, seperti
contoh di bawah ini.
2. Metode Pengukuran
Jumlah sampah yang sampai di TPA sulit untuk dijadikan indikasi yang
akurat mengenai timbulan sampah yang sebenarnya di sumber. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya kehilangan sampah di setiap tahapan proses operasional
pengelolaan sampah tersebut, terutama karena adanya aktivitas pemulungan atau
pemilahan sampah.
Keterangan:
Ps= jumlah penduduk bila ≤ 106 jiwa
Cd = koefisien
Cd = 1 bila kepadatan penduduk normal.
Cd < 1 bila kepadatan penduduk jarang.
Cd >1 bila kepadatan penduduk padat.
b. Bila jumlah penduduk > 106 jiwa
dengan
dimana:
A. Kesimpulan
B. Saran