2 Agustus 2012 65
ABSTRACT
Fish processing industries produce liquid waste at different capacity in every level
from production line. Because of less attention and knowledge, wastes become worse. The aim
of this study was to discover potential microbial consortium that can degrade protein and fat of
liquid waste from fish production processing. The consortiums formula were chosen from
bacteria that have the highest specific growth. Formulation A which degraded soluble protein
than others. Formulation of B which degraded fat than others. All formulation had pH in range
are 6 - 9. Liquid waste which outoclaved had degraded protein, soluble protein and pH
parameters.
Key words: liquid waste, fisheries industries, formulation, consortium microbia
rajungan, sehingga terjadi pencemaran air dan
PENDAHULUAN menimbulkan bau khas rajungan yang tercium
Indonesia merupakan negara yang di sekitar pengolahan tradisonal. Demikian
sangat kaya akan hasil laut. Umumnya hasil halnya pada limbah air pencucian surimi yang
laut tersebut dikonsumsi dalam bentuk segar masih mempunyai kandungan protein, lemak
ataupun olahan. Berbagai macam jenis olahan dan zat padat terlarut yang tinggi. Beberapa
hasil laut dapat dijumpai di berbagai wilayah perusahaan pengolahan surimi sudah
di Indonesia. Industri olahan yang ada di melakukan penanganan air pencucian surimi
Indonesia umumnya masih konvensional atau sebelum dibuang ke saluran air. Menurut
miniplan di mana lokasi industri masih Colic et al. (2011) menuliskan bahwa tipe
berdekatan dengan tempat penangkapan ikan utama dari limbah yang ditemukan pada
sebagai tempat penyediaan sumber bahan industri pengolahan perikanan adalah darah,
baku olahan. kulit, kepala ikan, sisik, tulang ataupun sisa
Produksi tangkapan laut Indonesia daging yang menempel pada tulang. Proses
yang dimanfaatkan dalam bentuk basah operasi utama termasuk penerimaan produk,
sebesar 57,05%, bentuk olahan tradisional penyortiran dan penimbangan, persiapan
sebesar 30,19% dan bentuk olahan modern (pemotongan daging ikan, pemfiletan,
sebesar 10,90%, serta olahan lainnya sebesar penghilangan sisik, kulit dan kepala juga isi
1,86% (Rahmania 2007).Volume ekspor perut), perendaman, proses produksi seperti
daging segar rajungan dalam bentuk beku fermentasi dengan garam ataupun proses lain
cukup tinggi. Pada tahun 2000 hingga 2009 seperti pengalengan dan pembotolan,
berkisar antara 6,77%-12,99%, selanjutnya pengemasan dan pengepakan.
mengalami peningkatan setiap tahunnya Dampak yang ditimbulkan limbah
(Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010). cair bagi lingkungan dan juga sektor industri
Perebusan daging rajungan yang adalah sangat penting sehingga perlu
dilakukan oleh miniplan sebelum dikirim ke dipahami dasar-dasar teknologi pengolahan
pengumpul masih mengandung protein dan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah
zat padatan terlarut (TDS) tinggi. Umumnya adalah kunci dalam memelihara kelestarian
pengolah tradisional tidak melakukan lingkungan. Apapun macam teknologi
penanganan limbah yang dihasilkan sebelum pengolahan air limbah domestik maupun
membuang air hasil perebusan daging agroindustri yang dibangun harus dapat
66 Pengolahan limbah cair perikanan ...(Devi A, dkk)
dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat untuk merancang proses fermentasi baru atau
setempat. mengoptimalkan yang sudah ada, penelitian
Bahan organik terlarut dan konsorsium harus dipertimbangkan dalam
tersuspensi dapat menjadi sangat tinggi pada rangka untuk mengambil keuntungan dari
limbah cair proses pengolahan perikanan interaksi antar anggota konsorsium
karena akan meningkatkan BOD dan COD. (Navarrete-Bolanos et al., 2007). Konsorsium
Selain itu, peningkatan kadar lemak dan alami memang sudah ada di habitat aslinya
minyak pada limbah juga meningkat. yaitu limbah cair, baik itu bakteri
Timbulnya bau busuk disebabkan oleh pendegradasi karbohidrat, bakteri
dekomposisi lanjut protein, yang kaya akan pendegradasi lemak ataupun bakteri
asam amino bersulfur (sistein), menghasilkan pendegradasi protein. Bakteri yang saling
asam sulfida, gugus thiol, dan amoniak. Asam berinteraksi dalam bentuk konsorsium dan
lemak rantai pendek hasil dekomposisi bahan yang diisolasi dari limbah asal (indigenous)
organik juga menyebabkan bau busuk. diharapkan akan mempercepat proses
Minyak dan lemak di permukaan air akan degradasi polutan asal sehingga mempunyai
menghambat proses biologis dalam air dan baku mutu yang sesuai saat dibuang ke badan
menghasilkan gas yang berbau (Suyasa 2011). air.
Limbah cair dari proses pengolahan perikanan Penelitian ini diawali dengan
mempunyai kandungan BOD, lemak dan melakukan karakterisasi limbah cair industri
nitrogen. Menurut Tay et al. (2006) operasi perikanan yaitu industri rajungan dan surimi
pengolahan menunjukkan produksi BOD per untuk mengetahui beban polutan yang ada
ton produk sebesar 1 – 72,5 kg, sedangkan pada limbah tersebut. Setelah diketahui
pemfiletan ikan memproduksi 12,5 – 37,5 kg karakter dari limbah yang ada, dilakukan
BOD per ton produk. Keberadaan BOD formulasi konsorsium mikroba yang memiliki
dikarenakan hasil proses pembersihan dan kemampuan dalam mendegradasi protein dan
adanya nitrogen berasal dari darah yang lemak kemudian mengaplikasikannya pada
terdapat pada limbah cair. limbah cair industri. Persentase laju degradasi
Penanganan limbah cair perikanan protein dan lemak pada limbah cair industri
seperti penambahan nutrisi (umumnya adalah perikanan tertinggi merupakan rekomendasi
nitrogen dan fosfor) sangat jarang terjadi, formulasi konsorsium mikroba pendegradasi
akan tetapi adanya oksigen merupakan hal protein dan lemak yang efektif untuk
penting untuk suksesnya penanganan limbah digunakan di lingkungan industri perikanan.
cair ini. Proses aerob yang sering terjadi
adalah sistem lumpur aktif, laguna, trickling
filter dan rotating disc contactor (Tay et al., METODE PENELITIAN
2006). Kolam aerasi saat ini paling banyak
Pengambilan Sampel Limbah Cair pada
diterapkan oleh industri perikanan, karena
Industri Pengolahan Perikanan (rajungan
paling sederhana dan dianggap murah. Akan
dan surimi)
tetapi kualitas limbah yang dihasilkan tidak Sampel limbah cair diambil secara
menjamin sesuai dengan baku mutu yang langsung dari setiap lokasi pembuangan
ditentukan dan sulit untuk dikendalikan. limbah menggunakan botol sampel steril
Pada lingkungan yang telah lama volume 500 ml (SCHOTT DURAN, Jerman).
tercemar serta kolam pengolahan limbah Sampel diambil pada bagian outlet
dimungkinkan terdapat bakteri pendegradasi (pengeluaran air) yang tidak terdapat sirkulasi
minyak atau lemak tersebut secara alamiah, air. Sampel air tersebut dimasukkan dalam
bersaing maupun berkonsorsia dengan kotak es dengan volume 24 l (Marina Cooler,
mikroorganisme lainnya (Cooper et al. 1990 model 24 S LION STAR) yang sudah diberi
dalam Suyasa 2011). Konsorsium adalah es batu.
kombinasi dari kultur murni yang disebut
sebagai inokulum campuran. Penggunaan
kultur murni dalam proses fermentasi
memiliki dampak besar pada semua aspek
peradaban manusia. Namun dalam rangka
AGROINTEK Volume 6, No.2 Agustus 2012 67
memanfaatkan mikroba potensial pada limbah dihasilkan di tiap jam pengamatan pada
tersebut. limbah cair yang dikarakterisasi.
Dilakukan pengukuran bobot kering
(Gambar 1) dan pH (Gambar 2) yang
16
14
12
Bobot kering (mg/ml)
10
8
6
4
2
0
0 8 16 24 32 40 48 56 64 72
Waktu (jam)
surimi rajungan
9,0
8,5
8,0
pH
7,5
7,0
6,5
0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80
Waktu (jam)
surimi rajungan
Gambar 2. pH limbah
Waktu (jam)
-3,5
0 3 6 9 12 15 18 21
ln biomassa (g/ml)
-4,0
-5,5
-6,0
surimi rajungan
Bobot kering tertinggi dihasilkan limbah surimi yaitu sebesar 0,062/jam dan
dari limbah rajungan yaitu pada jam ke-18 0,056/jam pada limbah rajungan (Gambar 3).
sebesar 13,667 mg/ml, sedangkan pada
limbah surimi dihasilkan bobot kering
Formulasi Konsorsium Mikroba Pengolah
tertinggi pada jam ke-12 sebesar 7,767 mg/ml.
Limbah Cair Skala Laboratorium
Pengukuran pH kedua media tidak ada
perubahan signifikan. Akan tetapi, terjadi
Formulasi dilakukan pada semua
peningkatan pH pada kedua limbah jam ke-36
isolat potensial baik proteolitik maupun
menjadi 7,8 dan selanjutnya menurun kembali
lipolitik. Berdasarkan formulasi bakteri yang
pada jam ke-42. Perbedaan pH pada kedua
dilakukan dalam penguraian limbah diperoleh
limbah masih pada kisaran pH yang ditolerir
beberapa parameter yaitu pH, bobot kering,
mikroba, hal ini sesuai dengan Tabel 1.
protein, lemak, TSS dan Dissolve Oxygen
Berdasarkan hasil pengukuran laju
(DO).
pertumbuhan bakteri, diketahui bahwa laju
pertumbuhan maksimum dihasilkan pada
70 Pengolahan limbah cair perikanan ...(Devi A, dkk)
8,5
pH
7,5
7
A
6,5 B
C
6
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (jam)
Gambar 4. pH limbah setelah formulasi konsorsium mikroba
40
35
Protein (ppm)
30
25
20
15
10
0 8 16 24 32 40 48 56 64
Waktu (jam)
A B C
0,012 A
B
0,010
C
0,008
0,006
0,004
0,002
0,000
0 8 16 24 32 40 48 56 64
Waktu (jam)
Gambar 6. Bobot kering limbah setelah formulasi konsorsium mikroba