Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah PDF
Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah PDF
OLEH:
LAPORAN KASUS
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
dr. H. Marzuki Hanafi Bantayan, MD, M.Si Ns. Mustafa, S.Kep, M.Si
HALAMAN PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna
Ketua
Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar akhir
keperawatan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “ Benigna Prostat
Laporan seminar akhir ini merupakan salah satu syarat dalam rangka
penyelesaian pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Avicenna Kendari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan seminar akhir ini banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat adanya dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak akhirnya penyusunan laporan seminar akhir ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
Ns. H. Abdul Salam Paning, S.Kep selaku Pembimbing II atas segala bimbingan,
bantuan dan arahan yang diberikan sehingga laporan seminar akhir ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini pula penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. dr. H. Marzuki Hanafi Bantayan, MD, M.Si selaku ketua yayasan STIK Avicenna
Kendari.
2. dr. H. Thamrin Datjing, M.Kes selaku Pembantu Ketua I STIK Avicenna Kendari.
4. Dr. Amirullah, Msi selaku Pembantu Ketua III STIK Avicenna Kendari.
iv
5. Ns. Mustafa, S.Kep, Msi. sebagai ketua prodi Ners Stik Avicenna Kendari.
7. Kepala ruangan dan perawat-perawat ruangan Mawar Lt.I yang telah memberikan
Mawar.
8. Seluruh Dosen dan Staf (Civitas Akademika) yang telah membantu memberikan
pengalaman dan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan serta membantu dalam
9. Teristimewa penulis hanturkan rasa terima kasih kepada kedua orang tua tercinta,
Ayahanda (Alm.) Drs. H. Willy H. Moningka, S. Pd dan Ibunda Hj. Nuraeni yang
12. Seluruh rekan-rekan angkatan 2014 program studi Ners, yang telah memberikan
13. Teristimewa buat sahabat-sahabatku Yang telah bersama Satu kelompok dalam
suka dan duka (dari Mawar lt. I sampai Mawar lt. II) mulai dari awal kuliah sampai
akhir dan lain-lain yang selama ini telah memberikan support dan bantuannya,
Maaf jika dalam kebersamaan kita ada tingkah ,ucapan yang kurang berkenan .
v
14. Kepada Tn. S dan keluarga, terima kasih atas kerjasamanya selama penulis
melakukan praktek.
Akhir kata, semoga laporan seminar akhir ini dapat bermanfaat bagi kita
Kesehatan Avicenna Kendari Program Studi Profesi Ners serta mendapat berkah
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ............................................................................. 1
B Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
C Manfaat Penulisan ........................................................................ 5
BAB IV PEMBAHASAN
A Pembahasan .................................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A Simpulan ...................................................................................... 85
B Saran ............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
NANDA
5 Klasifikasi Data
6 Analisis Data
7 Implementasi
8 Evaluasi Keperawatan.
x
DAFTAR SKEMA
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah suatu penyakit tumor yang paling sering terjadi pada pria dengan usia
usia, yakni 20% pada pria usia 41-50 tahun, dan 50% pada pria berusia 51-60
tahun, serta 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Peranan genetik cukup
dominan pada penyakit BPH dimana pada pria Afrika memiliki risiko
tertinggi, diikuti pria Eropa, dan terakhir pria Asia. Faktor lain yang
BPH.
juta, bilangan ini hanya pada kaum pria kerana wanita tidak mempunyai
kalenjar prostat, maka oleh sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria
jaraskan menurut usia, maka dapat di lihat kadar insidensi BPH, pada usia 40-
an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%,
dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun,
mendapatkannya bias sehingga 90% (A.K. Abbas, 2005). Akan tetapi, jika di
lihat secara histologi penyakit BPH, secara umum 20% pria pada usia 40-an,
1
dan meningkat secara dramatis pada pria berusia 60-an, dan 90% pada usia
70.
kesehatan seperti rumah sakit. Jumlah persentase pasien penderita BPH yang
2013 berjumlah 41 orang dan pada periode Januari sampai Maret Tahun 2014
RSU Bahteramas, di Ruang Mawar dari 3 orang pasien penderita BPH rata-
pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa proses ini erat kaitannya
hormonal yang dimaksud yaitu dengan bertambah tuanya seorang pria, maka
hormon seks wanita berupa estrogen yang dalam keadaan normal didapati
dalam jumlah sangat sedikit pada pria menjadi meningkat. Hal tersebut yang
bersifat lunak dan tidak memberikan gangguan yang berarti. Tetapi, dalam
2
banyak hal dengan berbagai faktor pembesaran ini menekan uretra sedemikian
rupa sehingga dapat terjadi sumbatan partial ataupun komplit pada saluran
kencing terputus-putus, tidak puas saat selesai berkemih, rasa ingin kencing
lagi sesudah kencing dan keluarnya sisa kencing atau tetesan urine pada akhir
sulit menahan kencing, dan rasa sakit waktu kencing serta bisa juga terjadi
mungkin terjadi. Tetapi jika timbul gejala yang berat dan tidak segera
atau kompres hangat pada daerah nyeri, yang berfungsi menciptakan suasana
rileks. Komunikasi antara keluarga, pasien, perawat perlu dijaga agar masalah
pasien dapat dikaji secara teliti. Perawat mengkaji keluhan nyeri, faktor
pencetus, dan penatalaksanaan yang tepat. Penanganan yang tepat bagi pasien
3
dengan Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat mengoptimalkan proses
penyembuhan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Prostat Hiperplasia
Prostat Hiperplasia
Prostat Hiperplasia
4
f. Mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada pasien dengan Post Op
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidikan
2. Bagi Mahasiswa
Hiperplasia
4. Rumah Sakit
Prostat Hiperplasia
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
/ UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 2004). Pendapat lain mengatakan
umum pada pria lebih tua dari 60 tahun) menyebabkan berbagai derajat
6
2. Anatomi dan Fisiologi Prostat
ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri,
dengan panjang sekitar 3 cm, lebar 4 cm dan tebal kurang lebih 2,5
invasi mikroba.
3. Etiologi
harapan hidup. Laki-laki diatas usia 50 tahun, berisiko terkena BPH 50%,
75% diatas usia 75 tahun dan 80% pria yang berusia 80 tahun. Penyakit
BPH tidak bisa dicegah, hanya bisa dideteksi dan dilakukan pengobatan.
7
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa
3.1. Dihydrotestosteron
hiperplasi.
hiperplasi stroma.
transit.
8
4. Gejala Klinis
pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi
hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering
perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi
bawah ini :
9
Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur,
5. Patofisiologi
10
selanjutnya dapat menyebabkan komplikasi hidroureter, hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas (gagal ginjal). Infeksi saluran kemih dapat
terjadi akibat statis urin, dimana sebagian urin tetap berada dalam saluran
11
Skema Penyimpangan KDM Benigna Prostat Hiperplasia Berdasarkan
Teori
12
6. Pemeriksaan Penunjang
6.1. Laboratorium
6.2. Pencitraan
yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urin.
13
6.2.3. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
6.2.4. Systocopy
ke dalam rektum.
7. Penatalaksanaan Medis
7.1. Stadium I
7.2. Stadium II
(trans uretra)
14
7.3. Stadium III
dan perineal.
7.4. Stadium IV
pembedahan terbuka.
15
7.5.3. Prostatektomi retropubis
prostat.
8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering
karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan
hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk
16
batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
1. Pengkajian
2. Keluhan utama
frekuensi dan inkontensia urine dan nyeri pada bagian simpisis pubis.
3. Riwayat Kesehatan
adalah Uritritis.
17
4. Pemeriksaan Fisik
baik, kecuali bila terjadi shock. Tensi, nadi dan kesadaran pada fase
jam dan dicatat. Bila keadaan tetap stabil interval monitoring dapat
18
4.5. Sistem urogenital
Jika terjadi retensi urin, daerah supra sinfiser akan terlihat men
onjol, terasa ada ballotemen jika dipalpasi dan klien terasa ingin
2006).
tua, dan pasien biasanya tidak memperdulikan hal ini, karena sering
19
anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu
nutrisinya.
diperlukan, klien juga merasa nyeri pada prostat dan pinggang. Klien
20
5.5. Pola istirahat dan tidur
Jadi perawat perlu mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari,
apakah ada perubahan lama tidur sebelum dan selama sakit/ selama
dirawat.
klien BPH umumnya adalah orang tua, maka alat indra klien
pasien mengalami hal itu, jadi perawat perlu mengkaji bagaimana alat
21
5.9. Pola reproduksi – seksual
22
6. Pemeriksaan penunjang
6.1. Laboratorium
perineum.
23
7. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Menurut NANDA
kolik ginjal.
NIC RASIONAL
24
Diagnosa II : Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de
dengan baik
NIC RASIONAL
25
Diagnosa III : Retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
Kriteria Hasil : Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi
kandung kemih.
NOC RASIONAL
Lakukan irigasi kateter secara berkala agar tidak terjadi pembekuan darah
atau terus- menerus dengan teknik pada bekas luka operasi.
steril
Atur posisi selang kateter dan urin bag agar cairan urin dapat berjalan
sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup dengan lancar.
Monitor urine setiap jam (hari pertama untuk mengetahui apakah masih
operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari terjadi perdarahan pada daerah
kedua post operasi) operasi atau tidak.
Ukur intake output cairan. Beri untuk mengetahui jumlah inteke dan
tindakan asupan/pemasukan oral 2000- output cairan dalam tubuh klien.
3000 ml/hari, jika tidak ada kontra
indikasih.Berikan latihan perineal
(kegel training) 15-20x/jam selama 2-3
minggu, anjurkan dan motivasi pasien
untuk melakukannya.
26
Diagnosa IV : Ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
NOC RASIONAL
8. Implementasi
27
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan
kurang pengetahuan.
perkemihan.
bedah (reseksi)
pembedahan
Traksi dilepas 3 hari post operasi. Infus dilepas 5 hari setelah operasi
28
dan dimulai terapi oral yaitu Amoxycillin, parasetamol, kalnek, dan
7 hari post operasi warna cairan pada selang sudah jernih, lalu drain
Hyperplasi.
9. Evaluasi
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
1. Pengkajian
NIM : 91331491291.0031
Nama : Tn. S
Umur : 62 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Buton
Alamat : Lepo-lepo
30
1.2. Penanggung
air kecil dan saat ini klien mengeluh nyeri pada luka
ini
Bahteramas.
31
atau pada saat klien bersin, nyeri dirasakan berkurang bila
2X di Bahteramas.
Pernah dirawat
Jelaskan:
Kebiasaan :
Merokok Ya Tidak
(1x/minggu)
32
Penggunaan Alkohol Ya Tidak
54
62
36 28 25 16
Tinggal Serumah
Meninggal Dunia
33
Spul Nacl 80 tpm
normal.
34
akan keluar, fungsi ekskresi baik ditandai dengan klien
berkeringat.
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.
Oksigenasi
35
lingkungan kurang nyaman karena
banyaknya pengunjung.
pulih kembali.
memegang keputusan
36
Selama sakit : Peran sebagai pengambil keputusan
sakit.
waktu di musholla
Kesadaran : komposmentis
RR : 18x/net
Lesi : Ya Tidak
37
Warna kulit : Ikterik Sianosis Kemerahan
Pucat
Turgor : baik
Lain-lain : tes weber, tes rinne dan tes swabach tidak dikaji
Sesak: Ya Tidak
38
Inspeksi:
cuping hidung
Palpasi:
kanan.
Perkusi:
kanan.
Auskultasi:
manubrium sternum.
Palpitasi Ya Tidak
Inspeksi:
midclavicularis kiri.
Palpasi:
39
Perkusi:
manubrium sternum.
Auskultasi:
kanan
40
1.8.9. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :
threeway
Brudzinski I Brudzinski II
Bisep Achiles
Stransky Gonda
Kekakuan Ya Tidak
Kekuatan otot :
41
Pembengkakan KGB Ya Tidak Lokasi:
Keletihan/kelemahan Ya Tidak
Hiperglikemia Ya Tidak
Hipoglikemia Ya Tidak
42
1.9. Pemeriksaan Penunjang
43
1.9.2. Pemeriksaan Radiologi & Pemeriksaan Diagnostik lain :
urethra ± 4x3 cm
Ml.
tanda peradangan.
44
1.9.2.2. Kimia Urin 27 maret 2014
glukosa -
bilirubin -
Keton -
Bg 1,020
Hb Moderate
Ph 6,0
Kimia
Protein -
Urobilin -
Nitrit -
leukocyt Trace
leukocyt 1-3
Sedimen
Ephitel sel 0-4
45
B. Diagnosa Keperawatan
1. Klasifikasi Data
Ds Do
- Klien mengatakan nyeri pada - Expresi wajah meringis skala
- Drain (+)
46
2. Analisis Data
prostatectomy hari ke 0.
DS :
2 07-09-2014
DO : Klien post op prostatectomy hari
Resiko
ke 0, tampak luka operasi Infeksi
47
3. Pathway Kasus
Factor usia
Ketidakseimbangan produksi
estrogen dan testosteron
4.
Penyempitan lumen
ureter prostatika
Gangguan
Eliminasi Urine Obstruksi
Rencana tindakan
Stressor bagi klien
prostaktomi
dan keluarga
Trauma prosedur Dilakukan tindakan
bedah pembedahan Ansietas
Pemasangan Terputusnya
kateter kontinuitas jaringan
Nyeri
48
5. Diagnosis Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
49
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
50
bersih kateterisasi 2. Lakukan program pelatihan Menghilangkan atau mencegah retensi urin
intermiten mandiri. pengosongan kandung kemih dan mengesampingkan adanya striktur
Melaporkan 3. Bagi cairan dalam sehari untuk Mencegah hematuria atau rupture
penurunan kandung menjamin asupan yang adekuat pembuluh darah pada mukosa kandung
kemih tanpa menyebabkan kandung kemih yang terlalu distensi
Mempunyai kemih over distensi
keseimbangan asupan
dan haluaran 24 jam.
Mengosongkan kandung
kemih secara tuntas.
51
2. Menunjukkan Tingkat ketidaknyamanan akibat
nyeri, yang dibuktikan prosedur
oleh indicator sebagai d. Ajarkan penggunaan teknik Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
berikut (sebutkan1-5: nonfarmakologis (misalnya, kembali, perhatian dan dapat meningkatkan
sangat berat, sedang, umpan balik biologis, kemampuan koping.
ringan, atau tidak ada): transcutaneous electrical
Ekspresi nyeri padah nerve stimulation (TENS),
wajah hipnosis, relaksasi, imajinasi
Gelisah atau terbimbing, distraksi, terapi
ketegangan otot bermain, terapi aktivitas,
Durasi episode nyeri akupresur, kompres hangat
Merintih dan atau dingin dan masase,
menangis sebelum, setelah, dan jika
Gelisah memungkinkan, selama
aktivitas yang menimbulkan
nyeri; sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan
bersama penggunaan
tindakan peredaan nyeri
yang lain.
e. Gunakan tindakan Memberikan informasi untuk membantu
pengendalian nyeri sebelum dalam menentukan pilihan/keefektifan
nyeri menjadi lebih berat. intervensi.
f. Bantu pasien Meningkatkan relaksasi, otot
mengidentifikasi tindakan
kenyamanan yang efektif
dimasa lalu seperti,
52
distraksi, relaksasi, atau
komres hangat/dingin. Memberikan relaksasi mental dan fisik
g. Libatkan pasien dalam
modalitas peredaan nyeri,
jika memungkinkan,. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
h. Kendalikan faktor kembali, perhatian dan dapat meningkatkan
lingkungan yang dapat kemampuan koping.
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (misalnya,
suhu, ruangan, pencahayaan,
dan kegaduan) Diberikan untuk menghilangkan nyeri
i. Pastikan pemberian berat, memberikan relaksasi mental dan
analgesia terapi atau strategi fisik
nonfarmakologis sebelum
prosedur yang menimbulkan
nyeri.
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan dokumentasikan Mendefinisikan masalah , member
keperawatan selama 3 hari tingkat kecemasan pasien, kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
diharapkan pasien dapat : termasuk reaksi fisik. memperjelas kesalahan konsep dan solusi
1. Ansietas berkurang, pemecahan masalah
dibuktikan oleh bukti 2. Gali bersama pasien tentang Membantu pasien memahami tujuan dari
tingkat ansietas hanya teknik yang berhasil dan tidak apa yang dilakukan dan mengurangi
ringan sampai sedang berhasil menurunkan ansietas di masalah karena ketidaktahuan.
dan selalu menunjukkan masa lalu.
pengendalian diri
53
terhadap ansietas, 3. Reduksi ansietas (NIC): Membantu pasien memahami tujuan dari
konsentrasi, dan koping. menentukan kemampuan apa yang dilakukan dan mengurangi
2. Menunjukkan pengambilan keputusan pasien. masalah karena ketidaktahuan.
pengendalian diri 4. Penurunan ansietas (NIC)
terhadap ansietas, yang a. Sediakan informasi actual Memungkinkan pasien untuk menerima
dibuktikan oleh menyangkut diagnosis, kenyataan dan menguatkan kepercayaan
indikator sebagai berikut terapi, dan prognosis. dan pemberi informasi
(1-5 : tidak pernah, b. Instruksikan pasien tentang Menyatakan penerimaan dan
jarang, kadang-kadang, penggunaan teknik relaksasi menghilangkan rasa malu pasien.
sering atau selalu: c. Jelaskan semua prosedur, Menunjukkan perhatian dan keinginan
Merencanakan termasuk sensasi yang untuk membantu dalam diskusi tentang
strategi koping untuk biasanya di alami selama subjek sensitif.
situasi penuh prosedur.
tekanan. d. Gunakann pendekatan yang Mendefinisikan masalah , member
Mempertahankan tenang dan meyakinkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
performa peran memperjelas kesalahan konsep dan solusi
Memantau distorsi pemecahan masalah
persepsi sensori e. Nyatakan dengan jelas Membantu pasien memahami tujuan dari
tentang harapan terhadap apa yang dilakukan dan mengurangi
pasien masalah karena ketidaktahuan.
f. Dampingi pasien (misalnya, Mengurangi kecemasan menghadapi
selama prosedur) untuk operasi
meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut
g. Berikan pijatan Meningkatkan relaksasi dan kecemasan
punggung/pijtan leher jika
perlu.
54
h. Jaga peralatan perawatan Mengurangi kecemasan menghadapi
jauh dari pandangan operasi
i. Bantu pasien untuk Meminimlakan kecemasan
mengidentifikasi situasi yang
mencetus ansietas.
5. Beri dorongan kepada pasien Menyatakan penerimaan dan
untuk mengungkapkan secara menghilangkan rasa malu pasien
verbal pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan
ansietas.
6. Bantu pasien untuk Mendefinisikan masalah , member
memfokuskan pada situasi saat kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
ini, sebagai cara untuk memperjelas kesalahan konsep dan solusi
mengidentifikasi mekanisme pemecahan masalah
koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas.
7. Berikan penguatan positif ketika Mendefinisikan masalah, memberikan
pasien mampu meneruskan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
aktivitas sehari-hari dan memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
aktivitas lainnya meskipun pemecahan masala
mengalami ansietas
8. Yakinkan kembali pasien Membantu pasien memahami tujuan dari
melalui sentuhan, dan sikap apa yang dilakukan dan mengurangi
empatik secara verbal dan masalah karena ketidaktahuan.
nonverbal bergantian.
55
Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada pasien sebab- Menurunkan kecemasan pasien dan
perdarahan keperawatan selama 3 hari sebab terjadi perdarahan setelah mengetahui tanda-tanda perdarahan.
diharapkan pasien dapat : pembedahan dan tanda-tanda
1. Tidak ada tanda perdarahan.
hematuria dan 2. Irigasi aliran kateter jika Gumpalan dapat menyumbat kateter,
hematemesis. terdeteksi gumpalan dalam menyebabkan perenggangan dan
2. Tidak ada kehilangan saluran kateter perdarahan kandung kemih.
darah perdrahan 3. Sediakan diet makanan tinggi Dengan peningkatan tekanan pada fosa
3. Tekanan darah dalam serat dan memberi obat untuk prostatic akan mengendapkan perdarahan.
rentang normal sistol memudahkan defekasi.
dan diastole 4. Observasi urine : warna, Mengidentifikasi adanya infeksi
4. Hemoglobin dan jumlah, bau
Hematokrit dalam batas 5. Kolaborasi dengan dokter untuk Untuk mencegah infeksi dan membantu
normal memberi obat antibotik proses penyembuhan.
Disfungsi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau adanya indikator resolusi Impotensi fisilogis terjadi saraf perineal
Seksual keperawatan selama 3 hari disfungsi seksual (misalnya, dipotong selama proses radikal
diharapkan pasien dapat : peningkatan kapsitas keintiman)
1. Menunjukkan fungsi 2. Konseling Seksual (NIC)
seksual, yang dibuktikan a. Awali pertanyaan tentang Dapat mengalami ansietas tentang efek
oleh indikator berikut seksualitas dengan suatu bedah dan dapat menyembuhkan
(sebutkan1-5 tidak pernyataan pada pasien pertanyaan yang diperluakan
pernah, jarang, kadang- bahwa banyak orang
kadang, sering atau mengalami masalah seksual
selalu) : b. Informasikan secara dini Saraf pleksus mengontrol aliran secara
Mencapai rangsangan kepada pasien bahwa posterior ke prostat melalui kapsul
seksual seksualitas merupakan
bagian penting dari
56
Mencapai rangsangan kehidupan dan bahwa
seksual melalui penyakit, obat, dan stress
orgasme. (atau masalah lain yang
Mengekspersikan dialami paisen) sering kali
kemampuan untuk mengubah fungsi seksual
berhubungan intim c. Anjurkan pasien untuk Meningkatkan koping individu terhadap
Mengeskpresikan mengungkapkan ketakutan- terjadinya disfungsi seksual
penerimaan terhadap ketakutan dan mengajukan
pasangan. pertanyaan
2. Pasien akan : d. Bantu pasien Meningkatkan koping individu terhadap
Menunjukkan mengungkapkan kesedihan terjadinya disfungsi seksual
keinginan untuk dan kemarahan terhadap
mendiskusikan perubahan fungsi dan
perubahan fungsi penampilan tubuh, jika
seksual diperlukan.
Meminta informasi 3. Beri informasi yang diperlukan Impotensi fisilogis terjadi saraf perineal
yang dibutuhkan untuk meningkatkan fungsi dipotong selama proses radikal
tentang perubahan seksual (misalnya pendidikan
fungsi seksual kesahatan).
Mengungkapkan 4. Anjurkan pengungkapan Impotensi fisilogis terjadi saraf perineal
secara verbal keluhan seksual melalui peran dipotong selama proses radikal
pemahaman tentang pemberi asuhan yang telah
pembatasan atau membina hubungan saling
indikasi medis. percaya dengan pasien dan
merasa nyaman mendiskusikan
Beradapasi dengan
keluhan seksual.
model ekspresi
seksual untuk
mengakomodasi
57
perubahan fisik
akibat usia atau
akibat penyakit
Mengungkapkan
secara verbal cara-
cara untuk
menghindari penyakit
menular seksual.
Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi Pasien yang mengalami TUR prostat
keperawatan selama 3 hari (misalnya, suhu tubuh, denyut beresiko untuk syok bedah / septic
diharapkan pasien dapat : jantung, drainase, penampilan sehubungan dengan manipulasi /
1. Terbebas dari tanda dan luka, sekresi, penanmpilan urine, instrumentasi
gejala infeksi suhu, kulit, lesi kulit, keletihan,
2. Memperlihatkan dan malaise)
hygiene personal yang 2. Kaji faktor yang dapat Penurunan system kekebalan tubuh
adekuat meningkatkan kerentanan
3. Mengindikasi status terhadap infeksi (misalnya, usia
gastrointestinal, lanjut, usia kurang dari 1tahun,
pernapasan, luluh imun, dan malnutrisi)
genitourinaria, dan imun 3. Pantau hasil laboratorium Mendeteksi adanya infeksi
dalam batas normal (hitung darah lengkap, hitung
4. Menggambarkan faktor granulosit, absolut, hitung jenis,
yang menunjang protein, serum, dan albumin)
penularan infeksi 4. Jelaskan kepada pasien dan Memberikan informasi untuk mempercepat
keluarga mengapa sakit atau proses penyumbuhan
terapi meningkatkan risiko
terhadap infeksi
58
5. Pengendalian Infeksi (NIC)
a. Ajarkan kepada pengunjung Mencegah pemasukan bakteri
untuk mencuci tangan
sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien
b. Berikan terapi antibotik, Mungkin diberikan secara profilaktik
bila diperluakan. sehubungan dengan peningkatan risiko
infeksi
c. Bersihkan lingkungan Mencegah pemasukan bakteri
dengan benar setelah
dipergunakan masing-
masing pasien.
d. Batasi jumlah pengunjung, Mencegah pemasukan bakteri dari luar
bila diperlukan.
Resiko retensi Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan retensi urine (NIC) : Untuk kewaspadaan karena mengecilkan
Urine keperawatan selama 3 hari a. Pantau efek obat resep, kelenjar dan mempunyai efek samping
diharapkan pasien dapat : seperti penyekat saluran seperti lelah dan pusing.
3. Menunjukkan kalsium dan antikolinergik Berguna untuk mengevaluasi obstrusi dan
kontinensia urine, yang b. Pantau asupan dan haluaran pilihan intervensi
dibuktikan oleh c. Pantau derajat distensi Memungkinkan diperlukan untuk ,mem
indikator berikut kandung kemih mealaui bantu aliran urine atau mencegah retensi
(sebutkan 1-5 : selalu, palpasi dan perkusi atau komplikasi
sering, kadang-kadang, d. Instruksikan pasien dan Berguna untuk mengevaluasi obstrusi dan
jarang, atau tidak pernah keluarga untuk mencatat pilihan intervensi
ditunjukkan) : haluaran urine, bila
diperlukan
59
Kebocoran urine di e. Berikan cukup waktu untuk Menghilangkan atau mencegah retensi urin
antara berkemih pengosongan kandung kemih dan mengesampingkan adanya striktur
Urine residu pasca- (10 menit) uretra
berkemih > 100-200 f. Lakukan kateterisasi untuk Untuk memudahka pasase selang melalui
cc mengeluarkan urine residu, uretra prostat
4. Pasien akan : jika diperlukan
Menunjukkan g. Pasang kateter urine jika Untuk pengaliran kandung kemih dan
pengosongan diperlukan kepekaan kelenjar
kandung kemih 2. Lakukan program pelatihan Menghilangkan atau mencegah retensi urin
dengan prosedur pengosongan kandung kemih dan mengesampingkan adanya striktur
bersih kateterisasi 3. Bagi cairan dalam sehari untuk Mencegah hematuria atau rupture
intermiten mandiri. menjamin asupan yang adekuat pembuluh darah pada mukosa kandung
Melaporkan tanpa menyebabkan kandung kemih yang terlalu distensi
penurunan kandung kemih over distensi
kemih
Mempunyai
keseimbangan asupan
dan haluaran 24 jam.
Mengosongkan
kandung kemih
secara tuntas.
60
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx
Tgl/ Jam Tindakan Keperawatan Paraf
keperawatan
10.30 Mengobservasi tanda tanda vital I,II,IV
dengan hasil : TD 120/70mmHg
N : 84*/ Menit
S : 37 derajat
P : 20x/Menit
61
Hari/ Tanggal : Minggu, 7 September 2014
62
16.00 Melayani Terapi Injeksi II
Ranitidin 1ampul/iv/8jam
Ketorolac 1amp/iv/8jam
63
09.45 Mengganti cairan spuling Nacl I
40 tpm
64
Hari/ Tanggal : Selasa, 9 September 2014
06.00 Mengobservasi IV
/mengidentifikasi tingkat
kecemasan klien
Hasil : klien tampak cemas
sedang
65
19.00 Melayani Ciproflaxacin + As. II
Mef 1 Tab
merawat luka dengan tehnik
aseptic, melayani terapi oral
asam mefenamat 1 tab
66
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx.
Tgl/ Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
06/09/2014 Resiko Perdarahan S : -
13.00 b/d efek samping O : Tampak terpasang
terkait terapi drainase, adanya
pembedahan spuling kateter
berwarna merah
muda
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4,5)
67
P : Intervensi
dilanjutkan
(1,2,3,5,6,8)
68
07/09/2014 Resiko Perdarahan S : -
13.00 b/d efek samping O : Tampak terpasang
terkait terapi drainase, adanya
pembedahan spuling kateter
berwarna merah
muda
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (2,3,4,5)
Ansietas b/d S : -
perubahan dalam O : saat klien diberikan
status kesehatan informasi ttg tahapan
perawatan
lukanya,klien
Nampak mengerti,
cemas klien
berkurang
69
A : Masalah ansietas
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan(3,4,6)
70
08/09/2014 Resiko Perdarahan S : -
13.00 b/d efek samping O : Tampak terpasang
terkait terapi drainase, adanya
pembedahan spuling kateter
berwarna merah
muda
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan (2,4,5)
Ansietas b/d
perubahan dalam S : -
status kesehatan O : klien tampak rileks
71
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan(3, 6)
72
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada Bab ini kami akan membahas apakah ada kesenjangan antara
teori dengan kasus yang dikelola pada Tn. S dengan Post op Benigna Prostat
Prov. Sultra.
1. Pengkajian
diberikan pada Tn. S dengan post op BPH pada tanggal 6 September 2014,
didapatkan data bahwa ± 1 bulan yang lalu klien mengeluh saat ingin
miksi harus mengejan dan sedikit nyeri, klien bahkan susah BAK, usia
mengalami BPH. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 50
73
tahun dan ± 80% pria berusia 80 tahun. Pembesaran prostat menyebabkan
2011).
sering terdapat sisa urin dalam kandung kemih akibat terdapat gangguan
aliran urin (Syamsuhidayat, 2004), dalam hal ini tidak ada kesenjangan
menyebutkan dalam sebuah studi tahun 2009 oleh tudgcu, dkk sebanyak
kandung kemih, Kelemahan utama prosedur ini yaitu nyeri post operasi
keadaan klien.
post operasi dengan skala nyeri 7, nyeri seperti ditusuk –tusuk ekspresi
wajah meringis kesakitan. Hal ini sama dengan konsep teori bahwa setiap
Macam- macam kualitas nyeri adalah seperti ditusuk- tusuk, terbakar, sakit
nyeri dalam atau superficial, atau bahkan seperi digencet. (Judha, 2012).
74
Prevalensi nyeri sedang atau berat pada kelompok pembedahan perut
adalah tinggi pada hari hari pasca operasi 0-1 (30-55%) (Eur, J 2008).
utama yang menimbulkan nyeri visera yaitu salah satunya peregangan atau
post operasi urin bercampur dengan bekuan darah. Hal ini perlu dilakukan
2012). Sedangkan pada pola eliminasi selama sakit klien terpasang kateter
dengan diirigasi Nacl 0,9%, klien merasa kesakitan saat urin terasa akan
mengalir, warna urin masih bercampur dengan darah. Dari data tersebut
hipertensi. Dalam hal ini kami belum mengkaji kapan hipertensi itu
sitolik terisolasi adalah sekitar berturut turut 7 %,11%, 8%, 25% pada
kelompok umut 60-69, 70-79, 80-89 dan diatas 90 tahun. Pada riwayat
75
Pada tanggal 5 September 2014 dilakukan pemeriksaan
hasilnya 0-4 Lpk normalnya 0-2, urea 43,4, Kristal 0 u/l. pada klien belum
dilakukan.
USG urology didapatkan hasil kedua ren normal ,Vu Over distended,
76
2. Diagnosis Keperawatan
diagnosa yang dapat muncul pada klien dengan post op BPH yaitu nyeri,
resiko infeksi, retensi urin dan ansietas. Namun dalam pengkajian, kami
Kami tidak mengangkat diagnosa retensi urin karena saat pengkajian kami
tidak menemukan ada masalah yang kami dapatkan pada pasien terkait
manusia, yang berkaitan dengan rasa nyaman, dimana nyeri tersebut lebih
pasien bisa melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
77
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana
nyeri yang telah ditegakkan dan bertujuan untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien yaitu observasi keadaan umum dan vital sign pasien
keadaan nyeri pasien, beri posisi nyaman (semi fowler) dengan rasional
terapi dari dokter agar dapat mengurangi nyeri klien sehingga kebutuhan
78
3. Perencanaan Keperawatan
tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
dengan alasan setiap pernyataan tujuan dan hasil yang diharapkan harus
Ada 2 tipe tujuan yang dikembangkan untuk klien yaitu tujuan jangka
dalam periode waktu yang singkat, biasanya kurang dari 1 minggu. Tujuan
ini diarahkan untuk rencana tindakan yang mendesak (Potter dan Perry,
2005).
atau NIC yang akan dilakukan yaitu secara ONEC (Observation, Nursing
79
dirasakan, Nursing intervensi dengan memberikan posisi semi fowler
sama seperti apa yang ada disebutkan dalam teori untuk setiap diagnosa,
4. Implementasi
sama seperti apa yangdisebutkan dalam teori untuk ke tiga diagnosa yang
klien merubah posisi atau bersin, Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk, R :
80
N 84x/mnt, S 37 c, pernapasan 20x/mnt. Menangani nyei yang dialami
dokter, rute intravena adalah rute yang dipilih untuk pemberian medikasi
kecemasannya.
menurut teori, rentang nyeri sudah dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat
81
dan masih mempertahankan posisi semifowler dan latihan mobilisasi atau
ROM.
5. Evaluasi
Planning).
keperawatan kepada klien selama tiga hari dan evaluasi yang kami lakukan
klien merubah posisi atau bersin, Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk, R :
82
didapatkan klien tampak kesakitan, expresi wajah meringis. Mengukur
yang diirigasi cairan Nacl 0,9%, tehnik relaksasi belum berhasil, posisi
tidur klien semi fowler, klien tampak tidak cemas lagi. Assesment masalah
verban dengan tehnik aseptic. Secara umum belum ada kemajuan hasil
klien merubah posisi atau bersin, Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk, R :
83
Evaluasi pada tanggal 9 September 2014 didapatkan hasil Subyektif
sudah tak kesakitan, expresi wajah rileks, terdapat luka post operasi hari ke
3, tehnik relaksasi sudah berhasil dilakukan saat nyeri timbul, posisi semi
84
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pada pengkajian kasus yang kami lakukan, kondisi klien setelah post
operasi BPH adalah klien mengalami nyeri pada area suprapubik, nyeri
terasa seperti ditusuk- tusuk dengan skala 7 dan ekspresi meringis. Hal ini
nyeri akut dengan awitan yang cepat dengan tingkat keparahan yang
adalah seperti ditusuk- tusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial,
atau bahkan seperi digencet. (Judha, 2012). Prevalensi nyeri sedang atau
berat pada kelompok pembedahan perut adalah tinggi pada hari hari pasca
agen cedera fisik, resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post
angkat dalam kasus sudah sama seperti yang disebutkan dalam teori
85
dengan memprioritaskan diagnosa nyeri, alasan memprioritaskan masalah
nyeri karena nyeri yang dirasakan pasien merupakan salah satu masalah
nyeri tersebut lebih terdahulu untuk diatasi dan kami berasumsi dengan
hasil yang diharapkan dalam kasus yang kami dapat telah sama dengan
apa yang ada dalam teori, dimana untuk nyeri adalah Expresi wajah klien
tampak rileks dan TTV dalam batas normal, sementara untuk diagnosa
resiko infeksi hasil yang diharapkan adalah klien terbebas dari tanda dan
gejala infeksi, untuk diagnosa ansietas hasil yang diharapkan adalah klien
tidak cemas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
86
keperawatan yang kami lakukan dalam kasus sudah sama seperti apa
kepada klien selama tiga hari dan evaluasi yang kami lakukan sudah
seperti dalam teori, dimana dalam teori menyebutkan bahwa evaluasi yang
nyeri, rentang nyeri sudah dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat kesan
6. Analisa data tentang nyeri pada penyakit BPH bersifat nyeri neuropatik
somatic superficial akibat dari stimulasi terhadap laserasi kulit. Nyeri yang
kandung kemih sudah seperti dalam teori yang menyebutkan bahwa klien
karena reseptor ini meliputi organ dada, abdomen dan kandung kemih,
B. Saran
POST Op BPH, kami akan memberikan usulan dan masukan yang positif
87
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
baik antara tim kesehatan dan klien yang ditujukan untuk meningkatkan
dokter, radiologi dan ahli gizi karena untuk menangani pasien BPH
komprehensif.
4. Bagi klien
88
diberikan baik dokter, perawat ataupun tim kesehatan pada umumnya.
Dan khususnya bagi pasien dengan BPH diharapkan pasien kooperatif dan
kesehatan
5. Bagi keluarga
89
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse dan M.F., Geisster A.C. (2000). Rencana asuhan
keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Potter & Perry, (2005). Buku ajar Fundamental keperawatan. Volume I. Edisi 4
Jakarta : EGC.
Rigand AS. (2001). Hipertension in older Adults. Jurnal penyakit dalam volume 7
: Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia tahun 2009. http:.//e.
journal. Unud.ac.id akses tanggal 18 maret 2014.
Sjamsuhidayat R. Wim de Jong. (2004). Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.