Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ni putu Listiawati

Kelas : XI MIPA 2

No. : 34

Mapel : Kimia

Ringkasan

“Sistem Koloid”
A. Pengertian
Koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam
medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi,
sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium
pendispersi. Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk
campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis,
terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing
komponen campuran cenderung saling memisah.

B. Perbedaan Koloid dengan Larutan dan Suspensi


Perbedaan antara koloid, larutan, dan suspensi saya sajikan dalam tabel berikut :

PERBEDAAN KOLOID LARUTAN SUSPENSI


Pengertian Koloid adalah suatu Larutan adalah Suspensi adalah
campuran zat campuran campuran heterogen
heterogen (dua fase) homogen antara yang terdiri dari partikel
antara dua zat atau zat terlarut dan – partikel kecil padat
lebih di mana pelarut. Zat atau cair yang terdispersi
partikel-partikel zat terlarut dalam zat cair atau gas.
yang berukuran dinamakan juga Misalnya, tepung beras
koloid (fase dengan fasa dilarutkan dalam air dan
terdispersi/yang terdispersi atau dikocok dengan kuat;
dipecah) tersebar solut, sedangkan Apabila campuran
secara merata di zat pelarut disebut tersebut dibiarkan
dalam zat lain. dengan fasa beberapa saat,
Dimana di antara pendispersi atau campuran tersebut akan
campuran homogen solvent. mengendap ke bawah.
dan heterogen Contohnya larutan
terdapat sistem gula atau larutan
pencampuran yaitu garam.
koloid, atau bisa
juga disebut bentuk
(fase) peralihan
homogen menjadi
heterogen.
Ukuran (Ukuran Partikel 10- (Ukuran partikel (ukuran Partikel lebuh
Partikel 2000 A) 1-10A) besar dari 2000 A)
Ukuran yang Pada larutan, Pada suspensi setidaknya
dimaksud dapat ukuran partikel satu komponan
berupa diameter, pelarut dan zat mempunyai ukuran
panjang, lebar, terlarut adalah partikel relatif lebih
maupun tebal dari pada dimensi atau besar dan terdistribusi
suatu partikel. sebesar molekul dalam partikel lainnya.
Contoh lain dari tunggal atau ion. Contohnya adalah: (a)
sistem koloid adalah Jadi, molekul- pasir halus dalam air, (b)
adalah tinta, yang molekul tidak asap di udara, dan (c)
terdiri dari serbuk- bergabung endapan dalam
serbuk warna membentuk campuran reaksi. Pada
(padat) dengan partikel yang lebih semua contoh di atas
cairan (air). Selain besar. Partikel ukuran partikal cukup
tinta, masih terdapat terdistribusi satu besar sehingga dapat
banyak sistem koloid sama lain secara dilihat apakah dengan
yang lain, seperti serba sama mata telanjang atau
mayones, hairspray, (uniform) dengan mikroskop.
jelly, dll. menghasilkan fasa
homogen.
Distribusi uniform
menyebabkan sifat
fisik larutan
menjadi berbeda
dari pelarutnya.
Misalnya, air
membeku pada
0oC, tetapi dengan
penambahan NaCl,
larutan NaCl akan
membeku pada
kurang dari 0oC.
C. Sifat-Sifat Koloid
Sistem koloid memiliki sifat yang khas, seperti efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi,
muatan koloid dan elektrolisis, koagulasi, dan koloid pelindung.
1. Efek Tyndall
Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid dengan menjatuhkan
seberkas cahaya kepada objek. Larutan sejati akan meneruskan cahaya
sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya. Contoh lainnya adalah
cahaya matahari yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu
dikarenakan partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar
yang datang. Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh
seorang ahli fisika Inggris John Tyndall (1820-1893). Oleh karena itu, sifat ini
disebut efek Tyndall. Efek tyndall merupakan salah satu yang membedakan
antara larutan sejati dan sistem kolid.
2. Gerak Brown
Partikel koloid tersebar rata dalam medium pendispersinya dan tidak
memisahkan diri meskipun didiamkan. Jika diamati menggunakan mikroskop
ultra maka partikel koloid akan tampak seperti partikel cahaya sesuai dengan
sifatnya yang menghamburkan cahaya. Jika pergerakan partikel ini diikuti, maka
partikel bergerak terus menerus denagn gerakan zigzag. Gerakan acak dari
partikel koloid disebut Gerak Brown. Sesuai dengan nama penemuunya yaitu
Robert Brown.
3. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan koloid merupakan salah satu sifat koloid yang terpenting. Semua
partikel koloid mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Hal ini
menyebabka gaya tolak menolak antara partikel-partikel koloid.atnya, partikel-
partikel koloid ini tidak bisa bergabung sehingga memberikan kestabilan pada
sistem koloid.
Partikel koloid memiliki muatan karena adanya proses adsorpsi dan proses
ionosasi gugus permukaan partikel koloid. Pada proses adsorpsi, partikel koloid
mengadsorpsi partikel bermuatan dari medium pendispersinya.
4. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi
karena partikel koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikel-
partikel yang terabsorpsi terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel
koloid (terutama koloid sol) baik partikel netral maupun partikel bermuatan,
mempunyai daya absorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada
permukaannnya.
Contoh :
a. Pengobatan : sakit perut dengan norit
b. Sol Fe(OH)3 mengadsorpsi ion H+ (ion positif) sehingga SolFe(OH)3
bermuatan positif.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid bersifat stabil dengan adanya muatan listrik. Jika
muatan hilang, maka partikel-partikel koloid dapat saling bergabung membentuk
suatu gumpalan (flocculant). Dengan adanya gaya gravitasi, maka gumpalan itu
akan mengendap. Proses penggumpalan dan pengendapan partikel koloid
disebut koagulasi.
Contoh : pembentukan delta di muara sungai karena koloid tanah liat (lempung)
dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur denagn elektrolit dalam
air laut.
6. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknit pemurnian koloid yang didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara
menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari memmbran
semipermeabel , seperti kertas selofam dan dan perkamen. Selanjutnya
merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena itu, ion-ion
atau molekul memiliki ukuran yang lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion
tersebut dapat pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun
partikel koloid akan tetap berada di dalam kantung membran.
7. Koloid Pelindung
Dibandingkan larutan, sistem koloid relatif kurang stabil. Stabilitas koloid
berhubungan dengan muatan koloid yang bersangkutan. Suatu koloid menjadi
tidak stabil (mengendap) bila koloid dinetralkan. Agar koloid tidak mengendap
atau memisah, maka diberi koloid pelindung atau emulgator (pengemulsi).
Contoh : sabun sebagai pengemulsi campuran air dengan minyak.
Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada koloid liofob, sehingga koloid liofil
berfungsi sebagai koloid pelindung. Contoh penggunaan koloid pelindung antara
lain pada pembuatan es krim, dimana gelatin ditambahkan untuk mencegah
penggumpalan partikel-partikel es.
D. Jenis- Jenis Koloid
berdasarkan komponen pembentuknya koloid dapat dibagi menjadi fase
terdispersi yaitu suatu bagian dari koloid yang tersebar halus dalam sistem dan fase
pendispersi yaitu bagian dari koloid dimana tempat zat terdispensi menyebar.
Ditinjau dari segi fase terdispersi dan medium pendispersi, ada 8 tipe sistem dispersi
koloid (sistem dispersi koloid antara 2 gas tidak dapat terjadi karena kedua gas
tersebut membentuk larutan asli)
Tabel Jenis-Jenis Koloid Beserta Contohnya

No. Nama Koloid Fasa terdispersi Fasa Pendispersi Contoh


1. Aerosol Cair Gas Kabut, awan, hair spray
2. Aerosol Padat Padat Gas Asap, debu
3. Buih Gas Cair Busa sabun, Busa air laut
4. Emulsi Cair Cair Santan, susu
5. Emulsi Padat Cair Padat Keju, mutiara
6. Sol Padat Cair Cat, lem, tinta
7. Sol padat Padat Padat Paduan logam (kuningan,
perunggu), permata, kaca
berwarna
8. Busa Padat Gas Padat Karet busa, batu apung,
biskuit

Penjelasan :

1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat ynag terdispersi berupa zat padat maka disebut aerosol padat. Jika
zat yang terdispersi adalah zat cair maka disebut aerosol cair.
Contoh :
- Asap dan debu dalam udara (padat)
- Kabut dan awan (cair)
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair itu disebut sol.
Koloid jenis sol banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh : cat, lem, tinta.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.
Syarat terjaddinya emulsi adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi
dapat digolongkan kedalam dua bagian yakni emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak.
Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, kosmetik pembersih wajah
Contoh emulsi air dalam minyak : mentega, mayones dll
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti
halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih misalnya
sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas
dalam zat cair yang mengandung pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku disebut gel. Contoh ; agar-agar, kanji, selai, gelatin, sel
sabun, dan silika.
E. Cara Pembuatan Koloid
Pembuatan sistem koloid dapat dilakukan denagn dua metode yaitu metode
kondensasi dan metode dispersi.
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan metode kondensasi merupakan suatu
metode pembuatan sistem koloid dengan menggumpalkan larutan sejati 9atom,
ion, atau molekul) menjadi partikel berukuran koloid. Metode kondensasi dapat
berupa :
a. Penggantian Pelarut
Belerang mudah larut dalam alkohol (misal etanol) tetapi sukar larut
dalam air. Jadi untuk membuat sol belerang dalam medium pendispersi air
maka belerangg dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu
dimasukkan dalam air sedikit demi sedikit, partikel belerang akan
menggumpal menjadi koloid dan dapat dipisahkan dengan dialisis.
b. Reaksi Dekomposisi rangkap
Untuk membuat sol AgCl dapat dilakukan dengan cara mencampurkan
larutan AgNO3 encer dalam larutan HCL encer. Sedangkan untuk membuat
AS2S3 dapat dilakukan dengan cara mengalirkan gas H2S kedalam larutan
As2O3.
c. Reaksi Redoks
Untuk membuat sol emas, dapat dilakuakan dengan mereduksi garamnya
dengan menggunakan reduktor formaldehid.
d. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolis digunakan untuk membuat koloid pada logam besi,
aluminium, dan krom. Hal itu dikarenakan basa logam itu bersifat koloid.

2. Cara Dispersi
Metode dispersi merupakan cara pembuatan koloid dengan menghaluskan
partikel suspensi menjadi partikel koloid. Yang termasuk metode suspersi adalah
pembuatan koloid dengan cara :
a. Mekanik
Denagn cara ini, koloid dibuat dengan menghaluskan partikel kasar
menjadi partikel koloid dan kemudian disispersiakn kedalam suatu medium
pendispersi. Alat yang digunakan dinamakan penggiling koloid.
Cara ini banyak diterapkan pada :
1. Industri Makanan ; pembuatan es krim, jus buah dan lain-lain.
2. Industri Kimia ; pembuatan cat, zat pewarna, dan lain-lain
b. Peptisasi
Cara ini digunakan untuk sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Logam
yang akan diubah menjadi koloid digunakan sebagai elektrode. Kedua
elektrode logam ini akan saling berdekatan dan diberikan loncatan listrik
dalam medium pendispersinya. Akibat loncatan listrik tersebut, timbul panas
yang akan menguapkan logam. Uap logam akan terkondensasi dalam
medium pendispersinya sehingga terbentuk sol logam.
c. Busur Bredig
Merupakan cara pembuatan sistem koloid dengan memcah partikel
besar dengan menambahkan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis
atau dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi). Cara ini biasanya digunkan
pada ; Sol Al(OH)3, Sol Fe(OH)3, dan sol NIS.
F. Peran Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Industri
Banyak contoh aplikasi atau kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari
dan industri. Sistem koloid banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk industri
karena bentuk koloid memiliki beberapa kelebihan dibanding bentuk larutan dan
suspensi. Mulai dari pembuatan, pengemasan, transportasi, serta penggunaan.
Sebagian besar produk industri kosmetik dibuat dalam bentuk koloid. Misalnya
bedak, lipstik, kuteks, hair spray, sampo, dan berbagai krim.
 Dalam industri makanan dan minuman, misalnya susu, jus, saus, dan biskuit.
 Dalam industri farmasi misalnya sirup, kapsul, tablet.

Anda mungkin juga menyukai