Anda di halaman 1dari 3

Gerhana Matahari Sebagian Menyapa Sumatera Barat

Fenomena Gerhana Matahari Cincin akan terjadi pada 26 Desember 2019. Gerhana Matahari Cincin
dapat dilihat di Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman, India, Srilangka, Samudra Hindia, Samudera
Pasifik, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Jalur cincin gerhana matahari ini akan melewati 25 pusat
kota dan kabupaten di 7 provinsi(Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur). Gerhana Matahari Cincin tidak akan teramati dari Sumatera
Barat. Gerhana yang teramati dari Sumatera Barat adalah Gerhana Matahari Sebagian dengan magnitudo
gerhana terentang antara 0,952 di Lubuk Sikaping hingga 0,888 di Tua Pejat.
Pengertian
Gerhana Matahari adalah peristiwa astronomi terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak
semuanya sampai ke Bumi. Fenomena ini diakibatkan terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat
segaris atau pada saat fase bulan baru. Pada saat proses Gerhana Matahari Cincin terjadi, piringan Bulan
yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari sehingga Matahari akan tampak seperti
cincin. Pada Gerhana matahari sebagian, bulan berada tidak tepat di tengah-tengah garis antara matahari
dan bumi, sehingga hanya menutupi sebagian matahari.
Waktu dan Siklus Gerhana Matahari
Kemunculan Gerhana matahari gerhana matahari ataupun bulan merupakan pertanda bencana alam?
Zaman telah menjawab bahwa tidak ada korelasi positif di antara keduanya. Namun, masyarakat
cenderung mempercayai dan selalu meributkan kembali hal yang sama dari waktu ke waktu.
Gerhana dapat diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Untuk memprediksi keberulangannya secara
global, gerhana dikelompokkan ke dalam suatu kelompok yang disebut siklus Saros tertentu. Gerhana-
gerhana pada siklus Saros tertentu akan berulang hampir setiap 18 tahun 11 hari 8 jam. Gerhana Matahari
Cincin 26 Desember 2019 ini merupakan anggota ke 46 dari 71 anggota pada siklus Saros 132. Gerhana
Matahari sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah Gerhana Matahari Cincin 14 Desember
2001. Adapun gerhana yang akan datang yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah Gerhana Matahari
Cincin 5 Januari 2038.
Peristiwa Gerhana Matahari Cincin tidak berulang di suatu lokasi dengan siklus tertentu walaupun
peristiwanya di suatu lokasi dapat diprediksi dengan baik. Gerhana Matahari Cincin sebelumnya yang
dapat diamati di Indonesia adalah Gerhana Matahari Cincin 22 Agustus 1998, yang jalur cincinnya
melewati Sumatera bagian Utara dan Kalimantan bagian Utara, dan Gerhana Matahari Cincin 26 Januari
2009 yang jalur cincinnya melewati Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan. Adapun Gerhana Matahari
Cincin yang akan datang yang dapat diamati di Indonesia adalah Gerhana Matahari Cincin 21 Mei 2031,
yang jalur cincinnya melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, serta Gerhana Matahari Cincin 14
Oktober 2042 yang jalur cincinnya melewati Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.
Fase Gerhana Matahari Sebagian
Pada Gerhana Matahari Cincin akan terjadi fase Kontak Pertama(ketika piringan Bulan mulai menutupi
piringan Matahari), Kontak kedua(piringan Matahari yang tergerhanai akan semakin besar hingga
akhirnya seluruh Bulan mulai menutupi piringan Matahari), kontak ketiga(seluruh piringan Bulan terakhir
kali menutupi piringan Matahari), dan kontak keempat(piringan Matahari yang tampak tergerhanai akan
semakin kecil hingga akhirnya Bulan terakhir kali menutupi piringan Matahari)
Pada Gerhana Matahari Sebagian, tidak akan ada Kontak Kedua dan Kontak Ketiga pada gerhana yang
teramati. Di daerah sebelah Utara jalur cincin, Matahari yang tergerhanai saat puncak gerhana adalah
pada bagian sebelah bawah dari arah pandang pengamat. Sementara di daerah sebelah Selatan jalur
cincin, Matahari yang tergerhanai saat puncak gerhana adalah bagian sebelah atasnya. Pada saat puncak
gerhana, besaran piringan Matahari yang tergerhanai bergantung pada magnitudo gerhana. Lama waktu
dari Kontak Pertama hingga Kontak Keempat disebut sebagai Durasi Gerhana dan lama waktunya
bervariasi dari satu kota ke kota lainnya.
Gerhana Matahari Sebagian di Sumatera Barat
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana matahari sebagian di
Sumatera Barat secara umum akan dimulai pada pukul 10.19 WIB, puncak gerhana terjadi pada pukul
12.11 WIB, dan gerhana akan berakhir pada pukul 14.08 WIB. Durasi gerhana yang teramati di Sumatera
Barat rata-rata adalah 3 jam 49 menit. Durasi gerhana matahari terlama di sumatera barat akan terjadi di
Sarilamak, 50 Kota dengan waktu 3 jam 49 menit 59,9 detik, sedangkan tersingkat terjadi di Tua Pejat,
Mentawai dengan waktu 3 jam 47 menit 29,5 detik. Gerhana Matahari Sebagian yang teramati dengan
magnitudo gerhana terentang antara 0,952 di Lubuk Sikaping hingga 0,888 di Tua Pejat. Semakin tinggi
magnitudo, maka matahari akan semakin tertutupi oleh bulan.
Cara Mengamati
Pada saat gerhana, matahari tertutup oleh bulan sehingga lebih mudah dan lebih menarik untuk dilihat.
Namun, melihat ke arah matahari saat gerhana memiliki bahaya yang sama dengan kondisi normal,
kecuali pada saat gerhana matahari total. Hal tersebut dikarenakan radiasi dari matahari di luar fase
gerhana total akan langsung memancar ke retina dan mengakibatkan kerusakan permanen.
Untuk mengamati gerhana matahari dengan aman dapat menggunakan filter untuk melindungi mata, atau
mengamatinya secara tidak langsung dengan cara memproyeksikannya ke sebuah layar kertas
menggunakan kamera lubang jarum, teropong, atau teleskop kecil. Hal ini dapat dilakukan dengan
menempatkan sepotong kardus dengan lubang kecil (berdiameter 1mm) di antara matahari dan layar, alat
ini disebut kamera lubang jarum. Selain kamera lubang jarum, dapat digunakan teleskop kecil atau
teropong yang dapat memperbesar proyeksi matahari di layar.
Hubungan Gerhana Matahari dengan Gempabumi
Peristiwa gerhana Matahari akan mempengaruhi pasang surut(pasut) bumi. Sampai saat ini, belum ada
hubungan antara peningkatan pasut Bumi dan aktivitas gempa bumi. Pada saat terjadi peristiwa
supermoon, tarikan gravitasi bulan pada bulan perigee pun tidak cukup memiliki perbedaan gaya tarik
yang besar dibandingkan dengan waktu lain secara signifikan, sehingga tidak mampu mengubah
ketinggian pasang surut yang memicu gempa bumi.
Banyak kejadian gempa yang bersamaan dengan pasut, namun tidak setiap pasut terjadi gempa. Gejala ini
tidak dapat dipakai sebagai metode untuk ramalan gempa bumi. Hal ini hanya digunakan untuk
kewaspadaan. Hubungan ini mirip seperti hubungan longsor terjadi bila musim hujan. Hal tersebut
memang benar, tetapi apakah setiap hujan menyebabkan longsor? Tentu tidak dan hingga kini pun hujan
tetap tidak dipakai sebagai pertanda atau ramalan bakal terjadi longsor. Hal tersebut hanya untuk
meningkatkan kewaspadaan. Demikian juga gerhana yang terjadi pada saat pasut maksimal, tidak dapat
dipakai sebagai ramalan gempa.
Momentum Gerhana Matahari Sebagian
Kehadiran Gerhana Matahari Sebagian pada daerah teramati dapat menjadi sarana mengedukasi
masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan kehadiran wisatawan-
wisatawan yang ingin meyaksikan fenomena tersebut. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan
lembaga-lembaga lain untuk menyelenggarakan festival yang terkait dengan fenomena tersebut.
Masyarakat muslim yang menyaksikan gerhana, hendaknya meramaikan masjid-masjid untuk
melaksanakan shalat gerhana. Shalat gerhana matahari(khusuf) merupakan sunnat mua’kkad yang
dianjurkan. Gerhana Matahari Cincin dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri, meningkatkan iman
melalui shalat gerhana dan wujud bukti nyata cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai